ABSTRAK
Korupsi merupakan masalah serius, dimana tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan
keselamatan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial, ekonomi dan politik, serta dapat
membahayakan nilai demokrasi dan moralitas karena tindakan ini menjadi ancaman besar bagi
tujuan keadilan dan masyarakat sejahtera. Ganti rugi negara dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu menggunakan instrumen pidana dan instrumen privat. Tahap penyidikan menjadi salah satu
tahapan terpenting dalam proses ganti rugi negara melalui instrumen pidana. Pada tahap ini, ganti
rugi negara dapat dilakukan oleh tersangka. Padahal masalah itu bisa muncul dari salah tafsir dari
penyidik yang menganggap ganti rugi negara oleh tersangka dalam tahap penyidikan bisa
berkurang bahkan menghentikan penyidikan oleh penyidik. Secara yuridis, ganti rugi negara yang
terjadi dalam tahap penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan di pengadilan hanya dapat
mempengaruhi penetapan pidana ringan bagi tersangka atau terdakwa, tetapi tidak
menghilangkan sifat melawan hukum itu sendiri. Penelitian ini menggunakan metode yuridis
normatif dan bertujuan untuk mempelajari akibat hukum kerugian keuangan negara dalam tahap
penyidikan tindak pidana korupsi.
Perundang Undangan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
Undang-undang Nomor 7 tahun 2006
tentang Pengesahan United
Nations Convention Against
Corruption (Konvensi Anti
Korupsi)
.
Lain-lain
Namawi Arief Barda, Penanggulangan
tindak pidana korupsi di Era
peningkatan Supremasi
Hukum “
Ita Kurniasih, Suatu Tinjauan Yuridis :
Kerugian Negara Vs Kerugian
Persero,