Anda di halaman 1dari 2

Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik

 Gibran dan Sekwat menyatakan bahwa perkembangan teori penganggaran selama ini
hanyalah proses mekanikal yang hanya untuk mengalokasikan sejumlah uang, tanpa
memperhatikan pertanyaan normatif dan nilai-nilai sosial politik yang melingkupinya dan
hal ini sebenarnya sudah disadari sejak delapan puluh dua tahun yang lalu oleh V. O. Key
(1940). Oleh karena itu, perlu untuk dikaji ulang teori penganggaran yang ada saat ini
sehingga dirasa perlu arah alternatif baru dalam pengembangan teori penganggaran yang
akan memberikan potensi besar terbentuknya teori penganggaran yang lebih heuristics.
 Gibran dan Sekwat mencatat bahwa secara historis pengaruh arus pemikiran yang
menekankan pada analisis sains dan kemajuan teknologi terhadap perkembangan teori
penganggaran publik pada periode tahun 1896-1920 berhasil memisahkan bentuk
penganggaran dari nilai-nilai, perilaku, makna dan lingkungan sosial politik. Teori
penganggaran publik tidak lepas dari perkembangan teori administrasi publik dan teori
organisasi.
 Lewis (1997, 157-159) menunjukkan fakta bahwa gerakan manajemen sains dan
manajemen administrative berpengaruh signifikan dalam membentuk kekuatan politik
dan ideology sehingga menuntut diberlakukannya Budgeting and Accounting Act tahun
1921. Pembaruan awal tersebut mendukung pembatasan cakupan aktivitas pemerintah
untuk menyimpan dana. Kemudian sistem penganggaran yang dihasilkan tahun 1921
berfokus pada pengendalian.
 Di tahun 1949, Hoover Commission meninjau ulang isu dari penganggaran publik dan
menyarankan pengadopsian penganggaran kinerja (performance budgeting). Metode ini
didasarkan pada fungsi dan aktivitas pemerintah dalam mengimplementasikan
kebijakannya. Para pembaru (reformers) berharap bahwa teknik penganggaran ini akan
memungkinkan manajer-manajer program, kepala-kepala agensi, pejabat negara dan
warga negara untuk mengidentifikasikan biaya-biaya yang dikaitkan dengan aktivitas
pemerintah.

 Gibran dan Sekwat menyarankan empat (4) argumentasi berikut ini.


1. Teori penganggaran seharusnya selalu sadar bagaimana individu bereaksi, lokasi mereka,
fungsi dan interaksi pada sebuah sistem yang lebih besar.
2. Kajian tentang penganggaran seharusnya pertama kali ditujukan ke makro, kemudian
konteksi mikro sistem penganggaran seharusnya memandang anggaran hanya sebagai
hasil dari sistem yang dinamis dari multi rasionalitas yang mengoperasikan secara
berbeda dalam bagian yang berbeda atas proses penganggaran
3. Sebuah teori tentang penganggaran seharusnya menjelaskan bagaimana interaksi antara
tingkat makro pemerintah memengaruhi perilaku partisipan pada subsistem penganggaran
dan membantu untuk menentukan kekuatan apa yang memengaruhi tujuan kebijakan,
bagaimana tujuan penganggaran dipandang dan apa yang cocok serta hasil yang
dihasilkan dari interaksi ini.
4. Tingkat pemisahan atas subsistem penganggaran dengan menerapkan tingkat rasionalitas
yang berbeda, model ini menyediakan kita dengan sebuah metode yang menguatkan
beberapa masalah metodologi pada teori penganggaran tradisional.
Sistem Penganggaran di Indonesia
 Sistem anggaran di Indonesia pada awalnya mengikuti sistem anggaran tradisional
(traditional budgeting system) yang berakhir secara bertahap sampai tahun anggaran
1970/1971 untuk anggaran pembangunan, sedangkan anggaran rutin disusun secara
tradisional berakhir pada tahun 1973/1974.
 Sistem anggaran tradisional lebih menekankan pada aspek pelaksanaan dan pengawasan
anggaran. Dalam pelaksanaan yang dipentingkan adalah besarnya hak tiap
departemen/lembaga sesuai dengan obyek dan sudah dibenarkan apabila sesuai dengan
peraturan dan prosedur yang berlaku. Sedangkan dalam pengawasannya yang diutamakan
adalah keabsahan bukti transaksi dan kewajaran laporan keuangan.
 Kemudian dalam perkembangan dikenal sistem anggaran kinerja (PBS – Project Base
Sukuk) yang untuk pertama kali pada tahun anggaran 1970/1971 untuk anggaran
pembangunan. Anggaran ditetapkan berdasarkan program-program pembangunan yang
menjadi tujuan pembangunan yang akan dicapai.
 Dalam Daftar Isian Proyek (DIP) disebutkan penanggungjawab proyek, nama proyek,
letak, waktu dimulai dan perkiraan tanggal selesai. DIP berisi rencana fisik dan perkiraan
biaya yang harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan dan Bappenas.
 Sedangkan PBS bagi anggaran rutin baru dimulai pada tahun anggaran 1973/1974. Dalam
anggaran rutin digunakan daftar isian kegiatan (DIK) sebagai dasar otorisasi bagi
departemen/lembaga dalam melaksanakan anggaran belanja rutin.
 Dengan diterapkan DIP dan DIK maka sejak tahun anggaran 1973/1974 maka Indonesia
menganut sistem anggaran PBS. Sistem ini lebih menekan pada aspek manajemen yaitu
memperhatikan segi ekonomi, keuangan serta pelaksanaan anggaran maupun hasil fisik
yang dicapai.
 Pada masa reformasi diterapkan anggaran berbasis prestasi kinerja. Langkah untuk
menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja di sektor publik, perlu pula
dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar sesuai dengan klasifikasi yang digunakan
secara internasional. Karena itu belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi dan
jenis belanja (Pasal 11 Ayat 5).
 Perubahan-perubahan penting dalam sistem penganggaran melalui UU No.17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara adalah: pertama, penerapan Pendekatan Penganggaran
dengan Perspektif Jangka Menengah; kedua, penerapan Penganggaran Secara Terpadu;
dan, ketiga menerapkan Penganggaran Berdasarkan Kinerja.
 APBN saat ini menggunakan sistem anggaran berbasis kinerja berdasarkan UU Nomor 1
tahun 2004.

Anda mungkin juga menyukai