Di susun oleh:
Risca Taranita
2141420089
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “PRAKTIKUM BIOPROSES”. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Penulisan laporan praktikum ini adalah tugas dari mata kuliah Praktikum
Bioproses yang disusun untuk memenuhi dan menyempurnakan tugas yang telah
dilakukan secara individu di labolatorium bioproses Praktikan mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Dr. Yanty Maryanty, S.T, M.Si, Dosen Pengampu mata
kuliah Praktikum Bioproses, Ibu Atiqotuzzummah A.Md, teknisi labolatorium
bioproses, kedua Orang Tua praktikan, dan kepada teman-teman kelas 1E D4
Teknologi Kimia Industri yang selalu membantu praktikan dalam pelaksanaan
praktikum dan menyusun laporan. Praktikan juga berterima kasih kepada semua
pihak, yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Karena dalam penyusunan laporan ini, selaku praktikan menyadari masih
banyak yang perlu dipelajari dan dibahas. Oleh karena itu, sangat diharapkan
adanya kritik dan saran untuk menjadikan laporan praktikum ini menjadi lebih
baik. Saya selaku praktikan mohon maaf apabila masih ada kekurangan dalam
penyusunan laporan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat. Demikian yang dapat
disampaikan, saya ucapkan terima kasih.
Kediri, 22 Desember 2021
Risca Taranita
2141420089
ii
ABSTRAK
iii
Kata kunci :MOL Buah,Identifikasi,Isolasi,Perhitungan
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.3. Tujuan...............................................................................................2
1.6. Manfaat.............................................................................................3
2.2. ISOLASI.........................................................................................11
2.3. MEDIA...........................................................................................14
3.4. Prosedur..........................................................................................23
v
4.1. Pembuatan MOL............................................................................27
4.2. Isolasi..............................................................................................35
4.3. Identifikasi......................................................................................39
4.4. Perhitungan.....................................................................................41
5.1. KESIMPULAN..............................................................................47
5.2. SARAN..........................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................49
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Indonesia memiliki keragaman hayati yang sangat tinggi, aneka
tanaman, buah-buahan, sayur-sayuran. Sementara itu limbah kulit buah-
buahan belum dimanfaatkan secara optimal (Melliawati, Nuryati, dan Luluk
(2015) Limbah pertanian dapat diolah untuk membuat pupuk organik
(biokompos), dengan teknik fermentasi bantuan mikroorganisme limbah
pertanian dapat digunakan sebagai pupuk, hal ini akan membuat
penggunaan pupuk akan lebih efesien secara biaya dan produksi, sehat dan
tentunya nilai jual yang tinggi. Limbah pertanian yang tidak mempunyai
nilai jual dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan pupuk
organik dengan 2 metode fermentasi. Fermentasi ini diharapkan
menghasilkan produk yang mengandung MOL dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk organik yang ramah lingkungan.
1.3. Tujuan
2
1.5. Batasan Masalah
1.6. Manfaat
3
BAB 2
LANDASAN TEORI
Buah buahan busuk yang tidak bisa dimakan lagi bisa dimanfaatkan
sebagai MOL. MOL yang dibuat dari buah busuk dapat digunakan untuk
untuk pengomposan maupun untuk disemprotkan pada tanaman. Buah
busuk yang dapat digunakan adlah buah apa saja seperti: semangka,jeruk,
nanas, apel, salak, dll. (Nisa et.al 2016)Dalam buah buahan yang telah
busuk dapat diperoleh mikroba mikroba yang digunakan untuk membuat
MOL.
2.1.1. Nanas
4
Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak
dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai
banyak manfaat terutama pada buahnya. Buah nanas (Ananas comosus L.
