Anda di halaman 1dari 259

BAB I PENDAHULUAN

erkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat


membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, untuk itu
pemerintah terus berupaya memperhatikan perkembangan SDM dan
terus mengembangkan kulitas kehidupan bangsa melalui inovas
pendidikan yang berkemajuan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan
Pendidikan Nasional yang tertuang dalam undang-undang nomor 20
tahun 2003 Bab 2, pasal 3, yang menyatakan, Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kehidupan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokritis serta bertanggung jawab. Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Proses perkuliahan merupakan bagian dari tridarma atau catur
darma perguruan tinggi. Proses pembelajaran membutuhkan sumber
atau referensi yang jelas dalam perkuliahan, untuk itu dibutuhkan bahan
ajar yang relevan dan mendukung untuk terciptanya suatu pengetahuan
yang komprehenship dan tercapainya capaian pembelajaran yang
ditentukan.
Bahan ajar merupakan salah satu bentuk bahan yang
digunakan dalam membantu guru, mahasiswa maupun dosen dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Untuk mendukung proses
pembelajaran yang optimal dibutuhkan bahan ajar yang mendukung
dan aktual sesuai kebutuhan mahasiswa. Keterbatasan bahan ajar
tentang mata kuliah pembelajaran tematik di SD, menjadi landasan bagi
penulis untuk menerbitkan buku ini sebagai buku referensi bagi para
mahasiswa yang akan mengikuti mata kuliah Pembelajaran Tematik di
SD. Sekaligus bermaksud untuk memenuhi kebutuhan para mahasiswa
untuk membahas materi pada mata kuliah Pembelajaran Tematik di SD.
Selain itu buku ini dilengkapi dengan acuan dalam penanaman nilai-nilai
karakter bagi siswa, dirancang dan dipersiapkan bagi kalangan calon
pendidik dan pendidik dalam melaksanakan tugasnya, dengan
implementasi pembelajaran yang diintegrasikan dengan topik/tema
tertentu. Secara teknis buku ini dilengkapi dengan berbagaimacam
instrumen pembelajaran yang dapat membantu para dosen pengampu
mata kuliah tematik dalam mepersiapkan instrument. Kelengkapan
pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas tidak bermaksud untuk
membelenggu kreatifitas dosen, tetapi sebagai alternative dalam
mempersiapkan perangkat pembelajaran.
Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan
bagian model pembelajaran terpadu, yaitu pendekatan pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
prinsip secara holistik dan autentik. Untuk itu dalam persiapannya
dibutuhkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tema yang
dikembangkan.
Pada buku ini akan diuraikan deskripsi mata kuliah sesuai
dengan RPS yang telah dirancang sesuai kurikulum KKNI, yakni
sebagai berikut;

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 2


A. DESKRIPSI MATA KULIAH
1. CPL Capaian Pembelajaran Lulusan
SIKAP
1) Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri
KETERAMPILAN UMUM
2) Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur
3) Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks
penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil
analisis informasi dan data
PENGETAHUAN
4) Mengusai tujuan, isi, penglaman belajar, dan penilaian dalam
lurikukulum satuan Pendidikan
5) Menguasai konsep dan metode keilmuan yang menaungi
substansi bidang kajian

2. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)


a. Memahami Konsep Pembelajaran Terpadu
b. Memahami Konsep Pembelajaran Tematik
c. Memahami Landasan Pembelajaran Tematik
d. Memahami Teori Pembelajaran Tematik
e. Memahami Penyusunan Dan Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Tematik
f. Memahami Evaluasi Pembelajaran Tematik
g. Integrasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada
Pembelajaran Tematik

3. Deskripsi Mata Kuliah

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 3


Mata Kuliah pembelajaran tematik di SD diorientasikan bahwa
mahasiswa harus melakukan diskusi, merancang pembelajaran,
simulasi dan feedback mengenai pembelajaran tematik yang
dirterapkan di SD, mengkaji mengenai pembelajaran tematik
secara konseptual dan implementasinya dalam kegatan
pembelajaran.

4. Pokok Materi
1) Konsep pembelajaran terpadu
2) Konsep pembelajaran tematik
3) Landasan pembelajaran tematik
4) Tokoh dalam teori pembelajaran tematik
5) Penyusunan dan pengembangan perangkat pembelajaran
tematik
6) Evaluasi pembelajaran tematik
7) Integrasi Penguatan Pendidikan Karakter pembelajaran
tematik di SD
8) Simulasi pembelajaran tematik SD khususnya kelas I – III

5. Metode dan Media Pembelajaran


Metode: Ekspository, Praktek, Simulasi, Problem Solving, Micro
Teaching, Jigsaw, Diskusi, observasi, Refleksi dan mind Mapping.
Media Pembelajaran:
Video Pembelajaran Tematik, Power point, green Garden, issue
aptudate yang relevan dan alam sekitar.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 4


BAB II PEMBELAJARAN TERPADU

Pada BAB ini, mahasiswa maupun dosen pengampu mata


kuliah Pembelajaran Terpadu. Dalam BAB ini dapat diuraian dari
capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK) sebagai berikut;
1. Konsep pembelajaran terpadu.
2. Prinsip-prinsip pembelajaran terpadu.
3. Landasan–landasan pembelajaran terpadu.
4. Karakteristik pembelajaran terpadu.
5. Model-model pembelajaran teradu.

Petunjuk penggunaan buku pada BAB II ini, sebagai berikut:


1. Cermati bagian pendahuluan buku ini untuk lebih lanjut
memahami isi buku pada BAB selanjutnya.
2. Setelah anda mencermati isi BAB II ini, selanjutnya buatlah
catatan dan mind mapping atau peta konsep untuk memudahkan
pemahaman anda terhadap intisari pembahasan pada BAB ini.
3. Catatan pada masing pointers dapat anda diskusikan dengan
teman sejawat atau dosen pengampu matakuliah.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber
lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai
sumber, termasuk dari internet.
5. Tingkatkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan
diskusi dalam kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau
teman sejawat.
6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang
dituliskan pada setiap BAB. Hal ini berguna untuk mengetahui
apakah Anda sudah memahami dengan benar kandungan BAB II
ini.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 5


S
ebelum memasuki sekolah dasar, anak terbiasa memandang
dan mempelajari segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya
atau yang dialaminya sebagai suatu kesatuan yang utuh
(holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah-
pisah). Tapi pada kenyataannya, ketika memasuki situasi belajar secara
formal di bangku sekolah dasar, mereka disuguhi oleh berbagai ilmu
atau mata pelajaran yang terpisah satu sama lain sehingga mereka
terkadang mengalami kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi
di lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Penyelenggaraan
pendidikan dengan menekankan pada pembelajaran yang memisahkan
penyajian antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya
akan mengakibatkan permasalahan yang cukup serius terutama bagi
siswa usia sekolah dasar (Asep, 2000:11).
Fenomena praktek pendidikan di sekolah dasar yang terjadi
selama ini menunjukkan kecenderungan kuat dalam pengkotak-kotakan
bidang studi yang ketat, terutama kelas tinggi, pembelajaran hanya
menekankan pada dampak instruksional, sistem evaluasi menekankan
pada reproduksi informasi. Peserta didik yang berada pada sekolah
dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini dan
pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti
IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang pesat (Unik, 2008). Pada
umumnya anak SD kelas rendah masih melihat segala sesuatu sebagai
satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara
konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung
kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara
langsung.
Pada dasarnya pembelajaran terpadu dikembangkan untuk
menciptakan pembelajaran yang di dalamnya siswa sendiri aktif secara
mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur
kognitif yang telah dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai
fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 6


mengajar lebih berfokus pada suksesnya siswa mengorganisasi
pengalaman mereka, bukan ketepatan siswaKata Kunci
dalam melakukan replikasi
atas apa yang dilakukan pendidik.
Pendukung gaya belajar
dengan pendekatan terintegrasi
berakar dari tradisi pendidikan
progresif, inspirasi dari tokoh filsafat
yaitu Friedrich Froebel, Yohanes
Dewey, Piaget Jean, dan Rudolf
Steiner (Compton, 2000). Menurut
aliran progresif, anak merupakan Pembelajaran terpadu
satu kesatuan yang utuh, adalah system
pembelajaran yang
perkembangan emosi dan sosial dapat memungkinkan
sama pentingnya dengan siswa, baik secara
individual maupun
perkembangan intelektual. Jonh
kelompok, aktif
Dewey mengungkapkan mencari, menggali dan
bahwa Education is growth, menemukan konsep
serta prinsip keilmuan
development, and life. Hal ini berarti
secara holistic,
bahwa proses pendidikan itu tidak bermakna, dan otentik.
mempunyai tujuan di luar dirinya,
tetapi terdapat dalam pendidikan itu
sendiri. Proses pendidikan juga
bersifat kontinu dan merupakan
reorganisasi, rekonstruksi, dan pengetahuan pengalaman hidup.
(Sukmadinata, 2002)

A. Konsep Pembelajaran Terpadu


Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dilakukan
sebagai pendekatan belajar-mengajar yang melibatkan beberapa
bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada
anak. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 7


akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang sudah mereka pahami. Kegiatan pembelajaran terpadu
memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan
demikian, paling tidak pelaksanaan belajar mengajar dengan cara ini
dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, materi beberapa mata
pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan sedangkan cara yang kedua,
tiap kali pertemuan hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada
cara kedua ini, keterpaduannya diikat dengan satu tema pemersatu.
Pengembangan model pembelajarann saat ini semakin menununjukkan
kemajuan, dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang
mengarah pada peningkatan mutu pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Menurut Wolfinger (dalam Hernawan, 2011: 41) terdapat
dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang saling terkait
dan ketergantungan satu dan lainnya, yaitu integrated learning
(pembelajaran terpadu) dan integrated curriculum (kurikulum terpadu).
Istilah pembelajaran terpadu berasal dari kata integreted teaching and
learning atau integreted curriculum approach. Konsep ini telah lama
dikemukakan oleh John Dewey sebagai usaha untuk mengintegrasikan
perkembangan dan pertumbuhan siswa maupun kemampuan
pengetahuannya (Beans dalam Sa’ud, dkk, 2006:4).
Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa peristiwa
otentik atau eksplorasi topik  / tema menjadi pengendali didalam
kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema
/ peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa
mata pelajaran secara serempak.
Sejalan dengan pendapat di atas menurut Hadisubroto (2000),
pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu
pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok
bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang
dilakukan spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 8


atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Menurut Collins (dalam Hadisubrata, 2000:27), mengatakan:
“integrated learning occurs when an autbentic event or exploration of a
topics the driving force in the curriculum. By participating in the event I
topic exploration, student learn both the processes and content relating,
to more then curriculum area at the same time”.
Apabila dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak,
pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang
memperhatikan dan menyesuaikan pemberian konsep sesuai dengan
tingkat perkembangan anak. Pendekatan berangkat dari teori
pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual anak (Depdikbud, 1996 dalam
prabowo, 2000).
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model
implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada
semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah (SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik
secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik.
Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan
beberapa pokok bahasan (Depdiknas, 2006).
Adapun menurut ujang sukandi, dkk (2001:3), pengajaran
terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar
dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema.
Dengan demikian, pelaksanaan kegiatn belajar mengajar dengan cara
ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pembelajaran
disajikan tiap pertemuan.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 9


Udin Syaefudin (2006:4) menyatakan bahwa konsep
pembelajaran terpadu yang pada dasarnya upaya untuk
mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan
kemampuan pengetahuannya. Selain itu Sri Anitah (2003: 10)
menyatakan “pembelajaran terpadu adalah sebagai suatu konsep yang
menggunakan pendekatan pembelajaran konsep-konsep secara
terkoneksi baik secara inter maupun antar mata pelajaran”. Terjalinnya
hubungan antar setiap konsep secara terpadu akan memvasilitasi siswa
untuk aktif dalam proses pembelajaran dan mendorong siswa untuk
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan menhubungkannya dengan pengalaman nyata.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan untuk
mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembentukan
pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan dan
pengalaman kehidupannya. Hal ini untuk belajar menghubungkan apa
yang telah dipelajari dan apa yang sedang dipelajari. Pembelajaran
terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan
siswa secara individual ataupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menetukan konsep serta prisip keilmuan secara holistik, bermakna dan
autentik.
Dari beberapa kutipan di atas disimpulkan bahwa
pembelajaran terpadu adalah suatu pembelajaran yang menekankan
keterlibatan siswa dalam belajar sehingga membuat anak aktif terlibat
dalam proses pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran ini, anak
akan dapat memahami konsep-konsep yang dipelajari itu melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang sudah dipahami untuk memberikan pengalaman yang bermakna
pada siswa. Pada pembelajaran ini, siswa bukan saja memahami satu
konsep namun memiliki kemampuan dalam mengintegrasikan beberapa
konsep sehingga mereka memiliki pengetahuan secara utuh dan
komprehensif.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 10


B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Terpadu.
Manfaat yang dapat dipetik dalam pelaksanaan pembelajaran
terpadu, diantaranya dapat menggabungkan berbagai mata pelajaran,
sehingga terjadi efisiensi waktu dan tumpang-tindih materi dapat
dikurangi bahkan dihilangkan. Di satu sisi siswa dapat melihat
hubungan-hubungan yang bermakna pada materi pembelajaran yang
diberikan dan lebih berperan aktif dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran terpadu dapat meningkatkan taraf kecakapan
berpikir siswa. Hal ini dapat terjadi karena siswa dihadapkan pada
gagasan atau pemikiran yang lebih besar, lebih luas, dan lebih dalam
ketika menghadapi situasi pembelajaran. Kemungkinan materi
pembelajaran yang terpotong tidak terjadi, sebab siswa dilengkapi
dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu dan komprehensif, oleh
karena itu guru perlu merancang secara detail antara materi yang
ditetapkan dengan capaian pembelajaran yang ditetapkan.
Penerapan dunia nyata melalui pembelajaran terpadu lebih
akurat, sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer
pembelajaran (transfer of learning) bagi siswa dalam memahami
konsep pengetahuan, sekaligus memiliki kamampuan dalam
mengimplemetasikan dan penanaman nilai-nilai karakter. Penguasaan
materi dalam pembelajaran terpadu akan semakin meningkat dan
pengalaman belajar antar mata pelajaran berjalan sangat positif
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan untuk mewujudkan siswa
yang lebih aktif dan otonom dalam mengembangkan pemikiran dan
memotivasi siswa belajar secara mandiri.
Melalui pembelajaran terpadu terjadi sinergis antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan orang tua, dan siswa
dengan orang tua, sehingga belajar menjadi menyenangkan dan
interaksi edukatif dalam pembelajaran terpadu dapat tercapai sesuai
dengan indicator yang diharapkan.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 11


Kebermanfaatan pembelajaran terpadu di atas sangat relevan
dengan prinsip pembelajaran terpadu sebagai berikut;
1. Prinsip keterpaduan
Mata pelajaran pada model pemebalajaran terpadu dilaksanakan
dengan memadukan/mengintegrasikan beberapa mata pelajaran
yang relevan dari sisi standar kompetensi dan kompetensi dasar
sehingga terdapat irisan pada masing-masing indicator mata
pelajaran.
2. Prinsip relevansi
Materi pelajaran yang dipadukan antar
mata pelajaran atau antar pokok
bahasan memiliki relevansi sehingga
proses pembelajaran dapat dijalani
oleh peserta didik dapat menarik
benang merahnya
Prinsip merupakan
3. Prinsip fleksibilitas suatu pernyataan
Keterpaduan mata pelajaran harus fundamental atau
berdasarkan pada kesesuaian dan kebenaran umum
maupun individual yang
kebutuhan peserta didik. Dalam hal ini
dijadikan oleh
guru perlu memperhatikan bakat, seseorang/ kelompok
minat, dan kebutuhan peserta didik sebagai sebuah
pedoman untuk berpikir
dalam proses pembelajaran.
atau bertindak.
Terkadang proses pembelajaran
antara rombongan belajar/ rombel
yang satu dengan yang lainnya terjadi perbedaan karena situasi
lingkungan dan sumber belajar yang berbeda. Untuk itu guru perlu
mengindentifikasi dan menginventarisir kebutuhan peserta didik
sebelum mendisign pembelajaran atau membuat rencana
pembelajaran/RPP.
4. Student center

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 12


Prinsip ini memposisikan siswa sebagai central proses
pembelajaran, dimana mereka lebih aktif sebagai subjek
pembelajar. Sumber belajar bisa berasal dari peserta didik
bahkan mereka dapat menjadi nara sumber antar siswa yang satu
dengan yang lainnya. Guru perlu menfasilitasi kebutuhan siswa
berdasarkan kepada peminatan/keahlian masing-masing siswa
misalnya siswa A cenderung belajar/mengamati hewan berkaki 4;
siswa B belajar mengamati hewan yang hidup di air sementara
siswa C belajar mengamati tumbuh-tumbuhan yang hidup di air.
Proses pembelajaran pada masing-masing siswa tersebut
bermuara kepada yang bersangkutan tanpa ada pemaksaan oleh
guru apa yang harus diamati oleh siswa.
5. Prinsip kreatifitas dan inovasi pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran terpadu dituntut adanya kreatifitas
dan inovasi pembelajaran, baik sisi guru maupun sisi siswa.
Kebutuhan siswa dalam belajar perlu difasilitasi baik oleh guru
maupun pihak sekolah, dan pihak sekolah dalam mengkondisikan
kreatifitas dan inovasi pembelajaran. Pengembangan kreatifitas
dan inovasi dalam pembelajaran bersifat dinamis bahkan sering
terjadi perbedaan antara satu siswa dengan yang lainnya, disini
peran guru sangat strategis dalam mengarahkan dan mendisign
pembelajaran supaya indicator capaian pembelajaran dapat
terpenuhi sesuai kompetensi dasar yang diharapkan.

Prinsip pembelajaran terpadu versi Trianto (23:2010)


menjabarkan beberapa prinsip sebagai berikut;
1. The hidden curriculum (Kurikulum tersembunyi). 
Yang dimaksud dengan kurikulum sembunyi yaitu
menggambarkan bahwa anak tidak hanya terpaku pada
pernyataan, atau pokok bahasan tertentu, pembelajaran yang

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 13


dikembangkan memuat pesan yang "tersembunyi" penuh makna
bagi anak.
2. Subject in the curriculum (Mata pelajaran dalam kurikulum). 
Sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga Perlu
dipertimbangkan mana yang perlu didahulukan dalam pemilihan
pokok atau topik belajar, waktu belajar, serta penilaian kemajuan.
3. The learning environment (Lingkungan belajar). 
Lingkungan belajar di kelas maupun di luar kelas memberikan
kebebasan bagi anak untuk berpikir dan berkreativitas.
4. Views of social world (Wawasan dunia sosial). 
Masyarakat sekitar membuka dan memberikan wawasan untuk
pengembangan pembelajaran di sekolah.
5. Value and attitude (Sikap dan moral).  Anak-anak memperoleh
sikap dan norma dari lingkungan masyarakat termasuk rumah,
sekolah dan panutannya, baik verbal maupun nonverbal. (Saud,
2006:12).

C. Landasan-Landasan Pembelajaran Terpadu.


Pelaksanaan pembelajaran terpadu perlu memperhatikan
landasan, diantaranya; filosofis, psikologis, dan landasan praktis.
Landasan filosofis, menjadi penting, karena menyangkut aspek filsafat
dalam pelaksanaannya, bahkan menjadi landasan utama yang
mendasari aspek-aspek lainnya. Perumusan tujuan/kompetensi dan
isi/materi pembelajaran terpadu pada dasarnya bergantung pada
pertimbangan-pertimbangan filosofis. Pandangan filosofis yang berbeda
akan mempengaruhi dan mendorong pelaksanaan pembelajaran
terpadu yang berbeda pula. Sementara landasan psikologis
mengutamakan perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan
isi/materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa agar tingkat
keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 14


peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi yang besar
terhadap isi/materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa dan
metode belajar siswa. Sedangkan landasan praktis berkaitan dengan
kondisi-kondisi nyata yang pada umumnya terjadi dalam proses
pembelajaran, sehingga harus mendapat perhatian secara langsung
dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu sangat dipengaruhi oleh tiga aliran
filsafat yakni: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3)
humanisme. Sebagai berikut:
1. Aliran progresivisme beranggapan bahwa proses pembelajaran
pada umumnya perlu sekali ditekankan pada: (a) pembentukan
kreativitas, (b) pemberian sejumlah kegiatan, (c) suasana yang
alamiah (natural), dan (d) berpatokan pada pengalaman siswa.
Dengan kata lain proses pembelajaran itu bersifat mekanistis
(Ellis, 1993). Aliran ini juga memandang bahwa dalam proses
belajar, siswa sering dihadapkan pada persoalan-persoalan yang
harus mendapatkan pemecahan atau bersifat problem solving.
Dalam memecahkan masalah tersebut, siswa perlu memilih dan
menyusun ulang pengetahuan dan pengalaman belajar yang telah
dimilikinya. Dalam hal demikian maka terjadi proses berpikir yang
terkait dengan “metakognisi”, yaitu proses menghubungkan
pengetahuan dan pengalaman belajar dengan pengetahuan lain
untuk menghasilkan sesuatu (J. Marzano et al, 1992).
Terdapatnya kesalahan atau kekeliruan dalam proses pemecahan
masalah atau sesuatu yang dihasilkan adalah sesuatu yang
wajar, karena hal itu merupakan bagian dari proses belajar.
2. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Sebab itu,
pengalaman orang lain yang diformulasikan misalnya dalam suatu
buku teks perlu dihubungkan dengan pengalaman siswa secara
langsung. Aliran konstruktivisme ini menekankan bahwa

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 15


pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia.
Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi
dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Suatu
pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna
untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena
yang sesuai. Bagi konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi
harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Siswa
harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan
sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktifan siswa
yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya amat berperan dalam
perkembangan pengetahuannya. Pengetahuan tidak lepas dari
subjek yang sedang belajar, pengetahuan lebih dianggap sebagai
proses pembentukan (konstruksi) yang terus- menerus, terus
berkembang, dan berubah. Para penganut konstruktivisme
menganggap bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari
kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia
kenyataan yang ada. Alat dan sarana yang tersedia bagi siswa
untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Siswa berinteraksi
dengan objek dan lingkungannya dengan cara melihat,
mendengar, menjamah, mencium, dan merasakan. Dari sentuhan
inderawi itulah siswa membangun gambaran dunianya.
3. Aliran humanisme melihat siswa dari segi: (a)
keunikan/kekhasannya, (b) potensinya, dan (c) motivasi yang
dimilikinya. Siswa selain memiliki kesamaan juga memiliki
kekhasan. Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan
pembelajaran yaitu: (a) layanan pembelajaran selain bersifat
klasikal, juga bersifat individual, (b) pengakuan adanya siswa
yang lambat dan siswa yang cepat, (c) penyikapan yang unik
terhadap siswa baik yang menyangkut faktor personal/individual

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 16


maupun yang menyangkut faktor lingkungan social atau
kemasyarakatan.
Terlaksananya pembelajaran terpadu yang dilaksanakan oleh
guru dan siswa semestinya mengacu kepada landasan-landasan di
atas, meskipun ditinjau dari aspek psikologis antara guru dan siswa
memiliki tugas perkembangan psikologi yang berbeda, demikian pula
dengan landasan filsafat. Guru pada hakekatnya adalah seorang
pendidik yang memberikan bimbingan dan pembelajaran kepada siswa
sehingga siswa mencapai tujuan
pembelajaran. Disatu sisi siswa
sebagai peserta didik, Aliran Filsafat
melaksanakan proses (1)Progresivisme
pembelajaran untuk mencapai cita- (2) Konstruktivisme,
citanya. Masing-masing secara (3) Humanisme
proposional sehingga
pembelajaran terpadu dapat
berjalan sesuai dengan tatanan
yang diharapkan.
Guru memiliki peranan .
penting pada pembelajaran
terpadu karena guru perlu memahami dari aspek filosofis dan psikologis
terhadap masing-masing mata pelajaran. Oleh karena itu ketika guru
memadukan mata pelajaran, guru harus melihat masing-masing irisan
keterpaduan yang bisa dijadikan tema dan dikembangkan di proses
pembelajaran. Untuk itu guru perlu mendisign proses pembelajaran
terpadu dengan beberapa model pembelajaran sehingga pelaksanaan
pembelajaran terpadu berjalan dengan baik dan optimal. Disinilah
dituntut guru memiliki kreatifitas dan inovasi dalam mempersiapkan
sumber dan media pembelajaran sehingga proses pembelajaran
berjalan dengan menarik dan menyenangkan.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 17


D. Karakteristik Pembelajaran Terpadu.
Penerapan pembelajaran terpadu di Sekolah Dasar sebagai
suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama
dalam rangka mengimbangi fenomena penumpukan materi pelajaran
kepada peserta didik. Kurikulum yang dilaksanakan dalam proses
pembelajaran di sekolah terkadang kurang memperhatikan kebutuhan
peserta didik, bahkan mereka dipaksa untuk memahami seluruh mata
pelajaran dalam waktu singkat. Pemaksaan peserta didik dalam
menerima materi pelajaran tersebut, dikhawatirkan akan mengganggu
perkembangan mereka. Tugas atau PR yang melebihi kapasitas dan
kebutuhan mereka, akan berakibat pada perkembangan psikologis
mereka, sehingga proses pembelajaran bukan lagi sebagai penanaman
nilai-nilai karakter tetapi menjadi pemenuhan isi otak anak yang over
load tanpa ada manfaatnya. Dengan demikian anak kehilangan sesuatu
yang seharusnya bisa mereka dapatkan untuk masa depan anak. Jika
dalam proses pembelajaran anak hanya merespon segalanya dari guru,
maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah
dan langsung (direct experiences). Pengalaman sensorik yang
membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak siswa tidak
tersentuh, hal tersebut merupakan karakteristik utama perkembangan
anak usia sekolah dasar. Di sinilah mengapa pembelajaran terpadu
sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di
sekolah dasar.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai
beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu: holistik, bermakna, otentik,
dan aktif. Depdikbud (1996:3),
1. Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 18


sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
Pembelajaran terpadu memungkinkann siswa untuk memahami
suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan
membuat siswa lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau
mengahdapi kejadian yang ada di depan mereka.
2. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek seperti yang
dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan
antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal
ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
Rujukan yang nyata dari semua konsep yang diperoleh dan
keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah
kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya, hal ini akan
mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu
menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-
masalah yang muncul dalam kehidupannya.
3. Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara
langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui
kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil
belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi
dan pengetahuan yang diperoleh sifatya lebih otentik. Misalnya,
hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui eksperimen.
Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, sedangkan siswa
bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pemberitahuan.
4. Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam
pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun
emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan
mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga
mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar. Dengan demikaian,

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 19


pembelajaran terpadu bukan hanya sekedar merancang aktivitas-
aktivitas dari masing-masing mata pelajran yang saling terkait.
Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang
disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa
dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.

Selain itu, Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan


beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut:
1. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus
untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
2. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah
kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak
mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan
masalah- masalah nyata di dalam kehidupannya.
3. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan
diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak
untuk belajar.

Sejalan dengan itu, Tim Pengembang PGSD mengemukakan


bahwa pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini:
1. Berpusat pada anak (Student Centered)
Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system
pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik
secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan
perkembangannya. Siswa dapat mencari tahu sendiri apa yang
dia butuhkan. Hal ini sesuai dengan penedekatan belajar modern
yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 20


peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberkan
kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas
belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung pada anak (Direct Experince)
Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa
secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan
memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara
langsung sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara
langsung. Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan
fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar
memperoleh informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak
sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin
dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta serta
informasi untuk mengembangkan pengetahuannya. Dengan
pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang
nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
abstrak.
3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan
dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata
pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-
kotak/dibatasi. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami
suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada
gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam
menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada. Bahkan dalam
pelaksanaan kelas-kelas awal, fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses
pembelajaran

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 21


Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai
macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema
yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada
kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata
didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya
dengan konsep-konsep lain yang dipelajari siswa. Hal ini
mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Dari
kegiatan ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa
untuk dapat menerapkan apa yang diperoleh dari belajarnya pada
pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan siswa
tersebut sehari-hari. Dengan demikian siswa dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untik
membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi
siswa dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersikap luwes (Fleksibel)
Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata
pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak.
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kegiatan-
kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip
belajar menyenangkan bagi siswa. Mengembangkan keterampilan
sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan
tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan demikian, siswa
diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 22


Dari beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa karakteristik pembelajaran terpadu meliputi:
1. Berpusat pada anak
Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik
secara individu maupun secara kelompok. Sehingga siswa dapat
aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya dan
dibutuhkannya sesuai dengan
perkembangannya. Dalam
KATA KUNCI
pembelajaran terpadu peran guru
Karakteristik pembelajaran
lebih banyak sebagai fasilitator terpadu
dan siswa dituntut untuk selalu
aktif dalam pembelajaran. STUDENT CENTER
HOLISTIK
2. Otentik
BERMAKNA
Pembelajaran terpadu FLEKSIBEL
diprogramkan untuk melibatkan OTENTIK
siswa secara otentik (langsung) LUWES
pada konsep dan prisip yang
dipelajari.   Kegiatan tersebut memungkinkan siswa belajar dengan
melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa
akanmemahami hasil belajarnya secara langsung sesuai dengan
fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar
memperoleh informasi dari gurunya. Dengan pengalaman langsung
ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai
dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan
suatu peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus.
Pemisahan antara bidang studi tidak ditonjolkan.
Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 23


pembelajaran dari segala sisi. Fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses
pembelajaran
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai
macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema yang
dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan
menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari secara utuh dan
diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk
memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
5. Bersikap luwes
Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran
lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan
dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kegiatan-
kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip
belajar menyenangkan bagi pembelajaran siswa. Mengembangkan
keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Karakteristik pembelajaran terpadu perlu memperhatikan


kebutuhan siswa dalam materi pembelajaran oleh karena itu, kurikulum
yang digunakan oleh guru dikembangkan berdasarkan dengan
melibatkan dengan peserta didik. Hal ini menjadi penting karena pada
pembelajaran terpadu, pengalaman belajar merupakan hal yang penting

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 24


dan strategis sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan
sekaligus yang sesuai dengan materi yang dikembangkan. Selanjutnya
pengintegrasian mata pelajaran perlu didesign oleh guru dengan
memperhatikan sumber belajar di sekitar anak dan kebutuhan anak,
sehingga pembelajaran dapat berjalan secara komprehensif dengan
melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam mencapai
pembelajaran. Disamping itu karakteristik pembelajaran terpadu
memperioritaskan lingkungan anak sebagai sumber belajar.
Keberhasilan pembelajaran terpadu bersifat fleksibel dan
dinamis karena suasana dan kebutuhan masing-masing siswa/ rombel
bisa jadi berbeda. Efektivitas pembelajaran terpadu sangat didukung
oleh situasi dan lingkungan belajar peserta didik, oleh karena itu guru
perlu membangun suasana yang kondusif sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Pembelajaran terpadu berarti anak belajar dengan aktif dan
peserta didik sentral dari proses pembelajaran. Keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran merupakan karakteristik dalam pemeblajaran
terpadu. Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Interaksi edukatif yang terjadi antara guru dan siswa, siswa dengan
siswa perlu dibangun oleh guru dengan memperhatikan keterpaduan
beberapa mata pelajaran yang relevan. Pada kondisi ini, tanpa disadari
oleh peserta didik mereka belajar berbagai mata pelajaran. Tugas
gurulah yang mendokumentasi dan mendisign pembelajaran terpadu
sesuai dengan kompetensi dalam kurikulum.

E. Model Pembelajaran Teradu


Pembelajaran terpadu dibedakan berdasarkan pola
pengintegrasian materi atau tema. Berdasarkan pola tersebut terdapat
sepuluh model pembelajaran terpadu, yaitu; (1) The fragmated model
(model tergambarkan), (2) the connected model (model terhubung), (3)
the nested model (model tersarang), (4) The squanced model (model

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 25


terurut), (5) the share model (model terkombinasi), (6) the webbed
model (model terjaring), (7) threaded model (model terantai), (8)
Intregated model (model keterpaduan), (9) Immersed model (model
terbenam), dan (10) networked model (model jaringan kerja)
Secara umum dari kesepuluh model pembelajaran terpadu
tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) klasifikasi
pengintegrasian kurikulum, yakni; pertama, pengintegrasian di dalam
satu disiplin ilmu; kedua pengintegrasian beberapa disiplin ilmu; dan
ketiga, pengintegrasian di dalam dan beberapa disiplin ilmu.
1. Pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu. Dalam model
pembelajaran ini yang ditautkan adalah dua atau lebih bidang ilmu
yang serumpun. Contohnya pada bidang ilmu sosial, menautkan
antara dua tema dalam sejarah dan geografi yang memiliki
relevansi. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa model ini sifat
perpaduannya hanya dalam satu rumpun bidang studi.
2. Pengintegrasian beberapa disiplin ilmu (antar disiplin ilmu). Model
pembelajaran ini menautkan antar disiplin ilmu yang berbeda.
Contohnya antara tema yang ada dalam ilmu sosial dengan
bidang ilmu alam.
3. Pengintegrasian di dalam satu dan beberapa disiplin ilmu (multi
disiplin ilmu) Model pembelajaran ini merupakan gabungan dari
dua model pengintegrasian yang telah dibahas sebelumnya.
Model ini menautkan antar bidang ilmu yang serumpun maupun
bidang ilmu yang berbeda. Misalnya tema kebersihan yang dalam
pengajarannya dapat dihubungkan dengan bidang studi agama,
teknologi, matematika, ilmu sosial maupun ilmu alam. Dengan
begitu semakin mudah dalam menciptakan pembelajaran yang
bermakna bagi siswa, hal ini dikarenakan pada dasarnya tak ada
satupun permasalahan yang dapat ditinjau hanya dari satu sisi
saja dan hal inilah yang menjadi prinsip utama dalam
pembelajaran terpadu.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 26


Tabel. Klasifikasi Pengintegrasian Kurikulum
No. Klasifikasi Model Pembelajaran Terpadu
Pengitegrasian
1 Pengintegrasian di The pragmated model (model
dalam satu disiplin tergambarkan), the connected
ilmu model (model terhubung), the
niested model (model tersarang)
2 Pengintegrasian The squanced model (model
beberapa disiplin ilmu terurut), shared model (model
terkombinasi), webbed model
(model terjaring), threaded
(model terantai), dan Intregated
(model keterpaduan)
3 Pengintegrasian di Immersed (model terbenam),
dalam satu dan dan networked (model jaringan
beberapa disiplin ilmu kerja

Sepuluh model pembelajaran berdasarkan pengintegrasian


tema seperti yang disebutkan oleh Fogarty (Trianto, 2011: 110-112)
seperti berikut:
1. Model Tergambarkan (The Fragmanted Model) Dalam model
tergambarkan ini, berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan saling
terpisah. Model ini memiliki kelebihan yaitu adanya kejelasan dan
pandangan yang terpisah dalam suatu mata pelajaran. Selain
memiliki kelebihan model ini juga memiliki kelemahan yaitu
keterhubungan menjadi tidak jelas dan lebih sedikit transfer
pembelajaran. Selanjutnya Asep Herry Hernawan (2008:121)
pemaduan yang terbatas untuk satu mata pelajaran saja yang
tentunya memiliki aneka cabang bahasan yang berbeda-beda
karakter bahasannya, misalnya untuk mata pelajaran bahasa
terdiri dari kemampuan berbicara, membaca, menyimak, menulis,
dan lain-lainnya semua itu berkarakter bahasan yang berbeda-
beda, maka dapat dipadukan sebagai satu model pembelajaran;
kompetensis yang dikejar adalah kemahiran berbahasa.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 27


Pembelajaran fragmented sebagai suatu pendekatan belajar
mengajar suatu mata pelajaran yang utuh tanpa mengkaitkan
mata pelajaran satu dengan yang lainnya (Fogarty,1991). Bila
seorang guru kelas SD mengajar mata pelajaran matematika
maka konsep pada pelajaran matematika diajarkan utuh kepada
siswanya tanpa melihat atau mempertimbangkan dengan konsep
yang ada pada mata pelajaran IPA atau bahasa Indonesia. Jadi
dalam pembelajaran fragmented setiap mata pelajaran dirancang
secara terpisah-pisah dan tidak ada usaha untuk mengkaitkan di
antara mata pelajaran tersebut. Oleh Fogarty pembelajaran
fragmented disimbolkan dengan sebuah periskop yang artinya
memandang satu arah, fokus yang sempit untuk setiap mata
pelajaran. Contohnya di Kelas 3 SD semester I, guru akan
mengajar IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Matematika dengan
pokok bahasan yang sudah tercantum secara berurutan dalam
kurikulum tanpa melihat keterpaduan dari setiap konsep. Untuk
memahami pembelajaran Fragmented, perhatikan gambar di
bawah ini:

Gambar 1. The Fragmanted Model


(Sumber: Trianto 2011: 111)

Kelebihan Model Fragmented


Adapun kelebihan dari model Fragmented ini, antara lain :
1) Guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang
keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup
bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran
2) Materi pelajaran merupakan bentuk yang murni dari setiap ilmu

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 28


3) Menciptakan guru yang ahli dibidangnya serta dapat
mengembangkan ilmunya secara luas

Kekurangan Model Fragmented


Model pembelajaran terpadu jenis Fragmented ini memiliki
beberapa kelemahan, antara lain :
1) Siswa tidak mampu membuat hubungan yang berkesinambungan
antara macam bidang ilmu yang berbeda sehingga mereka tidak
mampu membuat hubungan secara konsep dua mata pelajaran
yang berbeda.
2) Model ini akan menyebabkan semacam proses tumpang tindih
dalam hal konsep, perilaku dan konsep yang dikuasai siswa.
3) Tidak efisien waktu karena mata pelajaran disajikan secara
terpenggal-penggal

Penerapan Model Fragmented


Menurut Fogarty (1991:6) model fragmented sangat cocok
diterapkan pada tahap penjurusan mata pelajaran misalnya
diterapkan pada tingkat Universitas ataupun Sekolah Menengah
Atas yang dalam proses pembelajarannya terdapat
penjurusan/pemisahan mata pelajaran.
Akan tetapi di Sekolah Dasar juga dapat diterapkan baik di kelas
rendah maupun di kelas tinggi yaitu di kelas. Tergantung
bagaimana guru bisa mengemas pembelajaran sebaik mungkin,
agar siswa bisa lebih bermakna dalam mengikuti pembelajaran.
Sebagai contoh penerapan, berikut ini tentang pembelajaran
Bahasa Indonesia di sekolah dasar dengan menggunakan
pembelajaran terpadu model fragmented.
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan
kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tertulis.
Kemampuan berbahasa meliputi kemampuan mendengarkan,

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 29


membaca, berbicara, menulis, dan apresiasi sastra. Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan kelima kemampuan
tersebut dapat meningkat baik secara lisan maupun tertulis.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
berbahasa siswa diperlukan berbagai usaha, strategi maupun
metode yang inovatif dan kreatif sehingga pembelajaran Bahasa
Indonesia tidak menjadi pembelajaran yang membosankan bagi
siswa. Dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan diharapkan siswa dapat belajar mandiri dan
merasa bertanggung jawab untuk mengembangkan
kemampuannya sendiri tanpa ada paksaan dari guru. Untuk
mencapai tujuan tersebut seorang guru harus berusaha untuk
membuat rencana pembelajaran sesuai dengan kebutuhan,
potensi, sarana dan prasarana yang tersedia.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kelima aspek
kemampuan berbahasa tersebut harus diberikan secara
menyeluruh dan terencana, sehingga diharapkan siswa dapat
meningkatkan dan menguasai kelima aspek tersebut baik secara
lisan maupun tulis dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Namun dalam pembelajaran model Fragmented ini kelima aspek
dalam keterampilan berbahasa di penggal-penggal dalam waktu
yang berbeda. Hal itu dimaksudkan agar siswa bisa menguasai
suatu pembelajaran secara mendalam. Model Fragmented ini
dalam pemenggalannya bisa disampaikan dalam waktu yang
berbeda atau juga penggunaan guru yang berbeda.
2. Model Terhubung (The Connected Model) Ciri-ciri dari model
terhubung ini adalah topik-topik dalam satu disiplin ilmu
berhubungan satu sama lain. Model ini memiliki kelebihan yakni
konsepkonsep utama saling terhubung, mengarah pada
pengulangan, rekonseptualisasi, dan asimilasi gagasan-gagasan
dalam suatu disiplin. Selanjutnya, kelemahan dari model ini

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 30


adalah disiplindisiplin ilmu tidak berkaitan, konten tetap berfokus
pada satu disiplin ilmu (Forfaty dalam Trianto, 2011:39)

Gambar 2. The Connected Model


(Sumber: Trianto 2011: 111)

Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe


connected (terhubung) menurut Prabowo dalam Asrul (dalam
http://www.sekolahdasar.net: 2017) sebagai berikut :
1) Tahap Perencanaan:
a. menentukan tujuan pembelajaran umum
b. menentukan tujuan pembelajaran khusus
Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru:
a. menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa.
b. menyampaikan konsep-konsep yang akan dikuasai oleh siswa
c. menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan
d. menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan
e. menyampaikan pertanyaan kunci
2) Tahap Pelaksanaan, meliputi:
a. pengelolaan kelas; dengan membagi kelas kedalam beberapa
kelompok
b. kegiatan proses
c. kegiatan pencatatan data
d. diskusi secara klasikal
3) Evaluasi, meliputi:
a. Evaluasi proses , berupa:
a) ketepatan hasil pengamatan
b) ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 31


c) ketepatan siswa saat menganalisis data
b. Evaluasi produk:
Penguasaan siswa terhadap konsep-konsep/materi sesuai
dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
c. Evaluasi psikomotor:
kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat
ukur.

Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu Model


Connected
Menurut Fogarty (dalam Trianto, 2011: 40-41) ada beberapa
kelebihan dan kelemahan pembelajaran terpadu model connected
antara lain sebagai berikut:

Keunggulan Pembelajaran Terpadu Model Connected;


1) Pengintegrasian interbidang studi, maka siswa mempunyai
deskripsi yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang
terfokus pada suatu aspek tertentu.
2) Siswa dapat mengembangkan konsep-konsep.
3) Mengintegrasikan ide-ide dalam interbidang studi
memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi,
memperbaiki serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan
masalah.

Kelemahan pembelajaran terpadu model connected:


1) Masih terlihat terpisahnya interbidang studi.
2) Tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi
pelajaran tidak terfokus tanpa merentangkan konsep serta ide-
ide antar bidang studi.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 32


3) Dalam memadukan ide-ide pada satu bidang studi, maka
usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang
studi menjadi terabaikan.

Langkah-langkah pembelajaran terpadu model connected


Langkah-langkah pembelajaran terpadu model connected yang
dilaksanakan didasarkan pada langkah- langkah connected yang
terdiri dari enam langkah atau fase. Adapun fase-fase dalam
pembelajaran ini seperti disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Tahap-Tahap Model Connected
Tahap Kegiatan Guru
Fase 1 1. Mengkaitkan pelajaran sekarang dengan
Pendahuluan pelajaran sebelumnya.
2. Memotivasi siswa
3. Memberi pertanyaan pada siswa untuk
mengetahui konsep-konsep yang sudah
dikuasai oleh siswa
4. Menjelaskan tujuan pembelajaran
Fase 2 Presentasi 1. Presentasi konsep-konsep yang harus
materi dikuasai siswa melalui demonstrasi
2. Presentasi keterampilan proses yang
dikembangkan
3. Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan
4. Pemodelan menggunakan media
Fase 3 1. Menempatkan siswa ke dalam kelompok-
Membimbing kelompok belajar
pelatihan 2. Mengingatkan cara siswa bekerja dan
berdiskusi secara kelompok
3. Membagi LKS
4. Memberikan bimbingan
5. Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah
batas waktu yang ditentukan
Fase 4 1. Meminta salah satu anggota kelompok
Menelaah belajar untuk mempresentasikan hasil
pemahaman dan kegiatan sesuai dengan LKS yang telah
memberikan dikerjakan
umpan balik 2. Meminta anggota kelompok lain menanggapi
hasil presentasi
3. Membimbing siswa menyimpulkan hasil
diskusi

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 33


Fase 5 1. Mengecek dan memberikan umpan balik
Mengembangkan terhadap tugas yang dilakukan
dengan 2. Membimbing siswa menyimpulkan seluruh
memberikan materi pembelajaran yang beru saja
kesempatan untuk dipelajari
pelatihan lanjutan 3. Memberi tugas rumah
dan penerapan
Fase 6 Guru membantu siswa untuk melakukan
Menganalisis dan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja
mengevaluasi mereka.
(Sumber; Trianto, 2011:68)

3. Model Tersarang (The Nested Model) Pada model tersarang


ini, keterampilan soaial, berpikir dan konten dicapai di dalam
satu mata pelajaran. Kelebihan yang dimiliki oleh model ini
adalah memberi perhatian pada berbagai mata pelajaran yang
berbeda dalam waktu yang bersamaan, memperkaya dan
memperluas pembelajaran. Disamping itu, model ini juga
memiliki kelemahan yakni pelajar dapat menjadi bingung dan
kehilangan arah mengenai konsep konsep utama dari suatu
kegiatan atau pelajaran.
Fogarty (1991: 24) mengatakan bahwa, the nested model of
integration is a rich design use by skilled teachers. They know
how to get the most mileage from the lessonany lesson. But, in
this nested approach to instruction, careful planning is need to
structure multiple targets for student learning.

Gambar 3. The Nested Model


(Sumber: Trianto 2011: 111)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 34


4. Model Terurut (The Sequenced Model) Model ini di deskripsikan
bahwa persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara
bersama meskipun termasuk ke dalam mata pelajaran yang
berbeda. Memfasilitasi transfer pembelajaran melintasi beberapa
mata pelajaran, ini merupakan kelebihan yang dimiliki oleh model
terurut. Adapun kelemahan dari model ini adalah membutuhkan
kolaborasi yang terus menerus dan kelenturan yang tinggi karena
guru memiliki sedikit otonomi untuk mengurutkan.

Gambar 4. The Sequenced Model


(Sumber: Trianto 2011: 111)

5. Model Terbagi (The Shared Model) Dalam model ini perencanaan


tim dan/atau pengajaran yang melibatkan dua disiplin difokuskan
pada konsep, keterampilan dan sikap yang sama. Model ini
memiliki kelebihan yaitu terdapat pengalamanpengalaman
instruksional bersama, dengan dua orang guru di dalam satu tim,
akan lebih mudah berkolaborasi. Sedangkan, membutuhkan
waktu, kelenturan, komitmen dan kompromi merupakan
kelemahan model ini.

Gambar 5. The Shared Model


(Sumber: Trianto 2011: 111)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 35


6. Model Terjaring (The Webbed Model) Model ini berbentuk seperti
jaring laba-laba. Model ini memiliki kelebihan yakni dapat
memotivasi murid-murid dan membantu murid-mudrid untuk
melihat keterhubungan antar gagasan. Selain memiliki kelebihan
model ini juga memiliki kelemahan yaitu tema yang digunakan
harus dipilih baik-baik secara selektif agar menjadi berarti juga
yang relevan dengan konten.

Gambar 6. The Webbed Model


(Sumber: Trianto 2011: 112)

7. Model Tertali (The Threated Model) Model tertali ini dideskripsikan


bahwa keterampilan sosial, berpikir, berbagai jenis kecerdasan,
dan keterampilan belajar “direntangkan” melalui berbagai disiplin.
Kelebihan dari model ini adalah peserta didik mempelajari cara
mereka belajar, memfasilitasi transfer pembelajaran selanjutnya.
Kelemahannya adalah disiplin-disiplin ilmu yang bersangkutan
tetap terpisah satu sama lain.

Gambar 7. The Threated Model


(Sumber: Trianto 2011: 112)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 36


8. Model Terpadu (The Integrated Model) Dalam berbagai prioritas
yang saling tumpang tindih dalam berbagai disiplin ilmu, dicari
keterampilan, konsep dan sikap-sikap yang sama. Kelebihan yang
dimiliki model ini dapat mendorong siswa untuk melihat
keterkaitan dan kesalingterhubungan di antara disiplin-disiplin
ilmu, siswa termotivasi dengan melihat berbagai keterkaitan
tersebut. Sedangkan, kelemahan yang dimiliki oleh model ini
adalah membutuhkan tim antardepartemen yang memiliki
perencanaan dan waktu pengajaran yang sama.

Gambar 8. The Integrated Model


(Sumber: Trianto 2011: 112)

9. Model Terbenam (The Immersed Model) Dalam model terbenam


ini siswa memadukan apa yang dipelajari dengan cara
memandang seluruh pengajaran melalui perspektif bidang yang
disukai. Kelebihan yang dimiliki model ini adalah
keterpaduanberlangsung di dalam siswa itu sendiri. Sedangkan,
kelemahannya adalah dapat mempersempit fokus siswa tersebut

Gambar 9. The Immersed Model


(Sumber: Trianto 2011: 112)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 37


10. Model Jaringan (The Networked Model) Pada model jaringan
ini, siswa melakukan proses pemaduan topik yang dipelajari
melalui pemilihan jejaring pakar dan sumber daya. Model ini
memiliki kelebihan yakni bersifat proaktif, siswa terstimulasi
oleh informasi, keterampilan atau konsep baru. Disamping
memiliki kelebihan, model ini juga memiliki kelemahan yaitu
dapat memecah perhatian siswa, upaya-upaya menjadi tidak
efektif.

Gambar 10. The Networked Model


(Sumber: Trianto 2011: 112)

Munurut Sukayati (2009:4) dari kesepuluh model yang telah


diuraikan di atas tersebut, hanya ada tiga model yang dikembangkan
atau dikenalkan di sekolah maupun lembaga pendidikan tenaga
keguruan (LPTK) di Indonesia. Ketiga model tersebut adalah (1) model
keterhubungan (connected), (2) model jaring laba-laba (webbed) dan
(3) model kerpaduan (integrated).
Model keterhubungan, pada prinsipnya mengupayakan dengan
sengaja adanya keterhubungan konsep, keterampilan, topic, ide,
kegiatan dalam satu bidang studi. Model jaring laba laba (webbed)
merupakan model dengan menggunakan pendekatan tematik. Karena
karakteristik dari model ini adalah menggunakan pendekatan tema
maka dalam model ini, tema dijadikan sebagai pemersatu dari beberapa
mata pelajaran. Setelah tema ditemukan, baru dikembangkan sub-sub
temanya dengan memperhatikan kaitanya dengan mata pebelajaran
yang dipadukan. Model keterpaduan merupakan model yang

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 38


menggunakan pendekatan antar bidang studi. Diupayakan
penggabungan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler
dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang tumpang tindih
di dalam beberapa bidang studi. Model ini sulit di laksanakan
sepenuhnya mengingat sulitnya menemukan materi dari setiap bidang
studi yang benar–benar tumpang tindih dalam satu semester, dan
sangat membutuhkan keterampilan guru yang cukup tinggi dalam
perencanaan dan pelaksanaanya.
Menurut Susilana (2007:71) pembelajaran yang mungkin
digunakan dalam pendekatan terpadu adalah pemecahan masalah,
metode proyek, pengajaran unit (unit teaching), inkuiri, diskoveri dan
pembelajaran tematik yang dilakukan dalam kelompok atau pun
perorangan. Dari penjelasan ini tampak bahwa pembelajaran tematik
merupakan salah satu pembelajaran yang dapat dilakukan dalam
menerapkan pendekatan terpadu.
Selain pandangan Robin Fogarty di atas, Jacobs (1989)
mengemukakan lima pilihan bentuk keterpaduan dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu: (a) discipline based, (b) parallel, (c)
multidisciplinary, (d) interdisciplinary, dan (e) integrated. Secara ringkas
kelima model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Bentuk discipline based adalah bentuk keterpaduan yang bertolak
dari mata pelajaran tertentu. Sebuah topik ekonomi misalnya
dapat dihubungkan dengan masalah sosial politik dan ilmiah.
2. Bentuk parallel memadukan tema-tema yang sama dalam
beberapa mata pelajaran. Bentuk ini mengkondisikan tingkat
keterpaduan yang kurang mendalam.
3. Bentuk multidisciplinary adalah bentuk pembelajaran sejumlah
mata pelajaran secara terpisah melalui sebuah tema.
4. Bentuk interdisciplinary adalah bentuk pembelajaran yang
menggabungkan sejumlah mata pelajaran dalam sebuah tema.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 39


Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam waktu yang
bersamaan.
5. Bentuk integrated merupakan bentuk pembelajaran yang
memadukan sebuah konsep dari sejumlah mata pelajaran melalui
hubungan tujuantujuan, isi, keterampilan, aktivitas, dan sikap.
Dengan kata lain, bentuk pembelajaran integrated merupakan
pembelajaran antarmata pelajaran yang ditandai oleh adanya
pemaduan tujuan, kemampuan, sikap dari pelbagai mata
pelajaran dalam topik tertentu secara utuh.

F. Latihan Soal BAB 2


Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di
atas, kerjakanlah latihan berikut!
1. Jelaskanlah konsep-konsep dasar pembelajaran terpadu menurut
pendapat Anda!
2. Jelaskanlah landasan-landasan pembelajaran terpadu menurut
pendapat Anda!
3. Menurut pendapat anda di antara sepuluh model pembelajaran
terpadu yang dikemukakan Fogarty model apa saja yang lebih
tepat diimplementasikan di sekolah dasar? Jelaskan!

G. Petunjuk Jawaban Latihan Soal BAB 2


1. Untuk pertanyaan nomor 1 Anda dapat melihat pendapat dari
para ahli dan membandingkannya, selanjutnya Anda simpulkan
pendapat tersebut sehingga akhirnya Anda mempunyai pendapat
sendiri.
2. Untuk pertanyaan nomor 2 Anda dapat membuat tema
pembelajaranterpadu dengan memperhatikan prinsip penggalian
tema yang telahdibahas di atas.
3. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut nomor 3, Anda dapat
mendiskusikandengan mahasiswa yang lain, atau jika Anda

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 40


mengikuti tutorial, Anda dapatmembahas pertanyaan-pertanyaan
tersebut dalam kegiatan tutorial. Yangperlu Anda pahami dalam
menjawab pertanyaan tersebut adalah sebagaiberikut.
1) Hakikat dan konsep dasar pembelajaran terpadu.
2) Hakikat teori perkembangan anak dan teori belajar yang
melandasipembelajaran terpadu.

H. Rangkuman
Pembelajaran terpadu dilandasi oleh landasan filosofis,
landasan psikologis, dan landasan praktis. Landasan filosofis mencakup
progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Sepuluh model
pembelajaran terpadu menurut Fogarty (1991), yaitu fragmented,
connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated,
immersed, dan networked. Sedangkan Jacobs (1989) menyebutkan
lima model pilihan bentuk keterpaduan dalam kegiatan pembelajaran,
yaitu discipline based, parallel, multidisciplinary, interdisciplinary, dan
integrated.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 41


Tes Formatif 1
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar!
1. Berikut yang bukan merupakan masalah internal pendidikan yang
dihadapi pada saat ini yang mempengaruhi rendahnya kualitas pada
jenjang pendidikan dasar adalah.....
a. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity)
b. Banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi
c. Banyaknya peserta didik yang putus sekolah
d. Banyaknya angka pengangguran
2. Pada tingkat perkembangan anak, siswa SD kelas rendah masih
berfikir secara holistik. Yang dimaksud dengan holistik yaitu….
a. Melihat segala sesuatu sebagai suatu kebutuhan
b. Melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan
c. Melihat segala sesuatu sebagai suatu secara terpisah-pisah
d. Melihat segala sesuatu sebagai suatu secara tunggal
3. Pada pembelajaran tematik dapat memberikan keuntungan bagi
siswa maupun bagi guru sendiri. Di bawah ini merupakan hal yang
bukan keuntungan pembelajaran tematik adalah...
a. Siswa lebih memusatkan perhatiannya pada suatu tema tertentu
b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antara mata pelajaran dalam tema
yang sama
c. Siswa mampu memusatkan perhatiannya pada guru
d. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan
4. Menurut Jean Piaget teori perkembangan intelektual anak meliputi
tahapan sebagai berikut…..

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 42


a. (a) sensori-motor, (b) pra operasional, (c) operasional konkrit,
dan (d) operasional formal.
b. (a) sensori-motor, (b) operasional konkrit, (c) pra operasional,
dan (d) operasional formal.
c. (a) sensori-motor, (b) pra operasional, (c), dan operasional
formal (d) operasional konkrit.
d. (a) sensori-motor, (b) operasional konkrit, (c), dan operasional
formal, (d) pra operasional.
5. Pembelajaran di jenjang SD kelas rendah hendaknya menggunakan
pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak
atau DAP. Apakah kepanjangan dari DAP yang dimaksud dalam
konteks ini….
a. Developmentally Appropiate Practice
b. Developmentally Assosiative Practice
c. Developmentally Appropiate Pragmatice
d. Developmentally Assosiative Pragmatice
6. Pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang harus
diperhatikan oleh guru yaitu kecuali....
a. Asas kedekatan
b. Asas intelktual
c. Asas holistik dan integratif
d. Asas kebermaknaan
7. Pembelajaran tematik sangat penting diterapkan disekolah dasar
ataupun Madrasah Ibtidaiyah, salah satu alasanya yaitu………
a. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran, maka
penguasaan materi pembelajaran akan semakin menyulitkan
pada siswa.
b. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan
indikator, serta isi mata pelajaran, akan terjadi pemborosan jam
belajaran, sehingga tumpang tindih materi tidak dapat dikurangi
bahkan dihilangkan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 43


c. Memberikan penerapan-penerapan dari dunia nyata, sehingga
mempertinggi kesempatan transfer belajar (transfer of learning)
d. Siswa tidak dapat melihat hubungan yang bermakna sebab isi
atau materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau
alat, bukan tujuan akhir
8. Menurut pakar siapakah yang menyatakan bahwa pembelajaran
terpadu merupakan system pembelajaran yng memungkinkan
siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari,
menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara
holistic, bermakna, dan otentik...
a. Beans
b. Joni, T. R
c. Wolfinger
d. John Dewey
9. Landasan-landasan yang perlu mendapatkan perhatian guru dalam
pelaksanaan pembelajaran terpadu di sekolah dasar meliputi...
a. Landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan pragmatis
b. Landasan filosofis, landasan praktis, dan landasan pragmatis
c. Landasan filosofis, landasan yuridis, dan landasan praktis
d. Landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan praktis
10. Secara filosofis, kemunculan pembelajaran terpadu sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat berikut: yaitu....
a. Progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme.
b. Progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) idealisme
c. Progresivisme, (2) idealisme, dan (3) kontruktivisme
d. Progresivisme, (2) idealisme, dan (3) humanisme
11. Pada aliran progresivisme beranggapan bahwa proses
pembelajaran pada umumnya perlu sekali ditekankan pada....
a. Pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia
b. Motivasi yang dimilikinya
c. Pembentukan kreativitas

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 44


d. Keunikan/kekhasannya
12. Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa
karakteristik atau ciri-ciri yaitu.....
a. Holistik, bermakna,otentik dan pasif
b. Holistik, bermakna,orientatif dan pasif
c. Holistik, bermakna,orientatif dan aktif
d. Holistik, bermakna,otentik dan aktif
13. Pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini, kecuali.....
a. Student Centered
b. Direct Experience
c. Indirect Experience
d. Fleksible
14. Pembelajaran terpadu berdasarkan pandangan Fogarty memiliki
sepuluh model pembelajaran berdasarkan pengintegrasian tema.
Manakah model yang tidak cocok dilakukan di SD.....
a. The Connected Model
b. The Fragmanted Model
c. The Webbed Model
d. The Integrated Model
15. Model pembelajaran yang disarankan untuk digunakan di Sekolah
dasar adalah.....
a. The Connected Model, The Webbed Model dan The Integrated
Model
b. The Fragmanted Model, The Webbed Model dan The Integrated
Model
c. The Connected Model, The Threated Model dan The Integrated
Model
d. The Shared Model, The Threated Model dan The Integrated
Model

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 45


16. Model pembelajaran terpadu apakah yang pada prakteknya
memadukan apa yang dipelajari dengan cara memandang seluruh
pengajaran melalui perspektif bidang yang disukai…..
a. The Immersed Model
b. The Networked Model
c. The Threated Model
d. The Shared Model
17. Model yang mempunyai kelebihan peserta didik mempelajari cara
mereka belajar, memfasilitasi transfer pembelajaran selanjutnya.
Yaitu model.....
a. The Immersed Model
b. The Networked Model
c. The Threated Model
d. The Shared Model
18. Pembelajaran terpadu berdasarkan pandangan Jacobs lima pilihan
bentuk keterpaduan dalam kegiatan pembelajaran yaitu…..
a. (a)discipline based, (b) parallel, (c)unidisciplinary, (d)
interdisciplinary, dan (e) integrated
b. (a)discipline based, (b) parallel, (c) multidisciplinary, (d)
interdisciplinary, dan (e) integrated
c. (a)discipline based, (b) parallel, (c) unidisciplinary, (d)
disciplinary, dan (e) integrated
d. (a)discipline based, (b) parallel, (c) multidisciplinary, (d)
disciplinary, dan (e) integrated
19. Bentuk pembelajaran yang memadukan sebuah konsep dari
sejumlah mata pelajaran melalui hubungan tujuantujuan, isi,
keterampilan, aktivitas, dan sikap. Uraian di atas merupakan bentuk
keterpaduan dalam pandangan Jacobs termasuk pada model.....
a. Discipline based,
b. Parallel,
c. Unidisciplinary

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 46


d. Integrated
20. Model yang memadukan tema-tema yang sama dalam beberapa
mata pelajaran. Bentuk ini mengkondisikan tingkat keterpaduan
yang kurang mendalam adalah…..
a. Discipline based,
b. Parallel,
c. Unidisciplinary
d. Integrated
21. Berikut ini merupakan bukan termasuk dalam karakteristik
pembelajaran tematik adalah.....
a. Memberikan pengalaman tidak langsung
b. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
c. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
d. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan
22. Pembelajaran tematik berangkat pada 3landasan yaitu....
a. Landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan pragmatis
b. Landasan filosofis, landasan praktis, dan landasan pragmatis
c. Landasan filosofis, landasan yuridis, dan landasan praktis
d. Landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis
23. Prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat di klasifikasikan menjadi
3 kecuali......
a. Prinsip penggalian tema
b. Prinsip pengelolaan pembelajaran
c. Prinsip Redaksi
d. Prinsip Reaksi
24. Siswa diposisikan sebagai subjek belajar pada pendekatan belajar
modern. Pada pembelajaran terpadu hal ini merupakan…..
a. Landasan
b. Konsep
c. Karakteristik

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 47


d. Prinsip
25. Bu Siska sedang merumuskan tujuan, kompetensi, dan materi
pembelajaran terpadu. Kegiatan Pak Ali tersebut merupakan contoh
dari landasan ....
a. Praktis
b. Filosofis
c. Psikologis
d. Edukatif

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 48


Balikan dan Tindak
Lanjut
Cocokanlah jawaban Anda dengannkunci jawaban tes formatif
pada bagian BAB ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar kemudian
untuk mengetahui tingkat penguasaan tentang BAB II. :
Rumus :
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan : ----------------------------------------------------- -x 100%
25
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai;
90 % - 100% = Baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila Anda telah mencapai tingkat kemampuan 80% atau lebih, maka
Anda bisa dengan mempelajari kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi jika
Anda masih tingkat penguasaan di bawah 80%, maka harus
mengulangi kegiatan belajar terutama yang Anda belum pahami.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 49


Kunci Jawaban Test Formatif

1. D 15. A
2. B 16. A
3. C 17. C
4. A 18. B
5. A 19. D
6. B 20. B
7. C 21. A
8. B 22. D
9. D 23. D
10. A 24. C
11. C 25. B
12. D
13. C
14. B

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 50


BAB III PEMBELAJARAN
Pada Bab ini, mahasiswa maupun dosen pengampu mata
TEMATIK
kuliah Pembelajaran Terpadu. Dalam BAB ini dapat diuraian dari
capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK) sebagai berikut;
1. Konsep pembelajaran tematik
2. Latarbelakang pembelajaran tematik
3. Pentingnya pembelajaran tematik dan
4. karakteristik Pembelajaran Tematik di SD
5. Prinsip Pembelajaran tematik
6. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik

Pada BAB ini, mahasiswa maupun dosen pengampu mata


kuliah Pembelajaran Tematik dapat memahami hakekat pembelajaran
tematik. Dalam BAB ini akan membahas beberapa materi pembelajaran
tematik yaitu: Adapun petunjuk penggunaan buku pada BAB III ini,
sebagai berikut:
1. Setelah anda mencermati isi BAB III ini, selanjutnya buatlah
catatan dan mind mapping atau peta konsep untuk memudahkan
pemahaman anda terhadap intisari pembahasan pada BAB ini.
2. Catatan pada masing pointers dapat anda diskusikan dengan
teman sejawat atau dosen pengampu matakuliah.
3. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber
lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai
sumber, termasuk dari internet.
4. Tingkatkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan
diskusi dalam kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau
teman sejawat.
5. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang
dituliskan pada setiap akhir bab. Hal ini berguna untuk

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 51


mengetahui apakah Anda sudah memahami dengan benar
kandungan BAB ini.

P
endidikan di sekolah diharapkan dapat mengembangkan
potensi siswa secara optimal baik aspek kognitif maupun sikap
(afektif) dalam mewujudkan SDM yang berkualitas. Tujuan
pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar (fundamental) dalam
menentukan ke arah mana anak didik akan dibawa. Pendidikan tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, baik dalam keluarga,
maupun berbangsa dan bernegara. Keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran sangat tergantung pada proses pendidikan yang akan
menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Hal ini merupakan upaya
strategis untuk melakukan perubahan dan sebagai bentuk upaya ikhtiar
dalam membentuk pribadi dalam mengembangkan pendidikan karakter
sejak dini di sekolah dasar, yang dilaksanakan oleh guru.
Menurut UU No. 14 tahun 2005 guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Kemajuan pendidikan ditinjau dari kebutuhan
guru yang semakin meningkat, baik dalam mutu maupun jumlahnya,
maka program pendidikan guru menjadi prioritas pertama dan utama
dalam mencerdaskan anak bangsa, karena tidak semua orang dapat
dikategorikan sebagai guru yang professional.
Perkembangan dunia pendidikan dan teknologi mengalami
perkembangan yang pesat, proses pembelajaran pun mengalami
perkembangan yang cukup signifikan, oleh karena itu dibutuhkan
inovasi dalam pembelajaran, disamping peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah pun perlu dilakukan. Diantaranya perubahan
kurikulum, pengembangan perangkat pembelajaran, penggunaan
teknologi pembelajaran, perlu dipersiapkan oleh semua pihak, baik
pihak sekolah maupun oleh pemerintah. Pada tahun ajaran baru 2013,

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 52


pemerintah dalam hal ini Kemdikbud mulai menerapkan kurikulum baru
di semua jenjang pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 tersebut pada
jenjang SD/MI mendapatkan porsi perubahan yang cukup banyak.
Salah satu ciri kurikulum 2013 adalah bersifat tematik integratif pada
level pendidikan dasar (SD). Oleh karena itu, buku ini akan membahas
tentang konsep dasar pembelajaran tematik, dilengkapi dengan acuan
dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa.
Kegiatan proses pembelajaran merupakan proses pendidikan
yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan diri menjadi kemampuan yang semakin lama semakin
meningkat dalam segala aspek, baik dalam sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk
bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan
hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan
untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi
kompetensi yang diharapkan. Secara prinsip, kegiatan pembelajaran
merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi
kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup
dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada
kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta
didik menjadi kompetensi yang diharapkan.
Berdasarkan Ahmadi dan Amri (2014:75-76) dalam rencana
penerapan Kurikulum 2013 disajikan model pembelajaran Tematik
Integratif, mungkin ini suatu yang berbeda dengan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Dengan pola Tematik Integratif ini, buku-buku siswa SD
tidak lagi dibuat berdasarkan mata pelajaran. Namun, berdasarkan
tema yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran yang
relevan dengan kompetensi di SD. Kita ambil contoh, dalam pelajaran

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 53


kelas I SD ada 8 tematik, yakni diriku; kegemaranku; kegiatanku;
keluargaku; pengalamanku; lingkungan bersih, sehat, dan asri; benda,
binatang, dan tanaman di sekitarku; serta peristiwa alam. Ditambah lagi
dengan pendidikan agama dan budi pekerti.
Dalam Kurikulum 2013 ini, siswa diarahkan untuk mampu
mengeksplor dirinya sendiri menuju arah perkembangan. Siswa tidak
lagi belajar IPA, Bahasa Indonesia, Matematika, atau mata pelajaran
lainnya. Akan tetapi, siswa belajar tema yang didalam tema itu sudah
mencakup seluruh mata pelajaran dan kompetensinya. Dengan kata
lain, tidak ada pemisahan antar mata pelajaran. Eksplorasi pada
pelajaran sistem tematik ini bertujuan agar peserta didik mampu lebih
baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh
atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Lantas
untuk menjembatani hal tersebut, obyek yang menjadi pembelajaran
dalam penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 menekankan
pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Siswa diarahkan untuk memiliki kompetensi sikap, ketrampilan,
dan pengetahuan jauh lebih baik. Tujuan lainnya, agar siswa/peserta
didik tidak menjadi sosok yang asal menerima atau belajar untuk hafal.
Ia diaharapkan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Konsep
menjadi diri sendiri dengan mengembangkan aspek kognitif, apektif,
dan psikomotorik pada diri mereka dapat lebih digali. Diharapkan
nantinya siswa/peserta didik mampu menghadapi berbagai persoalan
dan tantangan di zamannya. Tentunya hal ini dengan acuan mampu
berkancah pada tantangan global yang berakar pada lokalitas. Pada
sesi ini siswa diarahkan pada suatu proses pembelajaran secara
langsung berdasarkan pengalaman autentik tanpa berdasarkan pada
nama mata pelajaran. Dalam sistem tematik integratif ini, indikator mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial akan
muncul di kelas IV, V, dan VI SD. Untuk mata pelajaran IPA dan IPS di

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 54


SD tidak diajarkan secara terpisah, tetapi indikatornya dibuat muncul
atau diperjelas sejak kelas IV SD.
Untuk memperluas wawasan serta memahami konsep dasar
pembelajaran tematik maka perlu dipahami terlebih dahulu tentang latar
belakang pebelajaran tematik di SD dan seberapa pentingnya
pembelajaran tematik dalam proses pembelajaran.

A. Konsep Pembelajaran Tematik


YUK...... KITA
BAHAS
APA YANG
DIMAKSUD
PEMBELAJARAN
TEMATIK????

Sumber Gbr; Wwwgoogle.com

P
embelajaran tematik masih menjadi perbincangan dan
menjadi teka-teki di dunia pendidik khususnya di lingkungan
Sekolah dasar. Tidak sedikit guru SD yang tidak paham
tentang pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik merupakan bagian
dari pembelajaran tepadu. Prose pembelajaran berbasis pada tema,
sebagai topik central untuk mengintegrasikan/mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga pada prosesnya memberikan pengalaman
yang bermakna kepada siswa. Seperti yang digambarkan oleh
Poerwadarminta, bahwa tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983),
diperkuat oleh Sutirjo dan Mamik (Suryosubroto, 2009: 133) bahwa

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 55


pembelajaran tematik adalah usaha untuk mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta
pemikiran yang kreatif dengan menggunakan sebuah tema.
Menurut Indrawati (dalam Trianto, 2011: 149) pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran yang melintasi batas-batas mata
pelajaran untuk berfokus pada permasalahan kehidupan yang
komperhensif atau dapat pula disebut dengan studi luas yang
menggabungkan berbagai bagian kurikulum ke dalam hubungan yang
bermakna. Sedangkan Hakiim (2009: 212) menyatakan bahwa
pembelajaran tematik merupakan suatu model dan strategi
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran atau
sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan area isi, keterampilan, dan
sikap ke dalam suatu tema tertentu, dengan mengkondisikan para
siswa agar dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih optimal,
menarik dan bermakna. Suryosubroto (2009: 133) pembelajaran tematik
dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan
materi beberapa mata.
Trianto (2009:79) mendeskripsikan, “Pembelajaran tematik
sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis daripada
model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada
dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Pada peraturan yang diterbitkan oleh Depdiknas (2006:5)
dalam Trianto (2009:79) pembelajaran tematik sebagai model
pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari pada model
pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya
adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 56


Mamat S.B. dkk, (dalam Andi Prastowo 2013:125)
pembelajaran tematik sebagai pembelajaran terpadu, dengan
mengelola pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa
mata pelajaran dalam topik pembicaraan yang disebut tema.
Pembelajaran tematik merupakan proses pembelajaran yang penuh
makna dan berwawasan multikurikulum, yaitu pembelajran yang
berwawasan penguasaan dua hal pokok terdiri dari penguasaan bahan
(materi) ajar yang lebih bermakna bagi kehidupan siswa serta
pengembangan kemampuan berpikir matang dan bersikap dewasa agar
dapat mandiri dalam memecahkan masalah kehidupan.
Menurut Trianto (2009: 84) menyatakan bahwa Pembelajaran
tematik terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang
memadukan beberapa materi
pembelajaran dari dari berbagai
standar kompetensi dasar dari satu
Pembelajaran tematik adalah
atau beberapa mata pelajaran.
pembelajaran yang dirancang
Penerapan pembelajaran ini dapat
berdasarkan tema-tema tertentu.
dilakukan melalui tiga pendekatan
Dalam pembahasannya tema itu
yakni penentuan berdasarkan
ditinjau dari berbagai mata
keterkaitan standar kompetensi dan
pelajaran
kompetensi dasar, tema dantopik yang
up to date di lingkungan sekitar.
Berdasarkan beberapa
pendapat ahli di atas, tergambarkan
bahwa pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang
diterapkan bagi anak sekolah dasar. Pembelajaran tematik adalah
pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam
pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.
Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman
implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak
pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Sesuai

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 57


dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar,
konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan
pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan
Pembelajaran tematik.
Berdasarkan beberapa konsep dapat dipahami bahwa tematik
merupakan kunci sentral dalam pembahasan proses pembelajaran.
Tema yang dikembangkan bersifat universal dan dapat menyangkut
berbagai aspek baik dipandang dari berbagai dimensi baik dimensi sain
maupun dimensi yang lain. Disinilah strategisnya posisi guru dalam
mendesing pembelajaran yang berbasis pada tema. Guru dituntut untuk
memahami tema yang dikembangkan dan menarik garis merah pada
dimensi pada mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Guru
yang kreatif dan inovatif akan mendesing rancangan pembelajaran
tanpa membebani peserta didik dengan sejumlah mata pelajaran,
sehingga keterkaitan beberapa mata pelajaran dapat tercapai sesuai
dengan indicator yang telah ditentukan.
Dengan demikian tema yang dikembangkan memiliki kekayaan
pengetahuan dan informasi bagi siswa dan proses pembelajaran tidak
terbelenggu kepada materi pelajaran pada tataran kognitif semata, akan
tetapi capaian nilai-nilai karakter yang diharapkan dapat terpenuhi dan
mengkristal pada diri masing-masing siswa.

