Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTIKUM BIOPROSES

ISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN PERHITUNGAN MIKROBA DARI


MIKROORGANISME LOKAL BUAH (JERUK,NANAS,DAN SEMANGKA)

Di susun oleh:

Risca Taranita
2141420089

1E D4 Teknologi Kimia Industri

POLITEKNIK NEGERI MALANG


TAHUN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “PRAKTIKUM BIOPROSES”. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.

Penulisan laporan praktikum ini adalah tugas dari mata kuliah Praktikum
Bioproses yang disusun untuk memenuhi dan menyempurnakan tugas yang telah
dilakukan secara individu di labolatorium bioproses Praktikan mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Dr. Yanty Maryanty, S.T, M.Si, Dosen Pengampu mata
kuliah Praktikum Bioproses, Ibu Atiqotuzzummah A.Md, teknisi labolatorium
bioproses, kedua Orang Tua praktikan, dan kepada teman-teman kelas 1E D4
Teknologi Kimia Industri yang selalu membantu praktikan dalam pelaksanaan
praktikum dan menyusun laporan. Praktikan juga berterima kasih kepada semua
pihak, yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Karena dalam penyusunan laporan ini, selaku praktikan menyadari masih
banyak yang perlu dipelajari dan dibahas. Oleh karena itu, sangat diharapkan
adanya kritik dan saran untuk menjadikan laporan praktikum ini menjadi lebih
baik. Saya selaku praktikan mohon maaf apabila masih ada kekurangan dalam
penyusunan laporan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat. Demikian yang dapat
disampaikan, saya ucapkan terima kasih.
 
Kediri, 22 Desember 2021

Risca Taranita
2141420089

ii
ABSTRAK

Dewasa ini masyarakat cenderung memilih produk yang menggunakan produk


pertanian dengan pupuk organic karena isu lingkungan yang sedang marak bahwa
pupuk dengan bahan kimia dapat merusak ekosistem lingkungan.Pupuk kimia,
pestisida, herbisida dan input pertanian lainnya yang berasal dari bahan bakar fosil
sebenarnya membuat produksi pertanian meningkat, namun kesadaran dan
keprihatinan atas efek negatif pada produktivitas tanah dan kualitas lingkungan
tidak dapat diabaikan.Oleh karena itu diperlukan pupuk organik dengan
kemampuan meningkatkan produktivitas pertanian yang tidak kalah dari pupuk
berbahan kimia.Yaitu dengan melibatkat mikroba atau penambahan starter MOL
pada fermentasi pupuk. Larutan MOL merupakan cairan hasil fermentasi dari
substrat atau media tertentu yang tersedia di sekitar lingkungan, seperti daun
gamal, keong mas, nasi, air kencing, bonggol pisang, limbah buah-buahan, limbah
sayuran dan lain-lain (Handayani dkk., 2015). MOL terdiri atas 3 komponen
utama Karbohidrat (air cucian beras (Tajin), nasi bekas (casserole), ampas
singkong, kentang, gandum), Glukosa (gula merah yang dilarutkan dalam air, gula
cair, gula leleh, dapat dari air gula dan air kelapa), Sumber bakteri (kotoran
hewan, sampah dapur, limbah oragnik, atau juga limbah buah buahan.Pada
praktikum kali ini sumber bakteri berasal dari buah buahan dan glukosa nya
berasal dari air kelapa dan air gula merah.Setelah dilakukan isolasi cawan
tuang ,pengenceran berseri dan cawan gores dengan media NA dan identifikasi
bentuk,elevasi,warna,ukuran dan tepian didapati 2 koloni.Sedabngkan ketika
dilakukan identifikasi dengan mikroskop didapati deengan bentuk cocus dan
saling berikatan .Diasumsikan berdasarkan ciri ciri yang ada dan sumber jurnal
bakteri tersebut mirip dengan streptococcus sp.Yang kemudian dilakukan
perhitungan langsung dengan menggunakan hemasitometer didapati jumlah
bakteri sebanyak 7,2x106sel/mL sedangkan perhitungan tidak langsung pada
colony counter hanya didapati 3,5 x 105

iii
Kata kunci :MOL Buah,Identifikasi,Isolasi,Perhitungan

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

ABSTRAK..............................................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1. Latar Belakang..................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................2

1.3. Tujuan...............................................................................................2

1.4. Ruang Lingkup Masalah...................................................................2

1.5. Batasan Masalah...............................................................................3

1.6. Manfaat.............................................................................................3

BAB 2 LANDASAN TEORI..................................................................................4

2.1. Larutan MOL..................................................................................10

2.2. ISOLASI.........................................................................................11

2.3. MEDIA...........................................................................................14

2.4. Identifikasi Bakteri.........................................................................15

2.5. PERHITUNGAN BAKTERI.........................................................16

BAB 3 METODE PENELITIAN.........................................................................19

3.1. Metode Penelitian...........................................................................19

3.2. Waktu dan Tempat.........................................................................19

3.3. Alat dan Bahan...............................................................................20

3.4. Prosedur..........................................................................................23

3.5. Skema Kerja...................................................................................27

3.6. Variabel Pengamatan......................................................................33

3.7. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data........................................33

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENGAMATAN...................................27

v
4.1. Pembuatan MOL............................................................................27

4.2. Isolasi..............................................................................................35

4.3. Identifikasi......................................................................................39

4.4. Perhitungan.....................................................................................41

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................47

5.1. KESIMPULAN..............................................................................47

5.2. SARAN..........................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................49

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini masyarakat cenderung memilih produk yang


menggunakan produk pertanian dengan pupuk organic karena isu
lingkungan yang sedang marak bahwa pupuk dengan bahan kimia dapat
merusak ekosistem lingkungan.Pupuk kimia, pestisida, herbisida dan input
pertanian lainnya yang berasal dari bahan bakar fosil sebenarnya membuat
produksi pertanian meningkat, namun kesadaran dan keprihatinan atas efek
negatif pada produktivitas tanah dan kualitas lingkungan tidak dapat
diabaikan (Vaxvanidou, Christou, Kremmydas, Georgakopoulos, dan
Papassiopi 2015).Jika penggunaan pupuk berbahan kimia ini tetap
berlanjut,hal ini akan merusak keanekaragaman hayati dan malah berakibat
kelangkaan pangan yang .Karena pada prinsipnya tanaman tidak akan
menyerap 100% zat yang ada pada pupuk kimia atau pestisida sehingga
akan terdapat residu yang tertinggal yang dapat menyebabkan tanah keras
dan organisme penggembur tanah pun tidak dapat hidup sehingga
produktivitas dari suatu lahan akan menurun.Selain itu ditinjau dari segi
biaya pupuk kimia relatif lebih tinggi sehingga perlu dikembangkan
alternatif untuk meningkatkan produktivitas,salah satunya dengan
melibatkan penggunaan mikroba.

Penggunaan mikroba yang dimaksudkan adalah mikroba dijadikan


starter dalam pembuatan pupuk yang biasa disebut dengan MOL.Bahan
yang digunakan dalam pembuatan MOL adalah limbah rumah tangga seperti
buah buahan,sayur sayuran atau bisa juga berasal dari limbah kotoran
ternak.Penggunaan mikroba untuk proses fermentasi ini akan membantu
produksi bakteri asam laktat (BAL) sebagai pengdekomposer bahan organik
dapat diperoleh dari limbah buah dan sayuran yang di fermentasi BAL juga
akan membantu dalam memperbaiki kualitas unsur hara pupuk organik
secara alami.

1
Indonesia memiliki keragaman hayati yang sangat tinggi, aneka
tanaman, buah-buahan, sayur-sayuran. Sementara itu limbah kulit buah-
buahan belum dimanfaatkan secara optimal (Melliawati, Nuryati, dan Luluk
(2015) Limbah pertanian dapat diolah untuk membuat pupuk organik
(biokompos), dengan teknik fermentasi bantuan mikroorganisme limbah
pertanian dapat digunakan sebagai pupuk, hal ini akan membuat
penggunaan pupuk akan lebih efesien secara biaya dan produksi, sehat dan
tentunya nilai jual yang tinggi. Limbah pertanian yang tidak mempunyai
nilai jual dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan pupuk
organik dengan 2 metode fermentasi. Fermentasi ini diharapkan
menghasilkan produk yang mengandung MOL dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk organik yang ramah lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana proses pembuatan MOL buah?


1.2.2. Bagaimana teknik isolasi dan identifikasi bakteri pada MOL buah?
1.2.3. Bagaimana cara perhitungan bakteri yang terdapat pada MOL buah?

