ABRAMS COMPANY
KELOMPOK 5
Surya Firdaus 2021110041
Aditya Nugraha 2021110062
Christian Mukti Tama .S 2021110063
Adi Surya 2021110065
Guntoro 2021110067
M. Izzuddin 2021110069
Budi Andrian Sutanto 2021110071
Nove Noor Salam 2021110074
Hamidan 2021110083
Siti Amira Fauziah 2021110093
Andreas Gustino Candra G 2021110095
Muhammad Yusuf 2021110096
1. LATAR BELAKANG KASUS
1. Sekitar 50 manajer staf dan lini berpartisipasi dalam sebuah rencana bonus
insentif ( incentive bonus plan). Setiap peserta menerima sejumlah poin
bonus standar. Insentif yang dibagikan kepada karyawan dan manajerial di
dapatkan dari rumus tetap yang terkait dengan laba per saham dari perusahaan.
Bonus yang didapatkan dibagikan berdasarkan makin tinggi posisi karyawan
tersebut di dalam perusahaan berdasarkan hierarki organisasi serta berdasarkan
poin yang di dapat dari tingginya posisi karyawan tersebut.Bonus karyawan masih
fluktuatif atau berubah rubah besarannya (Naik atau Turun) tergantung pilihan dari
atasan dari peserta.
2. Untuk Manajer Pabrik pembagian bonus di dapat berdasarkan formula yang
didapat dari persentase penghargaan standar atas varians laba (Laba Aktual versus
Anggaran) pabrik. Jika semakin besar laba aktual sebuah pabrik lebih besar 4 %
dari laba anggaran, maka bonus untuk manajer pabrik tersebut meningkat dari 100
% menjadi 110 %.
3. Bonus yang diberikan kepada manajerial pabrik akan berbeda saat penjualan ke
divisi AM, walaupun laba suatu pabrik baik yang didapatkan dari varian volume
margin kotor yang menguntungkan, maka bonus yang dimiliki oleh manajer pabrik
tidak akan naik di atas standar 100 %. Ini di buat agar manajer pabrik tidak terkena
penalti apabila pembelian aktual divisi AM berkurang.
Ada tiga hal yang menjadi pemikiran dari manajemen tingkat atas yaitu :
1. Selalu ada peselisihan mengenai harga transfer dari suku cadang yang dijual
oleh divisi produk kepada divisi AM. Harga pasar OEM akan dijadikan harga
transfer untuk suku cadang yang sama ke divisi AM. Permasalahan muncul
ketika suku cadang yang dijual ke divisi AM belum pernah dijual divisi produk
ke OEM sehingga tidak ada harga pasar OEM. Biasanya, permaslahan harga
transfer dipecahkan dengan melibat dua divisi, tetapi kadang-kadang wakil
presiden keuangan diminta untuk menengahi perselisihan tersebut.
2. Manajemen atas merasa bahwa divisi produk sering memperlakukan divisi
AM sebagai konsumen yang tidak bebas. Pabrik sering mendahulukan OEM
dari pada divisi AM. Manajemen atas tidak ingin divisi AM menjual produk
pesaing karena akan menyebabkan citra tidak baik bagi perusahaan. Divisi AM
diharapkan dapat menyakinkan manajer pabrik yang tepat untuk mengerjakan
produksi suku cadang yang dibutuhkan.
3. Manajemen tingkat atas merasa adanya persediaan yang berlebihan sepanjang
tahun di setiap divisi.
2. PERUMUSAN MASALAH
Adapun hal-hal yang menjadi pokok permasalahan dalam studi kasus ini adalah:
1. Evaluasi setiap pertimbangan yang dikemukakan oleh manajemen tingkat atas.
Jika perlu, buatlah rekomendasi yang tepat atas kondisi yang digambarkan
dalam kasus ini.
2. Apa hasil evaluasi Anda secara keseluruhan mengenai sistem pengendalian
yang dimiliki oleh Abrams? Gambarkan kekuatan dan kelemahan yang anda
temukan tetapi belum termasuk dalam jawaban pertanyaan sebelumnya. Jika
ada, perubahan apakah yang akan Anda rekomendasikan kepada manajemen
tingkat atas?
(Anthony, Robert N. Govindarajan, Vijay. Management Control Systems Twelfh Edition,
Page 229 )
Kelebihan:
Profit center dibebani sebagian biaya overhead perusahaan dan biaya
divisi. Di perusahaan Abrams, biaya yang dialokasi adalah berdasarkan
anggaran sehingga manajer divisi tidak akan mengeluh akan ketidakadilan
alokasi atau kekurangan pengendalian atas biaya tersebut. Selain itu,
masing-masing divisi memiliki departemen penjualan masing-masing
sehingga mudah untuk menelusuri biaya ke masing-masing pabrik.