B. Latar Belakang Pembelajaran Tematik


Rendahnya kualitas pada jenjang Sekolah Dasar sangat
penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh terhadap
pendidikan selanjutnya, masalah internal pendidikan yang dihadapi
contohnya rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai
banyaknya peserta didik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan
yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Fenomena pendidikan tersebut diatas terjadi diantaranya
proses pendidikan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Padahal

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 58


pendidikan dasar adalah fundamentasl atau pondasi dalam proses
pendidikan selanjutnya. Untuk itu semua pihak, khususnya guru harus
meningkatkan proses pembelajaran yang inovatif, kreatif dan

‫ش الَّذِينَ لَ ْو َت َر ُكوا مِنْ َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّر َّي ًة ضِ َعا ًفا َخافُوا َعلَ ْي ِه ْم َف ْل َي َّتقُوا هَّللا َ َو ْل َيقُولُوا َق ْواًل‬
َ ‫َو ْل َي ْخ‬
‫سدِي ًد‬
َ
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar’’. QS. An-Nisa : 9

mementingkan pengalaman belajar siswa untuk diimplementasikan


pada kehidupan sehari-hari.
Disamping itu, rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan tidak
hanya disebabkan oleh kelemahan manejemen pendidikan, seperti
rendahnya efisiensi dan efektivitas pengolahan sistem pendidikan.
Untuk itu kepala sekolah terus bersinergi dengan dinas terkait dalam
mengelola manajemen sekolah untuk memberikan fasilitas yang terbaik
bagi peserta didik dan merancang suasana pembelajaran yang
menyenangkan.
Keberhasilan dalam proses pendidikan, sangat tergantung
pada orang tua dan guru untuk meningkatkan kecerdasan, sehingga
dapat berkembang secara optimal, sekaligus memiliki karakter dan
akhlakul karimah. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu
memperhatikan kemampuan dasar sesuai dengan perkembangannya
agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
(Herwina: 2015) Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah surat al-
Nisa:9;

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 59


Ayat tersebut mencerminkan, proses pendidikan anak sejak
dini sangat penting. Pendidikan karakter adalah tujuan utama sebagai
penanaman pondasi yang kuat bagi kehidupan mendatang, karena
apabila lengah dalam mempersiapkan pendidikan bagi mereka berarti
telah mempersiapkan generasi yang lemah di masa mendatang. Hal ini
senada yang disampaikan Al-Ghazali, bahwa "Anak itu adalah amanat
bagi kedua orangtuanya.  Hatinya yang suci itu adalah permata yang
mahal.  Apabila ia diajar dan dibiasakan kebaikan, maka ia akan
tumbuh pada kebaikan itu dan akan mendapatkan kebahagiaan di dunia
dan di akhirat dan orang tuanya serta semua guru yang mendidiknya
ikut merasakan pahalanya.
Dunia pendidikan, saat ini sebagian besar masih diwarnai
dengan praktik dikotomi, yang ditandai dengan pemisahan jenis dan
sektor pendidikan umum dan pendidikan agama. Hal ini membawa
implikasi dalam dimensi keilmuan yang salah satu bentuknya berupa
fenomena sakralisasi ilmu-ilmu agama dan ilmu umum, sehingga
pembelajaran yang diselenggarakan tidak integralistik (tematik).
Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa
memandang dan mempelajari segala peristiwa yang terjadi di
sekitarnya atau yang dialaminya sebagai suatu kesatuan yang utuh
(holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah-
pisah). Sayangnya, ketika memasuki situasi belajar secara formal di
bangku sekolah dasar, mereka disuguhi oleh berbagai ilmu atau mata
pelajaran yang terpisah satu sama lain sehingga mereka terkadang
mengalami kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di
lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Penyelenggaraan
pendidikan dengan menekankan pada pembelajaran yang memisahkan
penyajian antar satu potensi dengan potensi yang lainnya, akan
mengakibatkan permasalahan yang cukup serius terutama bagi anak
usia dini. Seperti halnya pembelajaran anak Sekolah dasar kelas

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 60


rendah yaitu kelas 1-3. Misalnya selama ini, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran kelas I – III di SD  untuk setiap mata pelajaran dilakukan
secara terpisah, misalnya IPA  2
jam pelajaran, IPS 2 jam
pelajaran, dan Bahasa Indonesia
2 jam pelajaran. Dalam
pelaksanaan kegiatannya Sebelum memasuki bangku
dilakukan secara murni mata sekolah, anak terbiasa
pelajaran yaitu hanya memandang dan mempelajari
mempelajari materi yang segala peristiwa yang terjadi di
berhubungan dengan mata sekitarnya atau yang dialaminya
pelajaran itu. Sesuai dengan sebagai suatu kesatuan yang utuh
tahapan perkembangan anak (holistik), mereka tidak melihat
yang masih melihat segala semua itu secara parsial (terpisah-
sesuatu sebagai suatu keutuhan pisah).
(berpikir holistik), pembelajaran
yang menyajikan mata pelajaran
secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak
untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Untuk pengembangan pembelajaran di sekolah Dasar yang
menjadi tanggung jawab guru, maka pembelajaran tematik merupakan
pembelajaran yang berupaya memadukan berbagai penguasaan dari
beberapa mata pelajaran atau pembahasan yang mengajarkan adanya
keterkaitan berdasarkan pada suatu tema, sehingga anak terbiasa
memandang segala sesuatu dalam gambaran yang utuh. Integrasi
proses pembelajaran di sekolah baik model, metode, ataupun
pendekatan pembelajaran, dirasa perlu untuk menginterpretasikan
kembali seluruh materi pelajaran sekolah dengan muatan-muatan nilai
yang Islami. Tujuannya tidak semata-mata mendorong anak didik untuk
memiliki kemampuan dalam memahami pembelajaran, namun

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 61


sekaligus anak dapat memecahkan masalah dengan baik dan utuh,
dengan memperhatikan berbagai aspek.
Selain itu model pembelajaran tematik pada hakikatnya
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengacu pada
sebuah tema yang memungkinkan anak, baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
prinsip secara holistik dan otentik. Pendekatan pembelajaran ini
menyajikan bahan-bahan pelajaran secara tematik dengan
menghubungkan atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak
berdiri sendiri atau terpisah-pisah, dan anak secara aktif terlibat dalam
proses pembelajaran dan terbiasa dalam menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya sehingga memiliki kemampuan dalam membuat
keputusan
C. Pentingnya Pembelajaran Tematik MENGAPA
HARUS
PEMBELAJARAN
TEMATIK…..?????

Www.Google.com

Pembelajaran tematik adalah sebuah pembelajaran yang


dikemas ke dalam bentuk tema yang melibatkan beberapa mata
pelajaran yang disajikan dalam satu wadah yang tematik (sutrijo, Sri:
2005). Pembelajaran tematik merupakan salah satu dari model-model
pembelajaran yang dipadukan/tematik (integrated instruction) yang
merupakan suatu sistem pembelajaran yang menekankan siswa, baik
secara individual maupun secara kelompok, aktif menggali dan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 62


menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna, dan autentik. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran, siswa
secara aktif diarahkan untuk terlibat. Hal inilah yang mendasari
terbentuknya pembelajaran tematik dan menghilangkan serta menolak
proses latihan/hafalan (driil), dan monoton, sebagai dasar untuk
menanamkan dan membentuk pengetahuan dan struktur intelektual
pada anak sekolah dasar secara holistik.
Dalam pembelajaran tematik ini, siswa diharapkan dapat
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang berkaitan.
Dengan pembelajaran tematik ini, sekiranya dapat memberikan
keuntungan bagi siswa maupun bagi guru sendiri, yaitu : (1) siswa lebih
memusatkan perhatiannya pada suatu tema tertentu, (2) siswa dapat
mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
dasar antara mata pelajaran dalam tema yang sama, (3) pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, (4)
kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, (5) guru dapat
menghemat waktu karena mata pelajaran disajikan secara tematik,
sehingga materi dapat dipersiapkan sekaligus dan dapat diberikan
dalam dua atau tiga pertemuan, (6) siswa lebih bergairah belajar atau
termotivasi, dan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa
karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata. Dari ke-6 keunggulan
model ini maka dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran tematik
dapat mengatasi kejenuhan pada siswa saat mengikuti kegiatan
pealajaran.
Selain memiliki beberapa keuntungan seperti yang dipaparkan
di atas, model pembelajaran tematik ini juga memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya : (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat
relevan dengan tahap perkembangan dan kebutuhan anak sekolah
dasar, (2) kegiatan belajar memberi kesan yang bermakna, sehingga

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 63


hasil belajar yang diperoleh siswa meningkat, (3) mengembangkan
keterampilan sosial pada siswa, seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, berbudi pekerti dan dapat menerima masukan dan
tanggapan dengan sopan dari orang lain tanpa minder atau malu, (4)
pelaksanaan pembelajaran bertolak dari minat dan kebutuhan siswa,
(5) mengembangkan keterampilan berpikir siswa, (6) kegiatan
pembelajaran lebih menekankan pada permasalahan yang sering
dijumpai siswa dalam lingkungannya.
Oleh karena itu, dari keunggulan-keunggulan yang disebutkan
di atas, pembelajaran tematik sangat penting untuk diterapkan di
Sekolah Dasar. Mengapa demikian? karena pembelajaran ini memiliki
banyak nilai dan manfaat, yang diantaranya adalah : (1) penggabungan
beberapa kompetensi dasar dan indikator dapat terjadi tumpang tindih
materi sehingga dapat dikurangi dan bahkan dapat dihilangkan, (2)
isi/materi pelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, sehingga
siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang lebih bermakna, (3)
siswa lebih fokus dan tidak terpecah-pecah, karena materi yang
disajikan lebih tematik, sehingga penguasaan materi pelajaran akan
semakin baik dan meningkat, (4) memperkaya transfer belajar (transfer
of learning) siswa, karena isi pelajaran diterapkan dari dunia nyata di
sekitar kehidupan siswa. Selanjutnya disamping keunggulan dan
keuntungan pembelajaran tematik juga terdapat beberapa kelemahan
pembelajaran tematik yaitu pembelajaran terlihat lebih kompleks dan
menuntuk guru untuk mempersiapkan sedemikian rupa agar ia dapat
melaksanakan dengan baik, sehingga persiapan yang dilakukan oleh
gurupun lebih lama. Selain itu guru juga harus mempersiapkan alat,
bahan, saran dan prasarana untuk pelajaran yang dipadukan secara
serentak sehingga alat, bahan yang digunakan dalam tiap session
harus sesuai dengan pokok-pokok mata pelajaran yang disajikan.
Jean Piaget (dalam Indrawati, 2009) mengemukakan bahwa
perkembangan intelektual anak meliputi tahapan: (a) sensori-motor, (b)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 64


pra operasional, (c) operasional konkrit, dan (d) operasional formal.
Anak-anak usia dini (2-8 th) berada pada tahapan pra operasional dan
operasional konkrit, sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam
praktik pembelajaran di kelas hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri
perkembangan anak pada tahapan ini.
Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak
mengemukakan bahwa perkembangan anak usia dini bersifat holistik;
perkembangan anak bersifat tematik, di mana aspek perkembangan
yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya.
Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental,
sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan perkembangan itu akan
tematik dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya.
Merujuk pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget,
maka dalam pembelajaran di jenjang SD kelas rendah hendaknya kita
menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan
perkembangan anak (DAP atau Developmentally Appropiate Practice).
Penggunaan pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang
harus diperhatikan oleh guru, yaitu:
1. Asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat
dijangkau oleh anak,
2. Asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal
yang faktual (konkrit) mengarah pada konseptual (abstrak),
3. Asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak
memilah-milah topik pelajaran, guru harus memikirkan segala
sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang
utuh dan tematik,
4. Asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna
dengan menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain.

Model pembelajaran tematik tidak hanya cocok untuk peserta


didik usia dini, namun bisa juga digunakan untuk peserta didik pada

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 65


satuan pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, karena pada hakikatnya
model pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3).
Beberapa alasan pembelajaran tematik cocok digunakan di
tingkat SD sebagai berikut. Pendidikan di SD harus memperhatikan
perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf
perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara
menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian
yang satu dengan yang lain. Di samping memperhatikan perkembangan
intelektual anak, guru juga harus mengurangi dampak dari fenomena ini
di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari
berbagai sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak
dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang yang luas dan
integratif. Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam
memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di
masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam
memandang manusia secara utuh. 
Integrated atau tematik bisa mengacu pada integrated curricula
(kurikulum tematik) atau integrated approach (pendekatan tematik) atau
integrated learning (pembelajaran).  Pada pelaksanaannya istilah
kurikulum tematik atau pembelajaran tematik atau pendekatan tematik
dapat dipertukarkan, seperti dikatakan oleh pakar pendidikan dan guru
besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd.(Pikiran
Rakyat, 11 April 2003) “kurikulum tematik adalah suatu pendekatan
untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis
batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran
tematik merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang
menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Istilah

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 66


kurikulum tematik dengan pembelajaran tematik dalam penggunaannya
dapat saling dipertukarkan.
Pembelajaran tematik merupakan suatu aplikasi salah satu
startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum tematik yang
bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran
secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9 dalam
Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran tematik
didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari
merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan
pendekatan tematik siswa didorong untuk berani bekerja secara
kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Collins dan
Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran
tematik sebagai berikut: integrated learning occurs when an authentic
event or exploration of a topic in the driving force in the curriculum.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak
berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa
belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu
yang sama.
Pembelajaran tematik sangat memperhatikan kebutuhan anak
sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun
emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik,
bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan
belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam
kehidupan sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan program DAP yang dikemukakan
Bredekamp (1992:7) dalam Ahmad, pada proses pembelajaran
hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang
kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat
memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 67


memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri,
melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang
dipilihnya.  Pembelajaran tematik juga menekankan integrasi berbagai
aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan
kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan
pembelajaran tematik pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi
anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara
terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan
cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.
Menurut Rusman (2010: 258) tidak jauh berbeda, rusman juga
menyatakan bahwa pembelajaran tematik sangat penting diterapkan
disekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah karena memiliki banyak nilai
dan manfaat, diantaranya sebagai berikut :
1. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan
indicator, serta isi mata pelajaran, akan terjadi penghematan,
sehingga tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan
dihilangkan;
2. Siswa dapat melihat hubungan yang bermakna sebab isi atau
materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat,
bukan tujuan akhir;
3. Pembelajaran tidak terpecah-pecah, karena siswa dilengkapi
dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu, sehingga akan
mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih
terpadu juga;
4. Memberikan penerapan-penerapan dari dunia nyata, sehingga
mempertinggi kesempatan transfer belajar (transfer of learning);
dan
5. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran, maka
penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik dan
meningkat.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 68


Dengan demikian pembelajaran tematik merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang sangat penting dalam mengawali
proses pembelajaran bagi peserta didik ketika mereka masuk bangku
Sekolah Dasar. Hal ini berdasarkan pada;
1. Ketika anak masuk SD, disinilah mereka mulai belajar yang
sebenar-benarnya belajar secara formal. Apabila proses
pembelajaran dilaksanakan berbeda dengan proses pembelajaran
di Taman kanak-kanak (TK) maka mereka akan mengalami
kesulitan selama proses pembelajaran
2. Pembelajaran tematik perlu diberikan ketika peserta didik belum
terbiasa mengenal mata pelajaran dan ilmu pengetahuan secara
luas, untuk itu di awal proses pembelajaran mereka belajar dari
lingkungan sekitar.
3. Ketika anak mengenal tentang konsep pengetahuan yang
diarahkan pada lingkungan sekitar atau tentang dirinya sendiri
akan lebih mudah dalam proses penanam konsep-konsep/ aspek
kognitif, untuk dikembangkan pada aspek nilai atau penanaman
nilai-nilai karakter sehingga apa yang dipahami anak akan
terinternalisasi dalam karakteristik mereka. Seperti contoh kasus
pada tema “Aku dan Lingkunganku” di kelas 1, guru menceritakan
tentang kebersihan lingkungan dengan membawa anak ke
lingkungan sekitar. Peserta didik diminta mendeskripsikan tentang
lingkungan sekitar anak baik di rumah maupun di sekolah dan
kebersihan dirinya sendiri. Pada tataran ini guru menanamkan
nilai-nilai karakter cinta kebersihan dan menyayangi alam sekitar.
4. Pembelajaran tematik sangat strategis dalam penanam nilai-nilai
karakter, karena ketika proses pembelajaran berlangsung guru
mengintegrasikan tema yang dikembangkan dengan nilai-nilai
karakter yang relevan bagi peserta didik.
5. Proses pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung
kepada peserta didik dengan sumber belajar yang dapat dilihat

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 69


didengar, dipegang secara langsung sehingga data autentik dan
fenomena dapat dirasakan oleh peserta didik. Seperti anak
mengenal langsung bentuk dan warna daun atau tumbuh-
tumbuhan.
6. Pembelajaran tematik artinya mengintegrasikan pemahaman
tentang konsep terhadap realita dan fenomena alam sehingga
apa yang dipahami secara kognitif oleh anak dapat dirasakan dan
dilihat langsung oleh mereka. Seperti konsep cuaca dan hujan,
ketika guru menjelaskan konsep cuaca dan hujan anak diminta
untuk menjelaskan berdasarkan pengalaman mereka apa yang
dirasakan cuaca panas dan terjadinya hujan.
7. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran holistic intergratif
artinya anak tidak terbebani lagi dengan nama mata pelajaran
namun mereka belajar sains dapat diintegrasikan dengan Bahasa
Indonesia maupun IPS dan mata pelajaran lainnya. Contoh tema
“Diriku Sendiri” pada pembelajaran Sains: fungsi panca indra,
dikaitkan dengan pelajaran Bahasa Indonesia: menceritakan
tentang pengalaman tentang panca indra yang cindera, dan
seterusnya.
Memperhatikan uraian di atas dapat dipahami bahwa
pembelajaran tematik sangat sesuai dan tepat diberikan bagi siswa
sekolah dasar sebagai alternative model pembelajaran untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep dan fenomena
sekaligus diimplementasikan oleh mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik menjadi satu
kesatuan yang utuh yang tak terpisahkan dalam proses pembelajaran,
sehingga terbentuk nilai-nilai karakter pada peserta didik.

D. Karakteristik Pembelajaran Tematik di SD


Pembelajaran Tematik memiliki karakteristik sebagai berikut;
seperti yang dikutip olehTrianto pada Depdiknas (Trianto, 2010:91)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 70


sebagai berikut; (a) berpusat pada siswa, (b) memberikan pengalaman
langsung, (c) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (d)
menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (e) bersifat fleksibel,
(f) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Sehubungan dengan hal tersebut diungkapkan pula oleh Depdikbud
(dalam Trianto, 2010: 93-94) bahwa pembelajaran tematik sebagai
bagian
Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
tematik memberikan pengalaman langsung pada siswa dan proses
pembelajaran tidak terpaku pada mata pelajaran tertentu sehingga
pembelajaran berlangsung secara kondusif dan menyenangkan sesuai
dengan kebutuhan anak atau peserta didik. Selanjutnya pembelajaran
tematik menjadi central utama dalam pembahasan beberapa mata
pelajaran yang yang harus dicapai oleh siswa, namun mereka tidak
bertumpu pada nama beberapa mata pelajaran.

E. Prinsip Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan
pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata
pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sri Istuti Mamik (2004: 6)
menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap
pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.
Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik
dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi
padatnya materi kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan
memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada
partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam
pembelajaran inidapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
kurikulum, dan aspek belajarmengajar.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 71


Melalui proses pendidikan suatu bangsa berusaha untuk
mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupannya,
baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan, teknologi
dan dalam bidang-bidang kehidupan budaya lainnya. Oleh sebab itu
pendidikan harus ditangani secara serius oleh pendidik maupun
pemerintah. Karena melalui pendidikan suatu bangsa dapat mencapai
tujuan-tujuan yang direncanakan. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional tersebut, maka perlu untuk merealisasikan definisi
pendidikan dalam proses pembelajaran. Definisi-definisi yang tidak
hanya sekedar dalam tataran konsep belaka tidaklah mengherankan
jika hampir tiap tahun kurikulum dari kebijakan yang berlaku sering
berubah, sampai munculnya kurikulum 2013.
Dalam perkembangan kurikulum di Indonesia, strategi
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik - integratif
sebenarnya telah diisyaratkan sejak kurikulum 1994, akan tetapi karena
keterbatasan kemampuan guru, baik yang disebabkan oleh proses
pendidikan yang dilaluinya maupun kurangnya pelatihan mengakibatkan
pembelajaran tematik - integratif tidak dapat diwujudkan dengan baik.
Terlebih lagi disadari, bahwa penerapan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan ini memerlukan persiapan yang tinggi dari
guru, dalam ha1 waktu, sumber, bahan ajar, serta perangkat
pendukung lainnya. Untuk itu, melalui tulisan makalah ini penulis
berusaha memberikan suatu masukkan yang terperinci tentang konsep
dan pembelajaran tematik - integratif dalam implementasi kurikulum
2013 di SD. Pada bab ini akan kita temukan penjelasan tentang apa
saja yang menjadi prinsip dasar pembelajaran tematik dan dapat
diterapkan di lingkungan sekolah.
Menurut Yanti Herlanti (2009:7) bahwa pembelajaran tematik
telah lama dikemukakan oleh John Deway, dimana John Deway
mengemukakan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran
yang diciptakan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 72


pembentukkan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan
lingkungannya dankehidupannya.dalam pembelajaran tematik, belajar
tidak semata-mata mendorong siswa untuk mengetahui (learning to
know), tetapi belajar juga untuk melakukan (learning to do), untuk
menjadi (learning to be), dan untuk hidup bersama (learning to live
together). Model pembelajaran ini juga lebih mengutamakan kegiatan
pembelajaran siswa, yaitu melalui belajar yang menyenangkan (Joyful
learning) tanpa tekanan dan ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi
siswa. Dibawah ini ada beberapa prinsip-prinsip pembelajaran tematik
menurut beberapa ahli.
Pelaksanaan pembelajaran tematik yang dikembangkan di SD
harus mempertimbangkan beberapa prinsip penting. Menurut Udin S.
Sa'ud (2007: 12) prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. The Hidden Curriculum. Anak tidak hanya terpaku pada
pemyataan, ataupun pokokbahasan tertentu, sangat mungkin
pembelajaran yang dikembangkan memuat "pesanyang
tersembunyi" dan penuh makna bagi anak.
2. Subjec in the curriculum. Maksudnya adalah perlu
dipertimbangkan mana yang perludidahulukan dalam pemilihan
pokok dan topik belajar, waktu belajar, serta penilaiankemajuan
belajar
3. The learning environment. Lingkungan belajar di kelas
memberikan kebebasan bagianak untuk berpikir dan
berkreatifitas.
4. View of the social world. Masyarakat sekitar membuka dan
memberikan wawasanuntuk pengembangan pembelajaran di
sekolah.
5. Values and attitute. Anak-anak memperoleh sikap dan norma dari
lingkunganmasyarakat tennasuk rumah dan sekolah

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 73


Menurut Trianto (2013: 154), prinsip-prinsip pembelajaran
tematik diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, yaitu:
1. Prinsip penggalian tema
Prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama dalam
pembelajaran tematik. Tema-tema yang saling tumpang tindih dan
ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran ini.
2. Prinsip pengolahan pembelajaran
Jika guru dapat menempatkan diri dalam keseluruhan proses
pembelajaran maka pengelolaan pembelajaran dapat optimal.
Maksudnya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai
fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh karena
itu, menurut Prabowo dalam Trianto, dalam pengelolaan
pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut:
1) Guru hendaklah jangan menjadi proses belajar-mengajar
mendominasi pembicaraan dalam proses belajar-
mengajar.
2) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus
jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja
sama kelompok.
3) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang
terkadang sama sekali tidek terpikirkan dalam
perencanaan.
3. Prinsip evaluasi
Pada dasarnya, evaluasi menjadi focus dalam setiap kegiatan.
Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak
dilaksanakan evaluasi.
4. Prinsip reaksi
Maksudnya, dampak pengiring (nurturant effect) yangpenting bagi
perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan
belajar-mengajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Guru harus

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 74


bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa, serta tidak
mengarahkan aspek yang sempit, tetapi ke sebuah kesatuan
yang utuh dan bermakna.
Keempat prinsip yang kemukakan Trianto di atas merupakan
dasar yang bersifat kontekstual dengan lingkungan, bentuk
pembelajaran dipersiapkan untuk menemukan tema dan bersifat
efisiensi sangat diperlukan. Dan apabila anak TK dan SD kelas awal
belum dapat menemukan tema, maka ditentukan guru tetapi harus
dekat dengan lingkungan atau sudah diketahui siswa. Tema yang jauh
dengan pengetahuan dan lingkungan siswa akan menghambat
pembelajaran.

F. Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik


Berikut adalah rambu-rambu pembelajaran tematik.
1. Tidak semua mata pelajaran itu bisa dipadukan
2. Bisa terjadi penggabungan kompetensi dalam satu semester
2. Kompetensi dasar yang tidak bisa dipadukan, jangan paksa
menggabungkan kerna akan mengakibatkan kerancuan. Lebih
baik dipindahkan dan dipelajari secara mandiri.
3. Kemampuan belajar pada anak lebih ditekankan pada
kemampuan untuk membaca, menulis, berhitung, serta
penanaman nilai- nilai moral.
4. Tema yang sesuai harus disesuaikan dengan karakteristik siswa,
minat dan lingkungan serta daerah setempat.

G. Latihan Soal BAB 3


Sebagai bahan latihan jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut. Lakukan melalui diskusi bersama teman Anda agar lebih
mantab dalam memahami materi kegiatan belajar 1.
1. Berdasarkan pernyataan para ahli silahkan Anda simpulkan
konsep pembelajaran tematik menurut pendapat Anda!

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 75


2. Menurut pendapat Anda hal-hal apa saja yang melatarbelakangi
pembelajaran tematik di SD! Jelaskan!
3. Menurut pendapat Anda sejauh mana pentingnya pembelajaran
tematik dilaksanakan di SD! Jelaskan!
4. Deskripsikan pengalaman belajar Anda tentang pembelajaran
tematik dan bagaimana implementasinya ketika Anda menjadi
guru SD!

H. Petunjuk jawaban latihan soal


Petunjuk Jawaban latihan soal BAB 3 di bawah ini dapat
mempermudah Anda untuk menjawab latihan soal.
1. Soal no 1 Anda dapat mencermati konsep pembelajaran tematik
menurut para ahli kemudian simpulkan.
2. Soal no. 2 Anda dapat menemukan jawaban setelah Anda
memahami tentang latarbelakang pembelajaran tematik.
3. Soal no 2 dan 3 Anda dapat membaca dan memahami tentang
pentingnya pembelajaran tematik.
4. Soal no.4 lakukan observasi di SD pada guru yang melaksanakan
tematik bandingkan pada guru yang tidak melakukan
pembelajaran tematik.

I. Rangkuman
Menurut UU No. 14 tahun 2005 guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Pembelajaran tematik merupakan strategi
pembelajaran yang diterapkan bagi anak sekolah dasar. Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema
tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata
pelajaran. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 76


melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik),
pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan
menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan
membuat kesulitan bagi peserta didik.
Pembelajaran tematik ini, sekiranya dapat memberikan
keuntungan bagi siswa maupun bagi guru sendiri, yaitu : (1) siswa lebih
memusatkan perhatiannya pada suatu tema tertentu, (2) siswa dapat
mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
dasar antara mata pelajaran dalam tema yang sama, (3) pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, (4)
kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, (5) guru dapat
menghemat waktu karena mata pelajaran disajikan secara tematik,
sehingga materi dapat dipersiapkan sekaligus dan dapat diberikan
dalam dua atau tiga pertemuan, (6) siswa lebih bergairah belajar atau
termotivasi, dan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa
karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata.
Jean Piaget, mengemukakan dalam pembelajaran di jenjang
SD kelas rendah hendaknya menggunakan pendekatan yang
berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak (DAP atau
Developmentally Appropiate Practice). Penggunaan pendekatan DAP
ini mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh guru,
yaitu: asas kedekatan, asas faktual asas holistik dan integratif, dan asas
kebermaknaan. Pembelajaran Tematik memiliki karakteristik sebagai
berikut; (a) berpusat pada siswa, (b) memberikan pengalaman
langsung, (c) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (d)
menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (e) bersifat fleksibel,
(f) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Pelaksanaan pembelajaran tematik yang dikembangkan di SD
harus mempertimbangkan beberapa prinsip berikut; the hidden
curriculum, subjec in the curriculum, the learning environment, view of

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 77


the social world danvalues and attitute. Sedangkan prinsip-prinsip
pembelajaran tematik diklasifikasikan ke dalam empat kelompok yaitu
prinsip penggalian tema, prinsip pengolahan pembelajaran, prinsip
evaluasi dan prinsip reaksi.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 78


Tes Formatif 2
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar!

1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
merupakan isi dari UU No....
a. UU No. 10 tahun 2005
b. UU No. 14 tahun 2005
c. UU No. 10 tahun 2013
d. UU No. 14 tahun 2013
2. Pembelajaran tematik adalah usaha untuk mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta
pemikiran yang kreatif dengan menggunakan sebuah tema. Hal
tersebut diungkapkan oleh ahli yang bernama...
a. Poerwadarminta
b. Indrawati
c. Sutirjo dan Mamik
d. Suryosubroto
3. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang melintasi
batas-batas mata pelajaran untuk berfokus pada permasalahan
kehidupan yang komperhensif atau dapat pula disebut dengan studi
luas yang menggabungkan berbagai bagian kurikulum ke dalam
hubungan yang bermakna. Hal tersebut diungkapkan oleh ahli yang
bernama..
a. Poerwadarminta
b. Indrawati

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 79


c. Sutirjo dan Mamik
d. Suryosubroto
4. Pembelajaran tematik merupakan suatu model dan strategi
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran atau
sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan area isi, keterampilan, dan
sikap ke dalam suatu tema tertentu, dengan mengkondisikan para
siswa agar dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih
optimal, menarik dan bermakna. Hal tersebut diungkapkan oleh ahli
yang bernama..
a. Indrawati
b. Hakiim
c. Trianto
d. Suryosubroto
5. Berikut pembelajaran tematik menurut Trianto adalah...
a. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang melintasi
batas-batas mata pelajaran untuk berfokus pada permasalahan
kehidupan yang komperhensif atau dapat pula disebut dengan
studi luas yang menggabungkan berbagai bagian kurikulum ke
dalam hubungan yang bermakna.
b. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan
pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa mata.
c. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk
salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran terpadu.
Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa
d. Pembelajaran tematik sebagai pembelajaran terpadu, dengan
mengelola pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari
beberapa mata pelajaran dalam topik pembicaraan yang disebut
tema.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 80


6. Masalah-masalah internal pendidikan yang dihadapi yang
menyebabkan rendahnya kualitas pada jenjang sekolah dasar
sebagai berikut, kecuali...
a. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity)
b. Banyaknya peserta didik yang putus sekolah
c. Banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi
d. Banyaknya angka pengannguran
7. Ayat mencerminkan proses pendidikan anak sejak dini sangat
penting dalam penanaman nilai-nilai pendidikan karakter...
a. QS. An-Nisa : 8
b. QS. An-Nisa : 9
c. QS. An-Nisa : 10
d. QS. An-Nisa : 11
8. Pembelajaran tematik dilatarbelakangi oleh anak yang memandang
dan mempelajari segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau
yang dialaminya sebagai suatu kesatuan yang utuh yang disebut;
a. Integralistik
b. Parsial
c. Holistik
d. Dikotomi
9. Pembelajaran tematik adalah sebuah pembelajaran yang dikemas
ke dalam bentuk tema yang melibatkan beberapa mata pelajaran
yang disajikan dalam satu wadah yang tematik. Merupakan
pendapat dari ahli yang bernama...
a. Trianto
b. Sutrijo
c. Suryosubroto
d. Prastowo
10. Berikut merupakan keuntungan bagi siswa dalam pembelajaran
tematik kecuali…..

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 81


a. Siswa lebih memusatkan perhatiannya pada suatu tema tertentu
b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antara mata pelajaran dalam tema
yang sama
c. Siswa lebih bergairah belajar atau termotivasi, dan
pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa karena dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata
d. Siswa dapat menghemat waktu karena mata pelajaran disajikan
secara tematik, sehingga materi dapat dipersiapkan sekaligus
dan dapat diberikan dalam dua atau tiga pertemuan,
11. Pembelajaran tematik ini juga memiliki beberapa keunggulan
sebagai berikut; kecuali….
a. Kegiatan belajar memberi kesan yang bermakna
b. Lebih bergairah belajar atau termotivasi, dan pembelajaran
menjadi lebih bermakna bagi siswa
c. Mengembangkan keterampilan sosial pada siswa
d. Mengembangkan keterampilan berpikir siswa
12. Perkembangan intelektual anak menurut Jean Piaget meliputi
tahapan sebagai berikut;..
a. (a) sensori-motor, (b) pra operasional, (c) operasional formal,
dan (d) operasional konkrit
b. (a) sensori-motor, (b) operasional formal, (c) pra operasional,
dan (d) operasional konkrit
c. (a) sensori-motor, (b) pra operasional, (c) operasional konkrit,
dan (d) operasional formal
d. (a) sensori-motor, (b) operasional formal, (c) pra operasional,
dan (d) operasional konkrit
13. Pada tahap perkembangan intelektual menurut Jean Piaget anak-
anak usia dini berada pada tahapan...
a. (a) sensori-motor,
b. (b) pra operasional,

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 82


c. (c) operasional konkrit, dan
d. (d) operasional formal
14. Apa yang dimaksud dengan DAP atau Developmentally Appropiate
Practice ?
a. Pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan fisik anak
b. Pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan
anak
c. Pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan intelektual anak
d. Pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan anak
15. DAP ini mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh
guru, yaitu:
a. Asas kedekatan, integralistik, holistik dan kebermaknaan,
b. Asas kedekatan, integralistikl, holistik dan nyata,
c. Asas kedekatan, faktual, holistik dan kebermaknaan,
d. Asas kedekatan, faktual, holistik dan nyata,
16. Pembelajaran tematik cocok untuk peserta didik pada tingkat
satuan...
a. TK (Taman Kanak-kanak)
b. SD (Sekolah Dasar)
c. SMP/MTs
d. SMA/MA
17. Alasan pembelajaran tematik cocok digunakan di tingkat SD
adalah...
a. Anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh
b. Sesuai dengan taraf perkembangannya
c. Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan
intelektual anak
d. Semua benar
18. Integrated learning occurs when an authentic event or exploration of
a topic in the driving force in the curriculum hal tersebut
diungkapkan oleh....

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 83


a. Collins dan Dixon
b. Atkinson
c. Bredekamp
d. Jean Piaget
19. Pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai
aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan
bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan
kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi
siswa untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas
prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya.
a. Collins dan Dixon
b. Atkinson
c. Bredekamp
d. Jean Piaget
20. Pembelajaran Tematik memiliki karakteristik sebagai berikut; kecuali
a. Berpusat pada siswa,
b. Penyajian pembelajaran yang terpisah
c. Memberikan pengalaman langsung
d. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas,
21. Pelaksanaan pembelajaran tematik yang dikembangkan di SD
harus mempertimbangkan beberapa prinsip penting salah satunya
The Hidden Curriculum yang artinya adalah...
a. Maksudnya adalah perlu dipertimbangkan mana yang perlu
didahulukan dalam pemilihan pokok dan topik belajar, waktu
belajar, serta penilaian kemajuan belajar
b. Anak tidak hanya terpaku pada pemyataan, ataupun pokok
bahasan tertentu, sangat mungkin pembelajaran yang
dikembangkan memuat "pesan yang tersembunyi" dan penuh
makna bagi anak
c. Lingkungan belajar di kelas memberikan kebebasan bagi anak
untuk berpikir dan berkreatifitas.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 84


d. Anak-anak memperoleh sikap dan norma dari lingkungan
masyarakat termasuk rumah dan sekolah
22. Pelaksanaan pembelajaran tematik yang dikembangkan di SD
harus mempertimbangkan beberapa prinsip penting salah satunya
Subjec in the curriculum yang artinya adalah...
a. Maksudnya adalah perlu dipertimbangkan mana yang perlu
didahulukan dalam pemilihan pokok dan topik belajar, waktu
belajar, serta penilaian kemajuan belajar
b. Anak tidak hanya terpaku pada pemyataan, ataupun pokok
bahasan tertentu, sangat mungkin pembelajaran yang
dikembangkan memuat "pesan yang tersembunyi" dan penuh
makna bagi anak
c. Lingkungan belajar di kelas memberikan kebebasan bagi anak
untuk berpikir dan berkreatifitas.
d. Anak-anak memperoleh sikap dan norma dari lingkungan
masyarakat termasuk rumah dan sekolah
23. Prinsip-prinsip pembelajaran tematik diklasifikasikan ke dalam
empat kelompok, yaitu
a. Prinsip penggalian tema, pengolahan pembelajaran, evaluasi,
reaksi
b. Prinsip penggalian topik, pengolahan pembelajaran, evaluasi,
reaksi
c. Prinsip penggalian topik, pengolahan pembelajaran, evaluasi,
aksi
d. Prinsip penggalian tema, pengolahan pembelajaran, evaluasi,
aksi
24. Tema yang sesuai harus disesuaikan dengan karakteristik siswa,
minat dan lingkungan serta daerah setempat, hal itu merupakan
salah satu contoh dari...
a. Prinsip-prinsip pembelajaran tematik
b. Karakter pembelajaran tematik

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 85


c. Rambu-rambu pembelajaran tematik
d. Manfaat pembelajaran tematik
25. Pembelajaran tidak terpecah-pecah, karena siswa dilengkapi
dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu, sehingga akan
mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih
terpadu, hal itu merupakan salah satu contoh dari...
a. Prinsip-prinsip pembelajaran tematik
b. Karakter pembelajaran tematik
c. Rambu-rambu pembelajaran tematik
d. Manfaat pembelajaran tematik

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 86


Balikan dan Tindak lanjut

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif pada


bagian BAB ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar kemudian untuk
mengetahui tingkat penguasaan tentang BAB III:
Rumus :
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan :-------------------------------------------------------- x 100
%
25
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai;
90 % - 100% = Baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila Anda telah mencapai tingkat kemampuan 80% atau lebih, maka
Anda bisa dengan mempelajari kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi jika
Anda masih tingkat penguasaan di bawah 80%, maka harus
mengulangi kegiatan belajar terutama yang Anda belum pahami.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 87


Kunci Jawaban Test Formatif

1.B 14.B
2.C 15.C
3.B 16.B
4.B 17.D
5.C 18.A
6.D 19.C
7.B 20.B
8.C 21.B
9.B 22.A
10.B 23.A
11.B 24.C
12.C 25.D
13.B

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 88


BAB IV Landasan Pembelajaran Tematik

Pada BAB ini, mahasiswa maupun dosen pengampu mata


kuliah Pembelajaran Terpadu. Dalam BAB ini dapat diuraian dari
capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK) sebagai berikut;
A. Landasan pembelajaran tematik
B. Landasan filosofi, landasan psikologis, dan landasan yuridis

Petunjuk penggunaan buku pada BAB IV ini, sebagai berikut:


1. Cermati bagian pendahuluan buku ini untuk lebih lanjut
memahami isi buku pada bab selanjutnya.
2. Setelah anda mencermati isi BAB IV ini, selanjutnya buatlah
catatan dan mind mapping atau peta konsep untuk memudahkan
pemahaman anda terhadap intisari pembahasan pada BAB ini.
3. Catatan pada masing pointers dapat anda diskusikan dengan
teman sejawat atau dosen pengampu mata kuliah.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber
lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai
sumber, termasuk dari internet.
5. Tingkatkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan
diskusi dalam kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau
teman sejawat.
6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang
dituliskan pada setiap BAB. Hal ini berguna untuk mengetahui
apakah Anda sudah memahami dengan benar kandungan BAB IV
ini.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 89


P
embelajaran Terpadu (PT) merupakan pendekatan belajar-
mengajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam
rangka untuk memberikan pengalaman yang bermakna
kepada peserta didik melalui pemahaman konsep-konsep yang mereka
pelajari secara langsung sehingga mereka (para peserta didik) dapat
menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang telah dipahami
sebelumnya (Depdikbud, 1996).
Dalam pembelajaran tematik, tema digunakan sebagai
pemersatu materi yang saling berkaitan baik dalam satu mata pelajaran
atau antar mata pelajaran dalam satu pembelajaran untuk memberikan
pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik
dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari akan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya. Dalam
pembelajaran tematik mencangkup beberapa landasan yaitu landasan
filosofis, psikologi dan yuridis sebelum membahasnya perlu diketahui
tentang konsep landasan tersebut

A. Landasan Pembelajaran Tematik


Pada buku pembelajaran tematik Trianto (2009:101)
mengemukakan bahwa ada 3 landasan dalam pembelajaran tematik
yaitu; (1) landasan filosofis yaitu pembelajaran tematik berlandasan
pada filsafat pendidikan progresivisme, sedangkan progresivisme
berdasar pada filsafat naturalism, realism dan pragmatism. (2) landasan
pisikologis yang artinya secara teoritik maupun praktik pembelajaran
tematik berlandaskan pada pisikologi perkembangan dan pisikologi
belajar, dan (3) landasan Yuridis yaitu dalam implementasi
pembelajaran tematik diperlukan payung hukum sebagai landasan
yuridisnya. Payung hukum yuridis adalah sebagai legalitas
penyelenggaraan pembelajaran tematik, dalam arti bahwa

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 90


pembelajaran tematik dianggap sah bilamana telah mendapatkan
legalitas formal.
Landasan pembelajaran tematik tersebut di atas menunjukkan
bahwa pembelajaran tematik telah teruji baik secara filosofi, psikologis
maupun yuridis. Pelaksanaan pembelajaran tematik berdasarkan
kepada kepentingan dan pengalaman belajar anak. Proses
pembelajaran pada hakekatnya adalah memposisikan peserta didik
sebagai subjek pembelajaran yang aktif dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan sehingga mereka mengalami proses perubahan dari yang
tidak tau menjadi tau, dari yang terampil menjadi terampil dan mereka
memiliki karakteristik sebagai tunas-tunas bangsa yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha
Esa.
Secara realistik pembelajaran terpadu dilaksanakan apa
adanya sesuai dengan kenyataan apa yang dapat dilihat, didengar,
dirasakan/dipegang oleh siswa. Ketika anak belajar tentang bentuk dan
warna daun mereka diminta untuk melihat dan menyentuh secara
langsung dan mendiskripsikan bagaimana bentuk dan warna daun
secara nyata dan konkrit. Saat inilah proses pembelajaran siswa
terhimdar dari verbalism.
Pembelajaran tematik berjalan secara alami, anak pada proses
pembelajaran ini melihat secara langsung fenomena alam dan
mengaitkannya dengan ilmu pengetahuan untuk dideskripsikan lebih
lanjut oleh mereka, seperti ketika anak membahas tema “lingkungan
sekitar”, guru meminta mereka menceritakan bagaimana lingkungan
sekitar rumah, sekolah dan sebagainya untuk memberikan pengalaman
langsung tentang interaksi lingkungan anak dengan manusia, hewan
dan tumbuh-tumbuhan sekaligus guru memiliki kesempatan dalam
penanaman nilai-nilai karakter seperti gotong royong, kebersihan, dan
saling tolong menolong.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 91


Pembelajaran tematik bersifat fragmatis, proses pembelajaran
ini dipraktikkan secara langsung dan difungsikan dalam kehidupan
sehari-hari karena tema yang dikembangkan bersentuhan langsung
pada dunia peserta didik. Pada tataran tumbuh kembang anak usia
sekolah dasar adalah masa pertumbuhan yang cukup signifikan dalam
memahami pengetahuan dan fenomena yang terjadi di lingkungan
mereka, apabila proses pembelajaran dilakukan berdasarkan kepada
sesuatu yang dapat disentuh langsung oleh mereka akan mudah
diserap, dipahami secara langsung tanpa menimbulkan kejenuhan dan
verbalism pada suatu pokok bahasan. Dengan demikian kebijakan
pemerintah dalam menetapkan kurikulum 2013 yang dilaksanakan
melalui proses pembelajaran tematik adalah suatu kebijakan yang
mendukung kepentingan peserta didik dalam memahami materi-materi
pelajaran dan mengimplementasikannya melalui kegiatan literasi
sekolah sehingga pembentukan pendidikan karakter baik di rumah
maupun di sekolah dapat terwujud dengan baik.