1.3. Tujuan

1.3.1. Mengetahui cara pembuatan mol buah buahan


1.3.2. Mengetahui teknik isolasi dan identifikasi bakteri pada MOL buah
1.3.3. Mengetahui cara dan jumlah bakteri yang terdapat pada MOL buah

1.4. Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup yang akan dibahas adalah mengenai isolasi


mikroorganisme dengan metode cawan tuang, pengenceran berseri, dan
cawan gores yang kemudian akan diidentifikasi bakteri dan dilakukan
perhitungan pada MOL buah

2
1.5. Batasan Masalah

1.5.1. Isolasi,identifikasi,danperhitungan dilakukan pada MOL buah yang


terdiri dari jeruk keprok ,nanas dengan varietas queen yang biasa
disebut nanas jawa,dan semangka merah serta nutrisi
mikroorganisme adalah air kelapa dan gula merah dengan waktu
fermentasi 14 hari
1.5.2. Inkubasi dilakukan selama 2 hari
1.5.3. Isolasi dilakukan menggunakan media NA sehingga hanya
menumbuhkan bakteri
1.5.4. Identifikasi mikroorganisme hanya ukuran, bentuk, tepian, dan
elevasi koloni.
1.5.5. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan colony counter dan
hemasitometer

1.6. Manfaat

Dalam praktikum ini pembuatan MOL menggunakan limbah buah


buahan .Praktikan berharap pembuatan MOL buah ini dapat
mengoptimalkan pengolahan limbah buah buahan sehingga tidak terbuang
dengan sia sia dan malah menibulkan bau yang tidak sedap.Selain itu
pembuatan MOL buah ini bertujuan menekan biaya pembelian decomposer
organik sehingga masyarakat dapat memproduksi pupuk dengan biaya yang
relatif lebih murah namun tetap bisa menambah produktivitas produksi
pertanian.

3
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. Larutan MOL

Larutan MOL merupakan cairan hasil fermentasi dari substrat atau


media tertentu yang tersedia di sekitar lingkungan, seperti daun gamal,
keong mas, nasi, air kencing, bonggol pisang, limbah buah-buahan, limbah
sayuran dan lain-lain (Handayani dkk., 2015). Larutan MOL mengandung
unsur hara makro, mikro, 4 dan mengandung mikroorganisme yang
berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan
agen pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga baik digunakan
sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida organik (Handayani dkk,.
2015).

Buah buahan busuk yang tidak bisa dimakan lagi bisa dimanfaatkan
sebagai MOL. MOL yang dibuat dari buah busuk dapat digunakan untuk
untuk pengomposan maupun untuk disemprotkan pada tanaman. Buah
busuk yang dapat digunakan adlah buah apa saja seperti: semangka,jeruk,
nanas, apel, salak, dll. (Nisa et.al 2016)Dalam buah buahan yang telah
busuk dapat diperoleh mikroba mikroba yang digunakan untuk membuat
MOL.

2.1.1. Nanas

Tanaman nanas merupakan tanaman buah yang selalu tersedia


sepanjang tahun dan merupakan tanaman yang tergolong dalam tanaman
yang tahan terhadap kemarau dan dapat hidup dengan baik sekitar suhu
30oC. Tanaman nanas berbentuk semak dan hidupnya bersifat
perenni.Tanaman nanas terdiri dari akar, batang, daun, batang, bunga, buah
dan tunas-tunas (Rukmana, 1996).

4
Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak
dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai
banyak manfaat terutama pada buahnya. Buah nanas (Ananas comosus L.
Merr) merupakan salah satu jenis buah yang terdapat di Indonesia,
mempunyai penyebaran yang merata. Selain dikonsumsi sebagai buah segar,
nanas juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri pertanian. Dari
berbagai macam pengolahan nanas seperti selai, manisan, sirup, dan lain-
lain maka akan didapatkan kulit yang cukup banyak sebagai hasil buangan
atau limbah.

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Bromeliales

Famili : Bromeliaceae

Genus : Ananas

Spesies: Ananas comosus (L.) Merr

2.1.2. JERUK

Jeruk (Citrus sp.) merupakan buah yang berasal dari asia dan sudah
ada sejak lama, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di
pekarangan (Pracaya, 2009). Jeruk (Citrus sp.) mudah dijumpai karena
cocok dengan hamper semua iklim, dapat ditanam dimana saja, baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi (Jumiana, 2013). Klasifikasi botani
tanaman jeruk sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

5
Ordo : Rutales

Keluarga : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus sp.

Buah jeruk merupakan sumber vitamin C, kandungan vitamin C buah


jeruk sebesar 40-70 mg vitamin C per 100 ml, tergantung pada jenisnya,
semakin tua buah jeruk biasanya semakin berkurang kandungan vitamin C-
nya . Vitamin C terdapat pada sari buah, daging, dan kulit, berperan dalam
proses penyerapan zat besi non organik. Ada lima kelompok buah jeruk di
dunia yaitu

2.1.3. SEMANGKA

Semangka merupakan tanaman merambat yang berasal dari Afrika,


kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara. Tanaman
semangka bersifat semusim, tergolong cepat berproduksi karena umurnya
hanya sampai 6 bulan. Semangka merupakan tanaman yang sifatnya
menjalar, batangnya kecil, dan panjangnya dapat mencapai 5 m (Syukur,
2009). Batang tanaman ditumbuhi bulu-bulu halus yang panjang, tajam dan
berwarna putih, mempunyai sulur yang bercabang 2-3 buah. Tanaman
semangka mempunyai bunga jantan, bunga betina, dan hermaprodit yang
letaknya terpisah, namun masih dalam satu pohon. Buahnya berbentuk bulat
sampai bulat telur (oval). Kulit buahnya berwarna hijau atau kuning, blurik
putih atau hijau. Daging buahnya lunak, berair, dan rasanya manis, dengan
warna daging buah merah atau kuning,kedudukan semangka dalam
taksonomi tumbuhan secara lengkap adalah sebagai berikut: Kerajaan :
Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Cucurbitales

6
Suku : Cucurbitaceae

Marga : Citrullus

Spesies : Citrullus vulgaris Schard.

Buah semangka rendah kalori dan mengandung air sebanyak 93,4%,


protein 0,5%, karbohidrat 5,3%, lemak 0,1%, serat 0,2%, abu 0,5%, dan
vitamin (A, B, dan C) dengan kandungan vitamin C sebesar 6 mg per 100 g
bahan. Selain itu juga mengandung asam amino sitrulin (C6H13N3O3),
asam aminoasetat, asam malat, asam fosfat, arginin, betain, likopen
(C4OH56), karoten, bromin, natrium, kalium, silvit, lisin, fruktosa,
dekstrosa, dan sukrosa. Sitrulin dan arginin berperan dalam pembentukan
urea di hati dari amonia dan CO2 sehingga keluarnya urin meningkat dan
kandungan kalium dapat membantu kerja jantung serta menormalkan
tekanan darah

2.1.4. MIKROBA

Mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro), dapat melakukan


aktifitas untuk hidup, dapat tergolong dalam prokaryot seperti bakteri dan virus,
dan eukaryot seperti alga, protozoa. Mikroba sangat berperan dalam kehidupan
(Nester
, Anderson, Robert,Nester 2009).Mikroba terdiri daribakteri, jamur, dan
virus.Secara
umum, tiap mikroba mempunyai morfologi dan struktur anatomi yang berbeda.

2.1.4.1 JENIS MIKROBA


 Jenis dan Golongan MikrobaBerdasarkan struktursel,
mikroba dibagi menjadi dua golongan yaitu prokariotik
daneukariotik.Hanya bakteri dan arkhae (alga hijau biru) yang memiliki
sel prokariotik. Sedangkan protista, tumbuhan, jamur dan hewan
semuanya mempunyai sel eukariotik

7
 Morfologi Koloni
Mikroba tumbuh sangat cepat ketika didukung dengan gizi dan kondisi
lingkungan yang baik. Mikroba membentuk koloni yang khas. Morfologi
koloni dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu bentuk, tepi atau pinggir
koloni, ketinggian, permukaan, warna koloni

2.1.4.2 MORFOLOGI MIKROBA

2.1.1. ISOLASI

Isolasi merupakan rangkaian cara untuk memisahkan


mikroorganisme sehingga diperoleh galur atau kultur murni(isolat).Isolat
tersebut kemudian ditanam di media yang berbeda sehingga tercukupi
nutrisi dan dapat tumbuh dengan baik. Teknik yang umum digunakan
untuk isolasi yaitu dengan metode dilution method (pengenceran
bertingkat) ,

8
Menurut Singleton & Sainsbury(2006)Isolasi bakteri merupakan
proses pengambilan bakteri dari medium atau lingkungan asalnya, dan
menumbuhkan pada medium buatan sehingga diperoleh biakkan atau kultur
murni hasil isolasi tersebut. Populasi bakteri dapat diisolasi menjadi biakkan
atau kultur murni, terdiri dari satu jenis bakteri yang dapat dipelajari
morfologi, sifat, dan kemampuan biokimianya Ada 3 cara isolasi yaitu :

2.2.1. Streak plate technique

Yaitu metode isolasi kualitatif dengan menggoreskan


mikroorganisme yang tumbuh diatas permukaan media padat dengan
menggunakan jarum inokulasi. Isolasi bakteri dengan cara ini
bertujuan membuat garis sebanyak mungkin pada permukaan medium
pembiakkan, dengan jarum ose yang terlepas pada garis-garis tersebut
semakin lama semakin sedikit, sehingga pada garis terakhir koloni
yang terbentuk akan terpisah agak jauh (Irianto, 2012). Cara
penggoresannya adalah dengan menuang media agar terlebih dahulu.
Jarum ose yang dipanaskan dahulu sehingga memijar, kemudian
digunakan untuk mengambil baktei yang akan diisolasi, kemudian
digoreskan pada medium yang tersedia. Menginkubasi selama 2x24
jam pada suhu ruang, lalu melakukan pengamatan (Barrow &
Feltham, 1993).

