D. Upaya Masuknya Pendidikan Agama Islam ke dalam Kurikulum Sekolah Umum
Upaya memasukkan pendidikan agama Islam ke sekolah umum telah berlangsung sejak
masa colonial Belanda. Akh. Minhaji dan M. Atho Mudzar mengatakan dalam buku Abuddin
Nata “Sebenarnya upaya-upaya menjadikan agama sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah
umum telah dilakukan sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. Dalam siding-sidang
Volksraad, usulan tersebut selalu disampaikan, namun tidak pernah membuahkan hasil. Upaya
memasukkan pendidikan agama Islam ke dalam sekolah umum lebih intensif lagi setelah
kemerdekaan RI. Ki Hajar Dewantara, selaku Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
(PPK) dalam cabinet pertama RI, mengusulkan agar pelajaran agama diberikan di sekolah-
sekolah negeri. Selanjutnya berdasarkan keputusan BP-KNIP No. 15 Tahun 1945 tertanggal 22
desember 1945, antara lain ditegaskan bahwa dalam rangka memajukan pendidikan dan
pengajaran yang ada, maka pendidikan yang ada di langgar-langgar dan madrasah-madrasah
hendaknya mendapat perhatian dan juga bantuan pemerintah.1[16]
Upaya memasukkan pendidikan agama Islam ke dalam sekolah umum lebih lanjut
terlihat pada proses lahirnya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar
Pendidikan dan Pengajaran. Undang-undang tersebut diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat
pada tanggal 27 Januari 1954, disahkan oleh Pemerintah pada tanggal 12 Maret 1954 dan
diundangkan pada tanggal 18 Maret 1954, Lembaran Negara No. 38 Tahun 1954. Pada Bab XII,
Pasal 20 ayat (1) bahwa dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama ; orang tua
murid menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut. Pendidikan agama Islam
baru benar-benar masuk ke dalam sekolah umum terjadi setelah keluarnya Undang-undang No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab IX, Pasal 37 tentang kurikulum Pasal
39 ayat (2) dan (3). Masuknya pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran wajib pada
sekolah umum lebih tegas dikokohkan oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pada Bab X, Pasal 37 ayat (1).
E. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Awal Kemerdekaan dan Orde Lama
1
Dari awal kemerdekaan sampai masa pemerintahan Orde lama dapat di bagi sebagai
berikut : (1) Masa awal kemerdekaan dimulai sejak proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945
hingga saat penyerahan kedaulatan dari pemerintah kolonial belanda pada sidang Meja Bundar di
Belanda tahun 1949. Dalam periode ini, keadaan dalam negeri masih diliputi suasana revolusi
fisik melawan Belanda dan tentara sekutu yang ingin menganulir kemerdekaan indonesia. Di
samping harus berperang melawan belanda dan tentara sekutu, pemerintah indonesia harus
berhadapan pula dengan anasir-anasir dalam negeri yang dilakukan PKI di Madiun tahun 1948,
peristiwa Soumokil yang memproklamasikan “Negara Maluku Utara”, pemberontakan DI/TII
ynag di pimpin Kartosoewiryo di Jawa Barat dan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan. (2) Era
“Demokrasi Liberal” berlangsung antara 1952-1959 (hingga saat Dekrit Presiden kembali ke
Undang Undang Dasar 1945). (3) Era “Demokrasi Terpimpin pemerintahan Orde Lama tahun
1959, sampai meletus peristiwa makar G30S/PKI tahun 1965.2[17]
Kebijakan publik yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam dalam masa awal
kemerdekaan sampai runtuhnya pemerintahan orde lama yang di bicarakan meliputi : 1.
Rancangan Pembaharuan Sistem Pendidikan. 2. Penyelanggaran Pendidikan Agama di sekolah
umum dan pembinaan madrasah dan pesantren, 3. Cita-cita konvergensi antara isi pendidiikan
umum dan sekolah agama, menyusul penertiban Undang-undang Pendidikan No 4 Tahun 1950,
jo Undang-undang No 12 Tahun 1954 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di
sekolah.