B. Landasan Filosofi
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2)
konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang
proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas,
pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan
memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat
pengalaman langsung siswa-siswi sebagai kunci dalam pembelajaran.
Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan
manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi
dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. 
Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang
guru kepada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-
masing siswa, pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi,

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 92


melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Terakhir
adalah Aliran humanisme kemampuan dalam melihat siswa dari segi:
(a) keunikan/kekhasannya, (b) potensinya, dan (c) motivasi yang
dimilikinya. Siswa selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan.
Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (a)
layanan pembelajaran selain bersifat klasikal, juga bersifat individual,
(b) pengakuan adanya siswa yang lambat (slow learner) dan siswa
yang cepat, (c) penyikapan yang unik terhadap siswa baik yang
menyangkut faktor personal/individual maupun yang menyangkut faktor
lingkungan sosial/kemasyarakatan.
Landasan Filosofis pembelajaran tematik berlandaskan pada
filsafat pendidikan pogresivisme, sedangkan progresivisme bersandar
pada filsafat naturalisme, realisme dan pragmatisme. Disamping itu,
pembelajaran tematik bersandar juga filsafat pendidikan kontruksivisme
dan humanisme. Pengetahuan anak didik adalah kumpulan kesan-
kesan dan informasi yang terhimpun dalam pengalaman empiris yang
pertikular seharusnya siap untuk digunakan.
Pengembangan kurikulum memiliki dasar yang memungkinkan
pengambilan keputusan yang sehat dan kosisten. Akan tetapi dalam
pengembangan kurikulum tidak hanya menonjolkan falsafah pribadinya,
akan tetapi harus mempertimbangkan falsafah negara, pendidikan dan
staf pengajarannya. Selain itu seseorang tak perlu mendalalmi semua
bidang filsafat agar dapat mengembangkan kurikulum. Pendidikan pada
dasarnya bersifat normatif, jadi ditentukan oleh sistem nilai-nilai yang
dianut. Tujuan pendidikan adalah membina warga negara yang baik.
Norma-norma yang baik terkandung dalam falsafah negara, bagi kita
dalam pancasila (Nasution, 2006)
Pandangan dan wawasan yang ada dalam masyarakat
merupakan pandangan dan wawasan dalam pendidikan, atau dapat
dikatakan bahwa filsafat yang hidup dalam masyarakat merupakan
landasan filosofis penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 93


landasan filosofis pengembangan kurikulum adalah hakikat realitas,
ilmu pengetahuan, sistem nilai, nilai kebaikan, keindahan, dan hakikat
ikira yang ada dalam masyarakat (Dimyati, 2006)
Perumusan tujuan pendidikan, penyusunan program
pendidikan, pemilihan dan penggunaan pendekatan atau strategi
pendidikan, peranan yang harus dilakukan pendidik atau peserta didik
senantiasa harus sesuai dengan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu
pancasila. Tim MKDP (2012) menyatakan bahwa keberadaan aliran
filsafat dalam pengembangan kurikulum di Indonesia dapat digunakan
sebagai acuan, akan tetapi perlu dipertimbangkan dan dikaji karena
tidsk semua konsep aliran fisafat dapat diterapkan dalam sistem
pendidikan kita
 Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi
manusia termasuk masalah-masalah pendidikan ini disebut filsafat
pendidikan. Walaupun dilihat sepintas filsafat pendidikan ini hanya
merupakan aplikasi dari pemikiran filosofis untuk pemecahan masalah
pendidikan, tetapi antara filsafat dengan filsafat pendidikan terdapat
hubungan yang sangat penting. Menurut Donald Butler, filsafat
memberikan arah dan metodologi terhadap praktek pendidikan,
sedangkan praktek pendidikan memberikan bahan bagi pertimbangan
filosofis (Sukmadinata, 1988:44)
Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang
peranan penting dalam proses pengembangan kurikulum. Kurikulum
pada hakikatnya berfungsi untuk mempersiapkan anggota masyarakat
yang dapat mempertahankan, mengembangkan, dan hidup dalam
sistem nilai masyarakatnya. Oleh sebab itu, dalam proses
pengembangan kurikulum harus mencerminkan sistem nilai
masyarakat. Dengan demikian, isi kurikulum yang disusun harus
memuat dan mencerminkan nilai-nilai pancasila. Pengetahuan yang
harus dikembangkan, keterampilan yang harus dikuasai, sikap yang

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 94


harus ditanamkan oleh peserta didik tidak terlepas dari nilai-nilai
pancasila (Widyastono, 2014:25)
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu progresivisme, konstruktivisme,
dan humanisme.
1. Aliran progresivisme yang memandang proses pembelajaran
perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian
sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah, dan memperhatikan
pengalaman siswa. Menurut John dewey proses pembelajaran
perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian
sejumlah kegiatan, suasana alamiah, dan memperhatikan
pengalaman siswa. Ada beberapa prinsip dalam aliran ini
diantaranya yaitu;
1) Pendidikan menemukan asal muasal dan tujuannya pada
siswa.
2) Siswa adalah aktif, makhluk dinamis secara ilmiah ingin
belajar jika tidak ditekan.
3) Peran guru sebagai penasihat, pembimbing, dan pemandu.
4) Sekolah adalah miniatur masyarakat besar.
5) Aktivitas kelas fokus pada pemecahan masalah
6) Atmosfer sosial sekolah harus kooperatif dan demokratis.

2. Aliran konstruktivisme yang melihat pengalaman langsung


siswa sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini,
pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia.
Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi
dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.
Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang
guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh
masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah
jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 95


Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat
berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Berdasarkan
paparan di atas dapat ditarik kesimpulan aliran kontruktivisme
yaitu kunci dalam pembelajaran adalah melihat pengalaman
langsung siswa dan materi pembelajaran perlu dihubungkan
dengan pengalaman siswa secara langsung. Pengetahuan
dibangun oleh siswa secara aktif. Prinsip-prinsip dalam aliran ini
sebagai berikut;
1) Kurikulum ditekankan pada partisipasi siswa
2) Pusat dalam proses belajar adalah siswa
3) Guru adalah fasilitator artinya guru seyogyanya
menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan
siswa bertanggungjawab dalam membuat rancangan,
proses, dan penelitian. Guru dapat memberikan kegiatan
yang merangsang keingitahuan siswa dan membantu siswa
untuk mengkomunikasikan ide dan guru juga harus mampu
memonitor dan mengevaluasi
4) Belajar ditekankan pada proses, bukan hasil akhir
5) Mengajar adalah membantu siswa belajar

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa aliran kontruktivisme ini


merupakan aliran yang memungkinkan guru mengajar bukanlah
kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa,
melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa
membangun sendiri pengetahuannya sendiri.
3. Aliran humanisme yang melihat siswa dari segi
keunikan /kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang
dimilikinya. Pendapat lain menyatakan layanan pembelajaran
bersifat klasikal dan individual, pengakuan adanya siswa yang
lambat dan cepat dan penyikapan terhadap hal-hal yang unik dari
siswa. Pada aliran ini pendidikan adalah keinginan untuk

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 96


mewujudkan lingkungan belajar dimana siswa akan terbebas dari
takut gagal.

Ketiga aliran yang dikemukakan di atas menggambarkan


dengan jelas bahwa landasan pembelajaran tematik dikembangkan
atas dasar pembentukan kreatifitas peserta didik melalui serangkaian
kegiatan yang bermakna, sehingga dapat membentuk pengetahuan
dalam diri peserta didik berdasarkan pengalaman dan seluruh potensi
yang dimilkinya. Selain, pembelajaran tematik juga didsarkan pada
landasan psikologi yang melihat pada aspek perkembangan psikologis
peserta didik dan psikologi belajar. Sedangkan psikologi belajar
memberikan konstribusi tentang bagaimana isi pembelajaran
disampaikan kepada peserta didik.
Menurut Piaget dalam Yanti Herlanti (2009: 8) menyatakan
tentang perilaku belajar anak usia 6 - 12 tahun adalah sebagai berikut:
(1) mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek
ke aspek lain secara refkletif dan memandang unsur-unsur secara
serentak, (2) mulai berpikir secara operasional, (3) mempergunakan
cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda. (4)
menggunakanaturan-aturan, prinsip-prinsip ilmiah dan sebab akibat, (5)
memahami konsep substansi sesuatu benda dengan sederhana. Lebih
jelasnya simak penjelasan bagian B tentang landasan psikolgi
pemebalajaran tematik.
Berdasarkan landasan filosofis yang telah dijelaskan di atas
kita dapat pahami bahwa secara fitrah siswa memiliki bekal atau potensi
yang sama dalam upaya memahami sesuatu. Sehingga Implikasi
wawasan tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
1. Guru bukan merupakan satu-satunya sumber informasi
2. Siswa disikapi sebagai subjek belajar yang secara kreatif mampu
menemukan pemahamannya sendiri

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 97


3. Dalam proses pembelajaran, guru lebih banyak bertindak sebagai
model, teman pendamping, pemberi motivasi, penyedia bahan
pembelajaran, dan aktor yang juga bertindak sebagai siswa
(pembelajar).

Sedangkan dilihat dari motivasi dan minat, siswa memiliki ciri


tersendiri. Implikasi dari pandangan tersebut dalam kegiatan
pembelajaran yaitu:
1. Isi pembelajaran harus memiliki manfaat bagi siswa secara actual
2. Dalam kegiatan belajarnya siswa harus menyadari penguasaan isi
pembelajaran itu bagi kehidupannya
3. Isi pembelajaran perlu disesuaikan dengan tingkat
perkembangan, pengalaman, dan pengetahuan siswa.

C. Landasan Psikologis
Pada hakikatnya, setiap anak merupakan pribadi yang unik,
khas, yang memiliki bakat, minat, kemampuan, dan kecepatan belajar
berbeda satu sama lain. Akan tetapi, setiapa anak juga memiliki
kesamaan secara universal. Oleh karena itu, kurikulum harus
memperhatikan kondisi psikologis perkembangan dan psikologis belajar
anak.
Kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik
manusia sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk
prilaku dalam interaksinya dengan lingkungan. Perilaku tersebut
merupakan man investasi dari ciri-ciri kehidupannya baik yang nampak
maupun tak nampak, prilaku kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Kondisi psikologis tiap individu berbeda, karena perbedaan tingkat
perkembangannya, latar belakang sosial budayanya, juga karena
perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi ini pun
berbeda-beda tergantung pada konteks, peran, atau status individu
diantara individu lainnya. Interaksi yang tercipta didalam situasi

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 98


pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis dari anak didik dan
pendidik (Sukmadinata, 1988:44)
Pendidikan dan pembelajaran adalah upaya untuk mengubah
perilaku manusia atau peserta didik, akan tetapi tidak semua perubahan
perilaku manusia mutlak sebagai akibat dari intervensi program
pendidikan. Kurikulum diharapkan dapat menjadi alat untuk
mengembangkan kemampuan potensial menjadi kemampuan aktual
peserta didik serta kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam
waktu yang relatif lama. Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh
asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan
bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaiman peserta didik
belajar (Sukmadinata, 1988:26)
Dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan
psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi
pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat
keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan
peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal
bagaimana isi / materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan
kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
Berdasarkan fenomena perkembangan anak usia SD sesuai
dengan landasan psikologis maka konsep belajar yang bersifat konkrit
yaitu hal-hal yang dapat dilihat, didengar, diraba secara langsung
dengan memanfaatkan lingkungan sekitamya lebih menarik
dibandingkan dengan pengembangan pembelajaran yang bersifat
mengingat atau menghafal. Selain itu, pada tahapan ini anak belajar
dengan memahami sesuatu secara menyeluruh dan sebagai satu
kesatuan yag utuh. Mereka belum mampu memisahkan konsep-konsep
dari disiplin ilmu yang berbeda. Pada tahapan ini, perkembangan
kognitif anak berkembang secara bertahap, dari yang sederhana
kepada yang kompleks. Atas dasar perkembangan itu maka dalam

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 99


Dokumen Kompetensi Dasar SD Kurikulum 2013 halaman 3
menekankan aspek pembelajaran yang mengikuti tahapan
perkembangan peserta didik dari tahu, menjadi mampu dan mau belajar
yang pada akhimya bersedia menerapkan apa yang sudah mereka
pelajari di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya.
Selain landasan filosofis di atas, pembelajaran tematik juga
dilandasi oleh beberapa pandangan psikologis. Hal ini disebabkan
bahwa poses pembelajaran itu sendiri berkaitan dengan perilaku
manusia, dalam hal ini yaitu siswa. Pandangan-pandangan psikologis
yang melandasai pembelajaran tematik dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pada dasarnya masing-masing siswa membangun realitasnya
sendiri. Dengan kata lain, pengalaman langsung siswa adalah
kunci dari pembelajaran yang berarti bukan pengalaman orang
lain (guru) yang ditransfer melalui berbagai bentuk media.
2. Pikiran seseorang pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk
mencari pola dan hubungan antara gagasan-gagasan yang ada.
Pembelajaran tematik memungkinkan siswa untuk menemukan
pola dan hubungan tersebut dari berbagai disiplin ilmu.
3. Pada dasarnya siswa adalah seorang individu dengan berbagai
kemampuan yang dimilikinya dan mempunyai kesempatan untuk
berkembang. Dengan demikian, peran guru bukanlah satu-
satunya pihak yang paling menentukan, tetapi lebih banyak
bertindak sebagai “tut wuri handayani”.
4. Keseluruhan perkembangan anak adalah terpadu dan anak
melihat dirinya dan sekitarnya secara utuh
5. Landasan praktis juga diperlukan dalam pengembangan
pembelajaran tematik, karena pada dasarnya guru harus
melaksanakan pembelajaran tematik secara aplikatif di dalam
kelas.
Berdasarkan beberapa literatur landasan psikologi terdapat 2
dasar psikologi yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 100


Psikologi perkembangan berfungsi sebagai penentu materi yang akan
diberikan kepada siswa, sedangkan psikologi belajar berfungsi sebagai
penentuan cara menyampaikan materi pada siswa, dan sebagai
penentuan cara siswa mempelajari materi tersebut
Landasan psokologis bagi pembelajaran tematik terutama
berkaitan dengan psikologi perkembangan siswa-siswi dan psikologi
belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam
menentukan isi materi pembelajaran tematik yang diberikan agar tingkat
keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap pekembangan
siswa-siswi. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal
bagaimana isi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada
siswa-siswi dan bagaimanaa pula mereka harus mempelajarinya.
Melalui pembelajaran tematik diharapkan adanya perubahan perilaku
siswa menuju kedewasaan, baik fisik, mental/intelektual, moral maupun
sosial.

D. Landasan Yuridis
Kurikulum dikembangkan mengacu pada tujuan pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam UUD 1945.
Selanjutnya dijabarkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional dan UU
terkait dengan pendidikan. Lalu dijabarkan lagi kedalam berbagai
peraturan Pemerintah seperti peraturan Pemerintah tentang Standar
Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah lebih lanjut dijabarkan
kedalam berbagai peraturan menteri seperti peraturan menteri tentang
SKL, SI, Standar Proses dan Standar Penilaian. Akhirnya Peraturan
pemerintah juga dijabarkan kedalam Rencana Strategis Kementrian,
yang kemudian dirumuskan kedalam program-program kementrian.
Tidak bisa dipungkiri bahwa penyempurnaan kurikulum di
Indonesia yang menjadi landasan utamanya justru landasan Yuridis.
Misalnya, kurikulum 2004, landasan utamanya adalah diberlakukannya
UU Nomor 22tahun 1999 tentang Otonomi Daerah  dan peraturan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 101


Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, serta UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sementara itu
kurikulum 2013 landasan utamanya adalah diberlakukannya Peraturan
Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2010-2014, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasioanl Pendidikan.
Sehubungan dengan landasan-landasan pengembangan
kurikulum diatas, pengembangan kurikulum harus memperhatikan dan
mengantisipasi hal-hal berikut:
1. Perubahan/ Pengembangan Kurikulum adalah sesuatu yang tidak
dapat dihindarkan, bahkan diperlukan.
2. Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan.
Kurikulum baik bagi zamannya. Kurikulum masa lalu sering
bagian-bagian tertentunya masih terdapat kesamaan dengan
perubahan kurikulum masa berikutnya.
3. Perubahan/pengembangan kurikulum akan berhasil jika ada
perubahan pandangan pada masyarakat.
4. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerja sama kelompok
5. Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses
menentukan pilihan dari sekian alternatif yang ada.
6. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan
pernah berakhir.
7. Pengembangan kurikulum akan berhasil bila dilakukan secara
komprehensif-holistik, bukan aktifitas yang parsial, bagian demi
bagian yang terpisah.
8. Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan
proses yang sistematis.
9. Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum
yang ada.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 102


Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa agar
kurikulum selalu relevan dengan tuntutan zaman, harus selalu
disempurnakan dengan mengacu pada landasan Yuridis, disamping
landasan filosofis, psikologis, sosial budaya, perkemangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta empiris (Sukmadinata, 1988:36-37)
Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai
kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran
tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa
setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik
pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V
Pasal 1-b).
Berdasarkan pemaparan di atas Landasan ini berkaitan
dengan berbagai kebijakan dan peraturan yang mendukung penerapan
pembelajaran tematik - integratif di SD dalam kurikulum 2013.
Landasan yuridis tersebut adalah Undang-undang No. 23 tahun 2002
tentang perlindungan anak yang menyatakan bahwa "setiap anak
berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya". Pernyataan ini menjelaskan bahwa setiap peserta didik
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuannya.
Undang-undang No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum,
menyatakan bahwa "kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik". Pemyataan ini
memberikan peluang tentang konsep pengembangan kurikulum

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 103


pembelajaran yang sesuai dengan potensi dan tahapan perkembangan
peserta didik. Bahkan pemerintah melalui Badan Standar Nasional
pendidikan (BSNP) menetapkan bahwa "pernbelajaran di tingkat SD
harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik". Untuk itulah. dalam kurikulum 2013,
pembelajaran tematikintegratif dipilih sebagai alternatif untuk
menampung semua potensi, kreatifitas, serta tahapan perkembangan
peserta didik usia SD yang masih berpikir holistik dan hanya mampu
memahami keterkaitan antara konsep secara sederhana.

E. Latihan Soal BAB IV


Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip yang terdapat dalam setiap
aliran pada landasan filosofis!
2. Berdasarkan materi BAB IV tentang landasan pembelajaran
tematik terdiri dari 3 macam. Buatlah peta konsep landasan
pembelajarn tematik sesuai pemahaman Anda!

F. Petunjuk Jawaban Soal BAB IV


Petunjuk jawaban soal di bawah ini dapat mempermudah Anda
menjawab soal-soal latihan di atas.
1. Jawaban soal 1 dapat Anda temukan pada sub BAB bagian
landasan filosofis yang menjabajabarkan tentang aliran-aliran di
dalamnya.
2. Jawaban nomor 2 dapat anda jawab dengan memahami
serangkaian bahasan kegiatan 2.1 sehingga Anda dapat
membuat peta konsep sesuai dengan pemahaman Anda.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 104


G. Rangkuman
Pada pembelajaran tematik dijelaskan bahwa landasan yang
mendasarinya mencangkup beberapa landasan yaitu landasan
filosofis, psikologi dan yuridis. Landasan filosofis dalam
pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat
yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme.
Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah
kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan
pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman
langsung siswa-siswi sebagai kunci dalam pembelajaran. Aliran
humanisme kemampuan dalam melihat siswa dari segi: (a)
keunikan/kekhasannya, (b) potensinya, dan (c) motivasi yang
dimilikinya. Siswa selain memiliki kesamaan juga memiliki
kekhasan
Selain landasan filosofis di atas, pembelajaran tematik juga
dilandasi oleh beberapa pandangan psikologis. Hal ini disebabkan
bahwa poses pembelajaran itu sendiri berkaitan dengan perilaku
manusia, dalam hal ini yaitu siswa. Pada hakikatnya, setiap anak
merupakan pribadi yang unik, khas, yang memiliki bakat, minat,
kemampuan, dan kecepatan belajar berbeda satu sama lain.
Landasan yuridis tersebut adalah Undang-undang No. 23 tahun
2002 tentang perlindungan anak yang menyatakan bahwa "setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya".
A.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 105


Tes Formatif 3
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar!
1. Pembelajaran tematik sebagai suatu proses untuk memadukan
dan mengaitkan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau
antar mata pelajaran dengan mempertimbangkan ….
a. Perkembangan anak
b. Kebutuhan jasmani anak
c. Kebutuhan dan minat anak
d. Kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga.
2. Pembelajaran tematik dipengaruhi oleh tiga landasan yaitu….
a. Landasan filosofis, psikologis dan historis
b. Landasan filosofis, psikologis dan yuridis
c. Landasan filosofis, sosiologis dan historis
d. Landasan filosofis, sosiologis dan yuridis
3. Landasan yang menjadi penentu utama pada penyempurnaan
kurikulum di Indonesia yaitu….
a. Landasan filosofis
b. Landasan psikologis
c. Landasan yuridis
d. Landasan sosiologis
4. Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu…..
a. (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme.
b. (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) pragmatisme.
c. (1) idealisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme.
d. (1) idealisme, (2) konstruktivisme, dan (3) pragmatisme.
5. Aliran memandang proses pembelajaran perlu ditekankan
pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan,

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 106


suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman
siswa adalah…..
a. Konstruktivisme
b. Humanisme
c. Progresivisme
d. Idealisme
6. Guru tidak beranggapan bahwa semua siswa itu mempunyai
karakter, potensi, keinginan, serta bakat yang sama. Hal tersebut
guru mengacu pada landasan filosofi pada aliran….
a. Konstruktivisme
b. Humanisme
c. Progresivisme
d. Idealisme
7. Pembelajaran tematik pendidikan pogresivisme, bersandar pada
filsafat ….
a. Naturalisme, realisme dan pragmatisme
b. Naturalisme, idealisme dan humanisme
c. Naturalisme, realisme dan humanisme
d. Naturalisme, idealisme dan pragmatisme
8. Peran guru sebagai penasihat, pembimbing, dan pemandu.
Merupakan prinsip dari aliran…
a. Konstruktivisme
b. Humanisme
c. Progresivisme
d. Idealisme
9. Peran guru sebagai fasilitator. Merupakan prinsip dari aliran…
a. Konstruktivisme
b. Humanisme
c. Progresivisme
d. Idealisme

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 107


10. Merupakan salah satu pandangan psikologis yang melandasai
pembelajaran tematik adalah……
a. Siswa adalah seorang individu dengan berbagai kemampuan
yang beraneka ragam
b. Siswa adalah seorang individu dengan berbagai kemampuan
yang dimilikinya dan mempunyai kesempatan untuk
berkembang
c. Seseorang pada dasarnya tidak mempunyai kemampuan
untuk mencari pola dan hubungan antara gagasan-gagasan
yang ada.
d. Siswa tidak mampu membangun realitasnya sendiri melalui
pengalamannya.
11. Perbedaan dari psikologi perkembangan dan psikologi belajar
adalah…..
a. Psikologi perkembangan berfungsi sebagai penentuan cara
menyampaikan materi pada siswa, dan sebagai penentuan
cara siswa mempelajari materi tersebut sedangkan psikologi
belajar berfungsi sebagai penentu materi yang akan diberikan
kepada siswa,
b. Psikologi perkembangan memberikan kontribusi dalam hal
bagaimana isi pembelajaran tematik tersebut disampaikan
kepada siswa-siswi dan bagaimanaa pula mereka harus
mempelajarinya sedangkan Psikologi belajar diperlukan
terutama dalam menentukan isi materi pembelajaran tematik
yang diberikan agar tingkat keluasan dan kedalamannya
sesuai dengan tahap pekembangan siswa-siswi.
c. Psikologi perkembangan berfungsi sebagai penentu materi
yang akan diberikan kepada siswa, sedangan psikologi
belajar berfungsi sebagai penentuan cara menyampaikan
materi pada siswa, dan sebagai penentuan cara siswa
mempelajari materi tersebut

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 108


d. Psikologi perkembangan memberikan kontribusi pada
pembelajaran tematik tersebut sedangkan psikologi belajar
tidak memberikan kontribusi pada pembelajaran tematik
tersebut
12. Hal-hal yang harus diperhatikan dan diantisipasi dalam
pengembangan kurikulum di Indonesia antara lain….
a. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan
pernah berakhir.
b. Pengembangan kurikulum akan berhasil bila dilakukan secara
fleksibel
c. Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan
dengan proses yang yang rumit
d. Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum
yang baru
13. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal itu tertuang pada
peraturan undang-undang No…tahun…
a. 23 Tahun 2002
b. 23 Tahun 2003
c. 20 Tahun 2002
d. 20 Tahun 2003
14. Proses pembelajaran ini dipraktikkan secara langsung dan
difungsikan dalam kehidupan sehari-hari karena tema yang
dikembangkan bersentuhan langsung pada dunia peserta didik,
hal itu pembelajaran tematik bersifat…
a. Fragmatis
b. Realistic
c. Verbalism.
d. Alami

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 109


15. Pada proses pembelajaran ini melihat secara langsung fenomena
alam dan mengaitkannya dengan ilmu pengetahuan untuk
dideskripsikan lebih lanjut oleh mereka, pembelajaran tematik
bersifat…
a. Fragmatis
b. Realistic
c.Verbalism.
d. Alami
16. Pembelajaran tematik dilaksanakan apa adanya sesuai dengan
kenyataan apa yang dapat dilihat, didengar, dirasakan/dipegang
oleh siswa, hal itu pembelajaran tematik bersifat…
a. Fragmatis
b. Realistic
c. Verbalism.
d. Alami
17. Mengajar adalah membantu siswa belajar, merupakan salah
satu prinsip dari aliran…
a. Progresivisme,
b. Konstruktivisme
c. Pragmatisme
d. Humanisme
18. Peran guru sebagai penasihat, pembimbing, dan pemandu,
merupakan salah satu prinsip dari aliran…
a. Progresivisme,
b. Konstruktivisme
c. Pragmatisme
d. Humanisme.
19. Pandangan-pandangan psikologis yang melandasi
pembelajaran tematik dapat diuraikan sebagai berikut, kecuali…
a. Pada dasarnya masing-masing siswa membangun realitasnya
sendiri

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 110


b. Pikiran seseorang pada dasarnya mempunyai kemampuan
untuk mencari pola dan hubungan antara gagasan-gagasan
yang ada
c. Pada dasarnya siswa tidak dapat bekerja secara mandiri tanpa
adanya guru.
d. Pada dasarnya siswa adalah seorang individu dengan
berbagai kemampuan yang dimilikinya dan mempunyai
kesempatan untuk berkembang.
20. Sebagai penentu materi yang akan diberikan kepada siswa,
sedangkan psikologi belajar berfungsi sebagai penentuan cara
menyampaikan materi pada siswa, dan sebagai penentuan cara
siswa mempelajari materi tersebut. Di atas merupakan fungsi
dari landasan psikologi…
a. Psikologi belajar
b. Psikologi ilmu
c. Psikologi materi
d. Psikologi perkembangan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 111


Balikan dan Tindak lanjut

Cocokanlah jawaban Anda dengannkunci jawaban tes formatif pada


bagian Bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar kemudian untuk
mengetahui tingkat penguasaan tentang BAB IV:
Rumus :
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan :-------------------------------------------------------- x 100
%
20
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai;
90 % - 100% = Baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila Anda telah mencapai tingkat kemampuan 80% atau lebih, maka
Anda bisa dengan mempelajari kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi jika
Anda masih tingkat penguasaan di bawah 80%, maka harus
mengulangi kegiatan belajar terutama yang Anda belum pahami.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 112


Kunci Jawaban Test Formatif

1. B 11. C
2. D 12. A
3. C 13. D
4. A 14. A
5. C 15. D
6. B 16. B
7. A 17. B
8. C 18. A
9. A 19. C
10. B 20. D

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 113


BAB V Teori Pembelajaran Tematik

Pada BAB ini, mahasiswa maupun dosen pengampu mata


kuliah Pembelajaran Terpadu. Dalam BAB ini dapat diuraian dari
capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK) sebagai berikut;
A. Teori pembelajaran tematik
B. Teori pembelajaran kontruktivisme
C. Teori pembelajaran jean piaget
D. Teori pembelajaran sosio-multikultural

Petunjuk penggunaan buku pada BAB V ini, sebagai berikut:


1. Cermati bagian pendahuluan buku ini untuk lebih lanjut
memahami isi buku pada bab selanjutnya.
2. Setelah anda mencermati isi BAB V ini, selanjutnya buatlah
catatan dan mind mapping atau peta konsep untuk memudahkan
pemahaman anda terhadap intisari pembahasan pada BAB ini.
3. Catatan pada masing pointers dapat anda diskusikan dengan
teman sejawat atau dosen pengampu matakuliah.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber
lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai
sumber, termasuk dari internet.
5. Tingkatkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan
diskusi dalam kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau
teman sejawat.
6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang
dituliskan pada setiap BAB. Hal ini berguna untuk mengetahui
apakah Anda sudah memahami dengan benar kandungan BAB V
ini.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 114


B
elajar sebagai suatu proses psikologis sering merupakan
sesuatu yang tidak mudah dipahami dengan baik.  Proses
psikologis dalam diri peserta didik yang belajar banyak
mengandung misteri, artinya proses psikologis yang disebut belajar itu
selalu mengandung persoalan yang sulit dipecahkan secara tuntas oleh
satu pendekatan tunggal, pembahasan belajar oleh satu pendekatan
tertentu selalu berujung dengan persoalan baru yang rumit. Tidak ada
suatu pendekatan belajar yang mengklaim dapat menjawab semua
persoalan yang terkait dengan proses psikologis belajar secara lengkap
dan tuntas. Suatu pendekatan belajar selalu bertitik tolak dari suatu
sudut pandang tertentu yang sudah pasti berbeda dengan pendekatan
belajar yang lain yang bertitik tolak dari sudut pandang yang berlainan.
Jadi kemampuan suatu pendekatan untuk menjelaskan proses
psikologis belajar itu sangat terbatas, dan berbeda-beda. Kalau begitu,
lalu anda mungkin bertanya apa gunanya pendekatan belajar bagi
guru?. Mari kita simak uaraian berikut ini;

A. Teori Pembelajaran Tematik


Menurut Agus (2011:6.2) mengatakan bahwa teori dapat
diartikan sebagai seperangkat hipotesis (anggapan atau pernyataan
sementara perlu diuji kebenarannya) yang diorganisasikan secara
koheren mengenai sesuatu atau serangkaian fenomena yang terjadi di
dalam lingkungan nyata. Dalam pengertian ini, teori tidak
membicarakan bahwa sesuatu itu sudah baik atau buruk, benar atau
salah melainkan mengungkapkan anggapan-anggapan atau pernyatan-
pernyataan sementara fenomena atau gejala-gejala sesuatu yang
terjadi dalam lingkungan serta selain hal tersebut berdasarkan
beberapa pandangan para ahli seperti Pestalozzi, Froebel, Montessori
(Soegeng, 2002), Piaget (Hoorn, 1993), Vigotsky (Mustafa, 2000)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 115


mengemukakan bahwa belajar yang sesuai dengan taraf
perkembangan anak akan membantu dalam mengembangkan dirinya
dalam aspek kognitif, linguistik, dan sosial emosionalnya.
Pada kesempatan ini kami akan membahas tentang teori-teori
pembelajaran yang terdapat pada pembelajaran tematik seperti teori
pembelajaran kontruktivisme, teori perkembangan Jean piaget dan teori
sosiomulti kultural.

B. Teori Pembelajaran Kontruktivisme


Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama
kali dikemukakan olehGiambatista Vico tahun 1710, ia adalah seorang
sejarawan Italia yang mengungkapkanfilsafatnya dengan berkata
”Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan
dariciptaan”. Dia menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti “mengetahui
bagaimana membuatsesuatu”. Ini berarti bahwa seseorang baru
mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsurapa yang
membangun sesuatu itu (Suparno, 1997:24). Filsafat konstruktivisme
beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia
melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman dan lingkungan
mereka.
Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan
konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata).
Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena
setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya.
Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi
proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan
sehingga terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru.
Karli (2003:2) menyatakan konstruktivisme adalah salah satu
pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan
terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 116


diri dan pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun oleh
anak melalui pengalamannya dari hasil interkasi dengan lingkungannya.
Conny R.Seniawan. (1998) merumuskan sejumlah pemikiran
yang memungkinkan aktivitas belajar anak SD lebih bermakna dengan
mnerapkan prinsip kontruktivisme. Pemikiran ini terutama berkenaan
dengan upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran. Jika para
guru cenderung menggunakan cara yang terarah dengan berpusat
pada guru (teacher centered approacch), tentu pendekatan itu tidak
relevan dengan prinsip-prinsipp pandangan kontruktivistik. Cara
mengajar demikian, tidak memberi peluang kepada anak-anak
mengkreasi dan membangun pengetahuan. Sebaliknya, pandangan
kontruktivisme menghendaki para guru untuk menerapkan pendekatan
mengajar yang berpusat pada anak.
Secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil
adalah
1. pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal
maupun secara sosial;
2. pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali
dengan keaktifan siswa sendiri untuk bernalar;
3. siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga
terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci,
lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah;
4. guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar
proses konstruksi siswa berjalan mulus.

Konstruktivisme adalah aliran filsafat pengetahuan yang


berpendapat bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan hasil
konstruksi (bentukan) dari orang yang sedang belajar. Maksudnya
setiap orang membentuk pengetahuannya sendiri. Kukla (2003:39)
secara tegas menyatakan bahwa sesungguhnya setiap orang adalah
konstruktivis. Pengetahuan bukanlah “sesuatu yang sudah ada di sana”

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 117


dan tinggal mengambilnya tetapi merupakan suatu bentukan terus
menerus dari orang yang belajar dengan setiap kali mengadakan
reorganisasi karena adanya pemahaman yang baru.
Berikut ini akan dikemukakan ciri-ciri pembelajaran yang
konstruktivisme menurut beberapa sumber yaitu :
1. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau
pengetahuan yang telah ada sebelumnya
2. Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia
3. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna
dikembangkan berdasarkan pengalaman
4. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi)
makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu
pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama dengan orang
lain
5. Menggalakkan proses inkuiri murid mel alui kajian dan
eksperimen.
6. Belajar secara realistik, penilaian harus terintegrasi dengan tugas
dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah.
7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang
samapenting dengan hasil pembelajaran.

