Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“ TRAUMA ABDOMEN “

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Keperawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh :

NUR IKHSANA BELLA


21149011120

PROGRAM STUDI ILMU PROFESI


NERS SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN BINA HUSADA

2021-2022
A. Definisi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau
emosional.
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga
abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga
(lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal)
dan mengakibatkan ruptur abdomen.
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan
tindakan laparatomi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

B. Anatomi Dan Fisiologi


Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan
meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah.  Rongga abdomen
dilukiskan menjadi dua bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga
sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan
kecil.
Batasan – batasan abdomen. Di atas,  diafragma, Di bawah, pintu
masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot
abdominal, tulang –tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang,
tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum.
Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu
lambung, usus halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di
bawah diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus.
Kandung empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang
lambung, dan limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar
suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui
abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum
khili dan sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen.
Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak
juga dijumpai dalam rongga ini.

C. Etiologi
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh
dari ketinggian. Menurut sjamsuhidayat, penyebab trauma abdomen adalah,
sebagai berikut :
a. Penyebab trauma penetrasi
- Luka akibat terkena tembakan
- Luka akibat tikaman benda tajam
- Luka akibat tusukan
b. Penyebab trauma non-penetrasi
- Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
- Hancur (tertabrak mobil)
- Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
- Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
D. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen
tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau
penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai
tumor.
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai
organ. Trauma abdomen pada isi abdomen terdiri dari :
a. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya
cedera pada dinding abdomen.
b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik
ahli bedah.
c. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.

E. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor – faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
trauma yang terjadi berhubungan  dengan kemampuan obyek statis (yang
ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan  dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi
jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan  yang menghentikan tubuh
juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari
jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada
keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk
menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan
benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang
terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan  dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal
tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa
mekanisme :
- Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
- Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior
dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
- Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.

F. Manifestasi Klinis
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut
Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi
abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu
tubuh, nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
a. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
b. Terjadi perdarahan intra abdominal.
c. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi
usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
d. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma.
e. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen.

Pada trauma penetrasi biasanya terdapat :


a. Terdapat luka robekan pada abdomen.
b. Luka tusuk sampai menembus abdomen.
c. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan.
d. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.

Menurut (Hudak & Gallo, 2010) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
a. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat
timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan
nyeri lepas.
b. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan di rongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi.
c. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada
saat pasien dalam posisi rekumben.
d. Mual dan muntah
e. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock
hemoragi.

G. Komplikasi
Segera : hemoragi, syok, dan cedera
Lambat : infeksi
H. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan Diagnostik
- Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
- Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk  base-line data  bila terjadi
perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan
hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi
usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma
pada hepar.
- Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan
gambaran usus.
- Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
trauma pada saluran urogenital.
- VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada
persangkaan trauma pada ginjal.
- Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam
rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya
alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold
standard).
a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
o Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
o Trauma pada bagian bawah dari dada
o Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
o Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,
alkohol, cedera otak)
o Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulang belakang)
o Patah tulang pelvis
b. Kontraindikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
o Hamil
o Pernah operasi abdominal
o Operator tidak berpengalaman
o Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
- Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum
dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan
retroperitoneum.
b. Penatalaksanaan Medis
- Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan
indikasi untuk laparotomi.
- Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.
- Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
- Pemberian antibiotik
Mencegah infeksi.
- Laparotomi
c. Penatalaksanaan keperawatan
- Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan,
sirkulasi) sesuai   indikasi.
- Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ;  gerakkan dapat
menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar
dan menimbulkan hemoragi masif.
o Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta
sistem saraf.
o Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher
didapatkan.
o Gunting baju dari luka.
o Hitung jumlah luka.
o Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
- Kaji tanda dan gejala hemoragi.
- Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan
dilakukan.
- Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu
mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga
peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
- Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin
basah untuk mencegah kekeringan visera.
- Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya
hematuria dan pantau haluaran urine.
- Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,
kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi,
atau hematuria.

I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
- Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma)
- Sirkulasi 
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
- Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
- Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi.
- Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera
makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
- Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
status mental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
- Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi
yang berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
- Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
- Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.

J. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh.
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.