2.2.2. Spread plate technique

Yaitu teknik isolasi dengan cara meratakan enceran campuran


mikroorganisme diatas medium padat secara steril . Isolasi penyebaran
diawali dengan pengenceran sampel. Pengenceran sampel dilakukan
seperti pada penuangan. Medium yang telah dipersiapkan dituangkan
seperti pada penuangan. Medium yang telah dipersiapkan dituangkan
kedalam cawan petri steril tunggu hingga memadat, sampel
dituangkan di atas permukaaan agar. Penyebaran suspensi sampel
dilakukan dengan menyebarkan suspensi dengan batang Drugalsky
yang telah dipanaskan terlebih dahulu (Waluyo, 2007).

9
2.2.3. Pour plate technique

Yaitu teknik isolasi dengan cara membuat pengenceran secara berturut


turut menggunakan jarum inikulasi dan pipet.Kemudian enceran tersebut
dicampurkan dengan agarosa sampai memadat. (Chappucino dan Sherman,
1987)

2.2. STERILISASI
Sterilisasi adalah proses menghancurkan semua bentuk kehidupan,
termasuk spora. Sedangkan disinfektisasi adalah penghancuran sebagian
besar mikroorganisme tapi tidak termasuk spora, biasanya proses ini
menggunakan larutan phenol, alkohol, klorin dan iodine yang
diaplikasikan pada instrumen. Metode sterilisasi dapat dilakukan dengan
cara :
2.2.1. Steam autoclave. Kombinasi yang umumnya digunakan pada
mesin tersebut adalah 250⁰C pada tekanan 15 psi selama 15 menit
atau 270⁰C pada tekanan 30 psi selama 3 menit.
2.2.2. Kimiawi. Sterilisator uap kimiawi menggunakan formaldehyde,
alkohol dan air pada 270⁰C pada tekanan 20-40 psi selama 20 menit.
2.2.3. Dry heat oven. Aman untuk instrumen yang tajam karena tidak
terjadi korosi, sebaiknya pada temperatur 160-180⁰ selama 1-2 jam.
2.2.4. Rebusan air. Mengurangi kontaminasi mikroba sehingga dalam
batas normal, tetapi tidak menghilangkan virus dan spora. Merendam
instrumen dalam air mendidih pada 100⁰C (212⁰F) selama 30 menit
dapat membunuh sebagian besar bakteri. Cara ini tidak dipergunakan
pada alat ortodonti karena tidak mensterilkan secara tuntas dan dapat
menyebabkan
2.2.5. Salt atau glass bead sterilizer. Menggunakan glass bead diameter
1,2-1,5 mm. Temperatur 424-450⁰F (217-232⁰C) selama 3-15 detik,
semakin besar instrumen maka dibutuhkan waktu yang lebih lama
2.2.6. Hyperbaric gas (ethylene oxide) sterilization. Ideal untuk
instrumen yang mudah terjadi korosi atau rusak karena panas,

10
dikarenakan gas tersebut beracun maka instrumen tidak bisa langsung
digunakan. Waktu tergantung berdasarkan temperatur bervariasi
antara 4-12 jam. Pada temperatur ruang diperlukan waktu selama 12
jam, sedangkan 4 jam pada suhu 56⁰C
2.3. MEDIA

Pembiakan mikroorganisme dalam laboratorium memerlukan media


yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi
mikroorganisme (Bibiana, 1994). Media pertumbuhan adalah media nutrisi
yang disiapkan untuk menumbuhkan bakteri. Beberapa bakteri dapat
tumbuh dengan baik pada setiap media dan beberapa bakteri membutuhkan
media khusus. Media harus dapat menyediakan energi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bakteri (Radji, 2010). Pertumbuhan bakteri pada media
dapat digunakan untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat–sifat
fisiologi, dan perhitungan jumlah mikroba (Cahyani, 2014).

Sumber Nutrien Mikroorganisme Bakteri membutuhkan nutrisi dasar


tertentu untuk kelangsungan hidupnya. Kebutuhan bakteri sangat beragam
untuk kondisi optimum pertumbuhannya dan keberhasilan kultivasi di
laboratorium berikut beragam nutrisi yang diperlukan (Capuccino, 2013):

1) Karbon

Karbon merupakan kebutuhan nutrisi yang paling penting dan


umum bagi stuktur dan fungsi seluler. Organisme dibagi menjadi dua
jenis yang membutuhkan karbon, yaitu : a) Autotrof Organisme yang
dikultivasi dalam media yang mengandung anorganik, organisme ini
menggunakan karbon anorganik dalam karbon dioksida. b) Heterotrof
Organisme yang tidak dapat dikultivasi dalam media yang mengandung
senyawa anorganik. Media kultivasi organisme ini harus mengandung
nutrient organik, seperti glukosa.

2) Nitrogen

Nitrogen merupakan komponen penting dalam makromolekul


seluler, terutama protein dan asam nukleat. Protein sebagai molekul

11
struktural membentuk bahan sel dan sebagai molekul fungsional,
enzim, yang bertanggung jawab sebagai aktivitas metabolik sel. Asam
nukleat yaitu DNA dan RNA berperan aktif dalam sintesis protein
dalam sel.

3) Unsur non-logam Ion non-logam utama yang digunakan untuk nutrisi


seluler berupa sulfur dan fosfor. Sulfur merupakan komponen protein
yang berasal dari senyawa organik seperti asam amino yang
mengandung sulfur dan senyawa anorganik seperti sulfat. Sedangkan
fosfor terbentuk dalam garam fosfat yang diperlukan untuk
pembentukan asam nukleat DNA dan RNA dan sintesis senyawa
organik adenosine trifosfat (ATP).
4) Unsur Logam Ion logam berupa Ca2+, Zn2+, Na+ , K+ , Cu2+, Mn2+,
Mg2+, dan Fe2+ dibutuhkan untuk kelangsungan kinerja berbagai
proses aktivitas seluler. Aktivitas seluler tersebut antara lain adalah
osmoregulasi, pengaturan aktivasi enzim, dan transpor elektron.
5) Vitamin Vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Zat organic ini
berperan terhadap pertumbuhan seluler, aktivitas sel dan juga sebagai
sumber koenzim yang dibutuhkan untuk pembentukan sistem enzim
aktif.
6) Air Media pertumbuhan membutuhkan air sehingga nutrisi molekul
rendah dapat melintasi membran sel bakteri.
7) Energi Aktivitas metabolik seluler seperti transpor aktif, biosintesis,
dan biodegradasi dapat berlangsung jika terdapat energi yang konstan
dalam sel. Tipe biogenetik mikroorganisme, yaitu fototrof dan kemotrof

2.4.1 Persyaratan Media

Untuk dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba


yang diharapkan, media memiliki persyaratan. Persyaratan tersebut
meliputi:

a. Susunan makanan

12
Unsur-unsur yang diperlukan dalam media meliputi air, sumber
karbon, sumber nitrogen, vitamin, mineral dan gas. Bakteri peka terhadap
kekeringan sehingga perlu air yang cukup sehingga kondisi tetap selalu
lembab. Untuk sumberkarbon dapat digunakan senyawa karbon sederhana
seperti CO2, CH4 atau senyawa karbon kompleks seperti gula (misal:
glukosa, laktosa, sukrosa dan lain sebagainya). Senyawa Nitrogen dapat
berasal dari senyawa nitrogen sederhana seperti NH3 atau nitrogen yang
lebih kompleks seperti pepton dan asam amino. Mineral yang sering
dibutuhkan dalam media adalah K, Mg, Na, Zn, P, S dan Cl. Beberapa
bakteri membutuhkan vitamin K (misal : Bacteriodes melanogenicus) dan
juga gas (misal:Gonococcus membutuhkan CO2), namun ada juga bakteri
tertentu justru mati jika ada oksigen (bakteri anaerob).

b. Temperatur

Bakteri agar dapat tumbuh optimal membutuhkan suhu tertentu.