Adanya rencana kompensasi berdasarkan laba perlembar saham. Karyawan
akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan untuk meningkatkan
laba per lembar saham yang juga akan meningkatkan insentif atau bonus. Jadi
terwujudnya kesamaan tujuan (goal congruence).
Adanya kompensasi untuk manajer pabrik atas selisih laba sehingga
akan mendorong manajer pabrik memaksimalkan laba.
Divisi-divisi Abrams memiliki produk berupa suku cadang yang berbeda-beda
dan departemen penjualan masing-masing. Rendahnya interaksi antara divisi
mempermudahkan pembebanan tanggungjawab dan pengukuran kinerja kecuali
divisi AM.
Divisi produk bekerja sama dengan para ahli dari pihak OEM untuk
mengembangkan suku cadang baru yang inovatif dan efektif dalam hal biaya
untuk memenuhi kebutuhan dan melayani konsumen.
Kemampuan untuk merangsang suku cadang yang inovatif untuk memenuhi
kualitas kinerja dan spesifikasi berat.
Kelebihan dari strategi pemasaran pasar OEM ialah terjaganya jadwal
pengiriman & distribusi, suku cadang yang berkualitas, inovatif serta handal &
spesifikasi berat yang sesuai dengan kebutuhan konsumen serta dapat
mengendalikan biaya
Dibentuknya divisi pemasaran AM memiliki banyak kegunaan selain sebagai
divisi pemasaran yang dapat melakukan penjualan di dalam negeri dan di luar
negeri juga sebagai tempat penjualan sisa suku cadang yang tidak dapat terjual
oleh 3 divisi produk dalam penjualannya
Divisi AM mempunyai kelebihan dan target market share yang lebih tinggi
karena top manajemen memberikan kekuasaan kepada AM untuk mejual 50 %
suku cadangnya dari seluruh penjualan ke luar
Kelebihan dari strategi pemasaran AM ialah dari terpenuhinya stock yang tepat
waktu yang di beli dari divisi produk serta kualitas dan harga
Kelemahan lainnya:
Kompensasi manajer pabrik yang hanya berdasarkan profit dan evaluasi
dengan ROI akan mendorong manajer mengutamakan keuntungan jangka
pendek dengan mengorbankan keuntungan jangka panjang. Contoh untuk
meningkatkan profit dan memenuhi target, manajer bisa saja menghilangkan
biaya pelatihan, menurunkan mutu produk dan sebagainya.
Pengoorganisasian unit bisnis sebagai profit center membuat keputusan
menjadi desentralisasi dan mudah terjadinya perselisihan serta persaingan tidak
sehat. Manajemen tingkat atas akan kehilangan beberapa pengendalian. Apalagi
ada divisi produk Abrams yang merupakan hasil akuisisi.
Divisi pemasaran AM tidak dapat mempunyai pabrik sendiri untuk
memproduksi suku cadangnya sendiri karena kebijakan top manajemen,
kebijakan tersebut ialah karena divisi pemasaran AM dikhawatirkan akan
menjual suku cadang competitor karena divisi AM itu sendiri menyerupai
pedagang besar / grosir yang membeli suku cadang Abrams dari 3 divisi produk
ke pada pedagang besar AM dan retailer, kelemahannya ialah pemenuhan akan
stock suku cadang yang akan di jual kembali yang dibeli dari divisi produk
pemenuhannya menjadi kurang cepat dan kemungkinan bahkan kurang
terpenuhi dengan baik dikarenakan menjadi prioritas ke dua dari penjualan
divisi produk yang dimana divisi produk akan lebih mementingkanpenjualan
dan memenuhi permintaan konsumen OEM karena dikhawatirkan oleh divisi
produk itu sendiri jika tidak terpenuhinya kebutuhan suku cadang maka
konsumen OEM akan barpaling ke competitor
Divisi produk tidak dapat menjual langsung ke para pedangan besar dikarenakan
sudah adanya divisi pemasaran AM sehingga memyebabkan terbatasnya
penjualan divisi produk untuk menghasilkan laba yang lebih besar, dan laba
yang dihasilkan oleh masing masing divisi produk masih kalah oleh divisi AM
meskipun divisi produk menjual sebagian suku cadangnya ke divisi AM
Kekurangan dari strategi pemasaran pasar OEM ialah divisi produk harus dapat
mendistribusikan penjualannya baik kepada pasar OEM dan kepada divisi AM
secara bersamaan dikarenakan selama ini divisi AM selalu mendapatkan
prioritas yang kedua, agar tercapainya ROI untuk divisi produk dan divisi AM
dapat tercapai dengan baik serta stock barang yang ada di gudang dapat
berkurang secara signifikan baik untuk stock barang divisi AM itu sendiri
maupun stock barang divisi produk
Kekurangan dari strategi pemasaran AM ialah pemasarannya tergantung dari
pembelian barang yang dibeli dari divisi produk yang apabila jika terdapat
kualitas barang yang dibeli dari divisi produk tersebut kurang baik, maka barang
yang akan di jual kembali tersebut kualitasnya juga kurang baik.
