Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT


DARURAT
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gadar I

Disusun Oleh :
Kelompok 2
2B D III KEPERAWATAN

1. Helma Cahya Alfarisa 32722001D19040


2. Lita Peratama 32722001D19050
3. Marli Sri Wahyuni 32722001D19052
4. Muhammad Fakhri Nur 32722001D19064
Aflah
5. Putri Audia 32722001D19082
6. Siti Mayangsari 32722001D19104
7. Yusrina Dzulqisthi Fauziyah 32722001D19118

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
Jl. Karamat No. 36, Karamat, Kec. Sukabumi, Jawa Barat 43122.
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, karena hanya dengan karuniaNya
itulah penyusunan makalah ini dapat disesuaikan dengan rencana.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak.Oleh
karena itulah, Penyusun menyampaikan rasa terima kasih terselesaikannya
makalah ini yang berjudul “Kegawat daruratan pada kasus luka bakar.”
Kelompok kami menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan ini masih
jauh dari sempurna, untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan.Atas perhatian dan tanggapan dari pembaca kami ucapkan terima
kasih.

Sukabumi, November 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Tujuan Makalah...........................................................................................
1. Tujuan Umum.......................................................................................
2. Tujuan Khusus......................................................................................
C. Manfaat Makalah.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian luka bakar...................................................................................
B. Etiologi luka bakar.......................................................................................
C. Patofisiologi luka bakar...............................................................................
D. Manifestasi luka bakar.................................................................................
E. Respon sistemik terhadap luka bakar...........................................................
F. Pemeriksaan fisik.........................................................................................
G. Penatalaksanaan luka bakar.........................................................................
H. Komplikasi...................................................................................................
I. Asuhan keperawatan....................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kegawatdaruratan atau dapat pula disebut sebagai emergency adalah
suatu situasi yang mendesak yang beresiko terhadap kesehatan, kehidupan,
kesejahteraan atau lingkungan. Suatu insiden dapat menjadi suatu
kegawatdaruratan apabila merupakan suatu insiden dan mendesak atau
mengancam nyawa, kesehatan, kesejahteran ataupun lingkungan; insiden yang
sebelumnya menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, kecacatan, merusak
kesejahteraan, ataupun merusak lingkungan; atau insiden yang memiliki
probabilitas yang tinggi untuk menyebabkan bahaya langsung ke kehidupan,
kesehatan, kesejahteraan ataupun lingkungan.
Kegawatdaruratan medis adalah insiden cedera atau sakit yang akut dan
menimbulkan resiko langsung terhadap kehidupan atau kesehatan jangka
panjang seseorang. Keadaan darurat tersebut memerlukan bantuan orang lain
yang idealnya memiliki kualisifikasi dalam melakukan pertolongan, hal ini
membutuhkan keterlibatan dari berbagai pelayanan multilevel, baik dari
pemberi pertolongan pertama, teknisi sampai kelayanan kesehatan gawat
darurat.
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter,
jenis yang beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif
tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan
juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena
api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu
tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau
akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga.
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh
pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit
melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan
sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra
tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera
kulit yang sebagian besar dapat dicegah.

1
2

Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat
setiap tahunnya. Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan
rawat jalan dan 100 ribu pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang
meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang
berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus luka bakar dirumah
sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif
dalam pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep
pencegahan dan mempromosikan undang undang tentang pengamanan
kebakaran. Asuhan keperawatan komprehensif yang diberikan manakala terjadi
luka bakar adalah penting untuk pencegahan kematian dan kecacatan. Adalah
penting bagi perawat untuk memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan
yang saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar
juga penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka
bakar dan keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif
perawat dapat memberikan intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua
tahapan penyembuhan.