Umumnya bakteri patogen membutuhkan suhu sekitar 37oC sesuai dengan
suhu tubuh manusia walaupun ada juga bakteri yang membutuhkan suhu
tinggi seperti Camphylobacter (42oC).

c. Tekanan osmose

Secara umum untuk pertumbuhannya, bakteri membutuhkan media


isotonik. Apabila media bersifat hipotonik maka bakteri akan mengalami
plasmoptysis dan apabila bersifat hipertonik, bakteri akan mengalami
plasmolysis.

d. Derajat keasaman (pH)

Sebagian besar bakteri membutuhkan pH sekitar netral. Namun


beberapa bakteri butuh perlakuan khusus sebagai contoh bakteri Vibrio
yang membutuhkan pH alkali sekitar 8-10 untuk dapat tumbuh optimal.

e. Sterilitas

13
Sterilitas merupakan hal yang mutlak dibutuhkan untuk melakukan
pemeriksaan mikrobiologi, karena bakteri yang diharapkan tumbuh adalah
bakteri penyebab. Jika media yang digunakan tidak steril maka tidak dapat
dibedakan apa baktri tersebut merupakan yang diinginkan atau hanya
kontaminan.

2.4.2 JENIS JENIS MEDIA

Media berdasaran wujud fisiknya dibagi menjadi tiga jenis:

2.4.2.1 Media Padat

Media yang digunakan untuk kultur/pertumbuhan bakteri atau


mempelajari koloni bakteri dalam bentuk padat, dapat diletakan di
petri disk ataupun tabung. Media dapat berbentuk padat datar, padat
tegak maupun padat miring.

2.4.2.2 Media cair

Media dalam wujud cair yang digunakan untuk


perbenihan/memperkaya sebelum dikultur pada media padat. Media
ini tidak dapat digunakan untuk mempelajari koloni. Contoh media
cair: media kaldu, alkali pepton, 7H9 dan lain-lain.

14
2.4.2.3. Media semisolid (setengah padat)
Untuk mengetahui pertumbuhan mikroba atau mengetahui motilitas
bakteri.

2.4. Identifikasi Bakteri

Identifikasi dan determinasi suatu biakkan murni bakteri yang


diperoleh dari hasil isolasi dapat dilakukan melalui pengamatan ciri-ciri
morfologi koloni tersebut serta pengujian fisiologi dan biokimianya. Bakteri
dapat diidentifikasi dengan mengetahui reaksi biokimia tersebut. Menanam
bakteri pada medium, dapat diketahui sifat suatu koloni bakteri. Sifat
metabolisme bakteri dalam uji biokimia dapat dilihat dari interaksi
metabolit-metabolit yang dihasilkan dengan reagen kimia yang digunakan
(Waluyo, 2007).

15
Mengidentifikasi suatu bakteri dapat dilakukan dengan
mengamati karakteristik makroskopis, mikroskopis, dan uji biokimia bakteri
tersebut. Karakteristik makroskopis yang dapat diamati meliputi bentuk
koloni yaitu berbentuk titik, bulat, tidak teratur, seperti akar, dan berfilamen
atau berbenang, serta kumparan. Tepi koloni dapat berbentuk utuh,
berombak, berbelah, bergerigi, berbenang, dan keriting. Warna koloni terdiri
dari keputihan, kekuningan, kemerahan, cokelat, jingga, orange, pink, hijau,
dan ungu. Elevasi koloni meliputi rata, timbul datar, melengkung, dan
cembung. Struktur koloninya halus mengkilat, kasar, berkerut, atau kering
seperti bubuk. Selain itu, ukurannya pun beragam dapat dilakukan dengan
mengukur diameter dari koloni bakteri yang tumbuh (Irianto, 2012).

2.5.1 Bentuk Bakteri

Bakteri memiliki bentuk yang bermacam macam, tetapi pada dasarnya


strukturnya terdiri atas intisel yang tidak sempurna dengan kromosom yang
terdiri atas ligkaran tertutup DNA. Beberapa macam bentuk bakteri yaitu :

1) Bulat (kokus) Bakteri yang memiliki bentuk bulat atau bola dinamakan
kokus (coc-cus) dapat di temui pada genus Stapyhlococcus,
Streptococcus, Neisseria, dan lain-lain.
2) Batang (basil) Bakteri yang mempunyai bentuk batang dinamakan
sebagai bakteri basilus dan dapat dijumpai pada famili
Enterobactericeae seperti Escherichia coli (E. coli) dan Klebsiella
pneumoniae (K. pneumoniae).
3) Seperti koma (vibrio) Bakteri yang memiliki bentuk seperti koma
(batang bengkok) atau vibrio dapat dijumpai pada bakteri Vibrio
cholera (Irianto, 2014)
4) Spiral Bakteri berbentuk spiral dijumpai pada penyebab penyakit sifilis
yaitu Treponema pallidum yang memiliki panjang lengan yang berbeda

2.5. PERHITUNGAN BAKTERI

16
Perhitungan Mikooganisme adalah suatu cara yang digunakan untuk
menghitung jumlah colony bakteri yang tumbuh pada suatu media
pembiakan. Secara mendasar ada dua cara penghitungan bakteri, yaitu
secara langsung dan secara tidak langsung.

2.6.1 Perhitungan langsung

Perhitungan jumlah bakteri secara langsung digunakan untuk


menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup.
Metode perhitungan secara langsung meliputi:

2.6.1.1 Metode turbidimetri


Jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan cara mengetahui kekeruhan
(turbiditas) kultur, semakin keruh maka semakin banyak jumlah selnya
begitu suka sebaliknya. Prinsip dasar metode ini menggunakan cahaya, yakni
jumlah cahaya yang diserap sebanding dengan jumlah sel bakteri. Semakin
banyak sel, makas semakin sedikit cahaya yang diteruskan.Metode

2.6.1.2 Total Count


Perhitungan secara langsung metode total count menggunakan alat
Hemasitometer. Biakan yang berasal dari pengenveran berseri dipipet
menggunakan mikropipiet dan diletakan dipermukaan hitung hemasitometer.
Hemasitometer memiliki 4 kotak besar di pojok dan 1 kotak besar ditengah.
Setiap kotak terdiri atas 16 kotak kecil, sehingga totalnya terdapat 80 kotak
kecil. Jumlah mikroorganisme akan berada dalam satuan sel/ml.

2.6.1.3 Berat Kering


Kultur disaring, kemudian bagian yang disaring dikeringkan. Pada
metode ini tidak dapat membedakan sel hidup dan sel mati. Namun, metode
ini paling cepat dalam pengukuran dan relative mudah dilakukan.

2.6.2 Perhitungan tidak langsung

17
menggunakan alat Colony counter. Cawan petri yang berisi koloni
diletakkan pada rak cawan alat Colony counter yang telah disediakan
untuk siap dihitung, dibawahnya terdapat LED sebagai sumber cahaya
untuk lebih terlihat jelas dan mempermudah dalam perhitungan. Untuk
menghitung koloni digunakan limit switch yang ditempatkan dibawah
cawan petri sebanyak 4 buah. Pada saat objek ditekan dengan
menggunakan pen berukuran tertentu, maka akan memberi counter
dantanda pada objek dengan indicator buzzer berbunyi, sehingga objek
yang sudah terhitung tidak terhitung ulang, limit switch tertekan akan
memberikan counter kepada tampilan LCD dari jumlah colony
tersebut). Jumlah koloni yang didapat merupakan hasil perkalian dari
perhitungan angka pengenceran (cfu/ml).

18
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Pada praktikum ini dilakukan isolasi terhadap MOL yang terdiri atas
limbah buah buahan yaitu jeruk,nanas,dan semangka .Adapun nutrient
mikroorganisme yaitu air kelapa dan gula merah cair.Dengan isolasi cawan
tuang,pengenceran berseri dan cawan gores ,kemudian hasil dari isolasi
akan diidentifikasi berdasarkan bentuk ,ukuran,dan elevasinya .Yang
menggunakan pendekatan kualitatif.Setelah mengetahui mikroorganisme
apa saja yang tumbuh dilakukan perhitungan menggunakan hemasitometer
untuk perhitungan secara langsung sedangkan secara tidak langsung
menggunakan colony counter setelah menemukan jumlah mikroorganisme
yang ditumbuhkan yang kemudian disajikan dalam data berbentuk angka
dalam hal ini juga menggunakan metode kuantitatif.