Contoh kasus seperti halnya seorang guru yang mengajar di


kelas sering mendapatkan siswa-siswanya mempunyai pemahaman
yang berbeda tentang pengetahuan yang diperoleh dan dipelajarinya,
pada hal siswa-siswa belajar dalam lingkungan sekolah yang sama,
guru yang sama, dan bahkan buku teks yang sama. Hal ini
menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja di transfer dari guru
ke siswa dalam bentuk tertentu, melainkan siswa membentuk sendiri
pengetahuan itu dalam pikirannya masing-masing sehingga
pengetahuan tentang sesuatu dipahami secara berbeda-beda oleh
siswa.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 118


Pengetahuan tumbuh dan berkembang dari buah pikiran
manusia melalui konstruksi berfikir, bukan melalui transfer dari guru
kepada siswa. Oleh karena itu siswa tidak dianggap sebagai tabula rasa
atau berotak kosong ketika berada di kelas. Ia telah membawa berbagai
pengalaman, pengetahuan yang dapat digunakan untuk
mengkonstruksikan pengetahuan baru atas dasar perpaduan
pengetahuan sebelumnya dan pengetahuan yang baru itu dapat
menjadi milik mereka.
Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung
jawab siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan
pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan
pemahaman konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal


berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori
perkembangan mental Piaget. Teori ini sering disebut teori
perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori
belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang
dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga
dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud
dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu
pengetahuan.
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama
(Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut
dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 119


adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan,
akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya
informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat
(Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah
proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok
dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada
sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997),
yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding. Zone of
Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat
perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan
potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah
di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan
teman sejawat yang lebih mampu.
Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada
siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi
bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin,
1997).  Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa
untuk belajar dan memecahkan masalah.  Bantuan tersebut dapat
berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam
langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-
tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.
Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan
bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan
lingkungan sosial.  Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut
konstruktivisme sosial (Taylor, 1993; Wilson, Teslow dan Taylor,1993;
Atwel, Bleicher & Cooper, 1998).
Selanjutnya hubungan kontruktivisme dengan teori belajar
yang lain. Inti teori ini berkaitan dengan beberapa teori belajar seperti

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 120


teori perubahan konsep, teori belajar bermakna dan ausuble, dan teori
skema.
1. Teori Belajar Konsep
Teori belajar perubahan konsep merupakan suatu teori
belajar yang menjelaskan adanya proses evolusi pemahaman
konsep siswa dari siswa yang sedang belajar. Pada mulanya
siswa memahami sesuatu melalui konsep secara spontan.
Pengertian spontan merupakan pengertian yang tidak
sempurna, bahkan belum sesuai dengan konsep ilmiah, dan
harus mengalami perubahan menuju pengertian yang logis dan
sistematis, yaitu pengertian ilmiah. Proses penyempurnaan
pemahaman itu berlangsung melalui dua bentuk yaitu tanpa
melalui perubahan yang besar dari pengertian spontan tadi
(asimilasi), atau sangat perlu adanya perubahan yang radikal
dari pengertian yang spontan menuju pengertian yang ilmiah
(akomodasi).
Agar terjadi perubahan radikal (akomodasi) dibutuhkan
beberapa keadaan dan syarat sebagai berikut :1) Harus ada
ketidakpuasan terhadap konsep yang telah ada. Siswa
mengubah konsepnya jika mereka yakin bahwa konsep mereka
yang lama tidak dapat digunakan lagi untuk menelaah situasi,
pengalaman, dan gejala yang baru. 2) Konsep yang baru harus
dapat dimengerti, rasional, dan dapat memecahkan persoalan
atau fenomena yang baru. 3) Konsep yang baru harus masuk
akal, dapat memecahkan dan menjawab persoalan yang
terdahulu, dan juga konsisten dengan teori-teori atau
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. 4) Konsep baru
harus berdaya guna bagi perkembangan penelitian dan
penemuan yang baru
Dalam banyak penelitian diungkapkan bahwa teori
perubahan konsep ini dipengaruhi atau didasari oleh filsafat

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 121


kostruktivisme. Konstruktivisme yang menekankan bahwa
pengetahuan dibentuk oleh siswa yang sedang belajar, dan teori
perubahan konsep yang menjelaskan bahwa siswa mengalami
perubahan konsep terus menerus, sangat berperan dalam
menjelaskan mengapa seorang siswa bisa salah mengerti dalam
menangkap suatu konsep yang ia pelajari. Kostruktivisme
membantu untuk mengerti bagaimana siswa membentuk
pengetahuan yang tidak tepat.
Dengan demikian, seorang pendidik dibantu untuk
mengarahkan sisiwa dalam pembentukan pengetahuan mereka
yang lebih tepat. Teori perubahan konsep sangat membantu
karena mendorong pendidik agar menciptakan suasana dan
keadaan yang memungkinkan perubahan konsep yang kuat
pada murid sehingga pemahaman mereka lebih sesuai dengan
ilmuan. Konstrutivisme dan Teori Perubahan Konsep
memberikan pengertian bahwa setiap orang dapat membentuk
pengertian yang berbeda tersebut bukanlah akhir
pengembangan karena setiap kali mereka masih dapat
mengubah pengertiannya sehingga lebih sesuai dengan
pengertian ilmuan. “Salah pengertian” dalam memahami
sesuatu, menurut teori konstruktivisme dan teori perubahan
konsep, bukanlah akhir dari segala-galanya melainkan justru
menjadi awal untuk pengembangan yang lebih baik.
Menurut pendukung teori perubahan konsep, dalam
proses belajar ada proses perubahan konsep yang mencakup
dua tahap, yaitu tahap asimilasi dan akomodasi (Suparno, 1997:
50). Dengan asimilasi peserta didik menggunakan konsep-
konsep yang telah mereka punyai untuk berhadapan dengan
fenomena yang baru. Dengan akomodasi peserta didik
mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 122


baru yang mereka hadapi. Proses dalam akomodasi oleh kaum
konstruktivis disebut sebagai perubahan konsep secara radikal.
Teori perubahan konsep membedakan dua macam
perubahan yaitu: restrukturisasi kuat (perubahan yang kuat) dan
restrukturisasi lemah (perubahan yang lemah). Perubahan yang
kuat terjadi bila seseorang mengadakan akomodasi terhadap
konsep yang telah ia punyai ketika berhadapan dengan
fenomena yang baru. Perubahan yang lemah bila orang tersebut
hanya mengadakan asimilasi skema yang lama ketika
berhadapan dengan fenomena yang baru. Dengan dua
perubahan itu pengetahuan manusia berkembang dan berubah.
Untuk memungkinkan perubahan tersebut, diperlukan situasi
anomali, yakni suatu keadaan yang menciptakan
ketidakseimbangan dalam pikiran manusia atau yang
menantang seseorang berpikir.
Teori perubahan konsep cukup senada dengan teori
konstruktivisme dalam arti bahwa dalam proses pengetahuan
seseorang mengalami perubahan konsep. Pengetahuan
seseorang itu tidak sekali jadi, melainkan merupakan proses
berkembang yang terus menerus. Dalam perkembangan itu ada
yang mengalami perubahan besar dengan mengubah konsep
lama melalui akomodasi, ada pula yanghanya mengembangkan
dan memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi.
Proses perubahan terjadi bila si peserta didik aktif berinteraksi
dengan lingkungannya.
2. Teori Bermakna Ausubel
Menurut Ausubel, teori ini terkenal dengan teori belajar
bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna adalah suatu
proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang
sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 123


menghubungkan fenomena baru kedalam struktur pengetahuan
mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep, dan perubahan
konsep yang telah ada, yang akan mengakibatkan pertumbuhan
dan perubahan struktur konsep yang telah dipunyai si pelajar
seseorang belajar denga mengasosiasikan fenomena baru ke
dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang
dapat memperkembangkan sekema yang ada atau dapat
mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi
apa yang ia pelajari sendiri.
Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat
dengan Konstruktivesme. Keduanya menekankan pentingnya
pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-
fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai.
Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru
kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa.
Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa
aktif.
3. Teori Skema.
Menurut teori ini, pengetahuan disimpan dalam suatu
paket informasi, atau sekema yang terdiri dari konstruksi mental
gagasan kita. Teori ini lebih menunjukkan bahwa pengetahuan
kita itu tersusun dalam suatu skema yang terletak dalam ingatan
kita. Dalam belajar, kita dapat menambah skema yang ada
sehingga dapat menjadi lebih luas dan berkembang.Skema
adalah abstraksi mental seseorang yang digunakan untuk
mengerti sesuatu hal, menemukan jalan keluar, ataupun
memecahkan persoalan. Orang harus mengisi atribut skemanya
dengan informasi yang benar agar dapat membentuk kerangka
pemikiran yang benar. Bagaimana seseorang membentuk dan
mengubah skema, hal itu merupakan proses belajar. Orang dapat
membentuk skema baru dari suatu pengalaman baru. Orang

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 124


dapat melengkapi dan memperluas skema yang telah dipunyainya
dalam berhadapan dengan pengalaman, persoalan dan juga
pemikiran yang baru. Dalam proses belajar seseorang
mengadakan perubahan-perubahan skemanya baik dengan
menambah atribut, memperhalus, memperluas, ataupun
mengubah sama sekali skema lama.
Menurut teori skema, seseorang belajar dengan
mengadakan restrukturisasi atas skema yang ada, baik dengan
menambah maupun dengan mengganti skema itu. Ini mirip
dengan konstruktivisme Piaget yang menggunakan asimilasi
dan akomodasi. Perbedaannya adalah bahwa teori skema tidak
menjelaskan proses pengetahuan, tetapi lebih bagaimana
pengetahuan manusia itu tersimpan dan tersusun.
4. Konstruktivisme, Behaviorisme, dan Maturasionisme
Konstruktivisme berbeda dengan Behavorisme dan
Maturasionisme. Bila Behaviorisme menekankan keterampilan
sebagai suatu tujuan pengajaran, konstruktivime lebih
menekankan pengembangan konsep dan pengertian yang
mendalam. Bila Maturasionisme lebih menekankan
pengetahuan yang berkembang sesuai dengan langkah–
langkah perkembangan kedewasaan. Konstruktivisme lebih
menekankan pengetahuan sebagai konstruksi aktif sibelajar.
Dalam pengertian Maturasionisme, bila seseorang mengikuti
perkembangan pengetahuan yang ada, dengan sendirinya ia
akan menemukan pengetahuan yang lengkap. Menurut
Konstruktivisme, bila seseorang tidak mengkonstruktiviskan
pengetahuan secara aktif, meskipun ia berumur tua akan tetap
tidakakan berkembang pengetahuannya.
Dalam teori ini kreatifitas dan keaktifan siswa akan
membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif
mereka. Mereka akan terbantu menjadi orang yang kritis

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 125


menganalisis sesuatu hal karena mereka berfikir dan bukan
meniru saja.Kadang–kadang orang menganggap bahwa
konstruktivisme sama dengan Teori Pencarian Sendiri (Inquiry
Approach) dalam belajar. Sebenarnya kalau kita lihat secara
teliti, kedua teori ini tidak sama. Dalam banyak hal mereka
punya kesamaan,seperti penekanan keaktifan siswa untuk
memenuhi suatu hal. Dapat terjadi bahwa metode pencarian
sendiri memang merupakan metode konstruktivisme tetapi tidak
semua semua konstruktivis dengan metode pencarian sendiri.
Dalam konstruktivisme terlibih yang personal sosial, justru
dikembangkan belajar bersama dalam kelompok. Hal ini yang
tidak ada dalam metode mencari sendiri. Bahkan, dalam praktek
metode pencarian sendiri tidak memungkinkan siswa
mengkonstruk pengetahuan sendiri, karena langkah-langkah
pencarian dan bagaimana pencarian dilaporkan dan dirumuskan
sudah dituliskan sebelumnya.

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang


diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan
3. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru pada siswa,
kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar.
4. Siswa aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep ilmiah. Guru sekedar membantu
menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan
lancar.
5. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
6. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
7. Mencari dan menilai pendapat siswa

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 126


Berdasarkan prinsip-prinsip di atas ada satu prinsip yang
paling penting yaitu guru tidak boleh sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa. Diharapkan siswa dapat membangun pengetahuan
didalam benaknya sendiri. Seorang guru seharusnya dapat membantu
proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi
bermakna dan relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri dengan menggunakan strategi-strategi yang mereka sendiri
untuk belajar. Guru dapat memberikan scaffoldingkepada siswa yang
mana scaffolding itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka
mencapai tingkat penemuan.
Pada teori pembelajaran kontruktivisme mempunyai beberapa
kelebihan dan kelemahan diantaranya sebagai berikut; kelebihan teori
belajar kontruktivisme yang pertama, dalam proses berfikir proses
membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan
masalah, membuat ide dan membuat keputusan, pada pemahaman
siswa terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru,
mereka akan lebih paham dan dapat mengapliksikannya dalam semua
keadaan, dalam segi ingatan siswa terlibat secara langsung secara
aktif, mereka akan dapat mengingat lebih lama dengan konsep yang
dipelajari, dari segi pergaulansiswa lebih dapat berinteraksi dengan
teman maupun guru dalam mengkontruksi atau menemukan
pengetahuan baru, kebermaknaan, karena siswa terlibat secara
langsung, mereka akan lebih paham, ingat, yakin dan berinteraksi
dengan teman, maka mereka akan merasa senang belajar dalam
menciptakan pengetahuan baru. Selanjutnya kekurangan atau
kelemahan teori belajar kontruktivisme ini adalah dilihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik belum sepenuhnya
mendukung dengan kemampuan siswa dalam menciptakan hal baru
yang dikontruksi melalui pemikiran atau strategi yang dimiliki oleh siswa

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 127


itu sendiri, karena dalam teori belajar ini dibutuhkan guru yang dapat
memberikan pengarahan kepada siswa untuk menemukan penemuan
baru yang ada dalam diri siswa masing-masing. Bagi guru yang tidak
mempunyai tingkat kreativitas dan kemampuan yang tinggi maka akan
sulit untuk membimbing siswa pada tingkat keberhasilan dalam
eksperimenya.

C. Teori Pembelajaran Jean Piaget


Teori perkembangan Piaget ini merupakan teori perkembangan
kognitif dimana teori ini cukup dominan dalam beberapa dekade ini.
Pada teori ini menjelaskan pandangan tentang bagaimana anak belajar,
dimana Piaget telah memberikansumbangan besar bagi upaya
pendidikan dan pengajaran. Sedikitnya,tahapan yang dikemukakannya
telah memberikan gambaran umumtentang kecenderungan anak-anak
usia dini (Mustafa, 2002: 2).Pengetahuan bukan sesuatu yang diberikan
kepada anak sebagaipemikiran mereka adalah “ruang kosong yang
harus diisi”. Anak-anakmendapatkan pengetahuan tentang dunia fisik
dan sosial dimana merekamengalami dalam interaksinya dengan objek
dan manusia. Anak-anaktidak membutuhkan penekanan untuk belajar,
mereka termotivasidengan sendirinya melalui keinginannya untuk
mengerti dunianya(Bredekamp, 1987:51). Informasi pembelajaran
dalam konteks yang bermakna tidak hanya penting bagi pemahaman
anak dan konsep perkembangan tetapi penting juga untuk menstimulasi
motivasi anak sehingga mereka lebih suka bertahan dengan tugas-
tugas dan memotivasinya untuk belajar lebih banyak lagi
(Bredekamp,1987).
Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan
dan diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan
lagi kira-kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya
meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui
sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 128


hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan
semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat
aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan
syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme
dengan dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang
diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4)
ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri
organisme agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan
dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Menurut Pieget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Pertama asimilasi,
merupakan proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada dalam benak siswa sebagai contohnya seorang bayi yang
menghisap puting susu ibunya atau dot botol susu, akan melakukan
tindakan yang sama (menghisap) terhadap semua objek baru., kedua
akomodasi, adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam
situasi baru Contoh kasusnya yaitu bayi melakukan tindakan yang sama
terhadap ibu jarinya, yaitu menghisap. Ini berarti bahwa bayi telah
mengubah puting susu ibu menjadi ibu jari. Ketiga yaitu Equilibrasi,
adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan
teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar
mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 129


Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari bayi
sampai dewasa. Dalam pandangan Piaget, struktur kognitif merupakan
kelompok ingatanyang tersusun dan saling berhubungan, aksi dan
strategi yang dipakai oleh anak-anak untuk memahami dunia
sekitarnya. Pada bayi, struktuf kognitif yang dimiliki adalah refleks.
Contoh: bayi secara otomatis mengisap benda–benda yang menyentuh
bibirnya. Selain mengisap, menjangkau, menyepak, melihat dan
memukul merupakan kegiatan sensorimotor yang terorganisir. Struktur
kognitif ini cepat dimodifikasi ketika bayi tumbuh dan berinteraksi
dengan dunia. Pada masa anak-anak sudah mulai ada pemahaman
dan kegiatan mental. Proses kognitif pada bayi dimulai dengan
mempunyai respon mengisap, respon melihat, respon menggapai,
respon  memegang yang berfungsi secara terpisah. Lama-lama respon
ini diorganisasikan ke dalam sistem yang lebih tinggi, yang merupakan
koordinasi dari respon-respon tersebut. Contoh: bayi yang menjangkau
botol susu memasukkannya kedalam mulutnya untuk diisap.
Menurut Jean Piaget, perkembangan manusia melalui empat
tahap perkembangan kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap
ditandai dengan munculnya kemampuan intelektual baru di mana
manusia mulai mengerti dunia yang bertambah kompleks.

Tabel. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget


Tahap-Tahap Umur Kemampuan

Sensori-motorik 0-2 tahun Menunjuk pada konsep permanensi


objek, yaitu kecakapan psikis untuk
mengerti bahwa suatu objek masih tetap
ada. Meskipun pada waktu itu tidak
tampak oleh kita dan tidak bersangkutan
dengan aktivitas pada waktu itu. Tetapi,
pada stadium ini permanen objek belum
sempurna.

Praoperasional 2-7 tahun Perkembangan kemampuan


menggunakan simbol-simbol yang
menggambarkan objek yang ada di

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 130


sekitarnya. Berpikir masih egosentris
dan berpusat.

Operasional 7-11 tahun Mampu berpikir logis. Mampu konkret


memperhatikan lebih dari satu dimensi
sekaligus dan juga dapat
menghubungkan dimensi ini satu sama
lain. Kurang egosentris. Belum bisa
berpikir abstrak.

Operasional 11tahun- Mampu berpikir abstrak dan dapat


formal dewasa menganalisis masalah secara ilmiah dan
kemudian menyelesaikan masalah.

D. Teori Pembelajaran Sosio-Multikultural


Pendidikan multuikultural didefinisikan sebagai sebuah
kebijakan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemeliharaan
budaya dan saling memiliki rasa hormat antara seluruh kelompok
budaya di dalam masyarakat. Pembelajaran multikultural pada
dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas
multikultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan
demokrasi yang ideal bagi bangsanya. Hakekat pendidikan multikultural
mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju
kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah. Pendidikan
multikultural bukanlah kebijakan yang mengarah pada pelembagaan
pendidikan dan pengajaran inklusif dan pengajaran oleh propaganda
pluralisme lewat kurikulum yang berperan bagi kompetisi budaya
individual.
Multikultural diselenggarakan dalam upaya mengembangkan
kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai
perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki,
dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis. (Farris
& Cooper, 1994).
Tujuan pendidikan dengan berbasis multikultural dapat
diidentifikasi: 

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 131


1. untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang
keberadaan siswa yang beraneka ragam;
2. untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif
terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan; 
3. memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka
dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya; 
4. untuk membantu peserta didik dalam membangun
ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif
kepada mereka mengenai perbedaan kelompok (Banks, dalam
Skeel, 1995)

Teori sosio-multikultural dikembangkan oleh beberapa ahli


diantaranya adalah Horace kallen yaitu Jika budaya suatu bangsa
memiliki banyak segi, nilai-nilai dan lain-lain; budaya itu dapat
disebut pluralisme budaya (cultural pluralism), James Banks  berbeda
dengan Horace Kallen dikenal sebagai perintis teori multikultur, James
A. Banks dikenal sebagai perintis Pendidikan Multikultur, Bill Martin
menulis, bahwa keseluruhan isu tentang multikulturalisme
memunculkan pertanyaan tentang "perbedaan" yang nampak sudah
dilakukan berbagai teori filsafat atau teori sosial, Martin J. Beck
Matustik yaitu Martin J. Beck Matustik berpendapat bahwa perdebatan
tentang masyarakat multikultural di masyarakat Barat berkaitan dengan
norma/tatanan, Judith M. Green menunjukkan bahwa multikulturalisme
bukan hanya unik di A.S. Negara lain pun harus mengakomodasi
berbagai kelompok kecil dari budaya yang berbeda. Penjabaran teori
sosio multikulturan menurut para ahli tersebut dapat dijelaskan secara
rinci di bawah ini;
1. Horace Kallen
Teori pluralisme budaya ini dikembangkan oleh Horace Kallen. Ia
menggambarkan pluralisme budaya itu dengan definisi
operasional sebagai menghargai berbagai tingkat perbedaaan,

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 132


tetapi masih dalam batas-batas menjaga persatuan nasional.
Kallen mencoba mengekspresikan bahwa masing-masing
kelompok etnis dan budaya di Amerika Serikat itu penting dan
masing-masing berkontribusi unik menambah variasi dan
kekayaan budaya, misalnya bangsa Amerika. Teori Kallen
mengakui bahwa budaya yang dominan harus juga diakui
masyarakat. Dalam konteks ini Kallen tetap mengakui bahwa
budaya WASP di AS itu sebagai budaya yang dominan,
sementara budaya-budaya yang lain itu dipandang menambah
variasi dan kekayaan budaya Amerika. WASP adalah istilah
sosiologis Amerika Utara yang berasal dari singkatan White
Anglo-Saxon Protestant.
2. James A. Banks
Banks yakin bahwa sebagian dari pendidikan lebih mengarah
pada mengajari bagaimana berpikir dari pada apa yang dipikirkan.
Ia menjelaskan bahwa siswa harus diajar memahami semua jenis
pengetahuan, aktif mendiskusikan konstruksi pengetahuan
(knowledge construction) dan interpretai yang berbeda-beda.
Siswa yang baik adalah siswa yang selalu mempelajari semua
pengetahuan dan turut serta secara aktif dalam membicarakan
konstuksi pengetahuan.
Siswa seharusnya diajari juga dalam menginterpretasikan sejarah
masa lalu dan dalam pembentukan sejarah (interpretations of the
history of the past history in the making) sesuai dengan sudut
pandang mereka sendiri. Mereka perlu diajari bahwa mereka
sebenarnya memiliki interpretai sendiri tentang peristiwa masa
lalu yang mungkin penafsiran itu berbeda dan bertentangan
dengan penafsiran orang lain. Misalnya, mengapa sampai terjadi
perang diponegoro pada tahun 1825-1830. Salah satu sebab
kemunculannya adalah pembangunan jalan yang melintasi
makam di daerah Tegal rejo, Yogyakarta yang secara kultural

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 133


sangat dihormati oleh masyarakat sekitar pada waktu itu.  Dari
sudut pandang Belanda tindakan Diponegoro itu dianggap
sebagai pemberontakan dan sudut pandang penguasa waktu itu
dianggap sebagai upaya perebutan kekuasaan dari seorang
putera selir yang dalam kultur Jawa kedudukannya tidak setinggi
putera permaisuri. Namun sudut pandang apapun yang
digunakan sebagai motif yang melatarbelakanginya perang
diponegoro. Sebagai sebuah bangsa dan komitmen kita sebagai
putera bangsa, kita memandang perjuangan Diponegoro itu
sebagai perjuangan seorang putra daerah yang ingin
memerdekakan diri dari penjajahan bangsa asing. Singkatnya,
siswa harus menjadi pemikir kritis (cricital thinkers) dengan selalu
menambah pengetahuan dan keterampilan, disertai komitmen
yang tinggi.  Semua itu diperlukan untuk berpartisipasi dalam
tindakan demokratis.  Dengan landasan ini, mereka dapat
membantu bangsa ini mengakhiri kesenjangan antara ideal dan
relitas.
3. Bill Martin
Seperti halnya Banks, Martin menentang tekanan dari Afrosentris
dan tradisionalis Barat. Martin menyebut Afrosentris dan
tradisional Barat itu sebagai consumerist multiculturalism.
Selanjutnya, Martin mngusulkan sesuatu yang baru. 
Multikulturalisme bukan “konsumeris” tetapi “transformational”,
yang memerlukan kerangka kerja. Martin mengatakan bahwa
disamping isu tentang kelas sosial, ras, etnis dan pandangan lain
yang berbeda, diperlukan komunikasi tentang berbagai segi
pandangan yang berbeda. Masyarakat harus memiliki visi kolektif
tipe baru dari perubahan sosial menuju multikulturalisme yaitu visi
yang muncul lewat transformasi.
Martin memandang perlu adanya perubahan yang mendasar
diantara kelompok-kelompok budaya itu sampai diketemukan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 134


adanya visi baru yang dimiliki dan dikembangkan bersama. Untuk
mencapai tujuan itu sangatlah dibutuhkan adanya komunikasi
antar berbagai segi pandang yang berbeda.
4. Martin J. Beck
Beck mengatakan bahwa teori multikulturalisme meliputi berbagai
hal yang semuanya mengarah kembali ke liberalisasi pendidikan
dan politik Plato, filsuf Yunani. Sebuah karya Plato yang
berjudul Republik, bukan hanya memberi norma politik dan
akademis klasik bagi pemimpin dari negara ideal yang dia cita-
citakan, namun juga menjadi petunjuk dalam pembahasan
bersama tentang pendidikani bagi yang tertindas (Matustík, 1998).
Ia yakin bahwa kita harus menciptakan pencerahan multikultural
baru (a new multicultural enlightenment) yaitu “multikulturalisme
lokal yang saling berkaitan, secara global sebagai lawan dari
monokultur nasional”
5. Judith M. Green
Mengingat bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang memiliki
beragam kebudayaan sehingga paham akan multikultural
memang pantas diterapkan di Indonesia.  Hal itu di awali dengan
pendekatan multicultural terlebih dahulu. Pendekatan multikultural
sendiri berangkat dari suatu keadaan yang baru, yaitu
keberadaan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda yang hidup
berdampingan (5) sebagaimana yang saya tangkap mengenai
definisi multicultural yaitu berangkat dari kata “multi” yang berarti
beragam atau banyak dan “Cultural” adalah budaya. Sehingga
pendekatan multicultural adalah suatu pengenalan akan hidup
berdampingan dengan kebudayaan yang berbeda-beda.
Sehingga melalu pendekatan multicultural ini maka dapat terjadi
culture opening saya maksud sebagai budaya terbuka atau
adanya sifat menerima budaya lain melalui penghormatan.
Walaupun pada pendekatan multicultural ini sudah pada tahap

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 135


pengenalan budaya melalui bahasa namun di anggap belum
mampu dalam menyelesaikan permasalahan seprti komunikasi
antara budaya yang disinyalir berawal dari pola interaksi yang
berbeda dan berinovasi dan Perbedaan mendasar dari invidu itu
sendiri sedangkan kharakter dari setiap individu yang berbeda.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan multicultural yang
dianggap dapat terealisasi dan mewujudkan Negara Indonesia
adalah Negara multicultural yaitu melalui pendidikan multicultural.

E. Latihan Soal BAB V


Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1. Sebutkan apa tujuan dari teori pembelajaran kontruktivisme!
2. Jelaskan ciri-ciri teori belajar kontruktivisme!
3. Berdasarkan pendapat Piaget tahapan kognitif terdiri dari berapa
tahap? Sebutkan dan jelaskan!
4. Jelaskan bagaimana implementasi pendidikan multikultural
menurut teori James A. Banks!
5. Dari semua teori sosio-multikultural yang telah dipaparkan, teori
manakah yang paling sesuai dengan budaya Indonesia?
Jelaskan!

F. Petunjuk Soal BAB V


Petunjuk soal ini dapat mempermudah Anda untuk menjawab
pertanyaan pada latihan soal bab V di atas.
1. Jawaban soal no.1 dan 2 silahkan anda pahami, cermati dan baca
secara seksama tentang pembahasan tentang teori pembelajaran
kontruktivisme.
2. Jawaban no. 3 anda dapat memahami tentang tahapan
perkembangan kognitif Jean Piaget pada pembahasan setelah
teori perkembangan kontruktivisme.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 136


3. Jawaban no. 4 dan 5 Anda dapat menemukan jawabanya setelah
Anda membaca bahasan tentang teori sosio-multikultural.

G. Rangkuman
Teori belajar konstruktivisme adalah salah satu pandangan
tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses
belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan pada
akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interkasi dengan lingkungannya.
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997),
yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding. Zone of
Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat
perkembangan sesungguhnya Scaffolding merupakan pemberian
sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal
pembelajaran, kemudian mengurangi. Selain itu hubungan
kontruktivisme dengan teori belajar yang lain. Inti teori ini berkaitan
dengan beberapa teori belajar seperti teori perubahan konsep, teori
belajar bermakna dan ausuble, dan teori skema.
Menurut Pieget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Pertama
asimilasi, merupakan proses penyatuan informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada dalam benak siswa sebagai kedua
akomodasi, adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam
situasi baru, Ketiga yaitu Equilibrasi, adalah proses penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Teori Multikultural dikembangkan oleh beberapa ahli
diantaranya adalah Horace kallen yaitu Jika budaya suatu bangsa
memiliki banyak segi, nilai-nilai dan lain-lain; budaya itu dapat
disebut pluralisme budaya (cultural pluralism), James Banks  berbeda
dengan Horace Kallen dikenal sebagai perintis teori multikultur, James

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 137


A. Banks dikenal sebagai perintis Pendidikan Multikultur, Bill Martin
menulis, bahwa keseluruhan isu tentang multikulturalisme
memunculkan pertanyaan tentang "perbedaan" yang nampak sudah
dilakukan berbagai teori filsafat atau teori sosial, Martin J. Beck
Matustik yaitu Martin J. Beck Matustik berpendapat bahwa perdebatan
tentang masyarakat multikultural di masyarakat Barat berkaitan dengan
norma/tatanan, Judith M. Green menunjukkan bahwa multikulturalisme
bukan hanya unik di A.S. Negara lain pun harus mengakomodasi
berbagai kelompok kecil dari budaya yang berbeda.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 138


Tes Formatif 4
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar!

1. Pembelajaran tematik sebagai suatu proses untuk memadukan


dan mengaitkan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar
mata pelajaran dengan mempertimbangkan ….
a. Perkembangan anak
b. Kebutuhan jasmani anak
c. Kebutuhan dan minat anak
d. Kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga.
2. Pembelajaran tematik dipengaruhi oleh tiga landasan yaitu….
a. Landasan filosofis, psikologis dan historis
b. Landasan filosofis, psikologis dan yuridis
c. Landasan filosofis, sosiologis dan historis
d. Landasan filosofis, sosiologis dan yuridis
3. Landasan yang menjadi penentu utama pada penyempurnaan
kurikulum di Indonesia yaitu….
a. Landasan filosofis
b. Landasan psikologis
c. Landasan yuridis
d. Landasan sosiologis
4. Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu…..
a. (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme.
b. (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) pragmatisme.
c. (1) idealisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme.
d. (1) idealisme, (2) konstruktivisme, dan (3) pragmatisme.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 139


5. Aliran memandang proses pembelajaran perlu ditekankan
pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan,
suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman
siswa adalah…..
a. Konstruktivisme
b. Humanisme
c. Progresivisme
d. Idealisme
6. Guru tidak beranggapan bahwa semua siswa itu mempunyai
karakter, potensi, keinginan, serta bakat yang sama. Hal tersebut
guru mengacu pada landasan filosofi pada aliran….
a. Konstruktivisme
b. Humanisme
c. Progresivisme
d. Idealisme
7. Pembelajaran tematik pendidikan pogresivisme, bersandar pada
filsafat ….
a. Naturalisme, realisme dan pragmatisme
b. Naturalisme, idealisme dan humanisme
c. Naturalisme, realisme dan humanisme
d. Naturalisme, idealisme dan pragmatisme
8. Peran guru sebagai penasihat, pembimbing, dan pemandu.
Merupakan prinsip dari aliran…
a. Konstruktivisme
b. Humanisme
c. Progresivisme
d. Idealisme
9. Peran guru sebagai fasilitator. Merupakan prinsip dari aliran…
a. Konstruktivisme
b. Humanisme
c. Progresivisme

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 140


d. Idealisme
10. Merupakan salah satu pandangan psikologis yang melandasai
pembelajaran tematik adalah……
a. Siswa adalah seorang individu dengan berbagai kemampuan
yang beraneka ragam
b. Siswa adalah seorang individu dengan berbagai kemampuan
yang dimilikinya dan mempunyai kesempatan untuk
berkembang
c. Seseorang pada dasarnya tidak mempunyai kemampuan
untuk mencari pola dan hubungan antara gagasan-gagasan
yang ada.
d. Siswa tidak mampu membangun realitasnya sendiri melalui
pengalamannya.
11. Perbedaan dari psikologi perkembangan dan psikologi belajar
adalah…..
a. Psikologi perkembangan berfungsi sebagai penentuan cara
menyampaikan materi pada siswa, dan sebagai penentuan
cara siswa mempelajari materi tersebut sedangkan psikologi
belajar berfungsi sebagai penentu materi yang akan diberikan
kepada siswa,
b. Psikologi perkembangan memberikan kontribusi dalam hal
bagaimana isi pembelajaran tematik tersebut disampaikan
kepada siswa-siswi dan bagaimanaa pula mereka harus
mempelajarinya sedangkan Psikologi belajar diperlukan
terutama dalam menentukan isi materi pembelajaran tematik
yang diberikan agar tingkat keluasan dan kedalamannya
sesuai dengan tahap pekembangan siswa-siswi.
c. Psikologi perkembangan berfungsi sebagai penentu materi
yang akan diberikan kepada siswa, sedangan psikologi
belajar berfungsi sebagai penentuan cara menyampaikan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 141


materi pada siswa, dan sebagai penentuan cara siswa
mempelajari materi tersebut
d. Psikologi perkembangan memberikan kontribusi pada
pembelajaran tematik tersebut sedangkan psikologi belajar
tidak memberikan kontribusi pada pembelajaran tematik
tersebut
12. Hal-hal yang harus diperhatikan dan diantisipasi dalam
pengembangan kurikulum di Indonesia antara lain….
a. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan
pernah berakhir.
b. Pengembangan kurikulum akan berhasil bila dilakukan secara
fleksibel
c. Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan
dengan proses yang yang rumit
d. Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum
yang baru
13. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal itu tertuang pada
peraturan undang-undang No…tahun…
a. 23 Tahun 2002
b. 23 Tahun 2003
c. 20 Tahun 2002
d. 20 Tahun 2003
14. Apakah yang dimaksud dengan teori…..
a. Seperangkat hipotesis (anggapan atau pernyataan sementara
tidak perlu diuji kebenarannya) yang diorganisasikan secara
koheren mengenai sesuatu atau serangkaian fenomena yang
terjadi di dalam lingkungan nyata.
b. Seperangkat hipotesis (anggapan atau pernyataan sementara
perlu diuji kebenarannya) yang diorganisasikan secara

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 142


koheren mengenai sesuatu atau serangkaian fenomena yang
terjadi di dalam lingkungan nyata
c. Seperangkat hipotesis (anggapan atau pernyataan sementara
perlu diuji kebenarannya) yang diorganisasikan secara
koheren mengenai sesuatu atau serangkaian fenomena yang
terjadi di dalam lingkungan imajinasi siswa.
d. Semua benar
15. Menurut para ahli belajar yang sesuai dengan taraf
perkembangan anak akan membantu dalam mengembangkan
dirinya dalam aspek....
a. Aspek afektif, linguistik, dan sosial emosionalnya.
b. Aspek afektif, linguistik, dan psikomotoriknya
c. Aspek kognitif, linguistik, dan sosial emosionalnya.
d. Aspek kognitif, linguistik, dan psikomotoriknya.
16. Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali
dikemukakan oleh....
a. Giambatista Vico
b. Montessori
c. Jean Piaget
d. Vygotsky
17. Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi
(bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu yang disebut…
a. Skemata
b. Skema
c. Knowledge
d. Scaffolding
18. Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan
bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak
melalui....
a. Asimilasi
b. Kontruktivisme

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 143


c. Skema
d. Skemata
19. Ada beberapa konsep penting dalam teori Vygotsky yaitu.....
a. Zone of Proximal Development (ZPD)
b. Developmentally Appropiate Practice (DAP)
c. Developmentally Assosiative Pragmatice (DAP)
d. Developmentally Appropiate Pragmatice (DAP)
20. Istilah pengetahuan bukan sesuatu “ruang kosong yang harus
diisi” merupakan teori belajar menurut.....
a. Giambatista Vico
b. Montessori
c. Jean Piaget
d. Vygotsky
21. Yang termasuk dalam teori pembelajaran kontruktivisme adalah...
a. Dalam proses berfikir proses membina pengetahuan baru,
murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, membuat ide
dan membuat keputusan
b. Segi pergaulan siswa lebih sulit berinteraksi dengan teman
maupun guru dalam mengkontruksi atau menemukan
pengetahuan baru, kebermaknaan, karena siswa terlibat
secara langsung, mereka akan lebih paham, ingat, yakin dan
berinteraksi dengan teman, maka mereka akan merasa
senang belajar dalam menciptakan pengetahuan baru
c. Pada pemahaman siswa terlibat secara langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan
dapat mengapliksikannya dalam semua keadaan
d. Dalam segi ingatan siswa terlibat secara langsung secara
aktif, mereka akan dapat mengingat lebih lama dengan
konsep yang dipelajari,
22. Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan yaitu....