Merr) merupakan salah satu jenis buah yang terdapat di Indonesia,
mempunyai penyebaran yang merata. Selain dikonsumsi sebagai buah segar,
nanas juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri pertanian. Dari
berbagai macam pengolahan nanas seperti selai, manisan, sirup, dan lain-
lain maka akan didapatkan kulit yang cukup banyak sebagai hasil buangan
atau limbah.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Bromeliales
Famili : Bromeliaceae
Genus : Ananas
2.1.2. JERUK
Jeruk (Citrus sp.) merupakan buah yang berasal dari asia dan sudah
ada sejak lama, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di
pekarangan (Pracaya, 2009). Jeruk (Citrus sp.) mudah dijumpai karena
cocok dengan hamper semua iklim, dapat ditanam dimana saja, baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi (Jumiana, 2013). Klasifikasi botani
tanaman jeruk sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
5
Ordo : Rutales
Keluarga : Rutaceae
Genus : Citrus
2.1.3. SEMANGKA
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Cucurbitales
6
Suku : Cucurbitaceae
Marga : Citrullus
2.1.4. MIKROBA
7
Morfologi Koloni
Mikroba tumbuh sangat cepat ketika didukung dengan gizi dan kondisi
lingkungan yang baik. Mikroba membentuk koloni yang khas. Morfologi
koloni dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu bentuk, tepi atau pinggir
koloni, ketinggian, permukaan, warna koloni
2.1.1. ISOLASI
8
Menurut Singleton & Sainsbury(2006)Isolasi bakteri merupakan
proses pengambilan bakteri dari medium atau lingkungan asalnya, dan
menumbuhkan pada medium buatan sehingga diperoleh biakkan atau kultur
murni hasil isolasi tersebut. Populasi bakteri dapat diisolasi menjadi biakkan
atau kultur murni, terdiri dari satu jenis bakteri yang dapat dipelajari
morfologi, sifat, dan kemampuan biokimianya Ada 3 cara isolasi yaitu :
9
2.2.3. Pour plate technique
2.2. STERILISASI
Sterilisasi adalah proses menghancurkan semua bentuk kehidupan,
termasuk spora. Sedangkan disinfektisasi adalah penghancuran sebagian
besar mikroorganisme tapi tidak termasuk spora, biasanya proses ini
menggunakan larutan phenol, alkohol, klorin dan iodine yang
diaplikasikan pada instrumen. Metode sterilisasi dapat dilakukan dengan
cara :
2.2.1. Steam autoclave. Kombinasi yang umumnya digunakan pada
mesin tersebut adalah 250⁰C pada tekanan 15 psi selama 15 menit
atau 270⁰C pada tekanan 30 psi selama 3 menit.
2.2.2. Kimiawi. Sterilisator uap kimiawi menggunakan formaldehyde,
alkohol dan air pada 270⁰C pada tekanan 20-40 psi selama 20 menit.
2.2.3. Dry heat oven. Aman untuk instrumen yang tajam karena tidak
terjadi korosi, sebaiknya pada temperatur 160-180⁰ selama 1-2 jam.
2.2.4. Rebusan air. Mengurangi kontaminasi mikroba sehingga dalam
batas normal, tetapi tidak menghilangkan virus dan spora. Merendam
instrumen dalam air mendidih pada 100⁰C (212⁰F) selama 30 menit
dapat membunuh sebagian besar bakteri. Cara ini tidak dipergunakan
pada alat ortodonti karena tidak mensterilkan secara tuntas dan dapat
menyebabkan
2.2.5. Salt atau glass bead sterilizer. Menggunakan glass bead diameter
1,2-1,5 mm. Temperatur 424-450⁰F (217-232⁰C) selama 3-15 detik,
semakin besar instrumen maka dibutuhkan waktu yang lebih lama
2.2.6. Hyperbaric gas (ethylene oxide) sterilization. Ideal untuk
instrumen yang mudah terjadi korosi atau rusak karena panas,
10
dikarenakan gas tersebut beracun maka instrumen tidak bisa langsung
digunakan. Waktu tergantung berdasarkan temperatur bervariasi
antara 4-12 jam. Pada temperatur ruang diperlukan waktu selama 12
jam, sedangkan 4 jam pada suhu 56⁰C
2.3. MEDIA
1) Karbon
2) Nitrogen
11
struktural membentuk bahan sel dan sebagai molekul fungsional,
enzim, yang bertanggung jawab sebagai aktivitas metabolik sel. Asam
nukleat yaitu DNA dan RNA berperan aktif dalam sintesis protein
dalam sel.
