Anda di halaman 1dari 20

Analisis Vitamin B1 (Tiamin), B2 (Riboflavin), dan B12 (Kobalamin):

Review Jurnal

1
Arfian Reza Pratama (240210170073), 2Reina Angelica (240210190060), 3Amalia
(240210190080), 4Augusta Andjani Pramaditria (240210190097)

Departemen Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas


Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600
Telp. (022) 7798844, 779570 Fax. (022) 7795780

ABSTRAK
Dalam proses metabolisme, beberapa vitamin B terutama tiamin (B1), riboflavin
(B2), dan kobalamin (B12) berperan sebagai koenzim untuk menghasilkan energi dan
memainkan peranan penting dalam tubuh. Berbagai metode telah dijelaskan untuk
menganalisis vitamin B1, B2, dan B12 dalam matriks makanan menggunakan beberapa
metode berbeda seperti metode kromatografi HPLC, UPLC, serta metode spektrofotometri
LC-MS, SERS, FFS, dan UPLC-MS untuk mengukur kadar mikronutrien dalam bahan
makanan. Review ini bertujuan untuk mengetahui kandungan vitamin B1, B2, dan B12
dengan beberapa metode. Hasil analisis menunjukkan bahwa analisis metode HPLC
merupakan metode paling umum yang digunakan karena memerlukan waktu analisis yang
cepat dan hasil selektivitas yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk pengujian vitamin
secara spesifik. Metode spektrofotometri lainnya juga memberikan hasil yang maksimal
hanya saja harus disesuaikan dengan karakteristik sampel yang tepat.
Kata kunci: vitamin B, analisis, metode kromatografi, spektrofotometri

ABSTRACT
In metabolic processes, several B-vitamins especially thiamine (B1), riboflavin (B2),
and cobalamin (B12) act as coenzymes to produce energy and play some important roles.
Various methods had been described for the analysis of vitamins B 1, B2, and B12 in food
matrices with HLPC, UPLC chromatography, as well as LC-MS, SERS, FFS, and UPLC-
MS spectrometry methods to measure the levels of these micronutrients in foodstuffs. The
objective of this study is to determine the vitamins B 1, B2, and B12 contents by several
methods. The HPLC method analysis is the most common method due to fast and resulting
high selectivity that can be used for specific vitamin testing. Other spectrophotometric
methods also give maximum results, but it must be adjusted to the exact sample
characterisation.
Keywords: B-vitamins, analysis, chromatography, spectrophotometry

BAB 1
PENDAHULUAN

Vitamin merupakan zat senyawa organik kompleks yang dibutuhkan untuk


mempertahankan fungsi seluler dan metabolisme normal tubuh manusia. Vitamin juga
termasuk ke dalam unsur alami dari makanan dan persediaan diet yang seimbang dari
semua vitamin yang dibutuhkan(Helliwell, 2017). Umumnya vitamin tidak disintesis dalam
tubuh. Namun, jika dapat disintesis jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan tubuh sehingga
vitamin harus diperoleh dari makanan. Kekurangan vitamin dalam tubuh manusia dapat
menyebabkan beberapa penyakit serius. Vitamin umumnya digunakan sebagai suplemen
makanan. Vitamin efektif dan diperlukan dalam jumlah yang sedikit untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh, unit pembangunan struktur tubuh, transformasi energi, serta
membantu pemulihan dari suatu penyakit(Shahzadi et al., 2018).

Berdasarkan kelarutannya, vitamin terbagi menjadi dua kelompok yaitu vitamin


yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut lemak antara
lain vitamin A, D, E, dan K. Sedangkan vitamin yang larut dalam air adalah anggota dari
vitamin C dan vitamin B kompleks yang terdiri dari thiamin (B1), riboflavin (B2), niasin
(B3), asam pantotenat (B5), piridoksin (B6), biotin (B7), dan asam folat (B9), dan kobalamin
(B12) (Antakli et al., 2015).

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis vitamin B terutama tiamin


(B1), riboflavin (B2), dan kobalamin (B12). Vitamin B1 atau yang biasa disebut dengan
tiamin merupakan salah satu vitamin B yang larut air, berperan sebagai koenzim dalam
berbagai reaksi yang terlibat untuk menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan
energi yang membentuk senyawa kaya energi atau ATP. Tiamin dapat ditemukan makanan
seperti biji-bijian, beras, merah, unggas, dan kacang-kacangan.Vitamin B2 atau riboflavin
merupakan komponen sistem enzim yang dikenal sebagai flavoprotein dan terlibat dalam
metabolisme intermediet. Riboflavin termasuk ke dalam bagian koenzim yaitu riboflavin
fosfat atau flavin mono nukleotida(FMN) dan flavin adenin dinukleotida(FAD)(Antakli et
al., 2015). Makanan yang kaya akan riboflavin antara lain yaitu susu, yogurt, gandum,
sereal, dan hati. Vitamin B12 atau sianokobalamin berperan dalam menjaga sel-sel
terutama sel pencernaan, sistem urat saraf, dan sum-sum tulang untuk sintesis DNA.
Vitamin B12 juga banyak diperlukan untuk sintesis dan pemindahan satu unit karbon
seperti gugus metil dalam sintesis metionin dan kolin yang dibantu oleh faktor lipotropik.
Kobalamin dapat dijumpai pada beberapa makanan seperti ikan salmon, hati, daging sapi,
kerang, telur, dan susu(Hampel et al., 2012).

