1. Pendahuluan
Industri pandai besi SKN merupakan suatu industri yang bergerak di sektor
informal yang memproduksi alat perkakas dan alat tani. Bertempat di RT 03/ RW 07 Kp.
Dokdak, Dsn. Ciwahangan, Kab. Ciamis, Jawa Barat. Industri ini merupakan industri
milik Bapak Uju dan merupakan usaha turun-temurun keluarga. Dipegang oleh bapak uju
dari mulai tahun 1987.
Industri pandai besi ini mempunyai beberapa cabang di tempat lain, sedangkan
ditempat yang kami teliti yaitu di Dsn. Ciwahangan hanya ada 1 tempat produksi. Dalam
satu harinya bisa memproduksi produk sekitar 20 buah. Biasanya dipasarkan ke beberapa
pasar diantaranya ke pasar tasikmalaya, pasar ciamis, pasar manonjaya, serta jongko
milik pak Uju yang ada di Sukajadi, Baregbeg, dan Cijantung Ciamis.
Teknis kerja di industri tersebut menggunakan mesin dan tenaga dari manusia
(pekerja). Dari segi ketenagakerjaan di industri pandai besi SKN, merupakan pekerja
yang sudah lama, bahkan ada yang sampai 36 tahun lebih bekerja di sana. Para pekerja di
tempat yang kami teliti tersebut terdiri dari 7 orang diantaranya yaitu:
a. Bagian Produksi : 3 orang
b. Bagian Pemasaran : 4 orang
Alat-alat kerja dan bahan yang digunakan di industri pandai besi SKN diantaranya
yaitu:
1) Alat
a. Tungku pembakar dan tungku tempa
b. Penghembus udara
c. Penjepit, pahat pelubang, kikir tangan
d. Mesin Gurinda
e. Palu
f. Pisau Pengukir
g. Bak pendingin
h. Ember
2) Bahan baku utama
a. Besi baja bekas per mobil
b. Besi baja siku
3) Bahan baku pembantu
a. Kayu
b. Arang
c. Pernis
d. Ampelas kayu
e. Spirtus
f. Karbit
g. Air
Untuk jam operasional/ jam kerja nya dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai pukul
12.30 WIB. Pemilik industri memberi jeda sebentar waktu untuk istirahat makan-
makanan ringan pada pukul 10.00 WIB. Industri ini juga pada awal-awal sempat
menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi para pekerjanya yaitu sarung tangan dan
masker. Tetapi karena pekerja merasa tidak nyaman dengan APD tersebut maka tidak
digunakan. Hingga saat ini dari pihak pemilik industry pun tidak pernah memberikan
APD lagi.
3. Potensi Bahaya :
a. Kebisingan, sumbernya berasal dari tempaan yang menggunakan palu besi baja
secara berulang pada proses pembentukan, kemudian dari mesin gurinda dalam
proses penajaman. Ditandai dengan ketika proses wawancara, pekerja sedikit kurang
nyambung da nada sedikit gangguan pendengaran.
b. Suhu panas, bersumber dari tungku api dalam proses pembakaran untuk pembentukan
dan penyepuhan. Meskipun sudah dibantu dengan adanya kipas angina tetapi masih
tetap saja disana terasa panas, dan para pekerja sering mengalami dehidrasi serta
bercucuran keringat.
c. Debu, berasal dari abu sisa pembakaran arang yang digunakan sebagi bahan bakar
tungku dalam pembakanran untuk pembentukan besi baja dan penyepuhannya.
Kemudian debu besi pada proses penajaman produk yang menggunakan mesin
gurinda sehingga mengeluarkan debu besi. Berdasarkan wawancara kemarin para
pekerja terkadang suka pilek dan bersin setelah pulang kerja
d. Percikan api, berasal dari serpihan besi baja yang sudah dibakar, pada proses
pembentukan itu dilakukan penempan dengan palu, sehingga bagian bubuk besi yang
masih ada percikan api nya mantul. Seperti yang sudah terjadi sebelumnya, pekerja
pernah mengalami percikan api tersebut melukai mata nya hingga di rawat di rumah
sakit.
e. Bahan kimia berbahaya seperti penggunaan pernis, karbit, cairan sisa sepuhan dan
spirtus berasal pada proses produksi tetapi cenderung kurang berpotensi bahaya,
karena penggunaannya masih dalam jumlah yang sedikit. Pekerja hanya sesekali
merasa gatal-gatal kulit dan sebagainya.
f. Sikap kerja yang tidak ergonomi, berasal dari semua tahapan proses produksi, para
pekerja tidak memperhatikan posisi kerja yang ergonomis. Sehingga hampir semua
pekerja sering mengeluh sakit pinggang, sakit otot tangan, dan sakit punggung.
https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-muskuloskeletal
besi. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 6(1), 78.
doi:10.20473/ijosh.v6i1.2017.78-87
Regia, R. A., & Oginawati, K. (2017). Potensi bahaya debu silika terhadap kesehatan pandai besi
doi:10.25077/dampak.14.2.73-80.2017