B. Tujuan makalah
1. Tujuan khusus
1) Apa itu Pengertian luka bakar?
2) Apa itu Etiologi luka bakar?
3) Apa itu Patofisiologi luka bakar?
4) Apa itu Manifestasi luka bakar?
5) Apa itu Respon sistemik terhadap luka bakar?
6) Apa itu Pemeriksaan fisik?
7) Apa itu Penatalaksanaan luka bakar?
8) Apa itu Komplikasi?
2. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan mampu menangani masalah keperawatan
pada manajemen sirkulasi pada pasien dengan syok hipovolemik

C. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu agar kita bisa mempelajari
dan mengetahu tentang:
1) Untuk mengetahui Pengertian luka bakar?
2) Untuk mengetahui Etiologi luka bakar?
3

3) Untuk mengetahui Patofisiologi luka bakar?


4) Untuk mengetahui Manifestasi luka bakar?
5) Untuk mengetahui Respon sistemik terhadap luka bakar?
6) Untuk mengetahui Pemeriksaan fisik?
7) Untuk mengetahui Penatalaksanaan luka bakar?
8) Untuk mengetahui Komplikasi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Luka Bakar

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash),
terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan
listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn).
Luka bakar adalah kondisi atau terjadinya luka akibat terbakar, yang hanya
disebabbkan oleh panas yang tinggi, tetapi oleh senyawa kimia, llistrik, dan
pemanjanan (exposure) berlebihan terhadap sinar matahari.
Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api,air panas,listrik,bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu
rendah,luka bakar ini bisa menyebabkan kematian ,atau akibat lain yang berkaitan
dengan problem fungsi maupun estetika..

B. Etiologi Luka Bakar

Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia.
Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat
panas, durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit (Schwarts et al, 1999).
Tipe luka bakar:

1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)


Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) , jilatan api
ke tubuh (flash), kobaran apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas,
dll.) (Schwarts et al, 1999).
2. Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih
yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga (Schwarts et al,
1999).
3. Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada
pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan

4
5

gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi


kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun ground (Moenadjat,
2001).
4. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk
keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar
sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar
radiasi (Gillespie, 2009).
C. Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung
atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44°C tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat
kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang
tahan terhadap konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan
cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah; dalam hal ini bukan hanya
cairan tetapi juga plasma (protein) dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan
perubahan permeabilitas yang hampir menyeluruh, penimbunan jaringan masif di
intersisiel menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler
mengalami defisit, timbul ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi
oksigen ke jaringan. Kondisi ini dikenal dengan sebutan syok.

Luka bakar secara klasik dibagi atas derajat I, II, dan III. Penggunaan sistem
klasifikasi ini dapat memberikan gambaran klinik tentang apakah luka dapat sembuh
secara spontan ataukah membutuhkan cangkokan. Kedalaman luka tidak hanya
bergantung pada tipe agen bakar dan saat kontaknya, tetapi juga terhadap ketebalan
kulit di daerah luka (Sabiston, 1995).

D. Manifestasi Klinis Luka Bakar

Untuk mengetahui gambaran klinik tentang luka bakar (Combustio) maka perlu
mempelajari :
1. Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara “ Role of nine “ yaitu dengan tubuh
dianggap 9 % yang terjadi antara
a. Kepala dan leher : 9 %
b. Dada dan perut : 18 %
c. Punggung hingga pantat : 18 %
d. Anggota gerak atas masing-masing :9%
e. Anggota gerak bawah masing-masing : 18 %
f. Perineum: 9 %
2. Derajat Luka Bakar
a. Grade I
6

• Jaringan yang rusak hanya epidermis.


• Klinis ada nyeri, warna kemerahan, kulit kering.
• Tes jarum ada hiperalgesia.
• Lama sembuh + 7 hari.
• Hasil kulit menjadi normal.
b. Grade II
- Grade II a

• Jaringan yang rusak sebagian dermis, folikel, rambut, dan kelenjar


keringat utuh.
• Rasa nyeri warna merah pada lesi.
• Adanya cairan pada bula.
• Waktu sembuh + 7 - 14 hari.
- Grade II b
• Jaringan yang rusak sampai dermis, hanya kelenjar keringan yang
utuh.
• Eritema, kadang ada sikatrik.
• Waktu sembuh + 14 – 21 hari.
- Grade III
• Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis.
• Kulit kering, kaku, terlihat gosong.
• Terasa nyeri karena ujung saraf rusak.
• Waktu sembuh lebih dari 21 hari.
- Grade IV
Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang.