Penentuan vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B1, B2, dan B12 menjadi
cukup sulit dikarenakan ketidakstabilan kimia serta kompleksitas matriks vitamin tersebut.
Berbagai metode analisis sudah tersedia namun banyak dari metode tersebut yang
memakan waktu atau tidak cukup akurat. Metode analisis ini didasarkan pada pengukuran
yang berbeda-beda yakni menggunakan metode kromatografi High Performance Liquid
Chromatography(HPLC) dan High Performance Thin Layer Chromatography(HPTLC).
Selain itu, analisis kandungan vitamin B dapat juga menggunakan metode spektrofotometri
seperti LC-MS (Liquid Chromatography and Mass spectrometry), SERS (Surface
Enhanced Raman Spectroscopy), Front-face Fluorescence Spectroscopy (FFF) dan UPLC-
MS (Ultra Performance Liquid Chromatography- Mass Spectrometry). Metode yang paling
banyak digunakan dalam analisis vitamin B adalah fase terbalik kromatografi cair kinerja
tinggi (HPLC-RP) dengan satu atau lebih metode deteksi(Poongothai et al., 2010). Metode
HPLC memberikan hasil yang cepat, sensitif, dan akurat untuk penentuan vitamin, serta
memiliki keuntungan ekonomi karena membutuhkan hanya memerlukan sedikit sampel
untuk analisis. Metode analisis ini digunakan untuk menentukan vitamin yang larut dalam
air dalam berbagai jenis makanan alami seperti sereal(Suh et al., 2011), madu, daging,
tepung terigu, jus buah, gandum, dan makanan nabati(Kirilov et al., 2012).
Kandungan vitamin B dapat dianalisis melalui metode spektrofotokopi yang dapat
dioptimalkan untuk menganalisis masing-masing vitamin B. Metode LC-MS merupakan
kombinasi antara Liquid Chromatography (LC) dan Mass spectrometry (MS) dimana LC
dijadikan sebagai prinsip pemisahan antar komponen sampel dan kemudian dilakukan
ionisasi untuk kemudian dideteksi dengan metode MS, dengan cara pemilihan muatan
listrik sesuai dengan yang telah ditentukan (Pratima, 2018). Selain itu, UPLC-MS(Ultra
Performance Liquid Chromatography- Mass Spectrometry) merupakan salah satu metode
spektrofotokopi yang dapat memberikan resolusi, kecepatan, dan sensitivitas dalam
penentuan analisis. UPLC-MS telah digunakan luas untuk menganalisis obat-obatan,
makanan, susu formula, dan produk fortifikasi. Metode lainnya yaitu Front-face
Fluorescence Spectroscopy (FFF) yang dapat menganalisis secara cepat dan non-destruktif
dengan sensitivitas tinggi dan dapat mengidentifikasi mikronutrien secara spesifik pada
bahan pangan (Alvarado et al., 2019). Metode Surface Enhanced Raman Spectroscopy
(SERS) digunakan dalam penentuan kandungan kobalamin. Prinsip metode SERS adalah
menggunakan permukaan logam untuk absorpsi molekul sampel yang diuji yang kemudian
akan terdispersi oleh cahaya elektromagnetik, sisa cahaya yang tidak terdispersi akan
dikumpulkan untuk dideteksi oleh detektor(Hampel et al., 2012).

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Vitamin B1
Vitamin B1 atau sering disebut juga Tiamin merupakan salah satu jenis vitamin
yang larut dalam air. Tiamin biasanya memiliki bentuk kristal, tidak berwarna, dan
higroskopis. Tiamin dapat larut dalam alkohol dan aseton dan tidak larut dalam eter,
kloroform, dan benzena. Tiamin stabil pada pH asam dan tidak stabil pada larutan basa.
Analisis vitamin yang larut dalam air terbilang tidak mudah karena sifat analit yang
tidak stabil. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas vitamin seperti paparan
cahaya, panas, udara serta interaksi dengan komponen makanan lainnya. Dalam analisis
vitamin B1, terdapat berbagai jenis metode yang digunakan. Salah satunya adalah
metode kromatografi.
High performance liquid chromatography (HPLC) merupakan salah satu jenis
dari metode kromatografi yang paling sering digunakan dalam berbagai jenis industry
karena sifatnya yang selektif dan akurat. Hasil Kromatogram HPLC diperoleh saat
standar dan sampel dianalisis melalui sistem yang diatur. Senyawa yang dipelajari dapat
teridentifikasi dengan menggunakan waktu retensi yang sesuai dengan standar kalibrasi
sedangkan kuantifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan luas puncak yang sesuai
dengan standar. (Naz et al, 2016). Metode HPLC digunakan untuk analisis tiamin dalam
susu pasteurisasi, susu steril UHT, dan yogurt. Fase terbalik digunakan dengan kolom
C18, dihubungkan ke detektor fluoresensi. Kandungan tiamin dalam yogurt berkisar
antara 0,355-0,04 hingga 0,404-0,02 mg / l. Linearitas, reproduktifitas dan pemulihan
metode yang dihasilkan dinilai cukup memuaskan (Gul et al, 2014). Selain itu,
penentuan tiamin metode HPLC dapat dilakukan menggunakan oksidasi dengan kalium
iodat (V) dan membentuk ion iodida. Ion iodide akan bereaksi dengan kelebihan ion
iodat (V) dalam media asam sehingga membentuk yodium bebas yang mengoksidasi
leukokristal violet menjadi kristal berwarna violet (Szpikowska‐Sroka, 2013).
Penentuan tiamin juga dilakukan dalam sirup vitamin B menggunakan metode pasangan
ion HPLC (Miyazaka et al, 2013). Berikut tabel yang menyajikan berbagai jurnal yang
menggunakan metode HPLC.