Rekomendasi perubahan:
Perlu evaluasi kinerja dengan ukuran finansial dan ukuran nonfinansial. Misalnya
EVA, Residual Income dan balance score card yang mengevaluasi perusahaan dari
empat perspektif yaitu finansial, konsumen, proses serta pembelajaran dan
perkembangan.
Manajemen atas perusahaan Abrams perlu membatasi hal-hal yang memerlukan
pertimbangan strategis, keseragaman (misalnya metode akuntansi) dan sebagainya.
Setiap divisi memiliki carta masing-masing yang berisi kegiatan produksi dan
pemasaran yang diperbolehkan dan tidak boleh merebut bisnis unit bisnis lainnya.
Manajemen tingkat atas harus terlibat dalam menjaga kesamaan tujuan dan
keutuhan organisasi.
4. KESIMPULAN
PUSAT BIAYA
Pusat biaya dapat berupa divisi, departemen, outlet, atau bahkan produk individu dalam
suatu organisasi. Pusat biaya dibuat ketika biaya overhead langsung dialokasikan atau dibagi ke
divisi, departemen, outlet atau produk individu. Sebuah perusahaan ritel dengan 20 gerai dapat
beroperasi masing-masing sebagai pusat biaya, perusahaan manufaktur yang memproduksi 10
produk dapat mengoperasikan setiap produk sebagai pusat biaya. Motif dasar untuk
pembentukan pusat biaya adalah bahwa alokasi biaya overhead, seperti iklan atau transportasi, ke
masing-masing pusat biaya ini, memungkinkan penilaian profitabilitas pusat biaya. Setelah
profitabilitas diketahui secara akurat, maka keputusan yang diinformasikan mengenai investasi,
manajemen berbagai produk, pemasaran, dll, dapat dibuat.
PUSAT KEUNTUNGAN
Pusat Laba mengambil gagasan dasar dari Pusat Biaya lebih lanjut. Dalam hal ini, Pusat
Laba dijalankan sebagai bisnis terpisah dalam bisnis. Pusat Laba akan membeli layanan dari
divisi dan pusat laba lain di dalam organisasi induk, dan kemudian menjual hasilnya ke
pelanggan akhir atau ke bagian lain dari organisasi induk. Pusat laba akan memiliki akun untung
dan rugi sendiri dan tawaran untuk modal investasi dari perusahaan induk.
Dalam beberapa tahun terakhir terjadi pertumbuhan besar dalam pengembangan Pusat
Biaya dan Pusat Laba dalam organisasi besar. Ada beberapa alasan untuk pertumbuhan ini dan
sebagian besar ini dapat dikaitkan dengan motivasi pribadi dan kontrol yang lebih efektif.
Contoh umum dari Pusat Biaya adalah pembangunan masyarakat dan Bank. Dalam kasus
ini semua biaya dialokasikan ke cabang. Jadi misalnya, kantor cabang akan dikenakan biaya
untuk brosur yang digunakannya, tagihan upahnya, biaya teleponnya, dan itu akan menjadi
bagian dari biaya kantor pusat. Dampak dari hal ini adalah mendorong penghematan biaya dan
memotivasi staf untuk bertindak yang akan meningkatkan kinerja keuangan kantor mereka
sendiri. Biaya overhead yang dialokasikan sering dapat dikaitkan dengan pendapatan yang
diperoleh oleh masing-masing cabang, dan oleh karena itu profitabilitas 'masing-masing cabang
dapat dinilai.
Seperti yang telah kita lihat Pusat Profit mengambil gagasan alokasi overhead lebih
lanjut; dalam hal ini setiap divisi dari bisnis besar dijalankan
sebagai bisnis independen , dengan akun laba dan rugi sendiri. Contoh organisasi yang
mengoperasikan Pusat Laba adalah Corus (sebelumnya British Steel). Di dalam Corus divisi
Piring Timah beroperasi sebagai Pusat Laba. Corus Tin Plate membeli layanan dan barang dari
dalam organisasi, dan menjual output ke divisi lain dan kepada pelanggan eksternal.
Pusat Profit akan melakukan perdagangan dengan perusahaan lain. Contoh dari hal ini
terjadi dapat ditemukan di Local Authorities Direct Labour Divisions. Devisi tersebut merupakan
bagian dari otoritas lokal, siapa yang berperan untuk menyediakan layanan seperti memperbaiki
bangunan, memotong rumput dll. Tetapi terlepas dari kontrak untuk menyediakan layanan ini
kepada otoritas lokal, Local Authorities Direct Labour Divisions juga akan mengajukan
penawaran untuk kontrak lain dari luar otoritas.