3
[18]
Pasca di keluarkannya Peraturan Bersama Menteri P dan K dan Menteri Agama
No.1142/Bh. A (Pengajaran) tanggal 2-12-1946 dan No.1285/K.J (Agama) tanggal 12-12-1946.
Dalam peraturan bersama in, ditentukan adanya pengajaran agama si sekolah-sekolah rendah
sejak kelas IV dan berlaku mulai efektif tanggal 1 januari 1947. Peraturan bersama antara
Menteri P dan K dan Menteri Agama di atas merupakan landasan hukum pertama untuk
penyelanggaraan pendidikan agama si sekolah-sekolah negeri oleh instansi negara. Untuk
menyempurnakan isi peraturan bersama tahun 1946 diterbitkan pula peraturan bersama Meneteri
3
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan dan Menteri Agama.No. 1768/Kab, tanggal 16 Juli 1951
(Pendidikan), No. K/I/9180 tanggal 16 Juli 1951 (Agama).4[19]
Berikut perubahan kurikulum yang diajarkan di madrasah dan pesantren5[20]
Periode Pesantren dan Madrasah Diniyah Madrasah
Sampai
Kurikulum tradisional 100% Agama -
1906
Kurikulum tradisional mandiri Kurikulum mandiri, agama
1906-1945
100%. dan umum
Kurikulum mandiri, 70%
1945-1975 Kurikulum mandiri 100% Agama
agama dan 30% umum
Kurikulum Depag 70%
1975-1989 Kurikulum mandiri 100% Agama
umum dan 30% agama
Kurikulum Depag
Kurikulum mandiri dan agama memadukan antara
1989-2003
masih mendominasi kurikulum umum dan
agama. .
Kurikulum mandiri dan
mengikutsertakan pelajaran umum
Kurikulum Depag 100%
(Matemática, IPA, Bahasa
2003-2005 umum dan 5 bidang mata
Indonesia, Pendidikan
pelajaran PAI.
Kewarganegaraan, Bahasa Inggris,
dan Pendidikan Seni Budaya)
5
Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan SKB tingkat
Menteri. Beberapa kebijakan yang diterbitkan pemerintah itu, ada yang di nilai masyarakat
sebagai masalah controversial.
Awal pemerintahan Orde Baru tidak jauh berbeda dengan berdirinya pemerintahan Orde
Lama. Keduanya berangkat dari sebuah tragedi kemanusian.6[21] Orde Lama berhasil
mengambil hati rakyat Indonesia dengan mengeluarkan mereka dari kesengsaraan akibat
penjajah bergilir. Sedang Orde Baru sukses mengalihkan perhatian rakyat Indonesia dengan
memunculkan musuh baru rakyat Indonesia, yaitu komunisme yang dimotori oleh Partai
Komunis Indonesia. Kemudian PKI dipropagandakan sebagai momok bagi umat muslim
Indonesia karena mereka atheis dan membunuh para kyai sehingga para umat Islam pun geram
kepada ulah mereka. Uniknya, reaksi keras untuk melawan PKI baru dimulai setelah para
petinggi militer diculik dan dibunuh setelah terlebih dahulu dianiaya. Tidak ada respon
pemerintah yang signifikan ketika terjadi ”pembersihan” para kyai yang dilakukan PKI sebelum
tragedi 30 September 1965.7[22]
Resistensi umat Islam semakin kentara ketika Presiden Soeharto mengeluarkan
Keputusan Presiden No. 34 tahun 1972, kemudian diperkuat dengan Instruksi Presiden No. 15
tahun 1974, yang isinya melemahkan dan mengalienasi madrasah dari pendidikan nasional.