3. Pengelolaan Luka Bakar


a. Luka bakar ringan
• Luka bakar grade I dan II luasnya kurang 15 % pada orang dewasa.
• Luka bakar grade I dan II luasnya kurang 10 % pada anak
• Luka bakar grade III luasnya kurang 2 %
b. Luka bakar sedang
• Luka bakar grade II luasnya 15 – 25 % pada orang dewasa
• Luka bakar grade II luasnya 10 – 20 % pada anak
• Luka bakar grade II luasnya kurang 10 %
c. Luka bakar berat
• Luka bakar grade II luasnya lebih dari 25 % pada orang dewasa
• Luka bakar grade II luasnya lebih dari 20 % pada anak
• Luka bakar grade III luasnya lebih dari 10 %
• Luka bakar grade IV mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kulit,
genetalia serta persendian ketiak, semua penderita dengan inhalasi luka
bakar dengan konplikasi berat dan menderita DM.
7

4. Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan
kedalaman luka
• Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi
merah, nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau
membengkak.Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih; belum
terbentuk lepuhan.
• Luka bakar derajat II
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya
tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika
disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri
• Luka bakar derajat III
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa
berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar.
Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan
luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh
dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya.Jika
disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah
mengalami kerusakan.
5. Cedera inhalasi biasanya timbul dalam 24 sampai 48 jam pertama pasca luka
bakar
• Keracunan karbon monoksida
Karakteristik tanda fisik tidak ada dan warna kulit merah bertanda cheery
hampir tidak pernah terlihat pada pasien luka bakar. Manifestasi Susunan
Syaraf Pusat dari sakit kepala sampai koma hingga kematian.
• Distress pernafasan
Penurunan oksigenasi arterial akibat rendahnya perfusi jaringan dan
syok. Penyebab distress adalah edema laring atau spasme dan akumulasi
lendir.Adapun tanda-tanda distress pernafasan yaitu serak, ngiler dan
ketidakmampuan menangani sekresi.
• Cidera pulmonal
Inhalasi produk-produk terbakar tidak sempurna mengakibatkan
pneumonitis kimiawi.Pohon pulmonal menjadi teriritasi dan edematosa pada
24 jam pertama. Edema pulmonal terjadi sampai 7 hari setelah cedera. Pasien
irasional atau tidak sadar tergantung tingkat hipoksia. Tanda-tanda cedera
pulmonal adalah pernafasan cepat dan sulit, krakles, stridor dan batuk pendek.

E. Respon Sistemik Terhadap Luka Bakar

1. Sistem Kardiovaskular
a. Penurunan cardiak output karena kehilangan cairan;tekanan darah menurun,
hal ini merupakan awitan syok. Hal ini terjadi karena saraf simpatis akan
melepaskan kotekolamin yang meningkatkan resistensi perifer
8