Tabel 1. Hasil Berbagai Jurnal Analisa Tiamin Metode HPLC

No Sampel Metode Hasil Sumber

1 Thiamin dalam HPLC and 0,17-0,62 Marquez-


campuran corona-charged mg/L Sillero et al,
larutan aerosol detection 2013
multivitamin
2 Vitamin B Capillary zone 214 nm Franco et al,
Kompleks electhrophoresis 2012
(CZE)

3 Thiamin dalam HPLC 250-295 Riberio et al,


campuran nm 2011
larutan
multivitamin

4 Thiamin dalam Reversed-Phase 245-268 Hossain et al,


jamur HPLC nm 2019

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Tabel diatas menunjukkan metode HPLC dapat mendeteksi tiamin yang


terkandung dari berbagai jenis. Metodenya pun dibuat sedemikian rupa agar dapat
mendeteksi ataupun menghitung jumlah dari tiamin yang ada dari berbagai sampel yang
diuji.

Selain metode kromatografi, metode yang digunakan yaitu metode


spektofotometri. Metode spektrometri UV pada Tiamin hidroklorida menunjukkan
absorpsi maksimal pada 246nm (A11 450) dalam larutan asam dan 232 nm (A11 566)
serta 336 nm dalam larutan alkali (Gul et al, 2014). Metode spektrometri sederhana dan
sensitif untuk pengujian tiamin juga dapat digunakan pada perlakuan dengan
leucocrystal violet dan pengukuran absorbansi pada penyerapan maksimum
(Szpikowska‐Sroka, 2011). Metode spektofotometri juga digunakan untuk menganalisa
kandungan tiamin pada produk paramedis yang didasarkan pada pengendapan belerang
sebagai barium sulfat dalam media asam dan spektrofotometri terukur pada 420 nm.
Perbandingan metode spektrofotometri dan HPLC juga dilaporkan untuk pengujian
tiamin HCl dan piridoksin HCl dalam kombinasi vitamin. Hasilnya kedua metode
tersebut menunjukkan akurasi, presisi dan pemulihan vitamin yang baik dan sesuai
dengan experimental error. (Gul et al, 2014) Metode yang terakhir yiatu light scattering
method. Hubungan linier ditemukan antara konsentrasi tiamin (0,02-0,04 µg / ml) dan
hamburan resonansi Reyleign (RRS). Metode ini diterapkan untuk mendeteksi tiamin
dengan adanya kelebihan iodida dan nanopartikel kobalt. (Santoz et al, 2011).

2.2 Analisis Vitamin B2


Vitamin B2 merupakan vitamin yang larut dalam air. Contoh dari vitamin B2
yaitu riboflavin yang berperan sebagai unsur sistem enzim pernapasan jaringan dan
beberapa enzim yang terlibat dalam metabolisme asam amino dan lipid. Asupan vitamin
ini dianjurkan sebesar 0.3-0.4 mg/hari untuk bayi, 0.5-0.9 mg/hari untuk anak usia dini,
1.3 mg/hari untuk anak usia remaja, 1.4 mg/hari untuk ibu hamil, dan 1.6 mg/hari untuk
orang dewasa. Riboflavin dapat ditemukan pada berbagai macam bahan pangan, yaitu
telur, daging, susu, dan sayuran (Ashoori & Saedisomeolia, 2014). Riboflavin memiliki
struktur sebagai berikut

Gambar 1. Struktur Riboflavin


(Sumber: pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Defisiensi vitamin B2 atau riboflavin banyak terjadi pada negara dengan
penduduk yang jarang mengonsumsi produk susu dan daging. Defisiensi ini juga lebih
riskan terjadi kepada orang yang memiliki penyakit kanker, kelainan hati, dan banyak
mengonsumsi alkohol. Terlalu banyak konsumsi riboflavin tidak menyebabkan
keracunan, namun dapat menyebabkan ketidakseimbangan kandungan antioksidan di
dalam tubuh (Ashoori & Saedisomeolia, 2014).
Untuk menganalisis kadar vitamin B2 dalam tubuh dapat dilakukan beberapa
metode, salah satunya adalah metode HPLC. Metode ini dianggap efektif karena adanya
sifat hidrofilik yang tidak mudah menguap dari vitamin larut air seperti vitamin B.
Keunggulan dari metode ini adalah dapat memisahkan vitamin dari matriks makanan
lain yang kompleks (Nollet et al., 2013).
Vitamin atau riboflavin merupakan komponen enzim yang biasa dikenal sebagai
flavoprotein dan banyak terlibat dalam reaksi metabolisme. Dua koenzim yang
mengandung riboflavin adalah flavin mono nukleotida (FMN) dan flavin adenine
dinukleotida (FAD). Struktur keduanya adalah sebagai berikut

