Anda di halaman 1dari 7

Politik hukum pidana

1. Terdapat beberapa pengertian politik hukum pidana yang diberikan para ahli.
a. Jelaskan perbedaan pengertian politik hukum pidanamenurut Marc Ancel dengan M
ulder !
Jawab :

Menurut Marc Ancel, pengertian penal policy (Kebijakan Hukum Pidana) adalah suatu ilmu sekaligus seni yang
pada akhirnya mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih
baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya kepada pembuat Undang-undang, tetapi juga kepadapengadilan
yang menerapkan undang-undang dan juga kepada penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan.

Mulder mengemukakan bahwa kebijakan hukum pidana ialah garis kebijakan utuk menentukan :

1. Seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu dirubah atau diperbaharui;

2. Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana;

3. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan pidana harus dilaksanakan

b. Jelaskan persamaan dan perbedaan pengertian politikhukum pidana menurut Sudart
o dengan Barda NawawiArif !
Jawab :
sudarto menyatakan bahwa melaksanakan politikhukum pidana berarti mengadakan
pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang paling baik dalam
arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Politik hukum pidana berarti usaha
mewujudkan peraturan perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan
situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang. Kata sesuai dalam
pengertian tersebut mengandung makna baik dalam arti memenuhi syarat keadilan
dan daya guna
politik hukumpidana menurut Barda Nawawi Arief. Mengandung artibagaimana 
mengusahakan atau membuat dan merumuskan suatuperundang-undangan pidana ya
ng baik. cara bagaimanapenyidikan, penuntutan, peradilan danpelaksanaan pidana ha
rus dilaksanakan.

c. Jelaskan ruang lingkup dan tujuan politik hukum pidana !
Ruang lingkup
bahwa ruang lingkup politik hukum pidana mencakup: “Usaha atau kegiatan untuk
memilih nilai-nilai yang diperkirakan mampu mengekspresikan apa yang terkandung
di dalam masyarakat serta usaha untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam
kenyataan sebagai bentuk reaksi terhadap kejahatan dalam rangka perlindungan
masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat”.
tujuan politik hukum pidana
politik hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penanggulangan kejahatan
(politik kriminal). Tujuan akhir politik kriminal ialah “pelindungan masyarakat”
(social deference) untuk mencapai tujuan utama yang sering disebut dengan berbagai
istilah misalnya “Kebahagiaan warga masyarakat/penduduk (happiness of the
citizenz) : Kehidupan Kultural yang sehat dan menyegarkan” (a wholesome and
cultural living) : “kesejahteraan masyarakat” (sosial welfare) ; atau untuk mencapai
“keseimbangan” (equality). Dengan demikian politik hukum pidana yang merupakan
bagian integral dari kebijakan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (politik
sosial). Sehubungan dengan itu, maka dapat dinyatakan bahwa tujuan politik hukum
pidana adalah “perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyaraka

