Kelas x TPHP 2
1. Definisi Bahan Tambahan Makanan
Pengertian bahan tambahan pangan dalam pera turan menteri kesehatan RI No. 772/ MENKES/ PER / IX/ 88 NO.
1168/ MENKES / PER / X / 1999 secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
ditambahkan kedalam bahan makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan. Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau sering pula disebut Bahan
Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk
makanan (Yuliarti, 2007). Penambahan bahan tambahan pada makanan memiliki dosis tertentu karena bahan tambahan
makanan dapat menyebabkan bahaya kesehatan. Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah
senyawa yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses
pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan
tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama. Menurut Codex, bahan
tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada
proses pengolahan makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang tidak (Saparinto, 2006). Sejak
pertengahan abad ke-20 ini, peranan bahan tambahan pangan (BTP) khususnya bahan pengawet menjadi semakin penting
sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan pangan sintesis. Banyaknya bahan tambahan pangan dalam
bentuk lebih murni dan tersedia secara komersil dengan harga yang relatif murah akan mendorong meningkatnya
pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu.
Penggunaan bahan tambahan pangan ( BTP) dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh
produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat.
Penyimpangan
penggunaannya akan membahayakan kita bersama. Khususnya genrasi mudasebagai penerus pembangun bangsa.
Di bidang pangan kita memerlkan sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk
dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi dan mampu lebih bersaing dalam pasar global. Kebijakan keamanan pangan (food
safety ) dan pembangunan gizi nasional, termasuk penggunaan bahan pangan.
2. Fungsi Penambahan Bahan Tambahan Makanan (BTM)
a) Meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan pangan itu sendiri.
b) Membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan
c) Mempermudah preparasi.
3. Tujuan Bahan Tambahan Makanan
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas
daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada
umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai berikut:
1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan, dengan mengetahui komposisi
bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa dan membantu
pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna dan pengeras.
2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam
makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan
selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau kontaminan
dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus
terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini adalah
residu pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida), antibiotik, dan hidrokarbon aromatic
polisiklis.
4) Pemanis Buatan (Artificial Sweeterner) Menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau hampir tidak
mempunyai nilai gizi. Contoh: Aspartam, Siklamat, dan Sakarin.
5) Pemutih dan Pematang Telur (Flour Treatment Agent) Mempercepat proses pemutihan dan atau pematangan
tepung hingga dapat memperbaiki mutu penanganan.
6) Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener) Membantu terbentuknya atau
memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan yang biasanya mengandung air atau minyak.
Contoh: gelatin pemantap dan pengental untuk sediaan keju.
7) Pengawet (Preservative) Mencegah fermentasi dan pengasaman/ penguraian oleh mikroorganisme. Contoh: asam
benzoat dan garamnya untuk produk buah, kecap, dan keju.
8) Pengeras (Firming Agent) Memperkeras atau mencegah lunaknya makanan. Contoh: Al sulfat, Al Na sulfat
untuk pengeras acar ketimun dalam botol.
9) Pewarna (Colour) Memperbaiki atau memberi warna. Contoh: green S warna hijau, kurkumin warna kuning, dan
karamel warna coklat.
10) Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, Flavour Enhancer) Dapat memberikan, mempertegas rasa
dan aroma. Contoh: Asam guanilat, Asam inosinat, dan monosodium glutamate (MSG) pada produk daging.
11) Sekuestran (Sequestrant) Mencegah terjadinya oksidasi penyebab perubahan warna dan aroma, biasa
ditambahkan pada daging dan ikan. Contoh: asam folat dan garamnya
Bebrapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, menurut Permenkes RI No.
772/MENKES/PER/IX/1988 dan No. 1168/MENKES/PER/X/1999 diantaranya sebagai berikut :
1) Natrium Tetraborat (Boraks)
2) Formalin (Formaldehyd)
3) Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated Vegetable Oils)
4) Kloramfenikol (Chlorampenicol)
5) Kalium Klorat (Pottasium Chlorate)
6) Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate)
7) Nitrofuranzon (Nitrofuranzone)
8) P-Phenetilkarbamida (p-Phenethycarbamide, Dulcin, 4-ethoxyphenyl urea)
9) Asam Salisilat dan garamnya (Salilicylic Acid and its salt)
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/MENKES/PER/X/1999, selain bahan
tambahan diatas masih ada bahan tambahan kimia yang dilarang seperti rhodamin B (pewarna merah), methanyl
yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis sintesis), dan potasium bromat (pengeras).