(vasokonstriksi) dan peningkatan frekuensi nadi sehingga terjadi penurunan


cardiak output.
b. Kebocoran cairan terbesar terjadi dalam 24 – 36 jam pertama sesudah luka
bakar dan mencapai puncak dalam waktu 6 – 8 jam. Pada luka bakar < 30 %
efeknya lokal, dimana akan terjadi oedema/lepuh pada area lokal, oedema
bertambah berat bila terjadi pada daerah sirkumferensial, bisa terjadi iskemia
pada derah distal sehingga timbul kompartemen sindrom. Bila luka bakar >
30 % efeknya sistemik. Pada luka bakar yang parah akan mengalami oedema
masif.
2. Efek Pada Cairan dan Elektrolit
a. Volume darah mendadak turun, terjadi kehilangan cairan lewat evaporasi, hal
ini dapat mencapai 3 – 5 liter dalam 24 jam sebelum permukaan kulit ditutup.
b. Hyponatremia; sering terjadi dalam minggu pertama fase akut karena air
berpindah dari interstisial ke dalam vaskuler.
c. Hypolkalemia, segera setelah luka bakar sebagai akibat destruksi sel masif,
kondisi ini dapat terjadi kemudian denghan berpindahnya cairan dan tidak
memadainya asupan cairan.
d. Anemia, karena penghancuran sel darah merah, HMT meningkat karena
kehilangan plasma.
e. Trombositopenia dan masa pembekuan memanjang.
3. Respon Pulmonal
a. Hyperventilasi dapat terjadi karena pada luka bakar berat terjadi
hipermetabolik dan respon lokal sehingga konsumsi oksigen meningkat dua
kali lipat.
b. Cedera saluran nafas atas dan cedera inflamasi di bawah glotis dan keracunan
CO2 serta defek restriktif.
4. Respon Gastrointestinal
Terjadi ileus paralitik ditandai dengan berkurangnya peristaltik usus dan
bising usus; terjadi distensi lambung dan nausea serta muntah, kondisi ini perlu
dekompresi dengan pemasangan NGT, ulkus curling yaitu stess fisiologis yang
masif menyebabkan perdarahan dengan gejala: darah dalam feses, muntah seperti
kopi atau fomitus berdarah, hal ini menunjukan lesi lambung/duodenum.
5. Respon Sistemik Lainnya
a. Terjadi perubahan fungsional karena menurunnya volume darah, Hb dan
mioglobin menyumbat tubulus renal, hal ini bisa menyebabkan nekrosis akut
tubuler dan gagal ginjal akut.
9

b. Perubahan pertahanann imunologis tubuh; kehinlangan integritas kulit,


perubahan kadar Ig serta komplemen serum, gagngguan fungsi netrofil,
lomfositopenia, resiko tinggi sepsis.
c. Hypotermia, terjadi pada jam pertama setelah luka bakar karena hilangnya
kulit, kemudian hipermetabolisme menyebabkan hipertermia kendati tidak
terjadi infeksi.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi


sehubungan dengan perpindahan/ kehilangan cairan.
2. Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDM
dan penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
3. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan
interstitial/ gangguan pompa natrium.
4. Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan
jaringan dalam dan kehilangan protein.
5. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasI
6. Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
7. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar
listrik.
8. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
9. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
10. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
11. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan.
12. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.

G. Penatalaksanaan Luka Bakar

1. Penatalaksanaan Konservatif

a. Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk
mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena
tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan
(drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki
karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk
memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia
atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda
dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar
dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan
membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat
10

menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan


menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-
obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam
mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis
b. Hospital
 Resusitasi A, B, C.

- Airway, apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka


segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya
trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api,
luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum
yang hitam.
- Breathing, eschar yang melingkari dada dapat menghambat
gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa
juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat
gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan
fraktur costae
- Circulation, luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok
hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen
cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat
diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans
• Resusitasi Cairan - Cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah : a)
Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
b) Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
c) 3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (a). (b), (c) diberikan dalam 8 jam
pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada
hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari pertama.
Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang
diberikan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian lakukan
penghitungan diuresis.
- Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai.
Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan
rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
11

Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama,


sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan
elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi.
Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari
pertama.
- Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
- Monitor urine dan CVP.
- Topikal dan tutup luka
• Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang
jaringan nekrotik.
• Tulle
• Silver sulfa diazin tebal.
• Tutup kassa tebal.
• Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
- Obat – obatan
• Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak
kejadian.
• Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan
sesuai kultur.
• Analgetik : kuat (morfin, petidine)
• Antasida : kalau perlu
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar
pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal
akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri,
kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal.
Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka
eskar sampai penjepitan bebas.Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk
membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. (Arif, 2000)