a. Susunan makanan
12
Unsur-unsur yang diperlukan dalam media meliputi air, sumber
karbon, sumber nitrogen, vitamin, mineral dan gas. Bakteri peka terhadap
kekeringan sehingga perlu air yang cukup sehingga kondisi tetap selalu
lembab. Untuk sumberkarbon dapat digunakan senyawa karbon sederhana
seperti CO2, CH4 atau senyawa karbon kompleks seperti gula (misal:
glukosa, laktosa, sukrosa dan lain sebagainya). Senyawa Nitrogen dapat
berasal dari senyawa nitrogen sederhana seperti NH3 atau nitrogen yang
lebih kompleks seperti pepton dan asam amino. Mineral yang sering
dibutuhkan dalam media adalah K, Mg, Na, Zn, P, S dan Cl. Beberapa
bakteri membutuhkan vitamin K (misal : Bacteriodes melanogenicus) dan
juga gas (misal:Gonococcus membutuhkan CO2), namun ada juga bakteri
tertentu justru mati jika ada oksigen (bakteri anaerob).
b. Temperatur
c. Tekanan osmose
e. Sterilitas
13
Sterilitas merupakan hal yang mutlak dibutuhkan untuk melakukan
pemeriksaan mikrobiologi, karena bakteri yang diharapkan tumbuh adalah
bakteri penyebab. Jika media yang digunakan tidak steril maka tidak dapat
dibedakan apa baktri tersebut merupakan yang diinginkan atau hanya
kontaminan.
14
2.4.2.3. Media semisolid (setengah padat)
Untuk mengetahui pertumbuhan mikroba atau mengetahui motilitas
bakteri.
15
Mengidentifikasi suatu bakteri dapat dilakukan dengan
mengamati karakteristik makroskopis, mikroskopis, dan uji biokimia bakteri
tersebut. Karakteristik makroskopis yang dapat diamati meliputi bentuk
koloni yaitu berbentuk titik, bulat, tidak teratur, seperti akar, dan berfilamen
atau berbenang, serta kumparan. Tepi koloni dapat berbentuk utuh,
berombak, berbelah, bergerigi, berbenang, dan keriting. Warna koloni terdiri
dari keputihan, kekuningan, kemerahan, cokelat, jingga, orange, pink, hijau,
dan ungu. Elevasi koloni meliputi rata, timbul datar, melengkung, dan
cembung. Struktur koloninya halus mengkilat, kasar, berkerut, atau kering
seperti bubuk. Selain itu, ukurannya pun beragam dapat dilakukan dengan
mengukur diameter dari koloni bakteri yang tumbuh (Irianto, 2012).
1) Bulat (kokus) Bakteri yang memiliki bentuk bulat atau bola dinamakan
kokus (coc-cus) dapat di temui pada genus Stapyhlococcus,
Streptococcus, Neisseria, dan lain-lain.
2) Batang (basil) Bakteri yang mempunyai bentuk batang dinamakan
sebagai bakteri basilus dan dapat dijumpai pada famili
Enterobactericeae seperti Escherichia coli (E. coli) dan Klebsiella
pneumoniae (K. pneumoniae).
3) Seperti koma (vibrio) Bakteri yang memiliki bentuk seperti koma
(batang bengkok) atau vibrio dapat dijumpai pada bakteri Vibrio
cholera (Irianto, 2014)
4) Spiral Bakteri berbentuk spiral dijumpai pada penyebab penyakit sifilis
yaitu Treponema pallidum yang memiliki panjang lengan yang berbeda
16
Perhitungan Mikooganisme adalah suatu cara yang digunakan untuk
menghitung jumlah colony bakteri yang tumbuh pada suatu media
pembiakan. Secara mendasar ada dua cara penghitungan bakteri, yaitu
secara langsung dan secara tidak langsung.
17
menggunakan alat Colony counter. Cawan petri yang berisi koloni
diletakkan pada rak cawan alat Colony counter yang telah disediakan
untuk siap dihitung, dibawahnya terdapat LED sebagai sumber cahaya
untuk lebih terlihat jelas dan mempermudah dalam perhitungan. Untuk
menghitung koloni digunakan limit switch yang ditempatkan dibawah
cawan petri sebanyak 4 buah. Pada saat objek ditekan dengan
menggunakan pen berukuran tertentu, maka akan memberi counter
dantanda pada objek dengan indicator buzzer berbunyi, sehingga objek
yang sudah terhitung tidak terhitung ulang, limit switch tertekan akan
memberikan counter kepada tampilan LCD dari jumlah colony
tersebut). Jumlah koloni yang didapat merupakan hasil perkalian dari
perhitungan angka pengenceran (cfu/ml).