3.2. Waktu dan Tempat

Pembuatan MOL buah nanas ,semangka dan jeruk bertempat di


JL.Basuki Rahmat 49 Darunggan pada 10 November 2021.Sedangkan pada
pelaksanaan Praktikum Isolasi, Identifikasi, dan Perhitungan Mikroba
dilaksanakan pada tanggal 26 November – 3 Desember 2021, pada Gedung
AQ di Laboratorium Bioproses Politeknik Negeri Malang yang berlokasi di
gedung Jurusan Teknik di Jl. Soekarno Hatta No. 09 Malang, Jawa Timur

19
3.3. Alat dan Bahan

3.3.1. Pembuatan MOL

ALAT BAHAN

Mangkok Air kelapa 150 mL

Blender Gula merah cair 150 mL

Pisau Jeruk,semangka,nanas

botol

selang

Gelas Ukur

3.3.2 ISOLASI

1.3.1. Pembuatan Media

ALAT BAHAN

Gelas beker Bubuk NA 2 gram

Pengaduk Aquades 100mL

Elenmyer 250 mL

Gelas ukur 100 mL

Kaca Arloji

Neraca Analitik

Hot plate

20
1.3.2. Sterilisasi

3. ALAT BAHAN

Autoclave Hirayana Kertas

Gunting Kasa

Oven Kapas Berlemak

1.3.3. Pour Plate

Alat Bahan
Bunsen Ethanol 70%
Korek Api Aquades
Cawan petri steril Media Nutrient Agar
Tabung reaksi MOL
Mikropipet 100-1000µL
Tip pipet
Ball pipet
Pipet Ukur Steril
Vortex Mixer
Incubator oven

1.3.4. Streak Plate

Alat Bahan
Cawan petri steril Media Nutrient Agar
Bunsen Biakan cawan petri 10-3
Korek api
Loop inokulasi

21
1.3.5. Agar Miring

Alat Bahan
Loop inokulasi Median Nutriant Agar
Bunsen Biakan isolasi cawan tuang
Tabung reaksi steril Ethanol 70%
Batang penyangga
Korek api
Incubator oven

1.3.6. Identifikasi Mikroba

Alat Bahan
Loop inokulasi Hasil biakan cawan tuang 10-4
mikroskop Akuades steril
Deck glass Ethanol 70%
Kaca preparat
Korek api
Bunsen burner

1.3.7. Perhitungan Mikroba

ALAT BAHAN
Mikroskop Biakan cawan tuang
Hemasitometer Biakan tabung reaksi 10-2
Colony counter
Mikropipet dan Tip
Spidol

22
3.4. Prosedur

3.5.1. Pembuatan MOL Blimbing dan Pepaya


3.4.1.1.Menyiapkan alat dan bahan
3.4.1.2.Bahan dihaluskan
3.4.1.3.Dicampur ke dalam satu wadah
3.4.1.4.Dituang ke dalam botol yang sudah terhubung selang
3.4.1.5.Mendiamkan campuran sampai menjadi MOL selama dua
minggu
3.5.2. Isolasi
3.5.2.1 Sterilisasi
 Alat yang akan digunakan dicuci dan disemprotkan alcohol
70%. Ditiriskan hingga kering
 Tabung reaksi,elenmyer,dan pipet ukur disumbat dengan
kasa berisi kapas berlemak
 semua peralatan dibungkkus dengan kertas pembungkus
kecuali enlenmeyer yang memiliki sumbatan kapas
 Media NA dimasukkan kedalam enlenmeyer sebelum
disumbat
 Sterilisasi pada autoclave hirayama dilakukan selama 30
menit dengan suhu 121° C
 Setelah selesai disterilisasi dalam autoclave Hirayama,
simpan alat dan media ke dalam oven pada suhu 105 ° C
selama 2 jam
 Sterilisasi ke dalam autoclave Hirayama pada suhu 121° C
selama 30 menit pada mode 2.

3.5.2.2 Pembuatan Media NA


 Nutrient Agar (NA) bubuk sebanyak 2 gram dilarutkan
kedalam 100 ml aquades.
 Larutan NA dipanaskan hingga homogen
 Dimasukkan ke dalam elenmyer

23
3.5.2.3 Cawan Tuang
 Alat dan bahan disiapkan
 Aquaades steril dipipet kedalam 6 tabung reaksi dan diberi
penomoran 10-1 - 10-6 masing masing 9mL.
 1mL biakan diambil menggunakan mikropipet, pindahkan
kedalam tabung reaksi 10-1 lalu homogenkan
 1ml diambil dari campuran biakan tabung reaksi 10-1 secara
aseptic ke dalam tabung reaksi 10-2 lalu homogenkan
 Mengulangi hingga pada pengenceran tabung reaksi ke
enam.
 Dari tabung reaski 10-4, 10-5,10-6 diambil 1ml campuran
biakan secara aseptic ke dalam cawan petri steril dan beri
penomoran sesuai biakan dari tabung reaksi.
 Ditambahkan media NA cair bersuhu ± 40 ° C secukupnya
ke dalam cawan petri secara aseptic.
 Memutar cawan petri di meja searah jarum jam sebanyak
5x dan arah sebaliknya sebanya 5x, serta membentuk angka
8 sebanyak 5x.
 Dibiarkan beku dan dibungkus menggunakan kertas
pembungkus.
 Diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam keadaan terbalik.
 Diamati bentuk, elevasi dan tepian mikroorganisme
3.5.2.4 Cawan Gores
 Menyiapkan cawan petri yang sudah steril
 Menuang media cair NA bersuhu ± 60 ° C sebanyak 1/3
bagian ke dalam cawan petri steril secara aseptic.
 Menunggu media NA memadat dan siap untuk digores.
 Sketsa area penggoresan digambar dengan spidol (kuadaran
0-3).

24
 Cawan petri diletakkan dengan posisi tutup terletak disisi
atas dan sector 0 disisi kiri.
 Diambil biakan dari cawan tuang 10-3 menggunakan loop
inokulasi secara aseptic.
 Loop digoreskan secara ringan pada media agar cawan
gores pada sector 0 dengan arah zig-zag.
 Loop dipijarkan kembali dan dibiarkan dingin sebelum
digoreskan kembali pada sector 1 dengan arah zig-zag dan
tidak tumpeng tindih.
 Putar cawan petri hingga sector 1 terletak di sisi kiri,
dilakukan langkah yang sama untuk sector 2 dan sector 3.
 Dilakukan secara kerja aseptic.
 Meletakkan cawan petri selama 2 x 24 jam didalam
incubator oven untuk diinkubasi
3.4.1.5.Agar Miring
 Menyiapkan tabung reaksi yang sudah disterilkan.
 Dituangkan media cair NA yang sudah di sterilisasi hingga
1/3 bagian tinggi tabung reaksi.
 Tabung reaksi ditutup dengan penyumbatnya kemudian
dimiringkan hingga media didasar tabung tidak terlalu tebal
dan ujung agar miring cukup jauh.
 Dibiarkan media hingga beku dan tidak berembun dalam
tabung reaksi.
 Cawan tuang berisi isolate dipegang di tangan kiri dan loop
ditangan kanan.
 Diambil satu loop biakan isolate dari cawan tuang 10 -3
secara aseptic.
 Loop inokulasi digoreskan kedalam tabung reaksi yang
ujungnya sudah dipanaskan dengan gerakan zig-zag.
 Bibir tabung dipanaskan sebelum disumbat kembali.
 Diinokulais selama 2 x 24jam dalam incubator oven.
3.5.3. Identisikasi Mikroorganisme

25
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Kaca preparate dan deck glass disemprot alcohol 70%
c. Diteteskan aquades ke permukaan kaca preparate menggunakan
loop inokulasi sebanyak ±0.5 cm secara aseptic.
d. Tangan kanan diposisikan memegang loop dan tangan kiri
cawan tuang 10-3 berisi biakan.
e. Loop dipijarkan dan bibir cawan tuang dipanaskan.
f. Diambil biakan dengan menggunakn loop inokulasi dan
dipanaskan kembali loop inokulasi.
g. Loop digoreskan ke permukaan kaca preparate yang terdapat
aquades lalu tutup dengan deck glass.
h. Preparat siap untuk diamati menggunakan mikroskop.
3.5.4. Perhitungan Mikrooganisme
3.5.4.1 Perhitungan Colony counter
 Disiapkan cawan tuang pada pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-
6.

