Gadar Terintegrasi
Gadar Terintegrasi
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Terintegrasi
Dosen pengampu : Herlina Lydiawati S.Kep.,Ners M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Buceu Diaz Haekal 32722001D19014
Dian Fitriani 32722001D19022
Ervina Riani Setiawan 32722001D19028
Siti Sohifah 32722001D1906
Syifa Nurakhiriyah Maulani 32722001D19108
Yusrina Dzulqisti Fauziah 32722001D19118
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam semesta beserta
isinya, Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana atas segala limpahan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Screening Dan
Deteksi Dini Pada Pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa)” ini dengan
tepat waktu. Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini adalah suatu bentuk
tanggungjawab kami untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Gawat
Darurat Terintegrasi”.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, kami hanya manusia
biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Sehingga sangat wajar jika dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kami
senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dalam upaya evaluasi
diri.Di samping masih banyaknya ketidak sempurnaan dalam penyusunan
makalah.kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan hikmah
serta dapat menambah dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan bagi kami dan
pembaca
.
Sukabumi , 29 Oktober 2021
Penulis
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................1
C. Tujuan Makalah ............................................................................................2
D. Manfaat Makalah ..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Screening dan Dini Pada Pasien dengan ODGJ 6
B. Dukungan Kesehatan dan Jiwa Psikososial 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi yang teliti dan penjelasan yang
mengungkapkan keterampilan termasuk belajar bahasa baru. Bagian bahasa di
dalam psikiatri termasuk pengenalan dan definisi tanda dan gejala perilaku
dan emosional.
Kegawatdaruratan psikiatri merupakan aplikasi klinis dari psikiatri pada
kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi posisi atau teknik seperti
percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan,
kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan
psikiatri dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu
keperawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk pelayanan
kegawatdaruratan psikiatri dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak
tahun 1960 an terutama di perkotaan.
Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatri sangat kompleks.
Para profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatri
umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental
pasien mereka. Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka,
dianjurkan oleh petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja.
Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi psikiatrik pada umumnya
meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala
atau kekacauan mental baik sifatnya kronis atau pun akut.
B. Rumusan masalah
Bagaimana cara screening dan deteksi dini pada orang dengan gangguan jiwa?
C. Tujuan
1. Untuk memperdalam pengetahuan dalam keperawatan gadar psikiatri
4
2. Mampu menjelaskan pengertian keperawatan gawat darurat psikiatri
D. Manfaat
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam keperawatan gadar psikiatri
khusunya dalam deteksi dini pada orang dengan gangguan jiwa
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik segera. Dari
pengertian tersebut kedaruratan psikiatri adalah gangguan pikiran,
perasaan, perilaku dan atau sosial yang membahayakan diri sendiri atau
orang lain yang membutuhkan tindakan intensif yang segera. Prinsip dari
kedaruratan psikiatri adalah kondisi darurat dan tindakan intensif yang
segera.
Berdasarkan prinsip tindakan intensif segera, maka penanganan
kedaruratan dibagi dalam fase intensif 1 (24 jam pertama), fase intensif II
(24-72 jam pertama), fase III (72 jam-10 hari) :
1. Prinsip 1 adalah pasal 24 jam pertama pasien dirawat dengan
observasi, diagnosa, treatment dan evaluasi yang ketat. Berdasarkan
hasil evaluasi pasien maka pasien memiliki tiga kemungkinan itu
dipulangkan, dilanjutkan ke fase intensif 2 atau dirujuk ke rumah sakit
jiwa.
2. Intensif 2 perawatan pasien dengan observasi kurang ketat sampai
dengan 72 jam. Berdasarkan hasil evaluasi maka pasien pada fase ini
memiliki empat kemungkinan yaitu dipulangkan, dipindahkan ke
ruang fase intensif 3, atau kembali ke ruang fase intensif 1.
3. 3 pasien dikondisikan sudah mulai stabil, sehingga observasi menjadi
lebih berkurang dan tindakan tindakan keperawatan lebih diarahkan
kepada tindakan rehabilitasi. Fase ini berlangsung sampai dengan
maksimal 10 hari. Merujuk kepada hasil evaluasi maka pasien pada
fase ini dapat dipulangkan, rumah sakit jiwa atau unit psikiatri di
rumah sakit umum, ataupun kembali ke ruang intensif 1 atau 2.
7
untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini. Dokter untuk
mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah penting.
8
2. Gangguan sensasi
Seseorang yang mengalami gangguan kesadaran akan suatu
rangsangan.