Kehadiran Kepres dan Inpres tersebut merupakan manuver untuk mengasingkan peran dan
kontribusi madrasah sejak zaman penjajahan. Umat muslim tidak tinggal diam. Reaksi keras
umat muslim disadari oleh pemerintahan Orde Baru. Yang kemudian pemerintah mengambil
kebijakan yang lebih operasional terhadap madrasah, yakni melakukan pembinaan mutu
pendidikan madrasah. Upaya ini kemudian melahirkan Surat Keputusan Bersama tiga menteri
pada tanggal 24 Maret 1975 yang disepakati oleh Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri. SKB tiga menteri tahun 1975 menepis kecemasan umat
Islam akan terhapusnya madrasah sebagai sebuah sistem pendidikan.8[23]
Di masa orde baru berhasil diundangkan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional sebagai realisasi dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yang menyakan, pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran (UUD 1945 hasil amandemen kata
8
pengajaran diganti dengan kata pendidikan). Proses pembahasan UU No..20 tahun 1989 atau
khususnya atas pasal-pasal yang berkaitan dengan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan,
juga diuraikan dalam bab ini.
Keppres No.34 Tahun 1972 dan Inpres No 15 Tahun 1974. Kementerian agama, yang
sejak awal kemerdekaan bertugas membina pendidikan agama (pendidikan pesantren, madrasah
dan sekolah-sekolah agama), hanya bertugas dan diberi tanggung jawab untuk menyusun
kurikulum pendidikan agama, baik untuk sekolah umum, perguruan tinggi dan untuk sekolah-
sekolah agama (madrasah).
9
Undang-undang sistem pendidikan no. 20 tahun 2003 menjawab harapan umat Islam
yang sudah lama didambakan umat Islam. UU yang disahkan pada tanggal 8 Juli 2003 oleh
Presiden RI disertai perdebatan panjang dan alot. Partai yang mengusung demokrasi bagi
Indonesia, yakni Partai Demokrasi Indonesia, melakukan walk out akibat penerimaan
kebanyakan anggota sidang di DPR pada saat itu akan Undang-undang ini. Kemunculan
Undang-undang no. 20 tahun 2003 diakui sebagai kemenangan umat Islam yang spektakuler
dalam sejarah perpolitikan pendidikan Indonesia.
10
11
Makalah yang berjudul “Proses masuknya pendidikan agama islam ke dalam kurikulum
sekolah” tidak terlepas dari sejarah agama islam itu sendiri. Dalam kesimpulan ini penulis ingin
mendiskripsikan sejarah pendidikan agama islam dari masa ke masa. Karena kuriulum
pendidikan agama islam yang penulis maksud disini adalah berbagai mata pelajaran ataupun
materi yang berhubungan dengan pendidikan agama islam. Kita mengetahui bahwa sejarah
pendidikan agama islam sering dilaksanakan dan berlangsung di masjid, surau, madrasah,
pesantren, dan lembaga-lembaga islam yang ada pada saat itu. Pada awalnya pendidikan agama
islam dilaksanakan di masjid dengan mempelejari ilmu-ilmu terkait al-qur’an missal cara mebaca
alqur’an atau mengeja al-qur’an dan mempeljari huruf arab dengan mengejanya. Maka
kurikulum pendidikan agama islam itu senidri mengalami perubahan seiring masa ke masa. Di
mulai dengan kurikulum tradisional dimana peseta didik belajar di masjid dengan sisten
khalaqah. Seiring perkembangan zaman maka proses pendidikan berpindah ke
madrasah/pesantren. Madrasah adalah lembaga yang mengelola pendidikan agama yang mana
waktu itu pelajaran nahwu, sharaf, usul fiqih, tauhid, mantiq, dan tasawuf sudah menjadi
pelajaran pada lembaga madrasah dan pesantren. Disini penulis juga membagi masa pendidikan
itu masuk ke dalam kurikulum sekolah. Masa sebelum kemerdekaan dan sesudah masa
kemerdekaan. Kita ketahui bahwa secara umum bahwa perjuangan untuk memasukkan
pendidikan agama ke dalam sekolah umum termasuk sebuah kesusksesan luar biasa. Kesuksesan
tidak lepas dari perjuangan kaum santri dan mubalig yang berjuang dalam pendidikan agama.
DAFTAR PUSTAKA