 Dinyalakan colony counter dan cawan petri diletakkan


pada colony counter dengan posisi tutup dibawah.
 Untuk menghitung digunakan spidol sehingga sensor
terdetiksi pada coloby counter dan perhitungan tercatat.
3.5.4.2 Perhitungan Hemasitometer
 Permukaan hemasitometer dan deck glass dibersihkan
menggunakn tissue yang diberi cairan alcohol 70%.
 Diambil biakan dari tabung reaksi 10-2 menggunakan
mikropipet.
 Biakan ditungkan diatas permukaan hitung hemasitometer
dan ditutup dengan deck glass.
 Hemasitometer diletakkan di atas meja preparate
mikroskop dengan hati-hati.
 Menentukan garis tepi terlebih dahulu dengan perbesaran
lensa 40x

26
 Menentukan ruang hitung A, B, C, D, dan ruang tengah
dengan perbesaran lensa objektif 100x
 Mengatur fokus menggunakan tubulus halus sehingga garis
pada ruang ruang hitung nampak jelas dan difoto.
 Kemudian, lensa objectif diperbesar 400x untuk
menetukan ruang 1, 2, 3, 4, 5, dan salah satu ruang pada A,
B, C, dan D.
 Mengatur fokus menggunakan tubulus halus sehingga garis
pada ruang ruang hitung nampak jelas dan difoto.
 Dihitung banyaknya mikroorganisme pada ruang
hemasitometer

3.5. Skema Kerja

3.6.1. SKEMA KERJA UTAMA Pengenceran ke 3, 4, dan5

Pembuatan Media NA
Pembuatan MOL

Sterilisasi alat dan media

1ml
6 tabung reaksi
Autoclave hirayama

isolasi

Cawan Gores dan Cawan Tuang dan


Agar Miring pengenceran berseri

Perhitungan
Colony counter

27
Perhitungan Identifikasi
Hemasitometer

3.6.2. Pembuatan MOL

Pisang ,Semangka,dan Nanas

Blender
Air gula dan
Air Kelapa

Botol

Difermentasi 14 hari

28
3.6.3. Pembuatan Media NA

BubukNA +aquades

Gelas kimia

Enlenmeyer

Sterilisasi

3.6.4. Sterilisasi

Alat bahan dicuci dan dikeringkan

Tabun reaksi, Cawan petri,


enlenmeyer, botol pipet ukur
kaca, pipet ukur

Disumbat Dibungkus
Autoclvae
HIrayama

Oven 150 C
selama 2 jam

29
3.6.5. Pengenceran Berseri dan Cawan Tuan

6 Tabung reaksi steril 9 ml aquades

Media NA

Tabung reaksi 10-1 1ml sampel MOL

1ml
Tabung reaksi 10-2

1ml
Tabung reaksi 10-3

1ml
Tabung reaksi 10-4 Cawan Petri 10-4

1ml
Tabung reaksi 10-5 Cawan Petri 10-5
1ml
Tabung reaksi 10-6 Cawan Petri 10-6

Inkubator 2 hari

3.6.6. Cawan Gores

Cawan Tuang 10-4 Cawan Petri Media NA

Pelabelan
kuadran 0-3
Loop
Penggoresan

Pembungkusan

Inkubasi 2 hari

30
3.6.7. AGAR MIRING

Tabung reaksi Media NA

dimiringkan

Cawan Tuang 10-3 Penggoresan


Loop

Inkubasi 2 hari

3.6.8. Identifikasi Mikroorganisme

Deck glass Preparat Steril Aquades dan sampel


cawan tuang 10-3

Meja Preparat
Menemukan garis tepi
Perbesaran 40x
Menemukan Objek

Perbesaran 100x
Memfokuskan objek

Perbesaran 400x
dan 1000x

Difoto

31
3.6.9. Perhitungan Bakteri
a. Conoly counter

Colony counter Biakan Cawan Tuang


10-4,10-5,10-6

Perhitungan

Reset untuk
menghitung
ulang

b. Hemasitometer

Hemasitometer Sampel 0.1 ml


steril tabung reaksi 10-2

Ditutup deck glass

Dijepit di meja
preparat

Perbesaran 40x
mencari garis tepi

Perbesaran 100x
mencari ruang hitung

memfokuskan

Perbesaran 400x
ruang hitung A, B, C,
D, 1, 2, 3, 4, 5

32
3.6. Variabel Pengamatan

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2018:57).Dalam praktikum ini didapati variable yang digunakan adalah
MOL Buah yang terdiri atas buah jeruk,nanas dan semangka dengan nutrisi
berupa air kelapa dan gula merah cair dengan perbandingan nanas:
jeruk:semangka:gula merah:air kelapa adalah 2:2:2:3:3

3.7. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

3.8.1 Teknik Pengumpulan data


Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk
memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam
penelitian, (Sugiyono, 2018:137). Pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
pembahasan data yang digunakan dalam penelitian.Dalam pengumpulan
data dilakukan sebagai berikut
3.8.1.1 Data Primer
Data yang diperoleh dari hasil praktikum dan selama mengamati selama
proses praktikum pembuatan MOL serta proses isolasi,identifikasi dan
perhitungan bakteri dengan metode observasi
3.8.1.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui metode kajian pustaka beberapa jurnal
pembuatan MOL dan indentifikasi bakteri

3.8.2 Analisis Data


Analisis diperoleh menggunakan analisis kualitatif dengan mengolah
data hasil praktikum berdasarkan jurnal atau praktikum yang telah
dilakukan sebelumnya,sedangkan dalam perhitungannya menggunakan
teknik analisis data kuantitatif.

33
BAB 4
PEMBAHASAN DAN HASIL PENGAMATAN

4.1. PEMBUATAN MOL


Larutan MOL merupakan cairan hasil fermentasi dari substrat atau media
tertentu yang tersedia di sekitar lingkungan, seperti daun gamal, keong mas, nasi,
air kencing, bonggol pisang, limbah buah-buahan, limbah sayuran dan lain-lain
(Handayani dkk., 2015). Larutan MOL mengandung unsur hara makro, mikro, 4
dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai perombak bahan
organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan penyakit
tanaman sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan
pestisida organik (Handayani dkk,. 2015).

Jenis-jenis larutan MOL yang dapat dibuat berdasarkan penggunaannya


bergantung pada bahan pembuatannya, seperti sisa-sisa sayuran, buah-buahan,
kian laut, bonggol pisang, tulang/daging hewan, dan lain-lain. Bahan utama dalam
pembuatan MOL terdiri dari tiga komponen antara lain : (1) glukosa dari gula
merah, cairan gula pasir, dan air kelapa; (2) karbohidrat berasal dari air cucian
beras, nasi basi, singkong, kentang, gandum, rebung, rumput gajah, dan daun
gamal; (3) sumber mikroorganisme berasal dari kotoran ternak, kulit buah-
buahan, air kencing, dan terasi.

Pada praktikum ini digunakan MOL berbahan dasar limbah buah buahan
dengan nutrient bakteri berasal dari gula merah dan air kelapa.yang kemudian
difermentasi selama 2 minggu agar terdapat mikroorganisme didalamnya yang
kemudian dilakukan isolasi dan identifikasi. Menurut Singleton &
Sainsbury(2006)Isolasi bakteri merupakan proses pengambilan bakteri dari
medium atau lingkungan asalnya, dan menumbuhkan pada medium buatan
sehingga diperoleh biakkan atau kultur murni hasil isolasi tersebut.Sedangkan
identifikasi adalah proses penentuan jenis mikroba tersebut berdasarkan ciri
bentuk,ukuran,atau warna.

4.1.1 KOMPOSISI DAN KEGUNAAN

4.1.1.1 Nanas,Jeruk,dan Semangka

34
Ketiga buah buahan tersebut akan dijadikan sumber bakteri karena ketiganya
memiliki kandungan air yang relatif tinggi sehingga mudah membusuk dan
memiliki kandungan zat zat yang bermanfaat bagi mikroba

4.1.1.2 Air Kelapa

Air kelapa berperan juga dalam pembuatan MOL bonggol pisang, hal ini
dikarenakan air kelapa secara khusus sangat kaya akan kandungan kalium
(K)/potassium. Beberapa jenis kandungan kimiawi air kelapa antara lain Kalium
(K) atau potassium, Vitamin C (asam askorbat, protein, lemak, hidrat arang.
Mineral yang terkandung pada air kelapa ialah zat besi (Fe), fosfor (P) dan gula
yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa. Kadar air berkisar 95,5 gram dari
setiap 100 gram buah kelapa. Berbagai kandungan tersebut tentu dibutuhkan
selama proses pembuatan MOL.