3. Gangguan persepsi
Kesadaran akan suatu rangsang yang dimengerti atau bisa juga
diartikan sebagai sensasi yang didapat dari proses interaksi dan
asosiasi macam-macam rangsang yang masuk.
4. Gangguan Asosiasi
Asosiasi adalah proses mental di mana perasaan, kesan, atau
gambaran ingatan cenderung menimbulkan kesan atau gambaran
ingatan respon atau konsep lain, yang sebelumnya berkaitan
dengannya.
5. Gangguan perhatian
Perhatian adalah suatu proses kognitf yaitu pemusatan atau
konsentrasi.
6. Gangguan ingatan
Ingatan adalah kesanggupan untuk mencatat,menyimpan, serta
memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Proses ingatan terdiri
atas tiga unsur yaitu pencatatan, penyimpanan, pemanggilan data.
7. Gangguan psikomotor
Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan
jiwa meliputi kondisi perilaku motorik, atau aspek motorik dari
suatu perilaku. Bentuk gangguan psikomotor dapat berupa aktivitas
yang meningkat, aktivitas yang menurun, aktivitas yang terganggu
atau tidak sesuai, aktivitas yang berulang-ulang, otomatisme
perintah tanpa disadari, negativisme dan aversi (reaksi agresif).
8. Gangguan kemauan
Kemauan adalah proses dimana keinginan-keinganan
dipertimbangkan lalu diputuskan untuk dilaksanakan sampai
mencapai tujuan.
9
9. Gangguan emosi dan afek
Emosi adalah pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh
pada aktivitas tubuh dan menghasilkan sensasi organik. Sedangkan,
afek adalah perasaan emosional seseorang yang menyenangkan atau
tidak yang menyertai suatu pikiran yang berlangsung lama. Emosi
merupakan manifestasi afek yang keluar disertai oleh banyak
komponen fisiologik yang berlangsung singkat.
5. Penyebab gangguan jiwa
Hal-hal yang dapat memengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan
konstitusi, umur dan jenis kelamin, keadaan badaniah, keadaan psikologik,
keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dankepercayaan, pekerjaan,
pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintiai,
agresi, rasa permusuhan, hubungan antar manusia dan sebagainya.
Meskipun gejala umum atau gejala yang meninjil itu terdapat pada unsur
kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di
lingkungan sosial (sosiogenik), ataupun dipsike (psikogenik). Beberapa
penyebab tersebut terjadi bersamaan, lalu timbullah gangguan badan
ataupun jiwa (Yosep, 2010)
Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah apabilamengalami
kelemahan, daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia mungkin
mengalami depresi, karena modern ini diketahui bahwa penyakit pada
otak sering mengakibatkan gangguan jiwa.
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada
ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi (Yosep,2010)
yaitu:
1) Faktor somatik atau organobiologis
a) Neroanatomi
b) Nerofisiologis
c) Nerokimia
d) Tingkat kematangan dan perkembangan organik
10
e) Faktor pre dan peri-natal
2) Faktor psikologis
a) Interaksi ibu – anak dan peranan ayah
b) Persaingan anatara saudara kandung
c) Intelegensi
d) Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
e) Kehilangan, konsep diri, pola adaptasi
f) Tingkat perkembangan emosi
3) Faktor sosio-budaya atau sosiokultural
a) Kestabilan keluarga
b) Pola mengasuh anak
c) Tingkat ekonomi
d) Perumahan, perkotaan lawan pedesaan
6. Dasar hukum pelayanan kedaruratan psikiatri
Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelayanan gawat
darurat adalah undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan,
peraturan menteri Kesehatan nomor 585 tahun 1989 tentang persetujuan
tindakan medis, dan peraturan menteri Kesehatan nomor 159b tahun 1988
tentang rumah sakit. Dipandang dari segi hukum dan medikolegal,
pelayanan gawat darurat berbeda dengan pelayanan gawat darurat karena
memiliki karakteristik khusus. Beberapa isu khusus dalam pelayanan
gawat darurat membutuhkan pengaturan hukum yang khusus dan akan
menimbulkan hubungan hukum yang berbeda dengan keadaan bukan
gawat darurat.
Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah
tegas diatur dalam pasal 51 undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang
praktik kedokteran, dimana seorang dokter wajib melakukan pertolongan
darurat atas dasar kemanusiaan. Selanjutnya, walaupun dalam UU No.23
tahun 1992 tentang kesehatan tidak disebutkan istilah pelayanan gawat
darurat namun secara tersirat upaya penyelenggaraan pelayanan tersebut
11
sebenarnya merupakan hak setiap orang untuk memperoleh derajat
kesehatan yang optimal (pasal 4) selanjutnya pasal 7 mengatur bahwa
"pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata
dan terjangkau oleh masyarakat" termasuk fakir miskin, orang terlantar
dan kurang mampu. Tentunya upaya ini menyangkut pula pelayanan
gawat darurat, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat (swasta).
Rumah sakit Indonesia memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan
pelayanan gawat darurat 24 jam sehari sebagai salah satu persyaratan izin
rumah sakit. Dalam pelayanan gawat darurat tidak diperkenankan untuk
meminta uang muka sebagai persyaratan pemberian pelayanan. Dalam
penanggulangan pasien gawat darurat dikenal pelayanan fase pra-rumah
sakit dan pasti rumah sakit. Pengaturan pelayanan gawat darurat untuk
kasur rumah sakit telah terdapat dalam pengaturan menteri Kesehatan
nomor 159 b tahun 1988 tentang rumah sakit, di mana di mana dalam
pasal 23 telah disebutkan kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan
pelayanan gawat darurat selama 24 jam perhari untuk fase pra rumah sakit
belum ada pengaturan yang spesifik. Secara umum ketentuan yang dapat
dipakai sebagai landasan hukum dalam pasal 7 undang-undang nomor 23
tahun 1992 tentang kesehatan, yang harus dilanjutkan dengan pengaturan
yang spesifik untuk pelayanan gawat darurat pas sampe rumah sakit
bentuk peraturan tersebut adalah pengaturan pemerintah karena
menyangkut berbagai instansi di luar sektor kesehatan.
Pengertian tenaga kesehatan diatur dalam pasal 1 butir 3 undang-undang
nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai berikut:" tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan". Melihat ketentuan
tersebut nampak bahwa profesi kesehatan memerlukan kompetensi
12
tertentu dan kewenangan khusus karena tindakan yang dilakukan
mengandung resiko yang tidak kecil.
Pengaturan tindakan medis secara umum dalam undang-undang nomor 23
tahun 1992 tentang kesehatan dapat dilihat dalam pasal 32 ayat 4 yang
menyatakan bahwa "pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan yang dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu". Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari
tindakan seseorang yang tidak mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk melakukan pengobatan atau perawatan, sehingga akibat yang dapat
merugikan atau membahayakan terhadap kesehatan pasien dapat dihindari
khususnya tindakan medis yang melakukan kandungan resiko.
Pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan
medis diatur dalam pasal 50 undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan yang merumuskan bahwa "tenaga kesehatan bertugas
menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan
bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang
bersangkutan". Pengaturan di atas menyangkut pelayanan gawat darurat
pada pase di rumah sakit, pada dasarnya setiap dokter memiliki
kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan medik termasuk tindakan
spesifik dalam keadaan gawat darurat. Dalam hal pertolongan tersebut
dilakukan oleh tenaga kesehatan maka yang bersangkutan harus
melakukan standar profesi sesuai dengan situasi (gawat darurat) saat itu.
Pelayanan gawat darurat masuk rumah sakit umum nya tindakan
pertolongan pertama dilakukan oleh masyarakat awam baik yang tidak
terlatih maupun yang terlatih di bidang medis. Dalam hal itu ketentuan
perihal kewenangan untuk melakukan tindakan medis dalam undang-
undang kesehatan seperti di atas tidak akan diterapkan, karena masyarakat
melakukan hal itu dengan sukarela dan dengan itikad yang baik. Selain itu
13
mereka tidak dapat disebut sebagai tenaga kesehatan karena pekerjaan
utamanya bukan di bidang kesehatan.
Jika tindakan pra rumah sakit dilaksanakan oleh tenaga terampil yang
telah mendapatkan pendidikan khusus di bidang kedokteran gawat darurat
dan yang memang tugasnya di bidang ini, maka bertanggungjawab
waktunya tidak berbeda dengan tenaga kesehatan di rumah sakit.
Penentuan ada tidaknya kelalaian dilakukan dengan membandingkan
keterampilan tindakannya dengan tenaga yang serupa.
Hal-hal yang disoroti hukum dalam pelayanan gawat darurat dapat
meliputi hubungan hukum dalam pelayanan gawat darurat dan
pembiayaan pelayanan gawat darurat karena secara yuridis keadaan gawat
darurat cenderung menimbulkan privilege tertentu bagi tenaga kesehatan
maka perlu ditegaskan pengertian gawat darurat.