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 144


a. Asimilasi, asosiasi dan equilibrasi
b. Asimilasi, akomodasi dan Inquiry
c. Asimilasi, akomodasi dan equilibrasi
d. Asimilasi, asosiasi dan Inquiry
23. Bayi melakukan tindakan yang sama terhadap ibu jarinya yaitu
menghisap. Hal itu merupakan salah satu contoh tahapan....
a. Asimilasi
b. Akomodasi
c. Equilibrasi
d. Inquiry
24. Pemikiran bahwa sebagian dari pendidikan lebih mengarah pada
mengajari bagaimana berpikir dari pada apa yang dipikirkan,
merupakan pemikiran seorang ahli sosio-multikultural bernama…
a. Horace Kallen
b. James A. Banks
c. Bill Martin
d. Judith M. Green
25. Budaya yang dominan harus juga diakui masyarakat. Hal itu
sejalan dengan teori menurut…
a. Horace Kallen
b. James A. Banks
c. Bill Martin
d. Judith M. Green

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 145


Balikan dan Tindak lanjut

Cocokanlah jawaban Anda dengannkunci jawaban tes formatif pada


bagian Bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar kemudian untuk
mengetahui tingkat penguasaan tentang BAB V:
Rumus :
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan :-------------------------------------------------------- x 100
%
25
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai;
90 % - 100% = Baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila Anda telah mencapai tingkat kemampuan 80% atau lebih, maka
Anda bisa dengan mempelajari kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi jika
Anda masih tingkat penguasaan di bawah 80%, maka harus
mengulangi kegiatan belajar terutama yang Anda belum pahami.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 146


Kunci Jawaban Test Formatif

1. B
2. D
3. C
4. A
5. C
6. B
7. A
8. C
9. A
10. B
11. C
12. A
13. A
14. B
15. C
16. A
17. A
18. A
19. A
20. C
21. B
22. C
23. B
24. B
25. A

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 147


BAB VI Penyusunan dan pengembangan
perangkat pembelajaran tematik

Pada BAB ini, mahasiswa maupun dosen pengampu mata


kuliah Pembelajaran Terpadu. Dalam BAB ini dapat diuraian dari
capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK) sebagai berikut;
A. Definisi perangkat pembelajaran
B. Macam-macam perangkat pembelajaran tematik
C. Menyusun tahap-tahap pembelajaran tematik.

Petunjuk penggunaan buku pada BAB VI ini, sebagai berikut:


1. Cermati bagian pendahuluan buku ini untuk lebih lanjut
memahami isi buku pada bab selanjutnya.
2. Setelah anda mencermati isi BAB VI ini, selanjutnya buatlah
catatan dan mind mapping atau peta konsep untuk memudahkan
pemahaman anda terhadap intisari pembahasan pada bab ini.
3. Catatan pada masing pointers dapat anda diskusikan dengan
teman sejawat atau dosen pengampu matakuliah.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber
lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai
sumber, termasuk dari internet.
5. Tingkatkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan
diskusi dalam kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau
teman sejawat.
6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang
dituliskan pada setiap bab. Hal ini berguna untuk mengetahui
apakah Anda sudah memahami dengan benar kandungan BAB VI
ini.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 148


P
emerintah pada beberapa tahun lalu telah mengeluarkan
kebijakan tentang otonomi daerah. Kebijakan ini antara lain
memberi ruang gerak yang luas kepada lembaga pendidikan
khususnya sekolah dasar dalam mengelola sumber daya yang ada,
dengan cara mengalokasikan seluruh potensi dan prioritas sehingga
mampu melakukan terobosan-terobosan sistem pembelajaran yang
lebih inovatif dan kreatif.
Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran
yang menggunakan kurikulum 2013 di sekolah dasar adalah
melakukan pembelajaran tematik. Pembelajaran model ini akan lebih
menarik dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran ini
menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual
dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian masih banyak pihak
yang belum memahami dan mampu menerapkan model ini secara baik.
Melalui tulisan ini akan diuraikan secara singkat tentang pembelajaran
tematik secara konseptual dan implementasinya dalam kegiatan
pembelajaran.
Pembelajaran tematik di sekolah dasar (SD) merupakan suatu
hal yang relatif baru, sehingga dalam implementasinya belum
sebagaimana yang diharapkan. Masih bii'nyak guru yang merasa sulit
dalam melaksanakan pembelajaran tematik ini. Hal ini terjadi antara Iain
karena guru belum menoapat pelatihan secara intensif tentang
pembelajaran tematik ini. Disamping itu jugaguru masih sulit
meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yangpenyajiannya
berdasarkan mata pelajaran/bidang studi. Pelaksanaan pembelajaran
tematik di sekolah dasar pada saat ini difokuskan pada kelas-kelas
bawah (kelas I dan 2) atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong
pada anak usia dini, walaupun sebenamya pendekatan pembelajaran
tematik ini bisa dilakukan di semua kelas sekolah dasar.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 149


A. Definisi Perangkat Pembelajaran
Pembelajaran tematik merupakan Pendekatan scientific yang
diterapkan dalam pembelajaran seiring dengan diberlakukannya
kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013 yang lebih menonjolkan pada
dimensi pedagogis sehingga pembelajaran dilaksanakan dengan
pembelajaran ilmiah. Kemendikbud (2013:200) menjelaskan bahwa
proses 20 pembelajaran dilaksanakan menggunakan pendekatan
scientific untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
memahami berbagai materi serta untuk mendorong peserta didik dalam
mencari tahu informasi dari berbagai sumber sehingga tidak bergantung
pada informasi guru semata.
Pembelajaran dengan pendekatan scientific menuntut guru
untuk dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman, kondusif, dan
dapat membangun perilaku ilmiah dalam diri peserta didik. Dalam
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan meliputi aktivitas mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua
mata pelajaran.
Trianto (2013: 82) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dirancang secara seksama
sesuai dengantuntutan kurikulum sekolah untuk mencapai hasil belajar
peserta didik yangoptimal dengan memilih pendekatan, metode, media
dan keterampilantertentu dalam membelajarkan peserta didik untuk
mencapai tujuan yangdiharapkan. Selain itu, salah satu komponen
penting dalam menyusun strategipembelajaran adalah memilih
pendekatan. Pendekatan dimaknai sebagai carauntuk mencapai suatu
tujuan. Pada kurikulum 2013, materi pelajaran yangterhimpun dalam
tema diajarkan dengan pendekatan saintifik yang dalamprosesnya tidak

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 150


bersifat linear tetapi selalu terkait satu konsep dengan konseplainnya.
Akan tetapi pada saat pelaksanaan kurikulum 2013 sekolahmengalami
masalah. Berdasarkan keputusan Kemendikbud, bagi sekolahyang
mengalami kesulitan dalam penerapan kurikulum 2013 bisa kembali
menggunakan kurikulum KTSP.

B. Macam-Macam Perangkat Pembelajaran Tematik


Perangkat pembelajaran merupakan hal yang harus disiapkan
oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Menurut Zuhdan, dkk
(2011: 16) perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan
untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta
didik melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran
menjadi pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di
kelas, laboratorium atau di luar kelas. Dalam Permendikbud No. 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
disebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran merupakan
bagian dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada standar
isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan
penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan
skenario pembelajaran. Berikut macam-macam perangkat
pembelajaran
1. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan
oleh setiap satuan pendidikan. Silabus bisa dikembangkan sendiri
sesuai kearifan lokal daerah masing-masing. Silabus digunakan
untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa
penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 151


dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian yang ingin
dicapai dan dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Silabus merupakan seperangkat rencana
serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang
disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang
saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.
2. Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan biasanya memuat tanggal-tanggal yang
sudah direncakan untuk waktu pembelajaran, baik tanggal ujian
tengah semester, tanggal ujian akhir semester maupun hari libur
semester. Kalender pendidikan ini juga dapat menjadi panutan
untuk memulai maupun mengakhiri pembelajaran dalam satu
semester.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan)
Rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu panduan langkah-
langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Rencana
pelaksanaan pembelajaran disusun untuk setiap pertemuan yang
terdiri dari tiga rencana pembelajaran, yang masing-masing
dirancang untuk pertemuan selama 90 menit atau 135 menit
(Trianto, 2007).
Adapun komponen rencana pembelajaran adalah: (1) standar
kompetensi dan kompetensi dasar, dalam hal ini kita harus
memilih dari kurikulum; (2) pokok bahasan; (3) indikator; (4) model
pembelajaran, dipilih sesuai penekanan kompetensi dan materi;
(5) skenario pembelajaran, berisi urutan aktivitas pembelajaran
siswa dan mencerminkan pilihan model Pembelajaran, yang
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir; (6) media
pembelajaran, dipilih dan di urutkan sesuai skenario
pembelajaran; (7) sumber pembelajaran; dan (8) penilaian hasil
belajar.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 152


4. Lembar Kegiatan Siswa (Student Worksheet)
Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan
untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.
LKS dapat disusun dengan bersifat panduan tertutup yang dapat
dikerjakan siswa, sesuai dengan tuntunan yang ada, atau dapat
juga LKS yang bersifat semi terbuka. LKS model ini memberi
peluang bagi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya,
walaupun masih ada peranan guru dalam memberikan arahan.
LKS model apapun yang disusun harus mampu memberikan
panduan agar siswa dapat belajar dengan benar, baik dari segi
proses keilmuan maupun dalam memperoleh konsep.
5. Buku
Buku sebagai rangkaian dari perangkat pembelajaran tentunya
haru memberikan manfaat bagi guru khususnya siswa. Depdiknas
(2008a:12) menjelaskan bahwa “Buku adalah bahan tertulis yang
menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya.”
Lebih lanjut dijelaskan dari sumber yang sama (Depdiknas,
2008a:12), bahwa: Buku sebagai bahan tertulis merupakan buku
yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap
kurikulum dalam bentuk tertulis. Sedangkan buku yang baik adalah
buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan
mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan
gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga
menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisnya.
Beberapa batasan buku di atas menjelaskan bahwa buku sebagai
salah satu bahan ajar jenis bahan cetak merupakan buku yang
substansinya adalah pengetahuan, yang disusun berdasarkan
analisis kurikulum, disusun untuk memudahkan guru dalam
pembelajaran dan siswa belajar mencapai kompetensi yang
ditetapkan kurikulum, dengan memperhatikan kebahasaan,
kemenarikan, dan mencerminkan ide penulisnya. Buku yang

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 153


memudahkan belajar siswa disebut buku siswa, dan buku yang
memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran disebut
sebagai buku panduan guru/pendidik, masing-masing memiliki
struktur dan komponen yang khas.
6. Instrumen Penilaian
Instrumen Penilaian Penilaian bertujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang kemajuan belajar peserta didik. Dalam
Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran dijelaskan bahwa
penilaian dalam setiap mata pelajaran meliputi kompetnsi
pengetahuan, kompetensi keterampilan dan kompetensi sikap.
Penilaian dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian
hasil belajar dari masing-masing domain tersebut. Ada beberapa
teknik dan instrumen penilaian yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik baik
berupa tes maupun non-tes antara lain tes tertulis, penilaian unjuk
kerja, penilaian sikap, penilaian hasil karya, penilaian portofolio dan
penilaian diri.

C. Menyusun Tahap-Tahap Persiapan Pembelajaran Tematik.


Trianto (2011: 168) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik
dapat dilaksanakan dengan tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Perencanaan, pada tahap Perencanaan pembelajaran
merupakan tahap yang menentukan suatu proses pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, guru
melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun pada
tahap sebelumnya.
3. Evaluasi/penilaian, Pada pembelajaran tematik penilaian
dilakukan untuk mengkaji ketercapaian Kompetensi Dasar dan
Indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema
tersebut. Dengan demikian penilaian dalam hal ini tidak lagi

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 154


terpadu melalui tema, melainkan sudah terpisah pisah sesuai
dengan Kompetensi Dasar dan Indikator mata pelajaran.

Istilah persiapan sangat menentukan keberhasilan suatu


pembelajaran tematik, maka perencanaan yang dibuat dalam rangka
pelaksanaan pembelajaran tematik harus sebaik mungkin, Oleh karena
itu ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merancang
pembelajan tematik ini yaitu:
1. Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama
dari setiap mata pelajaran,
2. Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi
untuk setiap kelas dan semester,
3. Buatlah ”matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema”,
4. Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini dapat
dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jaringan topik,
5. Susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan
matriks/jaringan topik pembelajaran tematik

Tahapan-tahapan di atas dapat dipahami melalui penjelasan


sebagai berikut;
1. Analisis Kurikulum
Kurikulum 2013 atau yag biasa kita kenal dengan K13 merupakan
kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai pengganti
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah berjalan
kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 ini masuk dalam percobaan
selama tiga tahun pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa
sekolah menjadi sekolah percobaan. Pada tahun 2014 kurikulum 2013
diterapkan di Kelas I, II, III, IV, dan V sedangkan untuk jenjang SMP
pada kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Pemerintah
megharapkan pada tahun 2015 telah diharapkan di seluruh jenjang
pendidikan.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 155


Dari hasil penerapan kurikulum 2013 yang sudah berjalan ini
banyak pemerhati dan pelaksana pendidikan yang menilai bahwa
kurikulum ini juga masih ada beberapa kesalahan-kesalahannya. Ada
baiknya sebelum mempersiapkan perangkat pembelajaran kurikulum
2013, maka seorang guru wajib menganalisis perangkat-perangkat
yang akan dipakai untuk mengajar peserta didiknya, yaitu melalui
analisis buku guru dan buku siswa. Tujuan analisis ini yaitu untuk
mengkaji kekurangan yang ada di buku guru dan buku siswa. Mengkaji
apakah materi dan metode yang ada sudah sesuai dalam pembelajaran
yang efektif, dan mengkaji apakah kurikulum 2013 cocok digunakan
pada program pembelajaran.
Di bawah ini merupakan beberapa contoh hasil analisis buku guru
dan buku siswa sebagai perangkat pembelajaran kurikulum 2013, yaitu:

 Dalam Buku Guru masih ada beberapa tujuan pembelajaran


yang belum lengakap yang sesuai dengan KD setiap
pembelajaran.
 Materi yang terdapat pada buku siswa sudah banyak yang
sesuai dengna jaringan tema yang terdapat pada Buku guru,
namun masih ada satu dua yang belum sesuai.
 Pada indicator yaitu kata kerja oprasionalnya yang terdapat
pada tujuan pembelajaran di Buku Guru masih banyak yang
belum sesuai dengan KKO yang terbaru.
 Buku siswa dan Buku guru sangat bermanfaat dan membantu
guru dalam proses pembelajaran baik dalam merancang RPP,
Jaringan Tema, Pemetaan KD nya semua sudah ada di Buku
Guru.
Hasil analisis ini bisa menjadikan perbaikan tersendiri bagi
kelemahan dan kekurangan yang ada di buku guru dan buku siswa,
dengan hal ini diharapkan juga bahwa guru harus teliti sebelum
menggunakan buku guru dan buku siswa, serta guru juga diharapkan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 156


untuk tidak terpaku mengikuti langkah-langkah yang ada di buku guru
dan dibuku siswa, guru harus mampu mengembangkan metode dan
menciptakan metode baru dalam pengajaran yang efektif.
2. Pemetaan SK, KD, Indikator
Penetapan SK, KD dan indikator merupakan hal yang sangat
penting untuk dilakukan seorang guru. Pemetaan ketiga hal tersebut
sangat berperan terhadap tujuan yang ingin dicapai dimulai dari
keruntutan pembelajaran hingga kriteria keberhasilan pembelajaran
selain juga mempermudah guru untuk menilai dan mengevaluasi
peserta didik. Ada beberapa hal yang harus dilakukan sebelum
menentukan dan memetakan SK, KD dan indikator. Setiap kompetensi
dasar dapat dikembangkan menjadi dua atau lebih indikator pencapaian
hasil belajar, hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman
kompetensi dasar tersebut.
Menurut hamdani (2011) langkah-langkah yang dapat
dilakukan sampai tahapan penentuan dan pemetaan standar
kompetensi, dan kompetensi dasar, serta indikator sebagai berikut;
1) Mengidentifikasi karakteristik dan bekal kemampuan siswa
2) Karakter dan bekal kemampuan siswa harus terlebih dahulu
diidentifikaasi oleh guru. Hal ini dilakukan untuk menentukan garis
batas antara perilaku yang tidak perlu dan perlu ditetapkan
sebagai indikator keberhasilan siswa dalam menguasai
kompetensi.
3) Menentukan tahapan berpikir dari SK, KD dan Indikator
Pencapaian Kompetensi (IPK) yang ingin dicapai.
4) Pemetaan SK, KD dan IPK diperlukan untuk melihat secara
keseluruhan bagaimana SK dan KD bisa dicapai. Sebagai contoh
jika tahapan berpikir SK ada di C3 maka tahapan berpikir KD
biasanya mulai C1, C2 sampai C3. Apabila akan mengembangkan
IPK untuk KD dengan ranah berpikir C2 maka dimulai dengan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 157


membuat IPK dari C1 sampai akhirnya C2 yang merupakan ranah
berpikir KD.
5) Menentukan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) masing-
masing KD dengan memperhatikan tahapan berpikir SK dan KD.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembang-kan indikator:
a. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik
b. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran
c. Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur
dan/atau dapat diamati

Contoh pemetaan SK, KD, dan indikator pelajaran kelas 1 dapat dilihat
di gambar 5.1.1

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 158


Lembar kegiatan 5.1
Menjabarkan Kompetensi Dasar Ke Dalam Indikator
Tujuan
Mahasiswa mampu menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator
Bahan/Alat
Standar Kompetensi dan kompetensi dasar tiap-tiap mata pelajaran di
SD/MI
Langkah kegiatan
1. Mahasiswa membuat kelompok masing-masing berdasarkan kelas,
terdiri dari 6 kelompok yaitu kelas 1 semester ganjil, kelas 1 semester
genap, kelas 2 semester ganjil, kelas 2 semester genap, kelas 3
semester ganjil dan kelas 3 semester genap.
2. Berkelompoklah dan berkerjalah untuk menjabarkan KD ke dalam
indikator dari pata pelajaran matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS,
PKN, di kelas 1-3. Bagilah berdasakan kelompok masing-masing
untuk menjabarkan KD dari setiap mata pelajaran.
3. Tukarkan tugas keompok masing-masing kolompok dengan kelompok
lain untuk dikritisi dalam penjabaran KD ke dalam indikator untuk
menilai;
a. Apakah rumusan indikator sudah memenuhi bahasa yang benar?
b. Apakah indikator relevan dengan KD?
c. Apakah kedalaman kemampuan dalam indikator memadai untuk
ketercapaian KD?

Selamat Berkejasama

e. Pemetaan Tema
Setelah anda dapat memetakan SK, KD dan indikator
selanjutnya yang harus dilakukan dalam persiapan pembelajaran
tematik yaitu pemetan tema. Penentuan tema dapat dilakukan dengan
cara mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 159


terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan
menentukan tema yang sesuai atau dapat dilakukan dengan
menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk
menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta
didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Pemetaan
tema merupakan salah satu kegiatan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan utuh semua Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar dan Indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan
dalam tema yang dipilih.
Pada pemetaan tema perlu diperhatikan prinsip-prinsip
penentuan tema menurut hamdani (2011) sebagai berikut;
a. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
b. Dari yang termudah menuju yang sulit
c. Dari yang sederhana menuju yang kompleks
d. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
e. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir
pada diri siswa
f. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan
siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.

Penentuan tema dapat dilakukan dengan dua cara Menurut


Tim Puskur dari Departemen Pendidikan Nasional (2006).
a. Guru mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang terdapat dalam tiap-tiap mata pelajaran, dilanjutkan dengan
menentukan tema yang sesuai.
b. Guru menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat
keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat
bekerja sama dengan siswa-siswi sehingga sesuai dengan minat
dan kebutuhan mereka.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 160


Perbedaan antara cara pertama dengan cara yang kedua
terletak pada penentuan tema. Cara yang pertama penentuan tema
dilakukan setelah guru melakukan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar karena dalam indikator. Tema ditentukan setelah
melihat keterhubungan antara kompetensi satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran lainnya. Berikut ini adalah contoh keterhubungan
kompetensi dasar dan indikator dengan tema. Berikut kegiatan yang
dilakukan dalam penetuan tema;
a. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam
Indikator. Pada kegiatan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator.
Pada mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik.
2) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran.
3) Dirumuskan dalam diamati.

gambar 5.1.2 penjabaran KD ke Indikator pada tema

Bahasa
PPkn Indonesia
KD.
Memahami tata tertib yang berlaku KD.
dalam kehidupan sehari-hari di Mengenal teks cerita narasi sederhana
rumah dan di sekolah kegiatan dan bermain di lingkungan,
Indikator: serta mengenal teks lirik puisi tentang
3.3.1 Menyebutkan keberagaman alam semesta dan penampakannya.
anggota keluarga berdasarkan jenis Indikator
kelamin 3.3.1 Menentukan karakter setiap
4.3.1 Menceritakan kebersamaan individu di rumah
dengan anggota keluarga yang
berbeda jenis kelamin. 4.3.1 Menulis teks buku harian tentang
PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 161 kegiatan keluarga dengan EYD yang
tepat.
Hidup
rukun
ka SBDP 2
Indikator:
*mengenal bilangan 1-100 KD. Menyanyikan lagu anak-anak
* mengenal bilangan puluhan dan sederhana.
satuan. Indikator:
Menyanyikan lagu “Bunda Piara

Sumber. Adm. SDS Labschool FIP UMJ

b. Menentukan Tema. Pada penetuan tema dilakukan dengan dua


cara yakni: 1) Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran,
dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. 2)
Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan,
untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama
dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak.
Tema untuk pembelajaran tematik dapat berasal dari beberapa
sumber. di antaranya adalah isu-isu, masalah-masalah, event-
event khusus, minat siswa, literatur
c. Identifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar
dan indikator. Pada hal ini identifikasi dan analisis untuk setiap
SK, KD dan indikator disesuaikan dengan setiap tema sehingga
semua SK, KD, dan indikator terbagi habis. Setelah tema-tema
terbentuk, selanjutnya guru memetakan Kompetensi Dasar.
Kompetensi Dasar mata pelajaran sesuai dengan tema yang
sudah ada. Jika ada Kompetensi Dasar yang sulit diintegrasikan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 162


ke dalam tema-tema yang telah ditentukan, maka Kompetensi
Dasar tersebut diajarkan tersendiri. Contohnya adalah
Kompetensi Dasar pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan
Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan, karena untuk
mengajarkannya membutuhkan guru yang memiliki latar belakang
pendidikan khusus

f. Matrik Hubungan Kompetensi Dasar Dengan Tema


Matrik keterhubungan antara KD dengan tema dapat dilakukan
dengan mengidentifikasika tema-tema yang digunakan sebagai
pengikat keterpaduan berbagai mata pelajaran. Pemetaan dilakukan
pada semua pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3. Mengapa harus
semua mata pelajaran kecuali pelajaran tertentu? Alasannya karena
pembelajaran tematik adalah keterpaduan berbagai macam mata
pelajaran yang diikat dengan tema. Selanjutnya perlu mengidentifikasi
SK dalam setiap mata pelajaran lalu KD pada setiap mata pelajaran
yang diajarkan di kelas. Setlah mengidentifikasi SK dan KD langkah
selanjutnya yaitu menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator.
Terakhir hal yang paling utama yaitu menganalisis keterhubungan
tema-tema dengan SK, KD, dan indikator dari semua mata pelajaran
yang diajarkan lalu menganalisis keterhubungan tema-tema dengan SK,
KD, dan indikator seperti yang terlihat pada gambar5.1.2 di bawah ini.
Gambar 5 1.3

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 163


Matrik ke terhubungan kompetensi dasar dengan tema

Sumber. http;/www.google.com

Lembar kegiatan 5.1.2

Menjabarkan Keterbubungan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,


Indikator Dengan Tema

Tujuan
Mahasiswa mampu menjabarkan SK, KD, Indikator dengan tema
Bahan/Alat
Hasil lembar kegiatan 5.1.1 yaitu pemetaan atau penjabaran SK, KD
kedalam indikator
Langkah kegiatan
1. Mahasiswa membuat kelompok masing-masing berdasarkan kelas,
terdiri dari 6 kelompok yaitu kelas 1 semester ganjil, kelas 1 semester
genap, kelas 2 semester ganjil, kelas 2 semester genap, kelas 3
semester ganjil dan kelas 3 semester genap.
2. Berkelompoklah dan berdiskusilah dengan kelompok Anda
untukmembuat matriks keterhubungan SK, KD, dan indikator ke dalam
temapada mata pelajaran matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS,
PKN, di kelas 1-3. Format dapat di lihat pada bagan dibawah ini;
Mata Standar Kompet indika Tema
pelaja kompet ensi tor Diri Kelu Tran Hid
ran ensi dasar sen arga s up
diri port ruk
asi un

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 164


3. Tukarkan tugas keompok masing-masing kolompok dengan kelompok


lain untuk dikritisi dalam penjabaran KD ke dalam indikator untuk
menilai;
a. Apakah rumusan SK, KD, indikator sudah sesuai dengan tema?
b. Apakah SK, KD, indikator relevan dengan tema sesuai dengan
tingkatan jenjang kelasnya?

Selamat Berkejasama

g. Pemetaan Pembelajaran Tematik.


Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu
luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya
lebih sfesifik dan lebih konkret. Anak tema atau subtema tersebut
selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi
pembelajaran. Bila digambarkan akan tampak seperti gambar 5.1.4
dibawah ini;

Sumber. www.Vecmalang.com

Contoh gambar di atas dapat dijabarkan seperti Tema “Diri


Sendiri” dapat dikembangakan sub tema;1) jujur, 2) tertib, dan 3) bersih.
Selanjutnya sub tema 1 bisa dijabarkan menjadi beberapa materi
pelajaran. Selanjutnya menetapkan jejaring tema dapat di lihat kembali
pada gambar 5.1.5.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 165


Gambar 5.1.5.
Jaringan Tema Keterhubungan Kompetensi Dasar Dengan Tema
Pemersatu

Sumber; kunandar (2007:30)

h. Penyusunan Silabus dan RPP


Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi dan kompetensi dasar,  kegiatan pembelajaran, materi
pokok/pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian,
sumber, dan  alokasi waktu belajar merupakan pengaturan dan
penjabaran seluruh kompetensi dasar suatu mata pelajaran dalam
standar isi sehingga relevan dengan konteks madrasahnya dan siap
digunakan sebagai panduan pembelajaran setiap mata pelajaran.
Standar Isi merupakan standar minimal yang berisi Standar Kompetensi
dan kompetensi dasar.  Menurut Khaeruddin (2007:76). Silabus berisi
standar kompetensi dan kompetensi dasar, kegiatan pembelajaran,
materi pokok/pembelajaran indikator pencapaian kompetensi, penilaian,
sumber, dan alokasi waktu belajar. Sedangkan RPP atau Rancangan
pembelajaran merupakan program kegiatan belajar mengajar dalam
satuan terkecil. Biasanya guru mengembangkan perencanaan dalam

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 166


bidangnya untuk jangka waktu satu tahun atau satu semester, satu
minggu, atau beberapa jam saja.
Silabus pada dasarnya merupakan program yang bersifat makro
yang harus dijabarkan lagi ke dalam program-program pembelajaran
yang lebih rinci, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Silabus merupakan program yang dilaksanakan untuk jangka waktu
yang cukup panjang (satu semester), menjadi acuan dalam
mengembangkan RPP yang merupakan program untuk jangka waktu
yang lebih singkat.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajar-
an, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian.
Pada dasarnya silabus merupakan acuan utama dalam suatu
kegiatan pembelajaran. Beberapa manfaat dari silabus ini, di antaranya:
1. Sebagai pedoman/acuan bagi pengembangan pembelajaran lebih
lanjut, yaitu dalam penyusunan RPP, pengelolaan kegiatan
pembelajaran, penyediaan sumber belajar, dan pengembangan
sistem penilaian.
2. Memberikan gambaran mengenai pokok-pokok program yang akan
dicapai dalam suatu mata pelajaran.
3. Sebagai ukuran dalam melakukan penilaian keberhasilan suatu
program pembelajaran.
Prinsip pengembangan silabus berdasarkan PP No 19 Th 2005
tentang standar nasional pendidikan sebagai berikut;

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 167


1. Ilmiah, artinya secara keseluruhan materi dan rangkaian kegiatan
yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuaannya.
2. Relevan, artinya kedalaman, cakupan, tingkat kemudahan
maupun kesukaran, urutan penyajian materi dalam silabus sesuai
dengan tingkat perkembangan intelektual, sosial, fisik, emosional
dan spritual peserta didik.
3. Sistematis, artinya komponen yang tertuang dalam silabus saling
berhubungan dimana kompetensi awal dengan kompetensi
selanjutnya secara berkelanjutan.
4. Konsisten, artinya adanya hubungan yang ajeg, taat asas antara
isi dalam silabuas seperti SK, KD, indikator, waktu beljaran,
kegiatan belajar, materi belajar, sumber belajar, dan sistem
penilain.
5. Memadai, artinya segala rangkaian yang ada dalam komponen
silabus seperti indikator, materi, kegiatan belajara, sistem
penelian dapat menunjang pencapaian dari kompetensi dasar.
6. Aktual dan kontekstual, artinya komponen yang tedapat di dalam
silabus harus dapat memperhatikan perkembangan teknologi,
ilmu, seni yang mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa
yang up to date (baru).
7. Fleksible, artinya peserta didik, pendidik, serta perubahan-
perubahan komponen yang terdpat dalam silabus dapat
mengakomodasi keragaman yang terjadi di sekolah dan tuntunan
masyarakat di lingkungan sekitar.
8. Menyeluruh, artinya seluruh komponen silabus mencangkup
ranah kopentensi seperti afektif, kognitif, dan psikomotorik.

Agar silabus dapat tersusun dengan baik, dibutuhkan tim kerja


yang memadai dan memiliki beberapa kapabilitas. Sebaiknya dalam tim
kerja tersebut tersedia ahli kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli disain

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 168


pembelajaran, ahli evaluasi, dan ahli lainnya yang diperlukan.
Selanjutnya, perlu juga ditetapkan struktur organisasi dan tatalaksana
tim pengembang silabus tersebut.
Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan atau sering dikenal
KTSP pengembangan silabus tidak menyimpang dari standar yang ada,
sebagai calon guru perlu mengetahui langkah-langkah dalam proses
pelaksanaannya. Langkah-langkah pengembangan silabus menurut
E.Mulyasa (2006) tersebut dapat diuraian di bawah ini;
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi pada dasarnya merupakan kualifikasi
kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai
pada setiap tingkat dan/atau semester untuk mata pelajaran
tertentu. Kompetensi dasar merupakan sejumlah ke-mampuan
yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai
rujukan penyusunan indikator kompetensi. Para pengembang
silabus perlu mengkaji secara teliti standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau
tingkat kesulit-an materi, tidak harus selalu sesuai dengan
urutan yang ada dalam standar isi;
2) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar
dalam mata pelajaran;
3) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar
antarmata pelajaran.

2. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran


Materi pokok/pembelajaran ini merupakan pokok-pokok materi
pembe-lajaran yang harus dipelajari siswa untuk mencapai
kompetensi dasar dan in-dikator. Jenis materi pokok bisa berupa

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 169


fakta, konsep, prinsip, prosedur, atau keterampilan. Materi pokok
dalam silabus biasanya dirumuskan dalam ben-tuk kata benda
atau kata kerja yang dibendakan. Untuk mengidentifikasi ma-teri
pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi
dasar dila-kukan dengan mempertimbangkan:
1) Potensi peserta didik;
2) Relevansi dengan karakteristik daerah,
3) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial,
dan spiritual peserta didik;
4) Kebermanfaatan bagi peserta didik;
5) Struktur keilmuan;
6) Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
7) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan
lingkungan; dan
8) Alokasi waktu.

3. Melakukan Pemetaan Kompetensi


1) Mengidentifikasi SK, KD dan materi pembelajaran
2) Mengelompokkan SK, KD dan materi pembelajaran
3) Menyusun SK, KD sesuai dengan keterkaitan

4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk/pola
umum kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses
pembelajaran. Kegiatan pembe-lajaran ini dapat berupa kegiatan
tatap muka maupun bukan tatap muka. Ke-giatan tatap muka,
berupa kegiatan pembelajaran dalam bentuk interaksi lang-sung
antara guru dengan siswa (ceramah, tanya jawab, diskusi, kuis,
tes). Ke-giatan non tatap muka, berupa kegiatan pembelajaran
yang bukan interaksi langsung guru-siswa (mendemonstrasikan,
mempraktikkan, mengukur, mensimulasikan, mengadakan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 170


eksperimen, mengaplikasikan, menganalisis, mene-mukan,
mengamati, meneliti, menelaah), kegiatan pembelajaran
kontekstual, dan kegiatan pembelajaran kecakapan hidup.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan
kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat
melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk
mencapai kompetensi dasar.
3) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai
dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
4) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan
pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa
dan materi.

5. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi.


Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumus-kan
dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi. In-dikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun
alat penilaian.

6. Penentuan Jenis Penilaian


Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 171


tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,
proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian
diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses
dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian
kompetensi.
2) Penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu berdasarkan
apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi
seseorang terhadap kelompoknya.
3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator
ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta
untuk mengetahui kesulitan siswa.
4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.
Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran
berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntas-an,
dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah
memenuhi kri-teria ketuntasan.
5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman
belajar yang di-tempuh dalam proses pembelajaran.
Misalnya, jika pembelajaran meng-gunakan pendekatan
tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan
baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 172


wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi
lapangan yang berupa infor-masi yang dibutuhkan.

7. Menentukan Alokasi Waktu


Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar
didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata
pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah
kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan
tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang di-
cantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata
untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta
didik yang beragam. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan
seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran
selama penyelenggaraan pendidikan di ting-kat satuan
pendidikan. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu
yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata
pelajaran lain yang sekelompok. Implementasi pembelajaran per
semester mengguna-kan penggalan silabus sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran
dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum.
8. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang
digunakan un-tuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak
dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial,
dan budaya. Penentuan sumber bela-jar didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar serta materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.
9. Pengembangan Silabus
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran di kelas, dari sebuah
silabus perlu dikembangkan dan dibuat rencana pelaksanaan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 173


pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan
rancangan secara menyeluruh kegiatan pembelajaran yang harus
dilakukan peserta didik. dalam kegiatan pembelajaran untuk
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, dan strategi
pembelajaran serta penilaian yang akan dilakukan oleh guru
dalam proses pembekalan kompetensi peserta didik.

Format silabus 5.1.1

Silabus
Sekolah : ……………………………………………………………
Kelas/Semester : ……………………………………………………………
Alokasi waktu : ……………………………………………………………
Tema : ……………………………………………………………
Standar kompetensi : ……………………………………………………………

Mata Kompetensi Materi Pokok/ Kegiatan Alokasi Sumber/


Indikator Penilaian
Pelajaran Dasar Pembelajaran Pembelajaran Waktu Rujukan
(1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

10. Pelaksanaan Pembelajaran


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.
RPP dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema
tertentu yang mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 174


secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi
siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP disusun
berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas:
1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan
2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema
3) Kelas/semester
4) Materi pokok
5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan
jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD
yang harus dicapai
6) Kompetensi Inti (KI), merupakan gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang harus dipelajari siswa
7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, a)
Kompetensi Dasar; merupakan kemampuan spesifik yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait
muatan atau mata pelajaran, b) Indikator pencapaian
merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, c) Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, satuan
pendidikan, dan potensi daerah. Indikator digunakan sebagai
dasar untuk menyusun alat penilaian. Indikator harus dapat
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai
8) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD,
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 175


diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
9) Materi pembelajaran adalah rincian dari materi pokok yang
memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi
10) Metode pembelajaran merupakan rincian dari kegiatan
pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan KD yang akan dicapai
11) Media, alat, dan, sumber pembelajaran
12) Langkah–langkah kegiatan pembelajaran mencangkup kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup.
13) Penilaian berisis jenis/teknik penilaian bentuk instrumen dan
pedoman penskoran.

Penyusunan RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip


sebagai berikut:
1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal,
tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar,
kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
2) Partisipasi aktif peserta didik.
3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan
kemandirian.
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang
untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 176


5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan
program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan,
dan remedi.
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar.
7) Mengakomodasi pembelajaran tematik terpadu, keterpaduan
lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan
kondisi.

Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal


semester atau awal tahun pelajaran dengan maksud agar RPP telah
tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran.
Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara individu maupun
berkelompok dalam kelompok kerja guru (KKG) di gugus sekolah, di
bawah koordinasi dan supervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan.
Kurikulum 2013 untuk sekolah dasar (SD) menggunakan pendekatan
pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI.
Pengembangan RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik atau disebut dengan RPP Tematik.
Dalam implementasi Kurikulum 2013, tema tidak
dinegosiasikan dengan siswa, tetapi sudah ditetapkan oleh pemerintah,
bahkan silabus tematik, buku guru, dan buku siswa telah disediakan
oleh pemerintah. Untuk keperluan penerapan Pembelajaran Tematik
Terpadu di kelas, guru dapat mengembangkan RPP Tematik dengan
memperhatikan silabus tematik, buku guru, dan buku siswa yang telah
tersedia serta mengacu pada format dan sistematika RPP yang berlaku.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 177


RPP tematik adalah rencana pembelajaran tematik terpadu yang
dikembangkan secara rinci dari suatu tema dengan tahapan sebagai
berikut:
1) Mengkaji Silabus Tematik
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran
atau tema tertentu dalam pelaksanaan kurikulum sekolah dasar.
Komponen silabus mencakup: kompetensi inti, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar. Silabus berfungsi sebagai rujukan
bagi guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Pada Kurikulum 2013, silabus tematik telah disiapkan oleh
pemerintah, guru tinggal menggunakan sebagai dasar
penyusunan RPP. Guru memilih kegiatan-kegiatan pembelajaran
yang sesuai dengan tema/subtema yang akan dilaksanakan pada
satu pertemuan atau lebih. Kegiatan yang dipilih harus mencakup
kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar proses.
2) Mengkaji Buku Guru
Buku guru berisi tentang; 1) Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
dan Kompetensi Inti (KI). 2) Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) 1
dan 2 serta KD 3 dan 4. 3) Ruang lingkup pembelajaran untuk
satu sub tema yang terdiri dari 6 pembelajaran dalam 1 minggu
(untuk kelas I). 4) Pemetaan indikator pembelajaran untuk setiap
pembelajaran. 5) Setiap pembelajaran berisi tentang uraian
kegiatan pembelajaran yang mencakup; Nama kegiatan, Tujuan
pembelajaran, Media dan alat pembelajaran, Langkah-langkah
kegiatan, dan Penilaian. 5) Setiap akhir pembelajaran, guru
hendaknya melakukan kegiatan refleksi untuk melakukan
kegiatan remedial dan pengayaan.
3) Mengkaji Buku Siswa
Buku Seri Pembelajaran Tematik terpadu untuk siswa disusun
mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi. Buku siswa

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 178


memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Di dalamnya
memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-
kegiatan yang harus dilakukan siswa. Buku ini mengarahkan yang
harus dilakukan siswa bersama guru untuk mencapai kompetensi
tertentu, bukan buku yang materinya dibaca, diisi, atau dihafal.
Buku guru dengan cakupan isi tersebut di atas, sangat membantu
dan membimbing guru dalam menyusun RPP. Beberapa catatan
yang berkaitan dengan buku guru, buku siswa, dan sistematika
RPP sebagai berikut. 1) Sistematika RPP berbeda dengan
sistematika urutan pada buku guru dan buku siswa. 2) Metode
pembelajaran belum disajikan secara eksplisit dalam buku guru.
3) Cakupan materi sangat luas berbasis aktivitas. 4) Kegiatan
pembelajaran belum terinci, pendahuluan, inti, dan penutup. 5)
Pendekatan saintifik belum terlihat secara nyata.