2. Politik hukum pidana mempergunakan beberapapendekatan.
a. Jelaskan semua pendekatan yang dapat dipergunakandalam politik hukum pidana !
Jawab :
Dalam kaitan ini menurut Muladi bahwa perkembangan hukum pidananasional
sampai saat ini mengikuti pelbagai pendekatan (reform approach) sebagai berikut :
a. Pendekatan evolusioner melalui pelbagai amandemen pasal-pasal tertentu
baik yang berupa kriminalisasi (misalnya Pasal 156a KUHP Jo. UU No. 1
Tahun 1965 ) maupun dekriminalisasi sebagai konsekuensi Pasal V UU No. 1
Tahun 1946);
b. Pendekatan semi-global dengan munculnya pelbagai tindak pidana khusus di luar
KUHP seperti UU Tindak Pidana Korupsi, UU tentang Pencucian Uang, Tindak
Pidana Terorisme dan sebagainya, mengingat kekhususan- kekhususan pengaturan
baik di bidang hukum pidana materiil maupun hukum pidana formil;
c. Pendekatan kompromi, dengan pengaturan suatu Bab baru dalam KUHP akibat
ratifikasi konvensi internasional yang signifikan (misalnya Bab XXIX A KUHP Jo.
UU No. 4 Tahun 1976 sebagai konsekuensi ratifikasi terhadap Konvensi-konvensi
Montreal, Tokyo dan Konvensi The Haque tentang Kejahatan Penerbangan dan
Kejahatan Terhadap Sarana Penerbangan) ;
d. Pendekatan komplementer dengan munculnya hukum pidana administrative
(administrative penal law) di mana sanksi hukum pidana digunakan untuk
memperkuat sanksi hukum administrasi (UU Pers, UU tentang HAKI, UU
Perlindungan Konsumen dan sebagainya).
b. Jelaskan hubungan politik kriminal dengan politik sosial!
Jawab :
Masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur berdasarkn Pancasila dan
UUD 1945 yang merupakan politik atau kebijakan sosial (social policy) bangsa
Indonesia. Untuk terwujudnya politik sosial tersebut maka perlu didukung
sepenuhnya oleh politik perlindungan masyarakat (social defence policy). Di era
modernisasi dan globalisasi saat ini salah satu sarana yang ampuh untuk melindungi
kehidupan masyarakat adalah melalui kebijakan penegakan hukum (law enforcement
policy), yang merupakan bagian tak terpisahkan dari politik hukum bangsa Indonesia.
Kebijakan penegakan hukum ini meliputi semua bidang hukum yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat baik yang bersifat publik maupun privat. Untuk
melindungi masyarakat dari aktivitas kejahatan dalam hal ini modus operandi
kejahatan yang selalu berkembang mengikuti perkembangan masyarakatnya, maka
perlu dirumuskan kebijakan kriminal (criminal policy) yang menurut Marc Ancel
sebagai suatu usaha yang rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan
(the rational organization of the control of crime by society).

c. Jelaskan alasan G.
Peter Hoefnagels mengatakan bahwapolitik hukum pidana merupakan ilmu tentangpe
ncegahan kejahatan (science of crime prevention) !
Jawab :
Kebijakan atau upaya penanggulangan kejahatan pada hakikatnya merupakan
bagian integral dari upaya perlindungan masyarakat (social defence)dan
upaya mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare). Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa tujuan akhir atau    tujuan utama dari politik kriminal
ialah perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

3. Politik hukum pidana mempunyai hubungan dengan politiksosial dan kebijakan kri
minal.
a. Jelaskan kebijakan integral dalam melakukan penanggulangan kejahatan !
Jawab :

Menurut G.P. Hoefnagels upaya penanggulangan kejahatandapat ditempuh dengan:
1. Penerapan hukum pidana (criminal law application).
2. Pencegahan tanpa   pidana   (prevention   without  punishment).
3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatandan pemidanaan le
wat media massa (influencing views of society on crime and punishment/mass
media).
Dengan demikian upaya penanggulangan kejahatan secara garisbesar dapat dibagi dua
, yaitu lewat jalur “penal” (hukum pidana) dan lewat jalur “non-penal”
(bukan/di luar hukum pidana).Dalam pembagian G.P. Hoefnagels tersebut, upaya-
upaya yang disebut dalam butir (b) dan (c) dapat dimasukkan dalamkelompok upaya “
non-penal”.

Dapat dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewatjalur “penal” lebih m
enitikberatkan padasifat “repressive” (penindasan/pemberantasan/ penumpasan) sesu
dah kejahatan terjadi, sedangkan jalur “non-penal” lebihmenitikberatkan padasifat “pr
eventive” (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi.

b. Jelaskan implementasi kebijakan integral dalampenanggulangan kejahatan !
Jawab :
Kebijakan atau upaya penanggulangan kejahatan padahakikatnya merupakan bagian i
ntegral dari upaya perlindunganmasyarakat (social defence) dan upaya mencapai kese
jahteraanmasyarakat (social
welfare), oleh karena itu dapat dikatakanbahwa tujuan akhir atau tujuan utama dari po
litik kriminal ialah“perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan.”