18
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada praktikum ini dilakukan isolasi terhadap MOL yang terdiri atas
limbah buah buahan yaitu jeruk,nanas,dan semangka .Adapun nutrient
mikroorganisme yaitu air kelapa dan gula merah cair.Dengan isolasi cawan
tuang,pengenceran berseri dan cawan gores ,kemudian hasil dari isolasi
akan diidentifikasi berdasarkan bentuk ,ukuran,dan elevasinya .Yang
menggunakan pendekatan kualitatif.Setelah mengetahui mikroorganisme
apa saja yang tumbuh dilakukan perhitungan menggunakan hemasitometer
untuk perhitungan secara langsung sedangkan secara tidak langsung
menggunakan colony counter setelah menemukan jumlah mikroorganisme
yang ditumbuhkan yang kemudian disajikan dalam data berbentuk angka
dalam hal ini juga menggunakan metode kuantitatif.
19
3.3. Alat dan Bahan
ALAT BAHAN
Pisau Jeruk,semangka,nanas
botol
selang
Gelas Ukur
3.3.2 ISOLASI
ALAT BAHAN
Elenmyer 250 mL
Kaca Arloji
Neraca Analitik
Hot plate
20
1.3.2. Sterilisasi
3. ALAT BAHAN
Gunting Kasa
Alat Bahan
Bunsen Ethanol 70%
Korek Api Aquades
Cawan petri steril Media Nutrient Agar
Tabung reaksi MOL
Mikropipet 100-1000µL
Tip pipet
Ball pipet
Pipet Ukur Steril
Vortex Mixer
Incubator oven
Alat Bahan
Cawan petri steril Media Nutrient Agar
Bunsen Biakan cawan petri 10-3
Korek api
Loop inokulasi
21
1.3.5. Agar Miring
Alat Bahan
Loop inokulasi Median Nutriant Agar
Bunsen Biakan isolasi cawan tuang
Tabung reaksi steril Ethanol 70%
Batang penyangga
Korek api
Incubator oven
Alat Bahan
Loop inokulasi Hasil biakan cawan tuang 10-4
mikroskop Akuades steril
Deck glass Ethanol 70%
Kaca preparat
Korek api
Bunsen burner
ALAT BAHAN
Mikroskop Biakan cawan tuang
Hemasitometer Biakan tabung reaksi 10-2
Colony counter
Mikropipet dan Tip
Spidol
22
3.4. Prosedur
23
3.5.2.3 Cawan Tuang
Alat dan bahan disiapkan
Aquaades steril dipipet kedalam 6 tabung reaksi dan diberi
penomoran 10-1 - 10-6 masing masing 9mL.
1mL biakan diambil menggunakan mikropipet, pindahkan
kedalam tabung reaksi 10-1 lalu homogenkan
1ml diambil dari campuran biakan tabung reaksi 10-1 secara
aseptic ke dalam tabung reaksi 10-2 lalu homogenkan
Mengulangi hingga pada pengenceran tabung reaksi ke
enam.
Dari tabung reaski 10-4, 10-5,10-6 diambil 1ml campuran
biakan secara aseptic ke dalam cawan petri steril dan beri
penomoran sesuai biakan dari tabung reaksi.
Ditambahkan media NA cair bersuhu ± 40 ° C secukupnya
ke dalam cawan petri secara aseptic.
Memutar cawan petri di meja searah jarum jam sebanyak
5x dan arah sebaliknya sebanya 5x, serta membentuk angka
8 sebanyak 5x.
Dibiarkan beku dan dibungkus menggunakan kertas
pembungkus.
Diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam keadaan terbalik.
Diamati bentuk, elevasi dan tepian mikroorganisme
3.5.2.4 Cawan Gores
Menyiapkan cawan petri yang sudah steril
Menuang media cair NA bersuhu ± 60 ° C sebanyak 1/3
bagian ke dalam cawan petri steril secara aseptic.