Gambar 2. Struktur FMN dan FAD


(Sumber: elsevier.com)
Beberapa metode analisis dapat dilakukan untuk mengetahui kandungan vitamin
di dalam bahan pangan. Salah satunya adalah metode HPLC atau High Performance
Liquid Chromatography. Metode ini merupakan teknik kromatografi cair yang biasa
digunakan untuk pemisahan berbagai komponen, juga biasa digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa dalam obat atau bahan pangan (Chawla, 2016).
Metode analisis lainnya adalah menggunakan metode UPLC atau Ultra
Performance Liquid Chromatography. Metode ini merupakan teknik separasi yang cara
kerjanya mirip dengan HPLC, namun meningkatkan kecepatan, sensitivitas, dan
resolusinya. Keunggulan dari metode ini adalah UPLC menggunakan partikel yang
lebih baik, waktu yang lebih singkat, serta penggunaan pelarut yang lebih sedikit
(Sheliya & Shah, 2013). Perbedaan lainnya adalah UPLC menggunakan tekanan yang
lebih tinggi (15.000 psi) dibandingkan HPLC yang menggunakan kurang dari 6000 psi.
Metode lainnya adalah menggunakan Front-face Fluorescence Spectroscopy
(FFF). Metode ini dapat menganalisis secara cepat dan non-destruktif dengan
sensitivitas tinggi dan dapat mengidentifikasi mikronutrien secara spesifik pada bahan
pangan (Alvarado et al., 2019).
Dari beberapa jurnal, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 2. Komparasi hasil dari metode analisis vitamin B2

No Sampel Metode Hasil Sumber

1 Susu UHT Front-face 1.15 - 1.23 Alvarado et


Fluorescence mg/L al., 2019
Spectroscopy

2 Susu ASI Ultra Performance 0.03 mg/L Hampel et


Liquid al., 2012
Chromatography

3 Susu segar High Performance 2.62–3.20 Fracassetti et


Liquid mg/L al., 2018
Chromatography

4 Susu High Performance 1.87–1.99 Fracassetti et


Pasteurisasi Liquid mg/L al., 2018
Full Fat Chromatography

5 Susu UHT High Performance 2.53–2.69 Fracassetti et


Skim Liquid mg/L al., 2018
Chromatography

Dari data-data yang telah didapatkan, dapat dilihat bahwa susu segar memiliki
kandungan vitamin yang paling banyak dibandingkan susu lainnya, diikuti dengan susu
UHT skim, susu pasteurisasi full fat, susu UHT, dan terakhir susu ASI. Perbedaan ini
dapat dipengaruhi oleh reagen yang digunakan, metode analisis yang digunakan, juga
tempat penyimpanan dan penanganan susu oleh masing-masing produsen susu. Dari
data yang didapatkan juga dapat dilihat bahwa perbedaan hasil tidak terlampau jauh
atau berbeda signifikan kecuali untuk sampel susu ASI. Untuk mendapatkan vitamin B2
yang optimal sesuai dengan kebutuhan perhari, susu segar dapat menjadi alternatif yang
baik untuk memenuhi asupan vitamin harian. Pada sampel susu ASI didapatkan hasil
yang berbeda signifikan karena susu ASI pada dasarnya diperuntukkan kepada bayi
yang hanya membutuhkan 0.3 mg/L asupan vitamin B perharinya, maka kandungan
vitamin B2 dalam ASI dinilai cukup untuk memenuhi asupan perhari.

2.3 Analisis Vitamin B12


Sama seperti vitamin B lainnya, vitamin B12 atau yang dapat disebut kobalamin,
merupakan salah satu jenis vitamin yang larut air. Vitamin B12 memiliki struktur yang
sangat kompleks, yaitu adanya struktur cincin corrin dari kobalt sebagai inti, dan
mengikat beberapa rantai samping sebagai penentu bentuk lain dari vitamin B 12, seperti
metilkobalamin, hidroksokobalamin, cyanocobalamin dan 5-deoksiadenosilkobalamin
(Watanabe et al., 2014).