Format RPP 5.1.2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Satuan Pendidikan : SD ……………………………


Kelas/Semester : /
Tema/Subtema : …………. dan ……………
Alokasi Waktu : x pertemuan ( x 35 menit)
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran ditambahkan pada komponen RPP tematik,
karena berfungsi untuk memandu guru dalam mengaitkan berbagai
konsep muatan mata pelajaran melalui berbagai aktivitas
pembelajaran.
2. Tujuan pembelajaran memuat proses dan hasil pembeljaran
3. Tujuan pembeljaran diupayakan memuat A (audience) yakni siswa, B
(behavior) atau kemampuan yang akan dicapai, C (condition) atau
aktivitas yang akan dilakukan, D (degree) atau tingkatan/perilaku yang
diharapkan.
4. Dibuat berdasarkan KD dan Indikator atau dikutip dari buku guru,
namun diletakkan di awal.
5. Memuat tujuan dari mapel-mapel yang dipadukan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Hasil Belajar


1. KD pada KI-1 dan KD pada KI-2 dipilih dari pemetaan KD KI-1 dan KD
KI-2 pada awal subtema disesuaikan dengan KD-3 dan KD-4. (ini

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 179


hanya berlaku untuk Mapel Agama dan PPKn.)
2. KD pada KI-3 dan KD pada KI-4 dicuplik dari pemetaan KD pada
setiap pembelajaran dalam buku guru.
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Mapel 1 (Khusus Mapel PKn)

KD 1 Indikator
………………………………. …………………………………………
…………………………………………
KD 2 Indikator
………………………………. …………………………………………
…………………………………………
KD 3 Indikator
………………………………. …………………………………………
…………………………………………

KD 4 Indikator
………………………………. …………………………………………
…………………………………………

Mapel 2 (selain PKn)

KD 3 Indikator
……………………………….. ………………………………………….
………………………………………….
KD 4 Indikator
……………………………….. ………………………………………….
………………………………………….

Mapel 3 (selain PKn)

KD 3 Indikator
……………………………….. ………………………………………….
………………………………………….
KD 4 Indikator
……………………………….. ………………………………………….
………………………………………….

C. Materi pembelajaran
 Materi pelajaran dapat berasal dari buku siswa dan buku guru, sumber
belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran
dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi per maple yang
dipadukan
 Materi pembelajaran per Mapel pada RPP bisa memuat pokok-pokok saja.

Materi Bahasa Indonesia


……………………………………………………………………………
Materi IPA

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 180


……………………………………………………………………………
Materi Matematika
……………………………………………………………………………
D. Metode pembelajaran
Tuliskan metode pembelajaran yang digunakan. Upayakan metode yang
mengaktifkan siswa seperti jigsaw, demonstrasi, inquiry, dan sejenisnya.
E. Media pembelajaran
Tuliskan alat bantu pembelajaran yang dirancang sebagai media. Ada dibuku
guru.
F. Sumber belajar
Tuliskan buku, koran, majalah, atau sumber lain yang digunakan dalam
pembelajaran di SD. Ada di buku guru.
G. Langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran ini dirancang untuk 1 hari. Sehingga dibuat
menjadi 3 penggalan. Satu penggalan sebelum istirahat 1, satu penggalan
setelah istirahat 1, dan satu penggalan lagi setelah istirahat 2.
Penggalan 1
1. Kegiatan Awal
Guru membuka dengan doa, guru memberikan motivasi, memberikan
apersepsi, dan menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran dan
penilaian.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari kegiatan:
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen,
mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan. Atau sajikan sintak
model-model pembelajarannya seperti PBL, Penemuan (Discovery),
atau Pembelajaran Kooperatif.
3. Kegiatan Penutup
Guru memberikan rangkuman apa yang dipejari dalam pengalan 1.

Penggalan 2
1. Kegiatan Awal
Guru memberi motivasi, memberikan penekanan tujuan pada
penggalan 2, serta menjelaskan kegiatan pembelajaran pada
penggalan 2.
2. Kegiatan Inti
Lanjutkan 5 M atau sintak model-model pembelajarannya seperti
PBL, Penemuan (Discovery), atau Pembelajaran Kooperatif pada
penggalan 1.
3. Kegiatan Penutup
Guru memberikan rangkuman apa yang dipelajari pada penggalan 2.

Penggalan 3
1. Kegiatan Awal
Guru memberi motivasi, memberikan penekanan tujuan pada
penggalan 2, serta menjelaskan kegiatan pembelajaran pada
penggalan 3.
2. Kegiatan Inti
Lanjutkan 5 M atau sintak model-model pembelajarannya seperti
PBL, jigsaw, Penemuan (Discovery), atau Pembelajaran Kooperatif

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 181


pada penggalan 2.
3. Kegiatan Penutup
Guru memberikan kesimpulan, Guru melakukan penilaian, Guru
melakukan refleksi, Guru memberikan penugasan (PR), dan Guru
menugasi salah satu siswa untuk menutup dengan doa.

H. Penilaian hasil
Uraikan teknik dan bentuk penilaian untuk sikap (khusus PKn). Uraikan teknik
dan bentuk penilaian untuk pengetahuan, dan uraikan pula teknik dan bentuk
penilaian keterampilan.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran tematik pada dasarnya


sama dengan pembelajaran pada umumnya yang memiliki Urutan
kegiatan yang secara garis besar terdiri dari kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Masing-masing kegiatan akan menggunakan
serangkaian metode pembelajaran. Ada beberapa alternatif metode
yang akan digunakan pada pembelajaran kelas awal, artinya pada usia
dan kondisi anak kelas awal. Penentuan metode juga ditentukan pada
kegiatan mana metode tersebut akan digunakan. Hal ini disebabkan
karena masing-masing kegiatan mempunyai tujuan yang berbeda,
diantarnya:
1. Kegiatan awal, bertujuan untuk:
1) memfokuskan perhatian siswa-siswi dan menciptakan
ketertarikan,
2) merangsang pemikiran siswa-siswi,
3) mengungkap pengalaman awal yang dimiliki siswa-siswi,
4) memotivasi siswa-siswi mempelajari materi,
5) memahami tujuan pembelajaran,
6) meningkatkan pada kesepakatan kelas.
2. Kegiatan inti, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
siswa untuk; mengumpulkan informasi, menyelidiki, menguji,
memecahkan masalah, memikirkan sesuatu,memutuskan
sesuatu,memahami materi,memperluas pemahaman terhadap
materi,mengaplikasikan materi yang dipelajari.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 182


3. Kegiatan penutup, bertujuan untuk mempertegas bukti-bukti
adanya:
1) pemahaman siswa pada materi,
2) kemampuan siswa-siswi mengaplikasikan hal yang
dipelajari,
3) ketermpilan yang dimiliki siswa-siswi,
4) sikap dan performance siswa-siswi.

Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan


dengan menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan pembukaan
atau awal atau pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan lebih
kurang mulai dari 5 sampai 10% waktu pelajaran yang disediakan,
kegiatan inti lebih kurang 80% dari waktu pelajaran yang telah
disediakan, sedangkan kegiatan penutup dilaksanakan dengan alokasi
waktu lebih kurang 10-15% dari waktu pelajaran yang disediakan.
Prosedur Kegiatan Pembelajaran Tematik yaitu, pertama;
Kegiatan awal, meliputi: menginformasikan tema dan sub tema yang
akan dipelajari dan menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan, kedua Kegiatan inti, meliputi: memberikan
pertanyaan pemandu yang berfungsi untuk membangkitkan motivasi
belajar siswa-siswi dan mengkaitkan materi pembelajaran, memberikan
tugas atau kegiatan-kegiatan kepada siswa-siswi yang berkaitan
dengan tema dan mngutamakan pemerolehan pengalaman langsung
pada diri siswa-siswi, memberikan laporan hasil kegiatan siswa-siswi,
dan melakukan penguatan dengan membahas bersama-sama kegiatan
yang telah dilakukan siswa-siswi.Ketiga Kegitan akhir, meliputi:
merumuskan kesimpulan akhir dari sub tema atau topik yang dibahas
dan melakukan tes akhir (postest).Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Tematik
1. Kegiatan pendahuluan/awal/pembukaan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 183


Kegiatan ini terutama dilakukan untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran untuk mendorong siswa-siswi menfokuskan dirinya
agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik,
dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa-siswi agar secara
mental siap mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan sikap
baru.
Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan.
Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian anak tentang tema
yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat
dilakukan adalah berdo’a sebelum belajar, bercerita, kegiatan
fisik/jasmani dan menyanyi.
2. Kegiatan inti/penyajian
Dalam kegiatan ini difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis, dan
hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan berbagai strategi/metode yang berfariasi dan dapat
dilakukan secara klasikal, kelompok kecil atau perorangan.
3. Kegiatan penutup/akhir dan tindak lanjut
 Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan.
Beberapa contoh kegiatn penutup yang dapat dilakukan adalah
menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah
dilakukan, membaca ayat-ayat pendek al-qur’an, mendongeng,
membaca cerita/kisah-kisah teladan dari buku, pantomime,
pesan-pesan moral,musik/apresiasi musik

Berikut merupakan contoh RPP milik SD Labschool FIP UMJ


yang dapat dijadikan acuan atau contoh pembuatan RPP.
PROSEDUR AKTIVITAS WKT KETERANGAN
2. Guru bertanya tentang kabar siswanya 10’  PENDAHULUAN
dengan cara yang sangat bersahabat  APERSEPSI
3. Guru dan siswa mengucapkan Basmalah  ALPHA ZONA
bersama-sama sebelum memulai pelajaran.
4. Guru bertanya kepada siswa hari dan tanggal

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 184


dan menuliskannya di papan tulis.
5. Guru menyampaikan Tema dan Subtema
yang akan dipelajari bulan ini.
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dipelajari hari ini.
7. Guru melakukan ALPHA ZONA, dengan 5’  PENDAHULUAN
senam otak. Melakukan latihan senam  APERSEPSI
tangan atau dengan bernyanyi sambil  ALPHA ZONA
menggerakan tangan/kaki.
8. Guru meminta siswa mengamati buku  APERSEPSI
halaman 2 30’ (menyimak dan
9. Guru menunjukkan cara berkenalan, seperti bertanya)
yang dilakukan Anton di buku siswa halaman
2
10. Siswa diajak untuk saling berkenalan secara
bergantian, dimulai dari guru dengan
memperkenalkan diri, ”Selamat pagi, nama
panjang saya....biasa dipanggil....
11. Demikian seterusnya hingga seluruh
siswa memperkenalkan diri.
12. Setelah semua memperkenalkan diri, guru
mengajak siswa untuk bernyanyi
13. Guru menggunakan lagu yang ada di buku
siswa.
14. Siswa bersama guru bernyanyi lagu”Slamat 5’  Apersepsi
Pagi Bu” ciptaan Pak Kasur  Menyanyikan
lagu

15. Setelah bernyanyi guru menyampaikan 35’  INTI


bahwa mereka akan bermain sambil
mengenal bilangan dan mengajak siswa
untuk berhitung bersama dari 1-5.
16. Guru mengenalkan konsep dan lambang
bilangan 1-5.
17. Guru menempelkan kertas bertuliskan angka
1-5 di beberapa bagian kelas. Misalnya,
angka 1 ditempel di satu sudut kelas. Angka
2 ditempel di papan tulis.
18. Satu siswa diminta untuk berdiri di dekat
angka 1, dua siswa diminta berdiri di dekat
angka 2 demikian seterusnya sampai di
angka 5 dengan lima orang siswa.
19. Siswa diminta kembali ke tempat semula.
20. Guru menghitung sampai angka 5 dan
meminta siswa untuk menuju ke sudut-sudut
angka tersebut.
21. Jumlah siswa di setiap sudut harus sesuai
dengan angka yang tertera. Misalnya, pada
sudut dengan angka 1, hanya ada satu siswa
di sana. Begitu juga dengan angka yang

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 185


lainnya.
22. Guru mengulang kegiatan sampai siswa
paham mengenai banyak benda dan lambang
bilangan 1-5.
23. Guru melakukan refleksi kegiatan dengan
cara meminta siswa mengungkapkan
perasaan dan pendapatnya.

24. Kemudian siswa mengerjakan lembar latihan


di buku siswa, namun guru dapat menambah
variasi latihan sendiri.
25. Guru mengajak siswa untuk mengenal
temannya
dengan bermain mengenal teman baru.
26. Minta siswa untuk berkumpul membuat
kelompok masing-masing 5 orang.
27. Siswa akan berbagi informasi mengenai
nama panggilan
dan nama lengkap.Setiap siswa akan
menyebutkan identitas teman yang duduk di
sebelahnya.
28. Lalu, setiap kelompok membentuk lingkaran.
29. Masing-masing kelompok mengundi siapa
yang mendapat giliran pertama mengenalkan
nama lengkap teman di sebelah kanannya.
30. Siswa mendapat giliran mengucapkan terima
kasih sebelum dan sesudah mengenalkan
teman disebelahnya guru memberi contoh
sebelum memulai kegiatan.
31. Siswa yang mendapat giliran pertama
bertugas menyebutkan identitas teman yang
duduk di sebelah kanannya.
32. Siswa kedua bertugas menyebutkan identitas
teman berikutnya.
33. Teman lain mengamati dan membantu
mengoreksi jika ada informasi yang tidak
sesuai.
34. Kegiatan diulang sampai semua siswa
mendapat giliran.
35. Guru membuat tabel yang berisi nama
lengkap dan nama panggilan semua siswa di
kelas.
36. Siswa diminta menyebutkan nama lengkap
dan nama panggilan teman dalam kelompok
masing-masing.
37. Guru menuliskan nama lengkap dan nama
panggilan siswa dalam satu kelompok.
38. Setelah semua terdata, guru mengajak
siswa memperhatikan nama-nama siswa
dalam setiap kelompoknya.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 186


39. Lalu guru menjelaskan bahwa untuk dapat 35’  SCIENTIFIC
mengenal nama teman, kita bisa juga APPROACH
menggunakan kartu nama. (MENALAR)
40. Guru menyampaikan bahwa siswa akan
membuat kartu nama mereka masing-
masing.
41. Guru membagikan potongan-potongan karton
seukuran kartu nama.
42. Guru membagikan kertas bertuliskan
namasiswa kepada masing-masing siswa
untuk dijadikan contoh untuk menulis.
43. Lalu, Siswa diminta menuliskan namanya di
karton kartu nama dan menghias atau
mewarnai kartu nama mereka masing-
masing.
44. Setelah itu, guru menjelaskan bahwa kartu
nama tersebut akan dipajang di kelas.
47. Siswa bersama guru menutup kegiatan 5’ PENUTUP
dengan diskusi bahwa semua anak  Kesimpulan
mempunyai nama lengkap dan nama  Apresiasi
panggilan dan semua nama bagus. Dengan
adanya nama kita menjadi saling
mengenal.pentingnya saling mengenal,
karena tak kenal maka tak sayang, upayakan
guru memberikan penguatan tentang
pentingnya saling mengenal.
48. Guru memberi apresiasi kepada semua siswa
untuk pelajaran hari ini dengan pujian yang
sangat baik karena sudah mau bekerjasama.
Dan memberikan reward untuk kelompok
yang tertib dan aktif selama pembelajaran
berlangsung.
49. Guru dan siswa mengucapkan Hamdalah
sebagai penutup pelajaran hari ini. Kemudian
membaca do’a sebelum pulang.

D. Latihan Soal BAB VI


Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1. Jelaskan bagaimana prosedur pemetaan tema!
2. Jelaskan cara memetakan kompetensi dasar dan indikator
ke dalam tema!
3. Jelaskan bagaimana cara memetakan atau menjabarkan
keterhubungan tema ke dalam kompetensi dasar dan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 187


indikator!

E. Petunjuk Jawaban Soal BAB VI


Petunjuk jawaban soal dapat mempermudah Anda untuk
menjawab latihan soal
1. Jawaban nomor 1 dapat anda jawab dengan memahami
pada sub BAB cara memetakan tema.
2. Jawaban no 2 dan 3 dapat anda jawab dengan mudah jika
Anda telah mengerjakan!

F. Rangkuman
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam merancang
pembelajan tematik ini yaitu:
1. Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester
yang sama dari setiap mata pelajaran,
2. Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-
kompetensi untuk setiap kelas dan semester,
3. Buatlah ”matriks hubungan kompetensi dasar dengan
tema”,
4. Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini
dapat dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jaringan
topik,
5. Susunlah silabus dan rencana pembelajaran
berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematik
RPP tematik adalah rencana pembelajaran tematik terpadu
yang dikembangkan secara rinci dari suatu tema dengan tahapan
mulai dari mengkaji silabus tematik mengkaji buku guru mengkaji
buku siswa.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 188


PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 189
Tes Formatif 5
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar!

1. Pembelajaran tematik dapat dilaksanakan dengan tiga tahap


yaitu....
a. Tahap Perencanaan, Pelaksanaan, dan evaluasi/penilaian
b. Tahap Perencanaan, Pelaksanaan, dan penutup
c. Tahap Perencanaan, inti, dan evaluasi/penilaian
d. Tahap Perencanaan, inti, dan penutup
2. Dalam merancang pembelajaran tematik setelah Anda
memetakan tema pembelajaran tahapan selanjutnya yaitu….
a. Pemetaan SK, KD, indikator
b. Pemetaan pembelajaran tematik atau membuat jejaring tema
c. Membuat matriks hubungan KD dengan tema
d. Penyusunan silabus ataau RPP
3. Pemetaan tema perlu diperhatikan prinsip-prinsip penentuan
tema. Dibawah ini bukan merupakan prinsip-prinsip penentuan
tema adalah….
a. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa
b. Dari yang sederhana menuju yang kompleks
c. Dari yang tersulit menuju yang mudah
d. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
4. Berikut merupakan manfaat dari silabus adalah kecuali....
a. Sebagai pedoman/acuan bagi pengembangan pembelajaran
lebih lanjut
b. Memberikan gambaran mengenai pokok-pokok program yang
akan dicapai dalam suatu mata pelajaran.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 190


c. Sebagai ukuran dalam melakukan penilaian keberhasilan
suatu program pembelajaran.
d. Sebagai bentuk penilaian hasil belajar siswa
5. Prinsip pengembangan silabus berdasarkan PP No 19 th 2005
tentang standar nasional pendidikan adalah kecuali….
a. Ilmiah
b. Relevan
c. Konsisten
d. Aktual dan non kontekstual
6. Prinsip yang menyatakan kedalaman, cakupan, tingkat
kemudahan maupun kesukaran, urutan penyajian materi dalam
silabus sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual, sosial,
fisik, emosional dan spritual peserta didik….
a. Ilmiah
b. Relevan
c. Sistematis
d. Aktual dan non kontekstual
7. Prinsip yang peserta didik, pendidik, serta perubahan-perubahan
komponen yang terdpat dalam silabus dapat mengakomodasi
keragaman yang terjadi di sekolah dan tuntunan masyarakat di
lingkungan sekitar adalah….
a. Memadai
b. Aktual dan non kontekstual
c. Fleksible
d. Menyeluruh
8. Langkah-langkah pengembangan silabus pada kurikulum tingkat
satuan pendidikan setelah mengidentifikasi materi pembelajaran
adalah….
a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
b. Melakukan Pemetaan Kompetensi
c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 191


d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
9. Yang bukan termasuk komponen RPP terdiri adalah….
a. Identitas sekolah
b. Kelas/semester
c. Alokasi waktu
d. Silabus
10. Prinsip-prinsip yang hendaknya diperhatikan dalam penyusunan
RPP adalah….
a. Berpusat pada guru untuk mendorong semangat belajar.
b. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP
c. Melakukan Pemetaan Kompetensi
d. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan
kepada para pendidik, khususnya guru
11. Kapan pengembangan RPP dapat dilakukan?
a. Awal semester atau awal tahun pelajaran
b. Tengah semester atau pertengahan tahun pelajaran
c. Akhir semester atau akhir tahun pelajaran
d. Dapat dilakukan sewaktu-waktu
12. Tahapan pengembangan secara rinci dari suatu tema RPP
tematik adalah……
a. Mengkaji Silabus Tematik
b. Mengkaji Buku Guru
c. Mengkaji Buku Siswa
d. Semua jawaban benar
13. Pada tahap pelaksanaan pemelajaran tematik pada dasarnya
sama dengan pembelajaran pada umumnya dengan urutan...
a. Kegiatan persiapan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
b. Kegiatan persiapan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
c. Kegiatan apersepsi, kegiatan penutup, dan kegiatan inti.
d. Kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 192


14. Yang bukan termasuk tujuan dari kegiatan inti adalah
memeberikan kesempatan kepada siswa untuk….
a. Menyelidiki dan memecahkan masalah
b. Memikirkan sesuatu dan memutuskan sesuatu
c. Memahami materi memperluas dan pemahaman terhadap
materi
d. Menyelidiki dan mengkususkan pemahaman terhadap materi
tertentu
15. Alokasi waktu tahapan pembukaan berkisar dari.....
a. 5 sampai10 %
b. 15 sampai 20 %
c. 30 sampai 80 %
d. 10 sampai15 %
16. Prosedur Kegiatan Pembelajaran Tematik pada tahap dimana
guru memberikan pertanyaan pemandu yang berfungsi untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa adalah...
a. Kegiatan awal
b. Kegiatan inti
c. Kegiatan penutup
d. Kegiatan pembelajaran
17. Prosedur Kegiatan Pembelajaran Tematik pada tahap melakukan
penguatan dengan membahas bersama-sama kegiatan yang
telah dilakukan siswa-siswi....
a. Kegiatan awal
b. Kegiatan inti
c. Kegiatan penutup
d. Kegiatan pembelajaran
18. Berikut merupakan perangkat pembelajaran kecuali….
a. Buku
b. Kalender Pendidikan
c. Daftar hadir

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 193


d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan)
19. Mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik
merupakan tujuan dari…
a. Buku
b. Instrumen penilaian
c. Lembar Kegiatan Siswa (Student Worksheet)
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan)
20. Pengembangan silabus seharusnya mempunyai prinsip kosisten
yang artinya….
a. Adanya hubungan yang ajeg, taat asas antara isi dalam
silabuas seperti SK, KD, indikator, waktu beljaran, kegiatan
belajar, materi belajar, sumber belajar, dan sistem penilain.
b. Artinya kedalaman, cakupan, tingkat kemudahan maupun
kesukaran, urutan penyajian materi dalam silabus sesuai
dengan tingkat perkembangan intelektual, sosial, fisik,
emosional dan spritual peserta didik.
c. Segala rangkaian yang ada dalam komponen silabus seperti
indikator, materi, kegiatan belajara, sistem penelian dapat
menunjang pencapaian dari kompetensi dasar.
d. Komponen yang tedapat di dalam silabus harus dapat
memperhatikan perkembangan teknologi, ilmu, seni yang
mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang up to date
(baru).

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 194


Balikan dan Tindak lanjut

Cocokanlah jawaban Anda dengannkunci jawaban tes formatif pada


bagian BAB ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar kemudian untuk
mengetahui tingkat penguasaan tentang BAB VI:
Rumus :
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan :-------------------------------------------------------- x 100
%
20
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai;
90 % - 100% = Baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila Anda telah mencapai tingkat kemampuan 80% atau lebih, maka
Anda bisa dengan mempelajari kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi jika
Anda masih tingkat penguasaan di bawah 80%, maka harus
mengulangi kegiatan belajar terutama yang Anda belum pahami.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 195


Kunci Jawaban Test Formatif

1. A 11. A
2. C 12. D
3. C 13. D
4. A 14. D
5. D 15. A
6. B 16. B
7. C 17. B
8. B 18. C
9. D 19. B
10. B 20. A

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 196


BAB VII Evaluasi Pembelajaran
Tematik

Pada BAB ini, mahasiswa maupun dosen pengampu mata


kuliah Pembelajaran Terpadu. Dalam BAB ini dapat diuraian dari
capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK) sebagai berikut;
1. Definisi evaluasi pembelajaran tematik
2. Prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran tematik
3. Penyusunan instrumen penilaian.pembelajaran tematik
4. Macam-macam instrumen penilaian.
5. Instrumen pengetahuan (kognitif), afektif, sosial dan keterampilan.

Petunjuk penggunaan buku pada BAB VII ini, sebagai berikut:


1. Cermati bagian pendahuluan buku ini untuk lebih lanjut
memahami isi buku pada bab selanjutnya.
2. Setelah anda mencermati isi BAB VII ini, selanjutnya buatlah
catatan dan mind mapping atau peta konsep untuk memudahkan
pemahaman anda terhadap intisari pembahasan pada bab ini.
3. Catatan pada masing pointers dapat anda diskusikan dengan
teman sejawat atau dosen pengampu matakuliah.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber
lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai
sumber, termasuk dari internet.
5. Tingkatkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan
diskusi dalam kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau
teman sejawat.
6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang
dituliskan pada setiap bab. Hal ini berguna untuk mengetahui

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 197


apakah Anda sudah memahami dengan benar kandungan BAB
VII ini.

K
eberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari
hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik tersebut
diperoleh setelah proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan
proses pembelajaran akan mempengaruhi baik buruknya terhadap hasil
belajar peserta didik. Apabila proses pembelajaran tidak berjalan
dengan baik maka akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian
keberhasilan tujuan pembelajaran. Sedangkan salah satu faktor penting
untuk efektifitas pembelajaran adalah faktor evaluasi, baik terhadap
proses maupun hasil pembelajaran. Evaluasi menempati posisi yang
sangat strategis dalam proses pembelajaran. Sedemikian penting
evaluasi ini sehingga tidak ada satupun usaha untuk memperbaiki mutu
pembelajaran yang dapat dilakukan dengan baik tanpa disertai langkah
evaluasi. Evaluasi sangat diperlukan dalam setiap pembelajaran,
karena dengan adanya evaluasi dapat mendorong peserta didik, guru,
bahkan pihak sekolah untuk menjadi yang lebih baik dari sebelumnya.

A. Definisi Evaluasi Pembelajaran Tematik


Evaluasi pembelajaran tematik dapat diartikan sebagai
evaluasi yang berupaya mencari informasi tentang pencapaian
pengetahuan dan pemahaman anak, pengembangan keterampilan
anak dan pengembangan sosial dan afektif anak dengan
memanfaatkan asesmen alternatif dan cara informal (Depdikbud,
1996:65). Menurut Raka Joni (1996:16), bahwa pada dasarnya evaluasi
dalam pembelajaran tematik tidak berbeda dari evaluasi untuk kegiatan
pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, semua asas-asas yang
perlu diindahkan dalam pembelajaran konvensional berlaku pula bagi
penilaian pembelajaran tematik. Bedanya dalam evaluasi pembelajaran
tematik lebih menekankan pada aspek proses dan usaha pembentukan
efek iringan (nurturant effect) seperti kemampuan bekerja sama,

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 198


tenggang rasa dan sebagainya. Penilaian dalam pembelajaran tematik
adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara
berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil
dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak
didik melalui program kegiatan belajar (Depdiknas, 2006:14)
Penilaian merupakan pengumpulan informasi untuk
menentukan kualitas dan kuantitas belajar peserta didik. Penilaian juga
dimaksudkan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. (Trianto, 2007:87)

B. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pembelajaran Tematik


Prinsip-prinsip Penilaian pada hakekatnya terdiri dari
perencana yaitu penialaian dilakukan secara terencana sesuai dengan
aspek perkembangan yang dinilai, Sistematis artinya penilaian
dilakukan secara teratur dan terprogram, menyeluruh artinya penilaian
mencakup semua aspek perkembangan anak baik moral dan nilai-nilai
agama, sosial-emosional, kemandirian, berbahasa, kognitif, fisik
motorik, dan seni, berkesinambungan artinya penilaian dilakukan secra
bertahap dan terus-menerus untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan peserta didik, objektif artinya penilaian dilaksanakan
terhadap semua aspek perkembangan sebagaimana adanya, bersifat
mendidik artinya proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk
memotivasi dan mengembangkan anak didik secara optimal, dan
terakhir kebermaknaan artinya hasil penilaian harus mempunyai arti dan
bermanfaat bagi guru, orang tua dan anak didik serta pihak lain.
Menurut Nana Sudjana (2008:3-4), penilaian berfungsi sebagai:
(a) alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pengajaran; (b)
umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar; dan (c) dasar
dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 199


tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan
kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk
nilai–nilai prestasi yang dicapainya. Sedangkan tujuan dalam penilaian
adalah; (a) mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi
atau mata pelajaran yang ditempuhnya; (b) mengetahui keberhasilan
proses pendidikan dan pengajaran; (c) menentukan tindak lanjut hasil
penilaian; dan (d) memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah
kepada pihak–pihak yang berkepentingan.

C. Penyusunan Instrumen Penilaian


Penilaian dilaksanakan berdasarkan gambaran atau informasi
tentang perkembangan anak didik.
1. Penilaian dengan Simbol
Cara penilaian, dalam melaksanakan penilalian dengan
menggunakan simbol guru dapat memakai cara berupa:
a. Obsevasi, Observasi adalah cara pengumpulan data melalui
pengamatan langsungterhadap sikap, perilaku, dan
berbagai kemampuan yang ditunjukkan anak.
b. Catatan Anekdot, Adalah cara pengumpulan data melalui
pengamatan langsung tentang sikap dan perilaku anak yang
muncul secara tiba-tiba (insidental)
c. Percakapan, Adalah cara pengumpulan data melalui
interaksi lisan untuk mendapatkan informasi tentang
pengetahuan atau penalaran anak mengenai sesuatu.
d. Penugasan, Adalah cara pengumpulan data berupa
pemberian tugas yang harus dikerjakan anak didik dalam
waktu tertentu baik secara perorangan maupun kelompok
e. Unjuk Kerja, Adalah cara pengumpulan data yang menuntut
anak didik untuk melakukan tugas dalam perbuatan yang

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 200


dapat diamati, missal praktik menyanyi, olahraga atau
memperagakan sesuatu.
2. Alat Penilaian yang Digunakan, Alat penilaian yang digunakan
adalah:
a. RKH ( rencana Kegiatan Harian)
b. Format catatan anekdot
3. Prosedur Penilaian
a. Guru melaksanakan penilaian dengan mengacu pada
indikator yang hendak dicapai. Penilaian dilakukan seiring
dengan kegiatan pembelajaran
b. Cara pencatan hasil penilaian harian dilaksanak sebagai
berikut:
 Catat penilaian dalam kolom penilaian perkembangan
anak dalam rencana kegiatan harian
 Bila anak dalam melaksanakan tugas selalu dibantu
guru, maka pada kolom penilaian diberi tanda bulatan
kosong (o).
 Anak yang sudah melebihi idikator dengan mampu
melaksanakan tugas tanpa bantuan, maka pada kolom
penilaian dituliskan nama anak dan tanda bulatan
penuh.
 Jika semua anak menunjukkan kemampuan sesuai
dengan indikator yang tertuang dalam RKH, maka pada
kolom penilaian ditulis kata “semua anak” dengan tanda
check list misal: semua anak
c. Hasil catatan penilaian yang ada dalam RKH dirangkum dan
dipindah kedalam format rangkuman penilaian
perkembangan anak didik.
 Apabila hasil penilaian dalam satu bulan lebih
cenderung memperoleh bulatan penuh, maka hasilnya
menjadi bulatan penuh pada rangkuman bulanan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 201


dengan selau memperhatika proses perubahan perilaku
dan kemampuan dalam pembelajaran.
 Apabila hasil penilaian pada perkembangan anak dalam
satu bulan cenderung memperoleh bulatan kosong,
maka hasilnya akan dipindahkan bulatan kosong pada
rangkuman bulanan
 Apabila hasil penilaian cenderung seimbang perolehan
bulatan penuh dan bulatan kosong, maka hasilnya
berupa tanda check list yang kemudian dipindahkan ke
rangkuman bulanan.
 Data dari buku rangkuman selama satu semester
dianalisis dan disimpulkan untuk menetapkan
gambaran perkembangan anak yang dideskripsikan
dalam laporan penilaian.
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam
melaksanakan proses penilaian hasil belajar menurut Sudjana (2008:9),
yaitu:
1. Merumuskan atau mempertegas tujuan – tujuan pengajaran.
Mengingat fungsi penilaian hasil belajar adalah mengukur
tercapai-tidaknya tujuan pengajaran, maka perlu dilakukan upaya
mempertegas tujuan pengajaran sehingga dapat memberikan
arah terhadap penyususnan alat – alat penilaian.
2. Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan
silabus mata pelajaran. Hal ini penting mengingat isi teks atau
pertanyaan penilaian berkenaan dengan bahan pengajaran yang
diberikan. Penguasaan materi pengajaran sesuai dengan tujuan –
tujuan pengajaran merupakan isi dan sasaran penilaian hasil
belajar.
3. Menyusun alat – alat penilaian, baik tes maupun non tes, yang
cocok digunakan dalam menilai jenis – jenis tingkah laku yang

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 202


tergambar dalam tujuan pengajaran. Dalam penyusunan alat
penilaian hendaknya diperhatikan kaidah – kaidah penulisan soal.
4. Menggunakan hasil – hasil penilaian sesuai dengan tujuan
penilaian tersebut, yakni untuk kepentingan pendiskripsian
kemampuan siswa, kepentingan perbaikan pengajaran,
kepentingan bimbingan belajar, maupuan kepentingan laporan
pertanggungjawaban pendidikan.

Menurut Trianto (2007:87), dalam melaksanakan penilaian


hendaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi
2. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa
yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
3. Sistem yang direncanakan adalah system penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indicator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui
kesulitan peserta didik.
4. Hasil penelitian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak
lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remidi bagi peserta didik yang pencapainya di bawah kriteria
ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah
mencapai kriteria ketuntasan
5. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar
yang ditempuh dalam proses pembelajaran.

D. Macam-Macam Instrumen Penilaian.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 203


Jenis penilaian pembelajaran tematik dilihat dari segi alatnya
terdiri atas tes dan bukan tes (nontes). System penilaian dengan
menggunakan teknik tes disebut penilaian konvensional. Sistem
penilaian tersebut kurang dapat menggambarkan kemajuan belajar
peserta didik secara menyeluruh, sebab biasanya hasil belajar peserta
didik digambarkan dalam bentuk angka–angka atau huruf–huruf di
mana gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu, untuk
melengkapi gambaran kemajuan belajar peserta didik secara
menyeluruh, perlu dilengkapi dengan menggunakan teknik penilaian
lainnya yaitu teknik bukan tes. Penilaian dengan menggunakan teknik
bukan tes disebut penilaian alternative (alternative assessment)
Penilaian alternatif dipakai sebagai penunjang dalam memberikan
gambaran pengalaman dan kemajuan belajar peserta didik secara
menyeluruh. Melalui penggunaan penilaian alternatif ini, kemajuan
belajar peserta didik dapat diketahui oleh guru dan orang tua, bahkan
oleh peserta didik sendiri. Hal ini sesuai dengan tuntutan penilaian
berbasis kelas bahwa penilaian dilaksanakan secara terpadu dengan
kegiatan belajar mengajar (KMB) dan dilakukan dengan cara
pengumpulan kerja siswa (portopolio), hasil karya (product), penugasan
(project), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper dan pencil test).
Hasil penilaian pembelajaran tematik dengan cara tersebut berguna
sebagai umpan balik bagi peserta didik, memantau kemajuan dan
diagnosis, masukan bagi perbaikan program pembelajaran, mencapai
kompetensi yang diharapkan, dan memberi informasi komunikatif bagi
masyarakat.
Beberapa kompetensi dan kemajuan belajar siswa tidak mampu
diungkap hanya dengan menggunakan tes. Untuk mendapatkan hasil
penilaian yang otentik (sesuai dengan kenyataan yang ada) telah
banyak dikembangkan perangkat penilaian non tes. Beberapa
perangkat penilaian tes dan non tes yang telah banyak digunakan
diantaranya adalah :

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 204


Tabel. Macam-macam Penilaian
Macam – macam Penilaian
Penilaian Tes Penilaian Non Tes
1.   Tes lisan, contoh: 1. Pengamatan
a. Hafalan surat-surat pendek 2. Wawancara
b. Bercerita, dan lain-lain. 2. Kinerja (unjuk kerja)
2.    Tes tertulis, meliputi; 3. Proyek
a. Pilihan ganda 4. Produk
b. Dua pilihan (benar-salah, 5. Portofolio
ya-tidak) 6. Skala Afektif (penilaian
c. Menjodohkan sikap)
d. Isian singkat
e. Uraian/esay
3.    Tes perbuatan, contoh;
a. Praktek sholat berjamaah
b. Praktek lari jarak pendek,
dan lain-lain

Sesuai dengan karakteristik siswa kelas awal, asesment yang


dapat digunakan adalah testdan non test. Untuk jenis tes, guru lebih
banyak menggunakan paper, pen test, yaitu tes tertulis, baik objektif
maupun esai. Tetapi perlu ada sedikit catatan penting bahwa siswa
kelas awal belumlah mampu membaca dan menulis dengan baik, oleh
karena itu, tes tertulis perlu dikurangi penggunaannya. Selanjutnya
penggunaan tes objektif seperti pilihan ganda mestinya tidak digunakan
secara berlebihan. Hal ini menyangkut pelatihan dan pengembangan
cara berfikir anak. Tes objektif yang memberikan pilihan jawaban,
menuntut siswa hanya memilih dari jawaban yang disediakan tersebut.
Pilihan tersebut sangat terbatas dan hanya menyangkut kemampuan
kognitif saja, padahal, sejak dini siswa hendaknya dilatih
mengungkapkan buah pikirannya baik secara tertulis maupun
perbuatan. Tes objektif tidak mampu member kesempatan tersebut.
Oleh karena itu, di kelas awal, guru disarankan untuk menggunakan
asesment alternative yang termasuk dalam asesmen non test.
Bagian terpenting yang paling mendasar dari penilaian adalah
melibatkan pengamatan siswa secara cermat dan sitematis dalam
beragam konteks. Melalui pengamatan seperti itulah guru menyadari
akan perkembangan dan kemajuan siswa melalui tahap perkembangan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 205


literasi. Pengamatan mesti berlangsung dalam situasi alamiah pada
lingkungan pembelajaran dan harus melibatkan tindakan mengawasi,
menyimak, dan berinteraksi dengan siswa. Guru memperhatikan dan
mencatat perilaku yang diperlihatkan siswa dan selanjutnya
mempertimbangkan pengamatan mereka. Segala yang dikatakan dan
dilakukan seorang anak merupakan sumber informasi tentang
perkembangan anak itu. (Lipton, 2005:170)
Selanjutnya penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan
wawancara. Wawancara dapat mengungkap pikiran siswa tentang
bacaan dan tulisan. Dengan pemeriksaan khusus, seorang guru
seringkali dapat mengungkap pemahaman atau kesalahpahaman siswa
tentang literasi. Bila sebagian siswa tidak sepenuhnya menyadari
tentang strategi apa yang mereka gunakan ketika membaca atau
menulis, pertanyaan wawancara akan membantu mereka untuk
semakin menyadari apa yang mereka pikirkan.
Lembar kegiatan 6.1.1

Prinsip, Prosedur, Dan Jenis Penilaian


Tujuan
Mahasiswa mampu memahami prisip-prinsip, prosedur, dan jenis-jenis
penilaian dalam pembelajaran tematik SD
Bahan/Alat
1. Uraian materi kegiatan belajar 6.1
2. Kertas plano
3. spidol
Langkah Kegiatan
1. Bacalah uraian Kegiatan Belajar 6.1
2. Diskusikan tentang prinsip-prinsip penilaian dalam pembelajaran
tematik pada kelompok 1
3. Diskusikan tentang prosedur penilaian dalam pembelajaran tematik
pada kelompok 2
4. Diskusikan tentang jenis-jenis penilaian dalam pembelajaran
tematik pada kelompok 1
5. Kembalilah ke kolopom asal dan rangkumlah hasil diskusi
kelompok 1,2,3!
6. Presentasikan hasil kerja kelompok!
Selamat Berkejasama

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 206


E. Instrumen Pengetahuan (Kognitif), Afektif, Sosial Dan
Keterampilan.
Instrumen merupakan suatu alat yang memenuhi persyaratan
akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur
suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.
Berdasarkan Permendikbud No. 104 Tahun 2014, instrumen penilaian
adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran
peserta didik, misalnya: tes, dan skala sikap dan lain-lain. Instrumen
penilaian terdiri dari instrumen pengetahuan, afektif, sosial, dan
keterampilan.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 207


1. Instrumen pengetahuan (kognitif)
Instrumen ini merupakan penilaian yang dilakukan guru untuk
mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam
aspek pengetahuan atau kognitif. Pada kurikulum 2013 kompetensi
pengetahuan menjadi kompetensi inti dengan kode kompetensi inti 3 (KI
3). Berikut kompetensi inti pengetahuan pada kurikulum 2013.