Menunggu media NA memadat dan siap untuk digores.
Sketsa area penggoresan digambar dengan spidol (kuadaran
0-3).
24
Cawan petri diletakkan dengan posisi tutup terletak disisi
atas dan sector 0 disisi kiri.
Diambil biakan dari cawan tuang 10-3 menggunakan loop
inokulasi secara aseptic.
Loop digoreskan secara ringan pada media agar cawan
gores pada sector 0 dengan arah zig-zag.
Loop dipijarkan kembali dan dibiarkan dingin sebelum
digoreskan kembali pada sector 1 dengan arah zig-zag dan
tidak tumpeng tindih.
Putar cawan petri hingga sector 1 terletak di sisi kiri,
dilakukan langkah yang sama untuk sector 2 dan sector 3.
Dilakukan secara kerja aseptic.
Meletakkan cawan petri selama 2 x 24 jam didalam
incubator oven untuk diinkubasi
3.4.1.5.Agar Miring
Menyiapkan tabung reaksi yang sudah disterilkan.
Dituangkan media cair NA yang sudah di sterilisasi hingga
1/3 bagian tinggi tabung reaksi.
Tabung reaksi ditutup dengan penyumbatnya kemudian
dimiringkan hingga media didasar tabung tidak terlalu tebal
dan ujung agar miring cukup jauh.
Dibiarkan media hingga beku dan tidak berembun dalam
tabung reaksi.
Cawan tuang berisi isolate dipegang di tangan kiri dan loop
ditangan kanan.
Diambil satu loop biakan isolate dari cawan tuang 10 -3
secara aseptic.
Loop inokulasi digoreskan kedalam tabung reaksi yang
ujungnya sudah dipanaskan dengan gerakan zig-zag.
Bibir tabung dipanaskan sebelum disumbat kembali.
Diinokulais selama 2 x 24jam dalam incubator oven.
3.5.3. Identisikasi Mikroorganisme
25
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Kaca preparate dan deck glass disemprot alcohol 70%
c. Diteteskan aquades ke permukaan kaca preparate menggunakan
loop inokulasi sebanyak ±0.5 cm secara aseptic.
d. Tangan kanan diposisikan memegang loop dan tangan kiri
cawan tuang 10-3 berisi biakan.
e. Loop dipijarkan dan bibir cawan tuang dipanaskan.
f. Diambil biakan dengan menggunakn loop inokulasi dan
dipanaskan kembali loop inokulasi.
g. Loop digoreskan ke permukaan kaca preparate yang terdapat
aquades lalu tutup dengan deck glass.
h. Preparat siap untuk diamati menggunakan mikroskop.
3.5.4. Perhitungan Mikrooganisme
3.5.4.1 Perhitungan Colony counter
Disiapkan cawan tuang pada pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-
6.
26
Menentukan ruang hitung A, B, C, D, dan ruang tengah
dengan perbesaran lensa objektif 100x
Mengatur fokus menggunakan tubulus halus sehingga garis
pada ruang ruang hitung nampak jelas dan difoto.
Kemudian, lensa objectif diperbesar 400x untuk
menetukan ruang 1, 2, 3, 4, 5, dan salah satu ruang pada A,
B, C, dan D.
Mengatur fokus menggunakan tubulus halus sehingga garis
pada ruang ruang hitung nampak jelas dan difoto.