Ada kalanya pasien untuk menempatkan dirinya dalam keadaan gawat
dalam hal pertanggungjawaban hukum, bila pihak pasien membuka tenaga
kesehatan karena diduga terdapat kekeliruan dalam penegakan diagnosis
atau pemberian terapi maka pihak pasien harus membuktikan bahwa
hanya kekeliruan itulah yang menjadi penyebab kerugian atau cacat
(proximate cause). Bila tuduhan kelereng tersebut tidak dilakukan dalam
situasi gawat darurat maka perlu dipertimbangkan faktor kondisi dan
situasi saat peristiwa tersebut terjadi. Jadi tepat atau tidaknya tindakan
tenaga kesehatan perlu dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang
berkualifikasi sama, pada situasi dan kondisi yang sama pula.
Setiap tindakan medis atau mendapat persetujuan dari pasien hal itu telah
di atur sebagai hak pasien dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang kesehatan pasal 53 ayat 2 dan peraturan menteri Kesehatan nomor
585 tahun 1999 tentang persetujuan tindakan medis. Dalam keadaan gawat
darurat di mana harus segera dilakukan tindakan medis pada pasien yang
tidak sadar dan tidak didampingi pasien, tidak perlu persetujuan dari
siapapun. Dalam hal persetujuan tersebut dapat diperoleh dalam bentuk
14
tertulis maka lembar persetujuan tersebut harus disimpan dalam berkas
rekam medis.
7. Strategi umum pemeriksaan pasien kegawatdaruratan psikiatri
1. Perlindungan diri pemeriksa
2. Mencegah bahaya:
Melukai diri sendiri dan bunuh diri
Kekerasan terhadap orang
3. Adakah disebabkan kondisi medis?
4. Adakah kemungkinan psikosis fungsional?
Intervensi keperawatan pada klien kegawatdaruratan psikiatri difokuskan
pada beberapa hal sesuai dengan tujuan dan diagnosa yang sudah
ditetapkan. Pada dasarnya intervensi difokuskan pada:
a. Lingkungan
Dalam merawat kain depresi, prioritas utama ditunjukkan pada
potensial bunuh diri. Krayon yang diajukan merupakan ancaman
terjadinya kecelakaan. Klien memiliki daya nilai yang rendah, senang
tindakan yang beresiko tinggi, tidak mampu menilai realitas yang
berbahaya dan konsekuensi dari perilakunya. Keadaan ini berindikasi
untuk mendapatkan klien pada tempat yang aman misalnya: di lantai
dasar, perabotan yang sederhana, kurangi rangsangan, suasana yang
tenang untuk mengurangi stres dan panik klien.
b. Hubungan perawat-klien
Perawat perlu mempunyai kesadaran diri dan kontrol emosi serta
pengertian yang luas tentang depresi dan mania. Bekerja dengan
crayon depresi pendekatan perawat adalah hangat, menerima, diam
yang aktif, jujur,empati. Sering intervensi ini suka dipertahankan
karena klien tidak memberi respon. Hubungan saling percaya yang
terdapat di perlu dibina dan dipertahankan. Bicara lembut, sederhana
dan beri waktu pada klien untuk berpikir dan menjawab. Berbeda
dengan klien mania yang sangat senang bicara, manipulatif, hiperaktif,
15
konsisten rendah dan singkat, pikiran meloncat, penilaian miskin.
Klien mungkin mendominasi dan memanipulasi klien dan kelompok.
Batasan yang konstruktif diperlukan untuk mengontrol perilaku klien.
c. Afektif
Sangat penting karena kelainan suka mengekspresikan perasaannya.
Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan syarat
utama. Pada klien depresi, perawat harus mempunyai harapan bahwa
klien akan lebih baik. Sikap perawat yang menerima klien, hangat,
sederhana akan mengekresikan pengharapan pada klien. Perawat
bukan menggembirakan dan mengatakan tidak perlu khawatir, tetapi
menenangkan dan menerima klien. Mendorong kain rekreasi dan
pengalaman yang menyakitkan dan menyedihkan secara verbal akan
mengurangi intensitas masalah yang dihadapi dan menjadikan
kehidupan lebih berarti. Jadi intervensi pertama adalah membantu
pasien mengekspresikan, kemudian dilanjutkan dengan intervensi yang
berfokus pada kognitif perilaku atau sosial. Kabinet presiden mania
yang diizinkan mengekspresikan marah, ketidakpuasan, kecemasan
merasakan pengalaman baru, dan kemudian perawat membantu untuk
menganalisis dan menyadari perasaannya dan selanjutnya bersama-
sama mencari alternatif pemecahan masalah sehat dan konstruktif.