Gambar 3. Struktur Vitamin B12


(Sumber: Nutrients Journal, Vol. 6)
Vitamin B12 hanya dapat diproduksi oleh mikroorganisme sehingga umum
tersedia pada produk hewani seperti produk laut (Chatterjee et al., 2017) serta produk
susu dan olahannya seperti rasgulla (Sarkar et al., 2020), dan keju (Zironi et al., 2013).
Vitamin B12 jarang tersedia di produk nabati kecuali produk olahan fermentasi yang
menggunakan mikroorganisme tertentu seperti tempe (Moa et al., 2013). Akan tetapi
terdapat beberapa penelitian yang menemukan sedikit kandungan vitamin B 12 pada
produk nabati seperti buah aprikot (Płonka et al., 2012) dan kurma (Aslam et al., 2013)
meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit.
Defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan beberapa masalah dalam system
syaraf (Bajaj & Singhal, 2019). Meskipun begitu, kelebihan kadar vitamin B 12 dalam
tubuh tidak akan disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lain seperti nutrien lainnya,
tetapi akan langsung diekskresikan keluar tubuh akibat sifatnya yang mudah larut air
(Tekin et al., 2019). Tetapi saat ini sudah banyak produk makanan fortifikasi vitamin
B12 seperti sereal (Radu et al., 2016) yang dapat dijadikan sebagai salah satu makanan
alternatif untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12 harian para vegetarian.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengujian vitamin B12
dalam bahan pangan. Beberapa diantaranya adalah dengan metode kromatografi dan
spektrometri.
2.3.1. Analisis Vitamin B12 Metode Kromatografi
Kromatografi merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk
pengujian kadar vitamin B. Kromatografi menggunakan prinsip pemisahan
molekul padatan dan cairan yang dimana fase cair akan bergerak mengikuti alir
fase bergerak (Coskun, 2016). Pada analisis vitamin B12 dengan metode
kromatografi, efisiensi didapatnya hasil bergantung pula pada ekstraksi,
pemisahan, dan juga sinar detektor yang digunakan.
Terdapat beberapa jenis metode kromatografi yang umum digunakan,
misalnya metode HPLC (Aslam et al., 2013; Płonka et al., 2012; Sami et al.,
2014; Sarkar et al., 2020), dan HPTLC (Bajaj & Singhal, 2019). HPLC sendiri
menggunakan prinsip dimana fase bergerak akan melewati kolom yang
bertekanan dibawah 10-400 atm dalam waktu sangat cepat untuk memisahkan
pelarut dengan partikel vitamin yang akan diuji, kemudian akan dideteksi oleh
detektor dengan panjang gelombang yang sesuai (Coskun, 2016).
Umumnya banyak peneliti yang lebih memilih menggunakan HPLC
dibandingkan metode yang lain. Hal ini dikarenakan pengujian dengan HPLC
memiliki waktu analisis yang cepat dengan hasil dan selektivitas yang tinggi
hingga dapat digunakan untuk pengujian vitamin secara spesifik. Selain itu
metode HPLC pun dapat dikombinasikan dengan berbagai teknik lain, seperti
dengan kombinasi analisis spektrofotometri LC-MS (Chatterjee et al., 2017).
Selain HPLC terdapat pula penggunaan HPTLC (High Performance
Thin Layer Chromatography) yang menggunakan prinsip adsorpsi lempengan
sebagai fase statisnya, yang jika fase bergerak atau pelarutnya melewati
lempengan dan partikel dalam pelarut akan diserap untuk pemisahan (Coskun,
2016). Pada pengujian yang dilakukan oleh Bajaj & Singhal (2019), digunakan
aluminium sebagai fase statisnya. Peggunaan HPTLC sensitivitas dan presisi
yang tinggi, meskipun tidak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan HPLC jika dibandingkan antara persen recovery vitamin B12-nya .

Tabel 3. Komparasi hasil dan kelebihan dari metode kromatografi yang digunakan
Metode Sampel Hasil Recovery Kelebihan Referensi

RP- Sayur Lady’s 34.54 ± n.a Pemakaian HPLC lebih baik (Sami et al.,
HPLC- fingers 3.69 µg/ dibandingkan dengan metode 2014)
UV-Vis 100 g pengujian mikrobiologi

HPLC- Kurma 90% (Aslam et al.,


UV 2013)
HPLC- Aprikot 22 µg/ 78% Memiliki harga yang relatif (Płonka et al.,
DAD 100 g murah dengan sensitivitas 2012)
sangat bagus yang dapat
mendeteksi berbagai bentuk
vitamin B, cocok untuk
digunakan dalam
pendeteksian vitamin B12
dalam sampel dengan bentuk
Suplemen 0,81% 100% cair/tablet/bubuk. (Qiu et al.,
Tablet B12 w/w Sayangnya, metode ini 2019)
memiliki keterbatasan dalam
pendeteksian vitamin jika
konsentrasinya sangat
sedikit.

HPTLC Ekstrudat 100 – 500 77% Peggunaan HPLTC memiliki (Bajaj &
beras µg sensitivitas dan presisi yang Singhal, 2019)
tinggi. Dan dapat menjadi
alternatif untuk mendeteksi
kandungan vitamin daripada
HPLC yang memiliki harga
lebih mahal