Dihitung banyaknya mikroorganisme pada ruang
hemasitometer
Pembuatan Media NA
Pembuatan MOL
1ml
6 tabung reaksi
Autoclave hirayama
isolasi
Perhitungan
Colony counter
27
Perhitungan Identifikasi
Hemasitometer
Blender
Air gula dan
Air Kelapa
Botol
Difermentasi 14 hari
28
3.6.3. Pembuatan Media NA
BubukNA +aquades
Gelas kimia
Enlenmeyer
Sterilisasi
3.6.4. Sterilisasi
Disumbat Dibungkus
Autoclvae
HIrayama
Oven 150 C
selama 2 jam
29
3.6.5. Pengenceran Berseri dan Cawan Tuan
Media NA
1ml
Tabung reaksi 10-2
1ml
Tabung reaksi 10-3
1ml
Tabung reaksi 10-4 Cawan Petri 10-4
1ml
Tabung reaksi 10-5 Cawan Petri 10-5
1ml
Tabung reaksi 10-6 Cawan Petri 10-6
Inkubator 2 hari
Pelabelan
kuadran 0-3
Loop
Penggoresan
Pembungkusan
Inkubasi 2 hari
30
3.6.7. AGAR MIRING
dimiringkan
Inkubasi 2 hari
Meja Preparat
Menemukan garis tepi
Perbesaran 40x
Menemukan Objek
Perbesaran 100x
Memfokuskan objek
Perbesaran 400x
dan 1000x
Difoto
31
3.6.9. Perhitungan Bakteri
a. Conoly counter
Perhitungan
Reset untuk
menghitung
ulang
b. Hemasitometer
Dijepit di meja
preparat
Perbesaran 40x
mencari garis tepi
Perbesaran 100x
mencari ruang hitung
memfokuskan
Perbesaran 400x
ruang hitung A, B, C,
D, 1, 2, 3, 4, 5
32
3.6. Variabel Pengamatan
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2018:57).Dalam praktikum ini didapati variable yang digunakan adalah
MOL Buah yang terdiri atas buah jeruk,nanas dan semangka dengan nutrisi
berupa air kelapa dan gula merah cair dengan perbandingan nanas:
jeruk:semangka:gula merah:air kelapa adalah 2:2:2:3:3
33
BAB 4
PEMBAHASAN DAN HASIL PENGAMATAN
Pada praktikum ini digunakan MOL berbahan dasar limbah buah buahan
dengan nutrient bakteri berasal dari gula merah dan air kelapa.yang kemudian
difermentasi selama 2 minggu agar terdapat mikroorganisme didalamnya yang
kemudian dilakukan isolasi dan identifikasi. Menurut Singleton &
Sainsbury(2006)Isolasi bakteri merupakan proses pengambilan bakteri dari
medium atau lingkungan asalnya, dan menumbuhkan pada medium buatan
sehingga diperoleh biakkan atau kultur murni hasil isolasi tersebut.Sedangkan
identifikasi adalah proses penentuan jenis mikroba tersebut berdasarkan ciri
bentuk,ukuran,atau warna.
34
Ketiga buah buahan tersebut akan dijadikan sumber bakteri karena ketiganya
memiliki kandungan air yang relatif tinggi sehingga mudah membusuk dan
memiliki kandungan zat zat yang bermanfaat bagi mikroba
Air kelapa berperan juga dalam pembuatan MOL bonggol pisang, hal ini
dikarenakan air kelapa secara khusus sangat kaya akan kandungan kalium
(K)/potassium. Beberapa jenis kandungan kimiawi air kelapa antara lain Kalium
(K) atau potassium, Vitamin C (asam askorbat, protein, lemak, hidrat arang.
Mineral yang terkandung pada air kelapa ialah zat besi (Fe), fosfor (P) dan gula
yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa. Kadar air berkisar 95,5 gram dari
setiap 100 gram buah kelapa. Berbagai kandungan tersebut tentu dibutuhkan
selama proses pembuatan MOL.
Fungsi dari penambahan gula merah cair adalah sebagai sumber glukosa dari
mikroba sehingga harapannya mikroba dapat tetap bertahan hidup
4.2. ISOLASI
Isolasi yang dilakukan oleh praktikan adalah cawan tuang,pengenceran
berseri,cawan gores,dan agar miring.Sebelum dilakukan isolasi perlatan
disterilisasi dengan jenis sterilisasi secara fisik menggunakan autoclave agar
menghilangkan kontaminan mikrooorganisme.Lalu dilakukan pengenceran berseri
yang bertujuan memperkecil jumlah mikroba tersuspensi sehingga perhitungan
lebih mudah dengan perbandingan 1:9.Jumlah pengenceran pada praktikum ini
adalah 6x berarti 10-6 yang berdasarkan perkiraan jumlah mikroba pada sampel.