d. Kognitif
Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri klien pada
tujuan dan perilaku meningkatkan harga diri dan membantu klien
memodifikasi harapan yang negatif. Depresi yang memandang dirinya
negatif perlu dibantu untuk mengkaji perasaannya dan identifikasi
masalah yang berhubungan. Pikiran negatif yang ada harus diubah
melalui beberapa cara:
1) Identifikasi semua ide pikiran yang negatif
2) Identifikasi aspek positif dari dirinya (yang dimiliki,
kemampuan, keberhasilan, kesempatan)
16
3) Dorong klien menilai persepsi logika rasional
4) Bentuk lain merubah dari tidak realitas kerealitas, dari persepsi
yang salah atau negatif ke persepsi positif
5) Sertakan kelahiran aktivitas yang memperlihatkan hasil. Beri
pengamatan dan pujian
e. Perilaku
Intervensi berfokus pada mengaktifkan klien yang diarahkan pada
tujuan yang secara bertahap dalam aktivitas di ruangan. Kain depresi
berat dengan penurunan motivasi perlu dibuat aktivitas yang
terstruktur. Beri penguatan pada aktivitas yang berhasil.
f. Sosial
Pasal utama dalam intervensi ini adalah kurangnya keterampilan
berinteraksi. Untuk itu diperlukan proses belajar membina hubungan
yang terdiri dari:
1) Mengkaji kemampuan dukungan dan minat client
2) Konservasi dan mengkaji sumber dukungan yang ada pada klien
3) Membimbing client melakukan hubungan interpersonal. Dapat
dengan role model,role play, dengan mencoba pengalaman
hubungan sosial yang lalu
4) Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang
positif
5) Dorong klien untuk memulai hubungan sosial yang lebih luas
(keluarga,klien lain)
g. Fisiologis
Tujuan intervensi ini adalah meningkatkan status kesehatan klien.
Makanan,tidur, kebersihan diri, penampilan yang terganggu
memerlukan perhatian perawat. Dalam hal istirahat klien defisit takut
sehingga memerlukan dukungan. Kayu mania yang selalu segar dan
tidak pernah ngantuk perlu diberi suasana yang mendukung dengan
peraturan yang konstruktif.
17
Evaluasi
Efektivitas asuhan keperawatan dapat dilihat dari perubahan respon
maladaptif. Klien akan dapat:
1) Menerima dan mengakui perasaannya dan perasaan orang lain
2) Memulai komunikasi
3) Mengontrol perilaku sesuai dengan keterbatasannya (tidak
manipulatif)
4) Mempertahankan proses pemecahan masalah
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedaruratan psikiatri dibagi dalam beberapa bagian diantaranya ialah bunuh
diri, gaduh atau gelisah dan penyalahgunaan napza. Bunuh diri adalah setiap
aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w.
Stuart, Keperawatan Jiwa, 2007). Secara garis besar bunuh diri dapat dibagi
menjadi 3 kategori besar yaitu :
1) Upaya bunuh diri (Suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan
menuju bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan
menyebabkan kematian
2) Isyarat bunuh diri (Suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncakan
untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
3) Ancaman bunuh diri (Suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara
langsung atau tidak langsung, verbal atau nonverbal bahwa seseorang
sedang mengupayakan bunuh diri
Setiap orang yang ingin melakukan perilaku bunuh diri biasanya melewati
beberapa rentang ataupun tahap-tahapan diantaranya : Suicidal ideation,
Suicidal intent, Suicidal threat, Suicidal gesture, Suicidal attempt dan suicide.
B. Saran
Perilaku bunuh diri, gelisah/gaduh penyalahgunaan NAPZA dapat di cegah
atau dihindarkan dengan beberapa cara diantaranya :
1. Selalu berpikir positif akan segala hal
2. Selalu mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa
3. Menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang positif
4. Jangan mencoba-coba sesuatu yang tidak baik
19
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/presentation/369951062/1-Deteksi-Dini-Masalah-Kesehatan-
Jiwa diakses pada 29 Oktober 2021
https://id.scribd.com/document/372409397/Makalah-Kegawatdaruratan-Psikiatri-
docx diakes pada 29 Oktober 2021
20