DAD = Diode Array Detector

2.3.2. Analisis Vitamin B12 Metode Spektrometri


Spektrometri merupakan salah satu metode pengujian vitamin B12 yang
umum digunakan. Terdapat beberapa jenis metode spektrometri, misalnya
metode LC-MS (Chatterjee et al., 2017), SERS (Radu et al., 2016), dan UPLC-
MS (E. Zironi et al., 2013).
Pada penelitian Chatterjee et al. (2017), dilakukan penentuan kadar
vitamin B12 dalam ikan dengan metode LC-MS yang dimodifikasi dengan
adanya ekstraksi enzimatis dan pemisahan dengan cara Hydrophilic Interaction
LC (HILIC). LC-MS sendiri memiliki prinsip kombinasi antara Liquid
Chromatography (LC) dan Mass spectrometry (MS) dimana LC dijadikan
sebagai prinsip pemisahan antar komponen sampel dan kemudian dilakukan
ionisasi untuk kemudian dideteksi dengan metode MS, dengan cara pemilihan
muatan listrik sesuai dengan yang telah ditentukan (Pratima, 2018). Pemisahan
HILIC merupakan teknik yang cocok dalam retensi dan pemisahan
dibandingkan teknik reverse-phase (RP) dan normal-phase (NP) pada
kromatografi.
Terdapat pula analisis vitamin B12 pada dengan metode surface enhanced
raman spectroscopy (SERS) seperti yang dilakukan oleh Radu et al. (2016).
Metode SERS merupakan metode spektrometri yang menggunakan permukaan
logam untuk absorpsi molekul sampel yang diuji yang kemudian akan
terdispersi oleh cahaya elektromagnetik, sisa cahaya yang tidak terdispersi akan
dikumpulkan untuk dideteksi oleh detektor. Pada pengujian Radu et al. (2016)
digunakan senyawa aktif nanostruktur berupa perak (Ag) dengan penambahan
pati yang memberikan kestabilan dari substrat peraknya.

Tabel 4. Komparasi hasil dan kelebihan dari metode spektrometri yang digunakan
Metode Sampel Hasil Recovery Kelebihan Referensi
LC-MS sarden 10 ng/g 92,3 metode ini memberikan (Chatterjee et
keuntungan lebih besar al., 2017)
dibandingkan kromatografi
biasa akibat penambahan
HILIC yang meningkatkan
sensitivitas dari LC-MS.
SERS sereal 2,1 µg/ n.a SERS umumnya memiliki (Radu et al.,
100 g sensitivitas yang tinggi, waktu 2016)
yang cepat yaitu hanya 7 jam
dan harga yang murah.
Sayangnya SERS akan
terganggu jika menggunakan
pelarut asam.
UPLC- Susu 2-8 ng/g 100% UPLC-MS umumnya memiliki (E. Zironi et
MS fortifkasi sensitivitas yang lebih baik al., 2013)
vitamin B12 dibandingkan HPLC dan juga
dapat selektif dalam memilih
kandungan yang ingin diuji.

BAB 3
KESIMPULAN
Dalam menganalisis vitamin B1, B2, dan B12, beberapa metode umum dapat
digunakan seperti kromatografi dan spektrofotometri. Metode kromatografi yang digunakan
antara lain yaitu High Performance Liquid Chromatography(HPLC), High Performance
Thin Layer Chromatography(HPTLC). Sedangkan, metode spektrofotometri yang
digunakan seperti LC-MS (Liquid Chromatography and Mass spectrometry), SERS
(Surface Enhanced Raman Spectroscopy), Front-face Fluorescence Spectroscopy (FFS)
dan UPLC-MS (Ultra Performance Liquid Chromatography- Mass Spectrometry).
Perbandingan metode spektrofotometri dan HPLC pada analisis vitamin B1 untuk
pengujian tiamin menunjukkan akurasi, presisi dan pemulihan vitamin yang baik dan sesuai
dengan experimental error. Pada vitamin B2 yang terkandung pada sampel susu,
didapatkan bahwa pada sampel susu ASI mengandung sebesar 0.03 mg/L B1 menggunakan
analisis UPLC. Pada vitamin B12, metode spektrofotometri LC-MS memberikan
keuntungan yang lebih besar dibandingkan kromatografi; UPLC-MS dan SERS memiliki
sensitivitas yang lebih baik dibandingkan HPLC.
Dari semua metode tersebut, metode HPLC menjadi paling umum untuk digunakan
karena bersifat efektif dengan adanya sifat hidrofilik yang tidak mudah menguap dari
vitamin larut air seperti vitamin B. Selain itu, waktu analisis yang cepat dengan hasil dan
selektivitas yang tinggi hingga dapat digunakan untuk pengujian vitamin secara spesifik.
Namun metode spektrofotometri lainnya juga memberikan keuntungan sehingga dapat
disimpulkan bahwa setiap metode analisis memiliki kelebihan dan kekurangannya. Untuk
mencapai hasil yang maksimal perlunya analisis yang tepat sesuai dengan karakteristik
sampel yang diuji.
DAFTAR PUSTAKA

Alvarado, U., Zamora, A., Liu, J., Saldo, J., & Castillo, M. 2020. Rapid Quantification of
Riboflavin in Milk by Front-Face Fluorescence Spectroscopy: A Preliminary Study
Foods 9, no. 1: 6. https://doi.org/10.3390/foods9010006

Antakli, S., Sarkees, N., & Sarraf, T. (2015). Determination of water-soluble vitamins B1,
B2, B3, B6, B9, B12 and c on C18 column with particle size 3 μm in some
manufactured food products by hplc with uv-dad/fld detection. International Journal
of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 7(6), 219–224.