35
4.2.1.PENGENCERAN BERSERI DAN CAWAN TUANG
Pada pengenceran ini tidak begitu terlihat bintik bintik dari mikroba hal ini
dikarenakan pemilihan biakan yang terlalu encer sehingga mikroba yang tersisa
sedikit,selain itu faktor waktu fermentasi yang terlalu singkat ditambah pemilihan
limbah rumah tangga yang belum terlalu membusuk.Dari ketiga biakan tersebut
dapat dilakukan identifikasi bentuk ,elevasi,tepian,warna dan ukuran sebagi
berikut
.Pada isolasi ini ditemukan terdapat dua koloni dengan jumlah koloni A
memiliki ukuran yang sedang sedangkan untuk B berukuran kecil dengan
permukaan dan bentuk yang berbeda dengan koloni A.Tidak banyaknya koloni
yang terbentuk diduga karena pada saat cawan petri dan biakan sudah dimasukkan
kedalam petri tidak tercampur merata sehingga ada beberapa bagian hanya
mendiami satu sisi saja
36
4.2.2 CAWAN GORES
Isolasi cawan gores,berbeda dengan cawan tuang untuk cawan gores media
NA dituang terlebih dahulu kedalam cawan petri dengan jumlah yang lebih
banyak dari isolasi yang lain karena jika tipis akan sukar dalam
penggoresannya.Dan tak lupa cawan petri digambar untuk membuat sketsa
kuadran 0-3 sehingga mempermudah dalam mengidentifikasinya.Teknik
penanaman mikroba dengan goresan bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme
dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru.Bekas goresan
ini akan ditumbuhi koloni mikroba yang kemungkinan berasal dari satu sel yang
sama setelah mengalami inkubasi 2 hari
37
bentuk dari isolat pada cawan gores dengan tipe penggoresan kuadran adalah
kosentris dengan tepian berombak dan elevasinya datar
Pada hasil isolasi praktikum didapati isolat pada agar miring dengan bentuk
yang kurang teratur dengan tepian berombak dan datar.Untuk goresan pada agar
miring tidak begitu terlihat karena terjadinya ketidakstabilan penggoresan yang
menyebabkan biakan yang diambil menggunakan kawat ose banyak yang
menempel di dinding tabung reaksi dan kurangnya waktu fermentasi MOL
sehingga ketika pada pengenceran ke 3 hanya tersisa sedikit mikroba
38
dikhususkan untuk mengisolasi bakteri walaupun tidak menutup kemungkinan
timbulnya mikroorganisme jenis lain.
4.3. IDENTIFIKASI
Identifikasi yang akan dilakukan adalah identifikasi bentuk,permyukaan,dan
elevasi.Langkah yang pertama dalam melakukan identifikasi bakteri adalah
pembuatan preparat,penentuan garis tepi,pengaturan fokus ,mengamati preparat
pada 3 perbesaran yaitu 40,100,dan 400.Dan didapati hasil seperti ini
Pada gambar tersebut tidak terlihat adanya koloni yang berbeda dari segi ukuran
dan bentuk maupun warna sama ,dengan bentuk cocus agak lonjong dan pada
perbesaran 100 beberapa ada yang terlihat membentuk rantai.Dilihat dari beberapa
sumber terkait
39
streptococus sp.
40
anaerobfakultatif, katalase-negatif, tidak motile, dan tidak memiliki spora.
Streptococcus pyogenes berbentuk kokus, berdiameter 0.6-1.0 µm, dan tersusun
berpasangan atau berderet seperti rantai dengan panjang yang bervariasi
(Patterson, 2018).
Ruang hitung pada hemasitometer dapat digambarkan seperti diatas ujung atau 4
siku terluar merupakan ruang hitung A,B,C,dan D sedangkan E adalah kotak yang
ada ditengah ,yang berisi 25 kotak kecil,didalam ruang hitung E akan dibagi
menjadi 5 bagian lagi ruang 1,2,3,4,dan 5.Lebih jelasnya seperti ini
41
sehingga dalam setiap mm2, jumlah sel harus dikalikan 5. Untuk volume yang
tercakup adalah 0,1 mm3. Sehingga untuk mengetahui jumlah sel per mm3perlu
dibagi 0,1 mm3 terlebih dahulu
Maka perhitungan jumlah sel dapat dirumuskan sebagai berikut (x = jumlah sel)
X ∙5 ∙ 1000
X dalam sel/ml =
0,1
RUANG JUMLAH
14
RUANG A
16
RUANG B
42
20
RUANG C
31
RUANG D
20∙ 5 ∙10 3
=2×10 6
0,1
RUANG 1
43
28∙ 5 ∙10 3 6
=1,4 ×10
0,1
RUANG 2
19∙ 5 ∙103 6
=0,95× 10
0,1
RUANG 3
18∙ 5 ∙10 3 6
=0,9× 10
0,1
44
RUANG 4
39∙ 5 ∙10 3
=1,95 ×10 6
0,1
RUANG 5
Berdasarkan tabel total sel dalam ruang hitung 1, 2, 3, 4, dan sebanyak 124 sel.