4.1.1.2 Gula Merah Cair

Fungsi dari penambahan gula merah cair adalah sebagai sumber glukosa dari
mikroba sehingga harapannya mikroba dapat tetap bertahan hidup

4.2. ISOLASI
Isolasi yang dilakukan oleh praktikan adalah cawan tuang,pengenceran
berseri,cawan gores,dan agar miring.Sebelum dilakukan isolasi perlatan
disterilisasi dengan jenis sterilisasi secara fisik menggunakan autoclave agar
menghilangkan kontaminan mikrooorganisme.Lalu dilakukan pengenceran berseri
yang bertujuan memperkecil jumlah mikroba tersuspensi sehingga perhitungan
lebih mudah dengan perbandingan 1:9.Jumlah pengenceran pada praktikum ini
adalah 6x berarti 10-6 yang berdasarkan perkiraan jumlah mikroba pada sampel.

Kemudian dilanjutkan dengan isolasi cawan tuang(pour plate),biakan yang


sudah diencerkan menggunakan mikropipet pada cawan petri yang berbeda baru
kemudian ditambahkan media.Hal ini bertujuan agar sel sel mikroba tidak hanya
tumbuh pada permukaan media melainkan pada bagian dasar media agar yang
miskin oksigen ,berbanding terbalik dengan permukaan media.

35
4.2.1.PENGENCERAN BERSERI DAN CAWAN TUANG

10-4 10-5 10-6

Pada pengenceran ini tidak begitu terlihat bintik bintik dari mikroba hal ini
dikarenakan pemilihan biakan yang terlalu encer sehingga mikroba yang tersisa
sedikit,selain itu faktor waktu fermentasi yang terlalu singkat ditambah pemilihan
limbah rumah tangga yang belum terlalu membusuk.Dari ketiga biakan tersebut
dapat dilakukan identifikasi bentuk ,elevasi,tepian,warna dan ukuran sebagi
berikut

Biakan Bentuk Elevasi Tepian Warna Ukuran


A Bundar Cembung Licin Putih Sedang
B Konsentri Datar Beromba Putih Kecil
s k

.Pada isolasi ini ditemukan terdapat dua koloni dengan jumlah koloni A
memiliki ukuran yang sedang sedangkan untuk B berukuran kecil dengan
permukaan dan bentuk yang berbeda dengan koloni A.Tidak banyaknya koloni
yang terbentuk diduga karena pada saat cawan petri dan biakan sudah dimasukkan
kedalam petri tidak tercampur merata sehingga ada beberapa bagian hanya
mendiami satu sisi saja

36
4.2.2 CAWAN GORES

Isolasi cawan gores,berbeda dengan cawan tuang untuk cawan gores media
NA dituang terlebih dahulu kedalam cawan petri dengan jumlah yang lebih
banyak dari isolasi yang lain karena jika tipis akan sukar dalam
penggoresannya.Dan tak lupa cawan petri digambar untuk membuat sketsa
kuadran 0-3 sehingga mempermudah dalam mengidentifikasinya.Teknik
penanaman mikroba dengan goresan bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme
dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru.Bekas goresan
ini akan ditumbuhi koloni mikroba yang kemungkinan berasal dari satu sel yang
sama setelah mengalami inkubasi 2 hari

4.2.2.1 METODE PENGGORESAN KUADRAN

Karena penggoresan ini menggunakan goresan kuadran yaitu membaginya 4


bagian yaitu kuadran 0-3 sehingga penggoresan pertama dilakukan pada kuadran
0 ,pada kuadran ini lah terbentuk koloni paling banyak ,dan semakin berkurang
pada kuadran selanjutnya karena hal itulah tujuan kawat ose dipijarkan kembali
setelah menyelesaikan goresan pada tiap kuadran .Pada gambar memang kuadran
0 memiliki goresan yang cukup terlihat namun dapat dilihat bahwa goresan pada
kuadran 1 2 3 benar benar tidak terlihat diasumsikan terjadi karena ketidak
sempurnaan penggoresan dan kurang lamanya proses fermentasi sehingga
mikroba yang terkandung dalam biakan sangat sedikit.Lalu untuk identifikasi

37
bentuk dari isolat pada cawan gores dengan tipe penggoresan kuadran adalah
kosentris dengan tepian berombak dan elevasinya datar

Jika sebelumnya metode isolasi cawan gores menggonakan tipe goresan


kuadran ,selanjutnya dibuat dengan goresan sinambung pada agar miring ,
Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni
tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.Berikut hasil
yang didapat pada saat penggunaan agar miring

4.2.3.METODE GORESAN SINAMBUNG( AGAR MIRING )

Pada hasil isolasi praktikum didapati isolat pada agar miring dengan bentuk
yang kurang teratur dengan tepian berombak dan datar.Untuk goresan pada agar
miring tidak begitu terlihat karena terjadinya ketidakstabilan penggoresan yang
menyebabkan biakan yang diambil menggunakan kawat ose banyak yang
menempel di dinding tabung reaksi dan kurangnya waktu fermentasi MOL
sehingga ketika pada pengenceran ke 3 hanya tersisa sedikit mikroba

Setelah selesai melakukan serangkaian proses isolasi dilakukan proses


identifikasi mikroba ,sehubungan pada praktikum kali ini menggunakan media
NA jadi yang akan dilakukan adalah identifikasi bakteri karena media ini

38
dikhususkan untuk mengisolasi bakteri walaupun tidak menutup kemungkinan
timbulnya mikroorganisme jenis lain.

4.3. IDENTIFIKASI
Identifikasi yang akan dilakukan adalah identifikasi bentuk,permyukaan,dan
elevasi.Langkah yang pertama dalam melakukan identifikasi bakteri adalah
pembuatan preparat,penentuan garis tepi,pengaturan fokus ,mengamati preparat
pada 3 perbesaran yaitu 40,100,dan 400.Dan didapati hasil seperti ini

identifikasi mikroba perbesaran 400&100B

Pada gambar tersebut tidak terlihat adanya koloni yang berbeda dari segi ukuran
dan bentuk maupun warna sama ,dengan bentuk cocus agak lonjong dan pada
perbesaran 100 beberapa ada yang terlihat membentuk rantai.Dilihat dari beberapa
sumber terkait

39
streptococus sp.

Berdasarkan penelitian dari (Berg et al. 2013) didapati streptococus sp.

Berikuut adalah gambar mikroskopik streptococus pada perbesaran 1000 dari


penelitian (Swandewi et al. 2021)

Berdasarkan refrensi yang ada dan hasil identifikasi


bentuk,elevasi,tepian,ukuran,dan warna bahwa mikroorganisme yang tumbuh
memiliki kemiripan dengan streptococus sp terlihat dari bentuknya dan saling
mengikat membentuk rantai.Streptococus juga sering dijumpai pada saat proses
pembusukan buah . Streptococcus pyogenes adalah bakteri Gram-positif, bersifat

40
anaerobfakultatif, katalase-negatif, tidak motile, dan tidak memiliki spora.
Streptococcus pyogenes berbentuk kokus, berdiameter 0.6-1.0 µm, dan tersusun
berpasangan atau berderet seperti rantai dengan panjang yang bervariasi
(Patterson, 2018).

4.4. PERHITUNGAN MIKROBA

4.4.1 PERHITUNGAN SECARA LANGSUNG

perhitungan bakteri secara langsung akan dilakukan dengan


hemasitometer,dengan menggunakan biakan yang telah diencerkan sebanyak 2x
yaitu (10-2)

Ruang hitung pada hemasitometer dapat digambarkan seperti diatas ujung atau 4
siku terluar merupakan ruang hitung A,B,C,dan D sedangkan E adalah kotak yang
ada ditengah ,yang berisi 25 kotak kecil,didalam ruang hitung E akan dibagi
menjadi 5 bagian lagi ruang 1,2,3,4,dan 5.Lebih jelasnya seperti ini

Dalam perhitungan menggunakan hemasitometer yang dihitung adalah


mikroorganisme yang terdapat pada ruang 1,2,3,4,dan 5 .Dalam 5 kotak kecil
tersebut masing masing terdapat 80 kotak kecil yang memiliki luas 0,2 mm 2

41
sehingga dalam setiap mm2, jumlah sel harus dikalikan 5. Untuk volume yang
tercakup adalah 0,1 mm3. Sehingga untuk mengetahui jumlah sel per mm3perlu
dibagi 0,1 mm3 terlebih dahulu

Maka perhitungan jumlah sel dapat dirumuskan sebagai berikut (x = jumlah sel)