Ashoori, M., & Saedisomeolia, A. (2014). Riboflavin (vitamin B2) and oxidative stress: A
review. British Journal of Nutrition, 111(11), 1985-1991.
doi:10.1017/S0007114514000178

Aslam, J., Khan, S. H., & Khan, S. A. (2013). Quantification of water soluble vitamins in
six date palm (Phoenix dactylifera L.) cultivar’s fruits growing in Dubai, United Arab
Emirates, through high performance liquid chromatography. Journal of Saudi
Chemical Society, 17(1). https://doi.org/10.1016/j.jscs.2011.02.015

Bajaj, S. R., & Singhal, R. S. (2019). Effect of extrusion processing and hydrocolloids on
the stability of added vitamin B12 and physico-functional properties of the fortified
puffed extrudates. LWT, 101, 32–39. https://doi.org/10.1016/j.lwt.2018.11.011

Chawla, G., & Ranjan, C. 2016. Principle, Instrumentation, And Applications Of UPLC: A
Novel Technique of Liquid chromatography. Open Chemistry Journal, 3(1) : 1-16.

Chatterjee, N. S., Kumar, K. A., Ajeeshkumar, K. K., Kumari, K. R. R., Vishnu, K. V.,
Anandan, R., … Ravishankar, C. N. (2017). Screening natural content of water-
soluble B vitamins in fish: Enzymatic extraction, HILIC separation, and Tandem
mass spectrometric determination. Journal of AOAC International, 100(3).
https://doi.org/10.5740/jaoacint.17-0056

Coskun, O. (2016). Separation Tecniques: CHROMATOGRAPHY. Northern Clinics of


Istanbul. https://doi.org/10.14744/nci.2016.32757

Fracassetti, D., Limbo, S., D’Incecco, P. et al. 2018. Development of a HPLC method for
the simultaneous analysis of riboflavin and other flavin compounds in liquid milk and
milk products. Eur Food Res Technol 244, 1545–1554.
https://doi.org/10.1007/s00217-018-3068-6
Franco, M., Jasionowska, R., Salvatore, E. 2012. Application of CZE method in routine
analysis for determination of B-complex vitamins in pharmaceutical and veterinary
preparations, Int. J. Anal. Chem., 2012, 592-650

Gul, W., Zahid, S., Perveen, S., Ahmad, I. 2014. Methods of Analysis of Thiamine: A
Review. Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol 2 (1), June 2014; 39-
47

Hampel, D., York, E. R., & Allen, L. H. 2012 Ultra-performance liquid chromatography
tandem mass-spectrometry (UPLC–MS/MS) for the rapid, simultaneous analysis of
thiamin, riboflavin, flavin adenine dinucleotide, nicotinamide and pyridoxal in human
milk. Journal of Chromatography B (903). Pages 7-13.
https://doi.org/10.1016/j.jchromb.2012.06.024

Helliwell, K. E. (2017). The roles of B vitamins in phytoplankton nutrition: New


perspectives and prospects. New Phytologist. https://doi.org/10.1111/nph.14669

Hossain, F. M., Rashid, M., Sidhu, R., Mullins, R., Mayhew, S. L. 2019. A Simplified,
Specific HPLC Method of Assaying Thiamine and Riboflavin in Mushrooms.
Hindawi International Journal of Food Science Volume 2019.

Kirilov, B., Obreshkova, D., & Tsvetkova, D. (2012). VALIDATION OF HPLC METHOD
FOR DETERMINATION OF ANTIOXIDANT VITAMIN C AND VITAMIN B 6 IN
FOOD SUPPLEMENTS AND DRUGS.

Marquez-Sillero, I., Cardenas, S., Valcarcel, M. 2013. Determination of water-soluble


vitamins in infant milk and dietary supplement using a liquid chromatography on-
lined coupled to a corona-charged aerosol detector. J. Chromatogr., 1313, 253-258

Miyazaka, T., Horisaki, T., Aso, Y., Okuda, H. 2013. Ion pair HPLC analysis of B vitamins
in syrup products in Indonesia. Kokuritsu Iyakuhin Shokuhin Eisei Kenkyusho
Hokoku, 131, 58-65

Moa, H., Kariluoto, S., Piironen, V., Zhu, Y., Sanders, M. G., Vincken, J. P., … Nout, M. J.
R. (2013). Effect of soybean processing on content and bioaccessibility of folate,
vitamin B12 and isoflavones in tofu and tempe. Food Chemistry, 141(3).
https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2013.05.017

Naz, N., Kashif, A., Sheikh, W., Abbas, M., Khan, M. A. 2016. Analysis of Wate Soluble
Vitamins (Thiamine, Nicotinamide and Pyridoxine) in Fortified Infant Food Products
by HPLC. Oriental Journal of Chemistry. Vol. 32(2), 947-953
Nollet LML, Toldrá F (2013) Water soluble vitamins. In: Nollet LML (ed) Food analysis
by HPLC. Taylor & Francis Group, New York

Płonka, J., Toczek, A., & Tomczyk, V. (2012). Multivitamin Analysis of Fruits, Fruit-
Vegetable Juices, and Diet Supplements. Food Analytical Methods, 5, 1167–1176.
https://doi.org/10.1007/s12161-011-9349-3

Poongothai, S., Ilavarasan, R., & Karrunakaran, C. M. (2010). Simultaneous and accurate
determination of vitamins B1, B6, B12 and alpha-lipoic acid in multivitamin capsule
by reverse-phase high performance liquid chromatographic method. International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 2(SUPPL. 4), 133–139.