Sehingga perhitungan Hemasitometer akurat karena penjumlahan dari ruang
hitung 1, 2, 3, 4, dan 5 memenuhi syarat (syarat range akurat ruang hitung E 120-
200 sel). Jumlah total sel dalam perhitungan hemasitometer ialah 7,2 x 106
45
Jumlah koloni 5
3.5 ×10 cfu/ml
Perhitungan pada colonycounter ini dihitung masing masing berdasarkan hasil
klasifikasi pada saat melakukan identifikasi mikroorganisme seperti pada
identifikaasi sebelumnya aterdapat dua koloni ,untuk koloni B jumlah terbanyak
pada pengenceran 10-4 tetapi koloni B juga terdapat pada pengenceran 10-5 dan 10-
6
.Sedangkan Koloni A hanya terdapat pada pengenceran 10-4 dengan jumlah 1
sehingga tidak memenuhi syarat perhitungan
46
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
47
5.2. SARAN
48
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, G. A. P. (2017). “Kualitas Pupuk Organik Cair dari Limbah Buah Jambu Biji
(Psidium guajava L.), Pisang Mas (Musa paradisiaca L. var.mas) dan Pepaya
(Carica papaya L.)”. Jurnal, 1–16.
Andari, Nisa Murty. 2016. Preferensi Konsumen Terhadap Sayuran Organik Di Super
Indo Sultan Agung Yogyakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Yogyakarta
Arinong R.A, Lasiwua C.D. 2011. Aplikasi Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Sawi. Jurnal Agrisistem vol 7(1): 47
Barrow, G.I. and Feltham, R.K.A. 1993. Cowan and Steel’s Manual for the
Identification of Medical Bacteria. 3rd edition, Cambridge University Press,
Cambridge. 353 hal.
49
Hadinata, I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal. Jakarta : Rajawali press
Handayani, S. H., Yunus, A., dan Susilowati, A. (2015). Uji Kualitas Pupuk Organik
Cair dari Berbagai Macam Mikroorganisme Lokal (MOL). Jurnal EL-VIVO,
3(1), 55–56
Ilva Nur Azzaidha2018 “Uji Pemberian Dosis Mikroorganisme Lokal (MOL) Limbah
Buah-Buahan Terhadap Dua Varietas Tanaman Bawang Merah Allium
ascalonicum L.” Universitas Muhamadiyah Malang
Irpan, Caronge, M. W., dan Fadilah, R. (2018). Uji Kualitas MOL Air Buah Siwalan
(Borassus flabellifer) dengan Penambahan Berbagai Jenis Buah Berdasarkan
Lama Fermentasi. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 4, 232–241.
Kari Helene Berg etc,2013“Effects of Low PBP2b Levels on Cell Morphology and
Peptidoglycan Composition in Streptococcus pneumoniae R6” Journal of
Bacteriology p. 4342– 4354 October 2013 Volume 195 Number 19
Mulyono. (2016). Membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) dan Kompos dari Sampah
Rumah Tangga. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka
50
Ni Kadek Meita Swandewi,2021“Isolasi dan Identifikasi Bakteri Streptococcus spp.
pada Babi Penderita Porcine Respiratory Disease Complex” uletin Veteriner
Udayana Volume 13 No. 2: 174-181
Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Raras, N., Hadid, A., dan Latarang, B. (2018). Pengaruh Mikroorganisme Lokal
Buah-Buahan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa
L.). E-J. Agrotekbis, 6(1), 127–135.
51