X ∙5 ∙ 1000
X dalam sel/ml =
0,1

RUANG JUMLAH

14

RUANG A

16

RUANG B

42
20

RUANG C

31

RUANG D

20∙ 5 ∙10 3
=2×10 6
0,1

RUANG 1

43
28∙ 5 ∙10 3 6
=1,4 ×10
0,1

RUANG 2

19∙ 5 ∙103 6
=0,95× 10
0,1

RUANG 3

18∙ 5 ∙10 3 6
=0,9× 10
0,1

44
RUANG 4

39∙ 5 ∙10 3
=1,95 ×10 6
0,1

RUANG 5

Perhitungan pada ruang A B C D dilakukan menggunakan perbesaran 100x


sedangkan untuk bagian tengah ruang 1,2,3,4,5 menggunakan perbesaran 400x

Berdasarkan tabel total sel dalam ruang hitung 1, 2, 3, 4, dan sebanyak 124 sel.
Sehingga perhitungan Hemasitometer akurat karena penjumlahan dari ruang
hitung 1, 2, 3, 4, dan 5 memenuhi syarat (syarat range akurat ruang hitung E 120-
200 sel). Jumlah total sel dalam perhitungan hemasitometer ialah 7,2 x 106

4.4.2 PERHITUNGAN TAK LANGSUNG

Perhitungan secara tidak langsung dilakukan menggunakan colony counter

Dengan menggunakan biakan hasil cawan tuang ,pada pengenceran 10-4,10-5,10-6-


didapati hasil sebagai berikut

Biakan 10-4 10-5 10-6 SPC


A 1 0 0 -
B 35 1 3 3,5x105

45
Jumlah koloni 5
3.5 ×10 cfu/ml
Perhitungan pada colonycounter ini dihitung masing masing berdasarkan hasil
klasifikasi pada saat melakukan identifikasi mikroorganisme seperti pada
identifikaasi sebelumnya aterdapat dua koloni ,untuk koloni B jumlah terbanyak
pada pengenceran 10-4 tetapi koloni B juga terdapat pada pengenceran 10-5 dan 10-
6
.Sedangkan Koloni A hanya terdapat pada pengenceran 10-4 dengan jumlah 1
sehingga tidak memenuhi syarat perhitungan

46
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

1. Pembuatan MOL buah buahan dilakukan dengan menfermentasi limbah


buah buahan yang diinginkan ,pada praktikum ini digunakan limbah buah
semangka,nanas dan jeruk .Untuk waktu fermentasinya lebih lama lebih
baik karena dalam14 hari belum terlalu banyak mikroba yang bertumbuh
2. Isolasi yang dilakukan pada praktikum ini adalah cawan tuang ,pengenceran
berseri dan cawan gores beserta agar miring juga
3. Setelah dilakukan isolasi teridentifikasi terdapat 2 koloni didalam hasil
biakan caawan tuang atau porplate dengan bentuk ….
4. Dan untuk identifikasi menggunakan mikroskop didapati jenis bakteri yang
tumbuh dengan berdasarkan beberapa refrensi jurnal adalah
streptococcus.sp
5. Bakteri ini berbentuk seperti cocus atau bola Streptococcus pyogenes
berbentuk kokus, berdiameter 0.6-1.0 µm, dan tersusun berpasangan atau
berderet seperti rantai dengan panjang yang bervariasi Streptococcus adalah
bakteri Gram-positif, bersifat anaerobfakultatif, katalase-negatif, tidak
motile, dan tidak memiliki spora.
6. Perhitungan mikroorganisme dilakukan dengan perhitungan langsung yaitu
hemasitometer dan perhitungan secara tidak langsung melalui colony
counter.Dan terdapat 7,2 x106 pada perhitungan langsung hemasitometer
dan sebanyak3,5 x 105menggunakan colony counter

47
5.2. SARAN

1. Pemanfaatan limbah makanan dapat lebih dioptimalkan lagi sehinngga tidak


terbuang dengan sia-sia salah satunya adalah dengan pembuatan MOL
berbahan dasar limbah buah buahan
2. Sosialisai dalam penggunaan MOL diperlukan sehingga MOL dapat
digunakan masyarakat luas

48
DAFTAR PUSTAKA

Adinda Dilla Pribadi,dkk,2020“Isolasi dan Identifikasi Streptococcus sp. dari Sapi


Perah Penderita Mastitis Subklinis di Purwoharjo Banyuwangi” Jurnal Medik
Veteriner 2020.51-56 April 2020, Vol.3 No.1, 51-56

Amelia, G. A. P. (2017). “Kualitas Pupuk Organik Cair dari Limbah Buah Jambu Biji
(Psidium guajava L.), Pisang Mas (Musa paradisiaca L. var.mas) dan Pepaya
(Carica papaya L.)”. Jurnal, 1–16.

Andari, Nisa Murty. 2016. Preferensi Konsumen Terhadap Sayuran Organik Di Super
Indo Sultan Agung Yogyakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Yogyakarta

Anna Rahmawati,2013”Mikroorganisme Kontaminan Pada Buah”Jurnal FMIPA


UNY

Arinong R.A, Lasiwua C.D. 2011. Aplikasi Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Sawi. Jurnal Agrisistem vol 7(1): 47

Barrow, G.I. and Feltham, R.K.A. 1993. Cowan and Steel’s Manual for the
Identification of Medical Bacteria. 3rd edition, Cambridge University Press,
Cambridge. 353 hal.

Cahyani,V.R.2014. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Pangan. Surakarta : Universitas


Sebelas Maret.

Cappuccino, James G., Sherman, Natalie. 2013. Manual Laboratorium Biologi.


Jakarta: EGC.

Fangohoy, Latarus., Wandansari, Niken Rani. (2017).” Pemanfaatan Limah Blotong


Pengolahan Tebu Menjadi Pupuk Organik Berkualitas”. Jurnal Triton, 8 (2) :
58-67.

49
Hadinata, I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal. Jakarta : Rajawali press

Handayani, S. H., Yunus, A., dan Susilowati, A. (2015). Uji Kualitas Pupuk Organik
Cair dari Berbagai Macam Mikroorganisme Lokal (MOL). Jurnal EL-VIVO,
3(1), 55–56

Ilva Nur Azzaidha2018 “Uji Pemberian Dosis Mikroorganisme Lokal (MOL) Limbah
Buah-Buahan Terhadap Dua Varietas Tanaman Bawang Merah Allium
ascalonicum L.” Universitas Muhamadiyah Malang

Inawaty Sidabalok, Andi Kasirang, dan Suriani. 2014. "PEMANFAATAN LIMBAH


ORGANIK MENJADI KOMPOS." Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH :
Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 85-94.

Irianto, K., 2012, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, 76-77, Bandung,


Yrama Wigya.

Irpan, Caronge, M. W., dan Fadilah, R. (2018). Uji Kualitas MOL Air Buah Siwalan
(Borassus flabellifer) dengan Penambahan Berbagai Jenis Buah Berdasarkan
Lama Fermentasi. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 4, 232–241.

Kari Helene Berg etc,2013“Effects of Low PBP2b Levels on Cell Morphology and
Peptidoglycan Composition in Streptococcus pneumoniae R6” Journal of
Bacteriology p. 4342– 4354 October 2013 Volume 195 Number 19

Mulyono. (2016). Membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) dan Kompos dari Sampah
Rumah Tangga. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka

Mutiara Nurul Lita Azizah 2016”Isolasi dan Identifikasi Bakteri”

Melliawati., Nuryati., Luluk, M. 2015 Pengolahan Limbah Kulit Buah Buahan


Menjadi Selulosa Oleh Bakterin Acetobacter Sp. Rmg-2pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon 1 (2): 300-305,

50
Ni Kadek Meita Swandewi,2021“Isolasi dan Identifikasi Bakteri Streptococcus spp.
pada Babi Penderita Porcine Respiratory Disease Complex” uletin Veteriner
Udayana Volume 13 No. 2: 174-181

OorvitaRaras,dkk2018,”Pengaruh Mikroorganisme Lokal Buah-Buahan Terhadap


Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)”,agrotekbis vol 6
2018

Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC.

Raras, N., Hadid, A., dan Latarang, B. (2018). Pengaruh Mikroorganisme Lokal
Buah-Buahan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa
L.). E-J. Agrotekbis, 6(1), 127–135.

Singleton and Sainsbury. 2006. Dictionary of Mikrobiology and Molecular Biology 3


rdEdition.John Wileyand Sons. England. Hal 908

Vaxvanidou, K, Christou C, Kremmydas GF, Georgakopoulos DG, and Papassiopi


N., 2015. Role of indigenous arsenate and iron (III) Respiring microorganisms
in controlling the mobilization of arsenic in a Contaminated soil Sample.Bull
Environ Cont Toxicol;94(3):282–288. doi: 10.1007/s00128-015-1458-z

W. Lay, Bibiana. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

51

Anda mungkin juga menyukai