Pratima, N. A. (2018). Liquid Chromatography-Mass Spectrometry and Its Applications: A


Brief Review. Archives of Organic and Inorganic Chemical Sciences, 1(1).
https://doi.org/10.32474/aoics.2018.01.000103

Qiu, X., Zhang, H., Yin, Y., Brandes, H., Marsala, T., Stenerson, K., … You, H. (2019).
Determination of active vitamin B12 (cobalamin) in dietary supplements and
ingredients by reversed-phase liquid chromatography: Single-laboratory validation.
Food Chemistry, 298. https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2019.125010

Radu, A. I., Kuellmer, M., Giese, B., Huebner, U., Weber, K., Cialla-May, D., & Popp, J.
(2016). Surface-enhanced Raman spectroscopy (SERS) in food analytics: Detection
of vitamins B2 and B12 in cereals. Talanta, 160, 289–297.
https://doi.org/10.1016/j.talanta.2016.07.027

Riberio, D. O., Pinto, D.C., Lima, L.M.T.R., Volpato, N.M., Cabral, L.M., Sousa, V.P.
2011. Chemical stability of vitamins thiamine, riboflavin, pyridoxine and ascorbic
acid in parentral nutrition for neonatal use. Nutr. J., 10, 1-47

Sami, R., Li, Y., Qi, B., Wang, S., Zhang, Q., Han, F., … Jiang, L. (2014). HPLC analysis
of water-soluble vitamins (B2, B3, B6, B12, and C) and fat-soluble vitamins (E, K, D,
A, and β-Carotene) of okra (Abelmoschus esculentus). Journal of Chemistry, 2014.
https://doi.org/10.1155/2014/831357

Santos, V. B. D., Guerreiro, T. B., Suarez, W. T., Faria, R.C., Orlando, F.F. 2011.
Evaluation of turbidimetric and nephelometric techniques for analytical determination
of n-acetylcysteine and thiamine in pharmaceutical formulations employing a lab-
made portable microcontrolled turbidimeter and nephelometer. J. Braz. Chem. Soc.
22(10)
Sarkar, T., Salauddin, M., Hazra, S. K., & Chakraborty, R. (2020). The impact of raw and
differently dried pineapple (Ananas comosus) fortification on the vitamins, organic
acid and carotene profile of dairy rasgulla (sweetened cheese ball). Heliyon, 6(10).
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e05233

Shahzadi, S., Qadir, M., & Munir, A. (2018). Chromatographic Analysis of Vitamin B1,
B2, B6 and Folic Acid in Multivitamin Pharmaceutical Dosages Available in Local
Market. International Journal of Chemical Engineering and Applications, 9.
https://doi.org/10.18178/ijcea.2018.9.4.714

Sheliya, Kinjal & Shah, Ketan. (2013). ULTRA PERFORMANCE LIQUID


CHROMATOGRAPHY (UPLC): A MODERN CHROMATOGRAPHY
TECHNIQUE. PHARMA SCIENCE MONITOR AN INTERNATIONAL
JOURNAL OF PHARMACEUTICAL SCIENCES. 4. 78.

Suh, J. H., Yang, D. H., Lee, B. K., Eom, H. Y., Kim, U., Kim, J., Lee, H., & Han, S. B.
(2011). Simultaneous determination of B group vitamins in supplemented food
products by high performance liquid chromatography-diode array detection. Bulletin
of the Korean Chemical Society, 32(8), 2648–2656.
https://doi.org/10.5012/bkcs.2011.32.8.2648

Szpikowska-Sroka, B. 2011. Simultaneous determination of riboflavin and thiamine HCl in


biological samples. J. Anal. Chem. 65, 174-198

Tekin, Z., Erarpat, S., Şahin, A., Selali Chormey, D., & Bakırdere, S. (2019).
Determination of Vitamin B12 and cobalt in egg yolk using vortex assisted switchable
solvent based liquid phase microextraction prior to slotted quartz tube flame atomic
absorption spectrometry. Food Chemistry, 286, 500–505.
https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2019.02.036

Watanabe, F., Yabuta, Y., Bito, T., & Teng, F. (2014). Vitamin B12-containing plant food
sources for vegetarians. Nutrients, Vol. 6. https://doi.org/10.3390/nu6051861

Zironi, E., Gazzotti, T., Barbarossa, A., Devicienti, C., Scardilli, M., & Pagliuca, G. (2013).
Technical note: Development and validation of a method using ultra performance
liquid chromatography coupled with tandem mass spectrometry for determination of
vitamin B12 concentrations in milk and dairy products. Journal of Dairy Science,
96(5). https://doi.org/10.3168/jds.2012-6451

Anda mungkin juga menyukai