H. Komplikasi

1. Infeksi
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat
mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk
kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif
(menekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema
larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.
2. Curling’s ulcer (ulkus Curling)
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10. Terjadi
ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis.
Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga
berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di
duodenum.
3. Gangguan Jalan nafas
12

Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama.
Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan
jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian
kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
4. Konvulsi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obatobatan
(penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
5. Kontraktur
Merupakan gangguan fungsi pergerakan
Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut
I. Asuhan keperawatan
1. PENGKAJIAN
Luas dan kedalaman luka bakar juga rentang waktu dan keadaan sekeliling
cedera luka bakar adalah data yang harus didapatkan dalam pengkajian
luka bakar. Untuk mengkaji tingkat keparahan luka bakar, beberapa hal
yang harus dikaji adalah prosentase luas permukaan tubuh yang terbakar,
kedalaman, letak anatomis, adanya cedera inhalasi, usia, cedera lain yang
bersamaan. Penentuan luas permukaan tubuh yang terbakar pada
umumnya menggunakan “Rule of Nine”, aturan tersebut membagi tubuh
ke dalam kelipatan 9. Bagian kepala dihitung sebagai 9%, masing-masing
lengan 9%, masing-masing kaki 18%, bagian depan tubuh (trunkus
anterior) 18%, bagian belakang tubuh (trunkus posterior) 18% dan
perineum 1%, dengan total 100%. Data adanya cedera inhalasi yang
menyertai luka bakar perlu dikaji untuk mengetahui kemungkinan
perburukan kondisi pasien secara progresif karena sumbatan jalan nafas
akibat oedema mukosa
(mukosa melepuh). Data tersebut dapat berupa bulu hidung hangus
terbakar, luka bakar pada
wajah, perioral atau leher, perubahan suara, batuk serak dan pendek,
krakles, stridor, pernapasan cepat dan sulit adanya cedera inhalasi yang
menyertai luka bakar perlu dikaji untuk mengetahui kemungkinan
perburukan kondisi pasien secara progresif karena sumbatan jalan nafas
akibat oedema mukosa (mukosa melepuh). Data tersebut dapat berupa
bulu hidung hangus terbakar, luka bakar pada wajah, perioral atau leher,
13

perubahan suara, batuk serak dan pendek, krakles, stridor, pernapasan


cepat dan sulit.
2. Diagnosa keperawatan
Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, peningkatan tekanan hidrostatik kapiler, penurunan tekanan
osmotik koloid kapiler.
3. Intervensi keperawatan
Nilai keadaan umum pasien, jalan nafas (A), pernafasan (B) dan sirkulasi
(C); Pasang NGT jika diperlukan; Pasang kateter urin jika luka bakar >
30%
derajat II & III; Rehidrasi sesuai kebutuhan; Terapi O2: pada trauma
inhalasi dapat dilakukan nebulasi dengan bronchodilator; Kolaborasi
pemberian obat; Pemantauan: Status kesadaran(GCS) dan kardiovaskular,
tanda vital, urine output, BJ urine, nilai CVP jika terpasang dan analisa gas
darah.
4. evaluasi
Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan yaitu tanda vital
dalam batas normal dan stabil, tidak terjadi penurunan kesadaran, dan
produksi urin dalam batas normal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama
terhadap kemungkinan lingkugan yang merugikan. Kulit yang melindungi tubuh
dari infeksi, mecegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh,
berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi
vitamin D dan mempengaruhi citra tubuh
Luka bakar adalah hal yang umum namun merupakan bentuk cedera kulit yang
sebagian besar dapat dicegah. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik dan radiasi.

B. Saran

Diharapkan dapat mengetahui mengenai penanganan kegawatdaruratan luka


bakar lebih dalam dan luas untuk menambah pengetahuan dan kecakapan di dunia
keperawatan

14
DAFTAR PUSTAKA

https://iputujuniarthasemaraputra.wordpress.com/2012/08/25/asuhankeperawatan-
luka-bakar/

Bruner and Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, Edisi 1,


EGC, Jakarta.

Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid II, 1997.

Anda mungkin juga menyukai