c. Jelaskan faktor-faktor kondusif penyebab kejahatan diIndonesia !
Jawab :

Faktor Ekstern Penyebab Terjadinya Kriminalitas

Berikut adalah faktor ekstern atau faktor luar yang mempengaruhi pelaku tindak
kriminal melakukan kejahatannya:

1. Tingkat pendidikan yang rendah membuat pelaku tindak kriminal tidak


berpikir dua kali ketika melakukan kejahatan.
2. Kemajuan teknologi membuat informasi mudah tersebar, dan bagi pelaku yang
sudah mempunyai otak kriminal maka informasi tindak kriminal orang lain bisa
menjadi semacam ide bagi dirinya untuk melakukan tindakan yang sama.
3. Contoh disintegrasi budayaberupa makin canggihnya barang-barang
elektronik, memicu pelaku tindak kriminal untuk mencuri.
4. Kesenjangan sosial memicu iri dan dendam hingga akhirnya memicu
perbuatan kriminal seperti merampok, mencuri, begal dan sebagainya.
5. Fanatisme pada sesuatu seperti klub olah raga membuat seseorang mudah
tersinggung dan akhirnya berujung pada perbuatan kriminal seperti menganiaya atau
bahkan membunuh.
6. Rasa kedaerahan yang kental membuat seseorang tidak mau berbaur sehingga
ketika ada pendatang berbuat kesalahan yang menyinggung egonya maka mereka
tidak akan berpikir panjang untuk melakukan tindak kriminal seperti penganiayaan.
7. Kepadatan pendudukyang tidak merata, dimana di kota besar lebih padat
sehingga susah untuk mencari kerja dan untuk memenuhi kebutuhan hidup akhirnya
melakukan tindak kejahatan.

Faktor Internal Penyebab Terjadinya Kriminalitas

1. Rasa iri terhadap orang lain memicu seseorang untuk melakukan tindakan
kriminal seperti pencurian, perampokan dan lain sebagainya.
2. Sifat sombong bisa membuat seseorang mudah tersinggung dan tidak rela jika
ada orang lain yang melebihi dia. Hal ini bisa memicu tindakan kriminal seperti
penganiayaan atau pencurian.
3. Perbedaan pendapat yang tidak diikuti oleh rasa toleransi yang tinggi bisa
memicu tindakan kriminal seperti perkelahian atau perseteruan.
4. Memiliki pola pikir matrealistis memicu pelaku tindak kriminal untuk
melakukan korupsi.
5. Degradasi mental akibat stres atau depresi dapat mengakibatkan orang tersebut
melampiaskannya kepada orang lain dengan cara berbuat kejahatan.

4. Salah satu kebijakan penanggulangan kejahatan dilakukandengan upaya penal dan 
non penal.
a.Jelaskan penal reform dalam kebijakan pada politikhukum pidana !
Jawab :
Penal policy merupakan bentuk penanggulangan kejahatan yang
menitikberatkan pada pada tindakan represif setelah terjadinya suatu tindak
pidana, menurut Barda Nawawi Arief bahwa upaya melakukan pembaharuan
hukum pidana (penal reform) pada hakikatnya termasuk bidang ‚penal
policy‛ yang merupakan bagian dan terkait erat dengan ‚law enforcement
policy‛, ‚criminal policy‛, dan ‚social policy‛. Ini berarti, pembaharuan
hukum pidana pada hakikatnya:
(1) merupakan bagian dari kebijakan (upaya rasional) untuk memperbaharui
substansi hukum (legal substance) dalam rangka lebih mengefektifkan
penegakan hukum;
(2) merupakan bagian dari kebijakan untuk memberantas atau menanggulangi
kejahatan dalam rangka perlindungan masyarakat;
(3) merupakan bagian dari kebijakan untuk mengatasi masalah sosial dan
masalah kemanusiaan dalam rangka mencapai/menunjang tujuan nasional
yaitu ‚social defence‛ dan ‚social welfare‛;
(4) merupakan upaya peninjauan dan penilaian kembali (reorientasi dan
reevaluasi) pokok-pokok pikiran, ide-ide dasar atau nilai-nilai sosio-filosofik,
sosio-politik, dan sosio-kultural yang melandasi kebijakan kriminal dan
kebijakan penegakan hukum pidana selama ini.