K. Intervensi
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
K.H     : Kebutuhan cairan terpenuhi 
Intervensi Rasional
Kaji tanda-tanda vital Untuk mengidentifikasi defisit
volume cairan.
Pantau cairan parenteral dengan Mengidentifikasi keadaan
elektrolit, antibiotik dan vitamin perdarahan
Kaji tetesan infus Awasi tetesan untuk
mengidentifikasi kebutuhan
cairan.
Kolaborasi : Berikan cairan Cara parenteral membantu
parenteral sesuai indikasi. memenuhi kebutuhan nuitrisi
tubuh.
Tranfusi darah Menggantikan darah yang keluar.

2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi


abdomen.
Tujuan : Nyeri teratasi
K.H      : Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi Rasional
Kaji karakteristik nyeri Mengetahui tingkat nyeri klien.
Beri posisi semi fowler. Mengurangi kontraksi abdomen
Anjurkan tehnik manajemen nyeri Membantu mengurangi rasa nyeri
seperti distraksi dengan mengalihkan perhatian
Kolaborasi pemberian analgetik Analgetik membantu mengurangi
sesuai indikasi. rasa nyeri.
Managemant lingkungan yang Lingkungan yang nyaman dapat
nyaman memberikan rasa nyaman klien

3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya


pertahanan tubuh.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
K.H    : Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
Kaji tanda-tanda infeksi Mengidentifikasi adanya resiko
infeksi lebih dini.
Kaji keadaan luka Keadaan luka yang diketahui lebih
awal dapat mengurangi resiko        
infeksi.
Kaji tanda-tanda vital Suhu tubuh naik dapat di
indikasikan adanya proses   infeksi.
Perawatan luka dengan prinsip Teknik aseptik dapat menurunkan
sterilisasi resiko infeksi nosokomial
Kolaborasi pemberian antibiotik Antibiotik mencegah adanya
infeksi bakteri dari luar
PATHWAY

Paksaan : Benda tajam :


Jatuh, benda tumpul, kompresi, dll Pisau, peluru, ledakan, dll

Gaya predisposisi trauma > elastisitas & viskositas tubuh

Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi

Organ intra Kompresi


Kurang Trauma Abdomen abdomen diafragma
Pengetahuan

Ekspansi paru
Trauma Tumpul tidak maksimal
Trauma Tajam

Kompresi organ Pola nafas


Kerusakan jar. kulit Kerusakan organ Kerusakan jar. abdomen
vaskular tidak efektif
abdomen

Luka terbuka Perdarahan


Merangsang Perdarahan Perdarahan intra
masif
Free nerve Abdomen
ending
↑↑ Risiko
Invasi bakteri
Kehilangan ↓↓ aliran balik Peningkatan TIA
patogen Nyeri akut
cairan fisiologis vena
tubuh
Risiko
Syok ↓ isi sekuncup
Infeksi
Hipovolemik jantung

↓ CO

Kerusakan
integritas
kulit ↓↓ aliran darah ↓↓ suplai O2 ke
ke otak jaringan

↓ Kesadaran Hipoksia
Isi usus keluar ↓↓ aliran darah
4

Kontinuitas
organ abdomen ↓↓ laju filtral Mendesak organ
Isi usus menuju intra abdomen
terputus glomerulus
rongga peritonium

Produksi urin ↓
Bakteri usus bebas Mendesak
lambung
dalam peritonium
Gangguan
eliminasi
urine Lambung
distres
Risiko infeksi

↑ produksi
Menekan reseptor HCl
Kerusakan nyeri di abdomen
integritas jaringan
Rasa eneg di
perut
Nyeri akut

Mual
DAFTAR PUSTAKA

Training. 2009. Primarytraumacare.(http ://www.primarytraumacare.org/  


ptcman/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 10, 17, 2009, 13.10 1m, diakses: 12
september 2011).

Testa,A.Paul.2008.AbdominalTrauma.(Online)(http://emedicine.medscape.com/
article/822099-overview diakses pada tanggal 28 Juli 2008)

Harahap. I. A. (2011). Perilaku Nyeri, Fenomena Harian Yang Dihadapi


Perawat, What We Can Do?. Dalam Evidance Based Da;am Praktik
Pelayanan Keperawatan.

Sjamsuhidayat. (2010). Buku Ajarilmu Bedah. Jakarta. EGC.

Brooke, M., et al. 2010. Paramedic application of ultrasound in the management


of patients in the prehospital setting: A review of the literature. Emergency
Medicine Journal 27(9): 702–707.

Anda mungkin juga menyukai