b. Jelaskan alasan bahwa upaya penanggulangan kejahatanditempuh dengan pencegah
an tanpa pidana (prevention without punishment) !
Jawab :
Pencegahan tanpa pidana (prevention without punisment), termasuk di dalamnya
penerapan sanksi administrative dan sanksi perdata (non penal) .Mengingat upaya
penanggulangan kejahatan lewat jalur “non penal” lebih bersifat tindakan pencegahan
untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor
kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara lain,
berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau
tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuhsuburkan kejahatan. Dengan
demikian, dilihat dari sudut politik kriminal secara makro dan global, maka upaya-
upaya nonpenal menduduki posisi kunci dan strategis dari keseluruhan upaya politik
kriminal. Di berbagai Kongres PBB mengenai “The Prevention of Crime and
Treatment of Offenders” ditegaskan upaya-upaya strategis mengenai penanggulangan
sebab-sebab timbulnya kejahatan.

c. Jelaskan perbedaan upaya penanggulangan kejahatandengan upaya penal dan non p
enal !
Jawab :
Dapat dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur “penal” lebih
menitikberatkan pada sifat “repressive”(penindasan/pemberantasan/ penumpasan)
sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur “non-penal” lebih menitikberatkan pada
sifat “preventive”(pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi.

5. Beberapa aspek Hak Asasi Manusia dari sudut hukumpidana.
a. Jelaskan pendekatan nilai kemanusiaan dalam politikhukum pidana !
Jawab :

Hak Asasi Manusia secara individual berkonotasi pula dengan HAM sebagaikesatuan 
komunitas. Jadi HAM padahakikatnya mengandung 2 wajah yaitu HAM dalam arti H
ak Asasi Manusia dan HAM dalam arti Hak Asasi Masyarakat.HAM secara individual 
merupakan hak yang melekat pada manusia, bila tidak ada HAM ituberarti dia bukan 
manusia. Dengan demikianHAM itu melekat pada sifat manusia yang menunjukkan b
ahwa dia manusia. Bila padamanusia individu tidak melekat HAM ituseperti tidak bol
eh disiksa, tidak bolehdibunuh, dll maka manusia itu akan samadengan binatang.
HAM pada kesatuan komunitas terlihat bahwatidak diinginkan adanya perbedaan anta
rakelompok yang satu dengan yang
lain, karenaadanya perbedaan antara kelompok berupa adaperbedaan ras, warna kulit,
agama, dll. Mitosdalam hukum yaitu orang dipandang sama didepan hukum.Perlindun
gan terhadap komunitas adalahdiaturnya tindak pidana genosida ataupembunuhan ata
u penghapusan suatu sukubangsa merupakan kejahatan internasional. Dalam Rancang 
KUHP Indonesia genosidadijadikan sebagai suatu tindak pidana.

b. Jelaskan perlindungan aspek kemanusiaan dalam asas
kesalahan dan putusan pengadilan !
Jawab :
Aspek kemanusian dalam Tanpa Kesalahan atau AsasKesalahan mengandung pengert
ian bahwa seseorang yang telahmelakukan perbuatan yang bertentangan dengan perat
uranhukum pidana yang berlaku, tidak dapat dipidana oleh karenaketiadaan kesalahan 
dalam perbuatannya tersebut.

c. Kemukakan ketentuan dalam KUHP
yang memberikanperlindungan terhadap kehidupan, kebebasan dankeamanan !
Jawab :
Perumusan politik pemidanaan dalam KUHP dilihat dari sudut kajian, yaitu
ketentuan umum hukum pidana dalam Buku I KUHP dan perumusan
ancaman sanksi pidana dalam Buku II dan Buku III KUHP.

Anda mungkin juga menyukai