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI


KELAS I KELAS II KELAS III
3. Memahami 3.Memahami 3. Memahami
pengetahuan faktual pengetahuan faktual pengetahuan faktual
dengan cara dengan cara dengan cara
mengamati mengamati (mendeng mengamati (menden
(mendengar, melihat, ar, melihat, gar, melihat,
membaca) dan membaca) dan membaca) dan
menanya berdasarkan menanya menanya
rasa ingin tahu tentang berdasarkan rasa berdasarkan rasa
dirinya, makhluk ingin tahu tentang ingin tahu tentang
ciptaan Tuhan dan dirinya, makhluk dirinya, makhluk
kegiatannya, dan ciptaan Tuhan dan ciptaan Tuhan dan
benda-benda yang kegiatannya, dan kegiatannya, dan
dijumpainya di rumah benda-benda yang benda-benda yang
dan di sekolah dijumpainya di rumah dijumpainya di
dan di sekolah rumah dan di
sekolah

Aspek kognitif yang perlu diketahui pendidik terdiri dari 6


tingkatan diantara adalah tingkat pengetahuan (C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3), analisis (C4), sistesis (C5), evaluasi (C6). Namun perlu
diperhatikan untuk membuat soal atau instrument pengetahuan dalam
pembelajaran tematik ini guru harus memperhatikan tingkat kesulitan
soal dan persentase jumlah soal berdasarkan tingkatan di atas.
Selanjutnya berdasarkan tingkat perkembangan kognitif siswa kelas
rendah tingkatan kognitif hanya sampai C3 (penerapan) dan pada
beberapa kasus tertentu hingga tingkat analisis (C4). Contoh untuk

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 208


kelas 1 guru dapat memperhitungkan 30% soal mudah (C1), 50%
sedang (C2), 20% sukar (C3 s/d C4).

2. Instrumen afektif
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,
karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah menerima
(memperhatikan), merespon, menghargai.Ranah afektif sangat
menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa bisa memiliki sikap positif
terhadap mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu, bisa juga negatif,
atau netral. Harapan semua guru tentunya, siswa mereka memiliki sikap
dan minat positif terhadap semua mata pelajaran atau materi pelajaran.
3. Instrumen social
Penilaian ini dilakukan secara berkelanjutan oleh pendidik
guru mata dan dengan menggunakan observasi dan informasi lain yang
valid dan relevan dari berbagai sumber. 
4. Instrumen keterampilan
Penilaian hasil belajar pada aspek ini mencangkup persiapan,
proses dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Penilaian dapat berupa lembar observasi,
lembar penilaian dan portopolio.
Alat penilaian yang dapat digunakan guru sebagai sarana
untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar siswa.
Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan
tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan siswa
dan banyaknya/jumlah materi pelajaran yang sudah disampaikan
berdasarkan tema yang telah ditentukan. Pada dasarnya penilaian
terdiri dari beberapa jenis test. Ditinjau dari bentuk pelaksanaannya tes
dibagi menjadi beberapa test yaitu tes tertulis (paper and pencil test),
tes lisan (oral test), tes perbuatan (performance test). Tes tertulis (paper
and pencil test) ada dua bentuk soal: (1) soal dengan pilihan jawaban
atau disebut juga test objektif (pilihan ganda, dua pilihan/benar-salah,

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 209


ya-tidak, menjodohkan), dan (2) soal dengan mensuplai jawaban (isian
atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, soal uraian).
Selanjutnya jika dilihat dari fungsi test di sekolah dapat diuraikan
menjadi beberapa test diantaranya adalah
1. Tes Formatif, tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan
belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini
diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran.
2. Tes Summatif, diberikan dengan maksud untuk mengetahui
penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu.
Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.
3. Tes Penempatan, tes yang diberikan dalam rangka menentukan
jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana
yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam
belajar.
4. Tes Diagnostik, tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab
kesulitan yang dihadapi seseorang baik ditinjau dari segi
intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan
belajarnya.

Dari berbagai alat penilaian di atas tes tertulis seperti tes


memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan
merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berfikir rendah, yaitu
kemampuan mengingat (pengetahuan). Beberapa kompetensi dan
kemajuan belajar siswa-siswi tidak mampu diungkap hanya dengan
menggunakan tes. Untuk mendapatkan hasil penilaian yang otentik
(sesuai dengan kenyataan yang ada) telah banyak dikembangkan
perangkat penilaian non tes.

INSTRUMEN TES
Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan
mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 210


peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya, tetapi
cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik
tidak mengetahui jawaban yang benar maka peserta didik tidak belajar
untuk memahami pelajaran, tetap menghafalkan soal dan jawabannya.
Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian
kelas karena tidak menggambarkan kemampuan peserta didik yang
sesungguhnya.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut
peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan
gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk
uraian tertulis dengan menggunakan kata – katanya sendiri. Alat ini
dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan
pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara
lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrument penilaian tertulis perlu
dipertimbangkan hal – hal berikut:
1. Materi, misalnya kesesuaian soal dengan indikator pada
kurikulum.
2. Kontruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas
dan tegas.
3. Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat
yang menimbulkan penafsiran ganda.

Penilaian tes tertulis dalam pembelajaran tematik dapat


dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Penilaian tes tertulis untuk tiap mata pelajaran dengan
menyebutkan nama mata pelajaran.
2. Penilaian tes tertulis dengan tanpa menyebutkan  nama mata
pelajaran, tetapi guru mengetahui tujuan yang ingin dicapai

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 211


berdasarkan indicator yang telah ditetapkan untuk masing –
masing matapelajaran.

Contoh instrumen penilaian tertulis :

Tema                             : Diri Sendiri


Subtema                       : Berkenalan
Matapelajaran                : Pendidikan Kewarganegaraan
Kompetensi Dasar         : 1.1 Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama,
dansuku bangsa
Indikator                          : 1.1.1 Membedakan dan mengelompokkan nama
teman Sekelas berdasarkan jenis kelamin
Bentuk penilaian             : Penilaian tertulis
Instrument penilaian        : Melengkapi/isian singkat
Contoh soal
1. Budi adalah seorang ….
2. Ani adalah seorang ….
3. Sandra adalah seorang….
Tema : Diri Sendiri
Subtema : Berkenalan
Mata Pelajaran : Matematika
Kompetensi Dasar : 1.1. Membilang banyak benda
Indicator : 1.1.4. Menulis lambing bilangan 1-10
Bentuk penilaian : Penilaian tertulis
Instrument penilaian : Isian singkat
Soal;

Ada…….keluarga Siska Ada ……anak perempuan


Ada…anak sedang belajar,…laki-laki dan…..perempuan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 212


Tema : Diri Sendiri
Subtema : Berkenalan
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kompetensi Dasar : 1.1.1. menyebutkan bagian-bagian anggota
tubuh
Indikator : 1.1.4. Menulis lambing bilangan 1-10
Bentuk penilaian : Penilaian tertulis
Instrument penilaian : Isian singkat
Soal; Saya mencium aroma masakan ibu dengan…..

1. Saya mendengarkan radio dengan……


2. Saya melihat hewan di kebun binatang dengan menggunakan….
3. Saya memegang pensil dengan….
4. Saya menendang bola dengan….

Contoh model inst


rument penilaian tertulis secara tematik:
1. Namaku…..aku punya….orang teman, namanya Venny dan Noval,
Venny adalah anak perempuan, sedangkan Noval adalah anak…..
2. Aku mencium aroma masakan ibu dengan….
3. Aku punya….kaki, tiap kaki ada ….jari
4. Aku memegang pensil dengan….. untuk mengerjakan PR
5. Aku menendang bola dengan....

6.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 213


Lembar kegiatan 6.2.1
Instrument Penilaian Test
Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan sekolas tentang SK, KD, dan indicator
yang terkait dalam tema dari materi sebelumnya. Untuk mengukur tingkat
keberhasilan indicator diperlukan instrument penilaian berpa penilaian test
Bahan/Alat
Uraian materi kegiatan belajar 6.2.1
Alat tulis
Langkah Kegiatan
1. Ulas kembali pembahasan tentang SK, KD, dan indicator yang
terjaring dalam tema.
2. Bacalah uraian Kegiatan Belajar 6.2.2 tentang penilaian test
3. Buatlah instrument penilaian secara individu, yaitu soal pilihan
ganda (multiple choice), soal benar-salah (true-false), soal
menjodohkan (macth), soal uraian, soal jawaban singkat, dari tema
yang telah dibahas dalam kelompok sebelumnya!
4. Presentasikan hasil pembuatan instrument penilaian test!

Selamat Berkejasama

INSTRUMEN NON TEST


Ada beberapa contoh penilaian pembelajaran tematik dalam
bentuk nontest: Penilaian yang terbentuk dalam jaring–jaring tema yang
dimasukkan dalam mata pelajaran dan Penilaian yang terbentuk dalam
jaring–jaring tema yang tidak dimunculkan dengan mata pelajaran.
Diantaranya adalah penilaian pengamatan, portopolio, penilaian kinerja
dan penilaian sikap.
1. Penilaian Pengamatan
Pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamati
dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku peserta didik
didalam kelas maupun diluar kelas. Sebagai alat evaluasi pengamatan
dipakai untuk:
1) Menilai minat, sikap dan nilai–nilai yang terkandung dalam
diri peserta didik dan;

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 214


2) Melihat proses kegiatan pembelajaran baik individu maupun
kelompok.
Teknik yang digunakan adalah: daftar cek (check list) dan skala
penilaian (assessment scale).

Contoh pengamatan dengan menggunakan daftar cek (check List)


Kelas/semester : III/genap
Mata pelajaran           : IPA
Indikator                     :
Menunjukkan adanya pengaruh energi berdasarkan Pengamatan,
misalnya panas dari sinar matahari, kincir angina berputar bila
ditiup angina, dan memetik gitar menghasilkan bunyi.
No Aspek yang dinilai Hasil Pengamatan
1 2 3 4 5
1 Kesungguhan dalam
melakukan pengamatan
objek
2 Kecermatan dalam
mengamati objek
3 Menunaikan tugasnya
dalam kelompok
Skor

Keterangan:
1 = kurang baik
2 = kurang
3 = cuku
4 = baik
5 = baik sekali

2. Penilaian Portofolio
Karakteristik portofolio sebagai penilaian adalah: (a) merupakan
hasil karya siswa yang berisi kemajuan dan penyelesaian tugas-
tugas secara terus menerus dalam usaha pencapaian kompetensi

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 215


pembelajaran; (b) mengukur setiap prestasi siswa secara
individual dan menyadari perbedaan antara siswa; (c) merupakan
pendekatan kerja sama; (d) mempunyai tujuan untuk menilai diri
sendiri; (e) memperbaiki dan mengupayakan prestasi; dan (f)
adanya keterkaitan antara penilaian dan pembelajaran.
Langkah–langkah Penilaian Portofolio
Agar portofolio menjadi bagian integral dari kegiatan
pembelajaran di kelas, portofolio harus direncanakan dengan
cermat.
Langkah–langkah yang dapat ditempuh antara laian adalah:
1) Memberi keyakinan kepada siswa bahwa portofolio
merupakan milik mereka. Supaya siswa terlibat dalam kerja
aktif dan mendorong mereka untuk menilai diri sendiri, harus
diyakinkan bahwa portofolio merupakan milik dan upaya
mereka bukan sekedar mengumpulkan hasil kerja supaya
mendapat nilai yang baik.
2) Menentukan contoh kerja apa yang akan dikumpulkan.
Berbagai contoh kerja dapat dikumpulkan, namun guru
dapat memilih contoh kerja yang memudahkan mereka
melihat perkembangan atau kemajuan siswa dalam
mencapai kompetensi tertentu.
3) Mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja. Guru dapat
mngajak siswa untuk menempatkan dan menyimpan
kumpulan hasil kerjanya. Karya setiap siswa dapat
ditampung dalam sebuah map.
4) Menyusun rubrik. Supaya guru dapat menilai dengan adil
karya siswa, guru perlu membuat rubric yang memuat
kriteria karya yang diharapkan.
5) Menyusun jadwal. Perlu dilakukan penjadwalan misalnya
berapa kali seminar dilakukan dan kapan. Demikian pula
dengan penyelenggaraan pameran/display.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 216


6) Melibatkan orang tua siswa. Pada waktu yang tepat perlu
dijelaskan kepada orang tua apa itu portofolio dan
manfaatnya. Jika memungkinkan orang tua dapat diajak
untuk mereview hasil portofolio anaknya dengan harapan
orantua terlbat lebih aktif dalam proses belaajar anaknya.

Menurut Muslich (2007:89) dalam melaksanakan penilaian


portofolio perlu diperhatikan beberapa hal penting, antara lain : (a)
siswa merasa memiliki portofolio sendiri; (b)menentukan secara
bersama hasil kerja yang akan dikumpulkan; (c)mengumpulkan
dan menyimpan hasil kerja siswa dalam satu tempat; (d) memberi
tanggal pembuatan; (e)  menentukan kriteria untuk menilai hasil
kerja siswa; (f) meminta siswa untuk menilai hasil kereja mereka
secara berkesinambungan; (g)memberikan kesempatan bagi
siswa yang kurang untuk memperbaiki hasil karyanya dan
menentukan waktu penyelesaiannya; dan (h) bilamana dirasa
perlu dapat dijadwalkan pertemuan dengan orang tua.

Contoh instrument penilaian portofolio


Bahasa Indonesia
Aspek : menulis
Kompetensi Dasar : Menulis beberapa kalimat dengan huruf
sambung
Hasil Belajar  :
Menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3-5 kata) dengan
huruf sambung
Indikator                   :
Menuliskan pikiran dan pengalaman denganhuruf sambung dengan rapi
yang mudah dibaca orang lain
Bentuk Penilaian : Penilaian portofolio

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 217


Indikator ini mengisyaratkan keharusan adanya proses panjang
untuk menguasainya sehingga digunaan penilaian portofolio untuk
mengukur ketercapaiannya.
Instrument penilaian :
Waktu : 3 minggu (sesuai dengan waktu untuk
menyelesaikan tema)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 218


Penugasan   :
1. Setiap siswa membuat karangan pertama tentang pengalaman
yang dialami minggu pertama. Karangan ditulis dengan huruf
sambung yang rapi pada sebuah buku atau diare. Guru menilai
dan memberikan masukan pada kkarangan pertama.
2. Setiap siswa membuat karangan kedua tentang pengalaman yang
dialami minggu kedua. Karangan ditulis dengan huruf sambung
yang rapi dan diletakkan setelah karangan pertama. Guru menilai
dan memberikan masukan pada karangan kedua.
3. Setiap siswa membuat karangan ketiga tentang pengalaman yang
dialami minggu ketiga. Karangan ditulis dengan huruf sambung
yang rapi dan diletakkan setelah karangan kedua. Guru menilai
dan memberikan masukan pada karangan ketiga.
Aspek penilaian:
Peingkatan hasil karya (keruntutan isi, penggunaan huruf sambung,
kerapian). Peningkatan usaha perbaikan (proses).
No Nama Aspek penilaian skor
siswa Peningkatan hasil karya Peningkatan
Keruntutan Huruf Kerapian usaha
isi sambung
1 A 20 25 20 25 90
2
3

Kriteria Penilaian:
a. Peningkatan keruntutan isi : 0 – 20
b. Peningkatan penggunaan huruf sambung : 0 – 30
c. Peningkatan kerapian : 0 – 20
d. Peningkatan usaha : 0 – 30

3. Penilaian Kinerja (performance assessment)


Menurut Muslich (2007:80) penilaian kinerja adalah penilaian
berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 219


sebagaimana yang terjadi. Penilaian ini biasanya digunakan untuk
menilai kemampuan siswa dalam berpidato, pembacaan puisi,
diskusi, pemecahan masalah, partisipasi siswa dalam diskusi,
menari, memainkan alat music, dan aktivitas olahraga.
Karakteristik dari tes kinerja ada dua: 1) peserta tes diminta untuk
mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu
produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan) seperti
melakukan eksperimen, praktik, dan sebagainya. 2) produk dari
tes kinerja kebih penting dari pada perbuatan atau kinerjanya.
Tes kinerja dapat dimanfaatkan misalnya untuk mengukur
kemampuan membaca, kegiatan olahraga. Idealnya guru harus
dapat mengamati keseluruhan kinerja siswa. Jika jumlah siswa
terlalu banyak perlu alternatif dengan membuat tabel – tabel
pengamatan yang praktis.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian kinerja adalah
sebagai berikut : (a) mengidentifikasi semua aspek penting ; (b)
mengusahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan
tidak terlalu banyak; (c) mengurutkan kemampuan ynag akan
dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati; (d) bilamana
menggunakan rating scale perlu menyediakan kriteria untuk setiap
pilihan. Dalam penilaian kinerja (performance) dapat
menggunakan dua kemungkinan instrumen, yaitu daftar cek
(checklist) dan skala rentang (rate scale) (Muslich, 2007 : 81).

Contoh penilaian kinerja


Kelas : I (satu)
Semester : I (satu)
Tema : Diri sendiri
Kompetensi Dasar : 4.2. Mengekspresikan diri melalui
vocal
4.2.1  Menyanyikan lagu anak-anak
dengan vocal yang jelas
Materi Pokok : Menyanyikan lagu ‘pundak lutut kaki’

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 220


dan ‘Mana Jempol’
No Aspek yang dinilai Hasil pengamatan
1 2 3 4 5
1 Menyanyikan lagu dengan riang dan
semangat
2 Menyayikan lagu dengan vokal yang
jelas
3 Menyanyikan lagu dengan gerakan
badan
Skor

Keterangan :
1 = kurang sekali
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = baik sekali

Contoh instrumen penilaian unjuk kerja

Tema : Rekreasi
Bahasa Indonesia
Aspek : Berbicara
Kompetensi Dasar : Memerankan tokoh dongeng
Hasil Belajar : Memerankan tokoh tertentu dalam dongeng
sesuai dengan karakternya.
Indikator : Bermain peran dengan percaya diri sesuai
dengan Tokoh yang dibawakannya.
Bentuk Penilaian : Penilaian Unjuk Kerja

Instrumen Penilaian
Penilaian dilakukan melalui pengamatan terhadap penampilan
siswa ketika memerankan tokoh dengan menggunakan rubrik
penilaian sebagai berikut :
Aspek Penilaian
No Nama Siswa Penampila Pelafalan Keberania Skor
n & intonasi n
1
2
3

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 221


Kriteria :
1. Penampilan (mimik, sikap, gerakan anggota tubuh): 0 = kurang; 20 =
sedang; 40 = baik.
2. Pelafalan dan intonasi (kejelasan dan kebenaran pelafalan serta
ketepatan imtonasi): 0 = kurang; 15 = sedang; 30 = baik.
3. Keneranian, 0 = tidak berani; 15 = kurang berani; 30 = berani.

4. Penilaian Sikap
Penilaian sikap sebagai penilaian terhadap perilaku dan
keyakinan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau masalah.
Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain: (a) observasi
perilaku, misalnya tentang kerja sama, inisiatif, perhatian; (b)
pertanyaan langsung, misalnya tanggapan terhadap tata tertib sekolah
yang baru; dan (c) laporan pribadi. (Muslich, 2007:89)
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif, antara lain: (a)
receiving/attending, kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus)
yang datang dari luar; (b) responding, reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar; (c) valuing,
berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulasi; (d)
organisasi, pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi, dan
(e) karakteristik nilai atau internalisasi nilai. Keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah lakunya. (Sudiana, 2003:30).
Langkah-langkah penilaian sikap (afektif) telah banyak
dikembangakan namun yang sering digunakan adalah dengan
memanfaatkan baik skala likert, guttman, thurstone, semantik
diferensial, maupun rating scale. Secara umum berikut fungsi dari
macam-macam skala di atas adalah sebagai berikut;

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 222


1) Skala likert, berfungsi dalam mengukur sikap, pendapat dan ide
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial,
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti,
yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan
skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif)
bersifat bersifat unfavorable (negatif).

Contoh instrumen skala likert


Jawaban
No Pertanyaan
SS S RR TS STS
1 Jika ada teman yang jatuh kita x
menolongnya
2 Kita harus membuang sampah x
disembarangan
3 Kita harus menaati peraturan x
sekolah
4 .....................

Keterangan;
SS = Sangat Setuju
S   = Setuju  
RR  = Ragu-Ragu
TS   = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

2) Skala guttman, berbeda dengan skala likert yang mempunyai


jawaban atau pilihan lebih dari dua alternatif skala guttman ini
berfungsi untuk mendapatkan jawaban yang tegas dengan dua

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 223


pilihan/alternatif yaitu, iya dan tidak, baik dan benar, setuju atau
tidak setuju, positif atau negatif dan lain sebagainya.
Contohnya skala guttman;
Apakah Anda setuju dengan pendapat dari Ratna?
a. Setuju b. Tidak Setuju

3) Skala Thurstone, skala ini merupakan skala yang disusun dengan


memilih butir yang berbentuk skala interval.Setiap butir memiliki
kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai yang
berjarak sama. Contoh skala penilaian model ini dapat dilihatpada
gambar di bawah ini
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
------I-----I-----I-----I-----I-----I-----I-----I-----I-----I-----I-----I-----I-----I
Nilai angka 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan
dibanding nilai tertinggi di gambar di atas yaitu 14 yang
menyatakan sangat relevan.

Contoh penilaian skala Thurstone: minat siswa terhadap tema diri


sendiri.
Jawaban
No Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
1 Saya senang menceritakan
tentang diri sendiri kepada
teman-temanku
2 Saya senang belajar dengan
tema diri sendiri
3 Belajar dengan tema diri
sendiri membosankan

4) Semantik diferensial merupakan skala untuk mengukur sikap


namun bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi
tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 224


sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang
sangat negative terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic
differential adalah data interval, biasanya digunakan untuk
mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki
seseorang. Pada skala ini sedikit sulit untuk penilaian yang
dilakukan oleh anak SD, namun dapat dilakukan oleh guru yang
menilai anak didiknya atau pemimpinnya/kepala sekolah.
Contoh semantic diferential scale mengenai karakter anak.
Beri tanda silang atau lingkari

Tidak bertanggung
7 6 5 4 3 2 1
jawab

Menghargai Tidak Menghargai


7 6 5 4 3 2 1
teman teman
Dapat Tidak Dapat
7 6 5 4 3 2 1
bekerjasama bekerjasama

5) Rating scale merupakan skala sikap yang dapat dituliskan


dengan angka, responden akan memilih salah satu jawaban
yang telah disediakan. Rating scale lebih fleksibel, tidak saja
untuk mengukur sikap tetapi dapat juga digunakan untuk
mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan,
seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi,
pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Dalam rating scale,
yang paling penting adalah kemampuan menterjemahkan
alternative jawaban yang dipilih responden.
Contoh rating scale tingkat kenyaman sekolah.
Ruangan kelas yang nyaman
1 2 3 4 5
Kursi dan meja kotor
1 2 3 4 5
Taman yang bersih

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 225


1 2 3 4 5

Secara umum Dalam penilaian afektif guru tentunya


mengharpkan agar siswa merespon skala likert secara sungguh-
sungguh. Agar tidak terjadi kendala dalam menentukan respon sesuai
dengan kondisi sebenarnya. Siswa tidak perlu mencantumkan namanya
dalam lembar penilaian afektif.

Tema                         : Rekreasi sains


Kompetensi Dasar      : Bersikap ilmiah
Hasil Belajar               : Mengembangkan Keingintahuan
Indikator             :
(1) Berani mengajukan pertanyaan
(2) Sering mengajukan pertanyaan.
(3) Aktif mengemukakan pendapat.
Bentuk penilaian : Penilaian sikap

Instrument Penilaian.
Aspek Penilaian
Nama
No Berani Frekuensi Aktif Skor
Siswa
bertanya bertanya berpendapat
1
2
3
4

Kriteria Penilaian:
1. Berani bertanya : 0-30
2. Frekuensi bertanya : 0-30
3. Aktif berpendapat : 0-40

5. Penilaian Produk
Penilaian hasil kerja atau produk merupakan penilaian kepada
siswa dalam mengontrol proses dan
memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan
sesuatu. Kerja praktik atau kualitas estetik dari sesuatu yang
mereka produksi seperti membuat origami, menggambar.
Langkah penilaian produk ini pertama membuat perencanaan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 226


dengan berangkat dari kenyataan tentang; apakah anda akan
menilai tahap persiapan, produksi, dan refleksi? Bagaimana anda
secara spesifik membuat kriterianya? Kedua, membuat
pencatatan, yaitu metode yang digunakan, orang yang akan
menilai, kriteria penilaian, dan tingkat keajekannya (reabilitas).
Ketiga, pelaporan, yaitu menentukan tingkat kemampuan anak
dengan suatu perspektif (analitik, holistic, catatan singkat, cek).
Dari penilaian dapat diarahkan pada penilaian hasil akhir dan atau
penilaian proses (muslich, 2007:86).

F. Latihan Soal BAB VII


Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di
atas, kerjakanlah latihan berikut!
1. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran
terpadu yang memiliki beberapa prinsip. Sebutkan dan jelaskan
prinsip dasar pembelajaran terpadu tersebut!
2. Jelaskan prosedur pembelajaran tematik berdasarkan pendapat
Anda!
3. Pada penilaian berbasis kelas bahwa penilaian dilaksanakan
secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar (KMB) dan
dilakukan dengan cara pengumpulan kerja. Sebutkan dan
jelaskan macam-macam teknik pengumpulan data yang Anda
ketahui!
4. Berdasarkan pembahasan di atas silahkan Anda sebutkan dan
jelaskan macam-macam dari instrumet penilaian!
5. Buatlah salah satu instrument penilaian nontest berdasarkan
indikator yang akan Anda capai dalam pembelajaran tematik?
6. Berdasarkan pembahasan di atas silahkan Anda sebutkan dan
jelaskan macam-macam dari instrumet penilaian!
7. Buatlah salah satu instrument penilaian nontest berdasarkan
indikator yang akan Anda capai dalam pembelajaran tematik.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 227


G. Petunjuk Jawaban Soal BAB VII
Petunjuk jawaban soal di bawah ini dapat mempermudah Anda
untuk menjawab latihan soa BAB 7
1. Jawaban soal No. 1 dapat anda jawab dengan membaca prinsip-
prinsip penilaian pada pembelajaran terpadu di awal
pembelajaran di kegiatan belajar 6.1
2. Jawaban no. 2 dapat anda jawab dengan mencermati
pembahasan secara cermat pada kegiatan pembelajaran 6.1
3. Jawaban No. 3 dapat anda jawab dengan pendapat Anda masing-
masing sesuai dengan kemampuan Anda.
4. Jawaban soal No.1 Anda dapat membuat tabl atau peta konsep
agar dapat lebih memahami dan membedakan macam-macam
instrumen penilaian yang telah dibahas di kegiatan belajar 6.2.
5. Jawaban soal No.2 Anda dapat menjawabnya dengan cara
memahami pembahasan-pembahasan di kegiatan 6.2 tentang
instrument nontest, serta anda dapat memahami contoh
instrument nontest di atas.
6. Jawaban soal No.1 Anda dapat membuat tabel atau peta konsep
agar dapat lebih memahami dan membedakan macam-macam
instrumen penilaian yang telah dibahas di kegiatan belajar 6.2.
7. Jawaban soal No.2 Anda dapat menjawabnya dengan cara
memahami pembahasan-pembahasan di kegiatan 6.2 tentang
instrument nontest, serta anda dapat memahami contoh
instrument nontest di atas.

H. Rangkuman
Cara pengumpulan kerja siswa (portopolio), hasil karya
(product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis
(paper dan pencil test). Selanjutnya penggunaan tes objektif seperti
pilihan ganda mestinya tidak digunakan secara berlebihan. Hal ini

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 228


menyangkut pelatihan dan pengembangan cara berfikir anak. Instument
penilaian merupakan alat yang digunakan menilai capaian
pembelajaran peserta didik, Tes tertulis ada dua bentuk soal: (1) soal
dengan pilihan jawaban (pilihan ganda, dua pilihan/benar-salah, ya-
tidak, menjodohkan), dan (2) soal dengan mensuplai-jawaban (isian
atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, soal uraian). Salah satu
fungsi bentuk test tersebut contohnya tes pilihan ganda dapat
digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami, Tes
tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik
untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya.
Ada beberapa contoh penilaian pembelajaran tematik dalam
bentuk nontest: Penilaian yang terbentuk dalam jaring–jaring tema yang
dimasukkan dalam mata pelajaran dan Penilaian yang terbentuk dalam
jaring–jaring tema yang tidak dimunculkan dengan mata pelajaran.
Diantaranya adalah penilaian pengamatan, portopolio, penilaian kinerja
dan penilaian sikap.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 229


Tes Formatif 6
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar!

1. Prinsip-prinsip Penilaian pada hakekatnya terdiri dari perencana


yaitu secara sistematis yang artinya...
a. Terencana sesuai dengan aspek perkembangan yang dinilai
b. Penilaian mencakup semua aspek perkembangan anak baik
moral dan nilai-nilai agama, sosial-emosional, kemandirian,
berbahasa, kognitif, fisik motorik, dan seni
c. Penilaian dilakukan secara teratur dan terprogram
d. Penilaian dilakukan secara bertahap dan terus-menerus
untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan peserta
didik
2. Prinsip-prinsip Penilaian artinya proses dan hasil penilaian dapat
dijadikan dasar untuk memotivasi dan mengembangkan anak
didik secara optimal merupakan prinsip....
a. Sistematis
b. Menyeluruh
c. Objektif
d. Bersifat mendidik
3. Berikut prinsip dasar penilaian pada pembelajaran terpadu salah
satunya Subject in the curriculum yang artinya….
a. Anak tidak hanya terpaku pada kenyataan, atau pokok
bahasan tertentu
b. Masyarakat sekitar membuka dan memberikan wawasan
untuk pengembangan pembelajaran di sekolah.
c. Lingkungan belajar di kelas memberikan kebebasan bagi
anak untuk berpikir dan berkreativitas.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 230


d. Perlu dipertimbangkan mana yang perlu didahulukan dalam
pemiliha pokok atau topic belajar, waktu belajar, serta
penilaian kemajuan.
4. Prinsip Views of social world pada pembelajaran terpadu
mempunyai arti…
a. Anak tidak hanya terpaku pada kenyataan, atau pokok
bahasan tertentu
b. Masyarakat sekitar membuka dan memberikan wawasan
untuk pengembangan pembelajaran di sekolah.
c. Lingkungan belajar di kelas memberikan kebebasan bagi
anak untuk berpikir dan berkreativitas.
d. Perlu dipertimbangkan mana yang perlu didahulukan dalam
pemiliha pokok atau topic belajar, waktu belajar, serta
penilaian kemajuan.
5. Berikut merupakan bukan tujuan dalam penilaian pada
pembelajaran tematik...
a. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran
b. Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada
pihak–pihak yang berkepentingan
c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian;
d. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga tidak
dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam
berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya
6. Perbedaan dari evaluasi konvensiaonal dengan evaluasi
pembelajaran tematik terletak pada…
a. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada aspek proses
dan usaha pembentukan efek iringan (nurturant effect).
b. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada aktivitas siswa
saja
c. Pembelajaran konvensional hanya menekankan pada proses
dan usaha.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 231


d. Pembelajaran konvensional tidak berlaku bagi penilaian
pembelajaran tematik
7. Cara pengumpulan data melalui pengamatan langsung tentang
sikap dan perilaku anak yang muncul secara tiba-tiba (insidental),
merupakan cara penilaian berupa…
a. Obsevasi
b. Catatan anekdot
c. Penugasan
d. Unjuk kerja
8. Melaksanakan penilaian hendaknya ada beberapa hal salah
satunya adalah kecuali…
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi
saja.
b. Hasil penelitian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut
c. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman
belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
d. Sistem yang direncanakan adalah system penilaian yang
berkelanjutan
9. Jenis penilaian pembelajaran tematik dilihat dari segi alatnya terdiri
dari…
a. Tes dan nontes
b. Penilaian modern dan konvensional
c. Protopolio
d. Performance
10. Di bawah ini yang termasuk penilaian non tes adalah…kecuali…
a. Wawancara
b. Praktek
c. Proyek
d. Produk
11. Ditinjau dari bentuk pelaksanaannya tes dibagi menjadi beberapa
test yaitu…kecuali…

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 232


a. Tertulis (paper and pencil test),
b. Tes lisan (oral test),
c. Tes perbuatan (performance test)
d. Tes sumatif
12. Tes yang diberikan dengan maksud untuk mengetahui
penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu
adalah…
a. Tes Formatif
b. Tes Diagnostik
c. Tes Penempatan
d. Tes Summatif
13. Yang dimaksud dengan Tes Diagnostik adalah…
a. Tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama
proses pembelajaran berlangsung
b. Tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan
yang dihadapi seseorang baik ditinjau dari segi intelektual,
emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan
belajarnya
c. Tes diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan
atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu
d. Tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang
akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling
baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar
14. Karakteristik yang merupakan hasil karya siswa yang berisi
kemajuan dan penyelesaian tugas-tugas secara terus menerus
dalam usaha pencapaian kompetensi pembelajaran, merupakan
karakteristik dari penilaian…
a. Pengamatan,
b. Portopolio,
c. Penilaian kinerja
d. Penilaian sikap.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 233


15. Penilaian ini biasanya digunakan untuk menilai kemampuan
siswa dalam berpidato, pembacaan puisi, diskusi, pemecahan
masalah, partisipasi siswa dalam diskusi, menari, memainkan alat
music, dan aktivitas olahraga. Hal itu merupakan kegunaan dari
penilaian…
a. Pengamatan,
b. Portopolio,
c. Penilaian kinerja
d. Penilaian sikap.
16. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif, antara lain kecuali..
a. Receiving/attending
b. Acting
c. Responding
d. Valuing
17. Skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala
interval. Adalah penilaian sikap pada …
a. Skala likert
b. Skala guttman,
c. Skala Thurstone
d. Semantik diferensial
18. Penilaian sikap dengan menggunakan skala guttman adalah…
a. Skala yang mempunyai jawaban atau pilihan untuk
mendapatkan jawaban yang tegas dengan dua
pilihan/alternative
b. Skala ini merupakan skala yang disusun dengan memilih butir
yang berbentuk skala interval
c. Skala sikap yang dapat dituliskan dengan angka, responden
akan memilih salah satu jawaban yang telah disediakan.
d. Skala yang berrfungsi dalam mengukur sikap, pendapat dan
ide seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 234


sosial, untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.
19. Di bawah ini merupakan contoh dari skala….
Jawaban
No Pertanyaan
SS S RR TS STS
1 Jika ada teman yang jatuh x
kita menolongnya
2 Kita harus membuang x
sampah disembarangan
3 Kita harus menaati peraturan x
sekolah
4 .....................

Keterangan;
SS = Sangat Setuju
S   = Setuju
RR  = Ragu-Ragu
TS   = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

a. Skala likert
b. Skala guttman,
c. Skala Thurstone
d. Semantik diferensial
20. Dibawah ini merupakan Instrumen pengetahuan terdiri dari…
kecuali…
a. Instrumen afektif,
b. Instrumen sosial,
c. Instrumen keterampilan
d. Semua benar

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 235


Balikan dan Tindak lanjut

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif pada


bagian BAB ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar kemudian untuk
mengetahui tingkat penguasaan tentang bab IX:
Rumus :
Jumlah Jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan :-------------------------------------------------------- x 100
%
20
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai;
90 % - 100% = Baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila Anda telah mencapai tingkat kemampuan 80% atau lebih, maka
Anda bisa dengan mempelajari kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi jika
Anda masih tingkat penguasaan di bawah 80%, maka harus
mengulangi kegiatan belajar terutama yang Anda belum pahami.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 236


Kunci Jawaban Test Formatif

1. A 11. D
2. C 12. D
3. C 13. B
4. A 14. B
5. D 15. C
6. A 16. B
7. B 17. C
8. A 18. A
9. A 19. A
10. B 20. D

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 237


BAB VIII Integrasi Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) pada Pembelajaran Tematik

Pada BAB ini, mahasiswa maupun dosen pengampu mata


kuliah Pembelajaran tematik diuraian dari capaian pembelajaran mata
kuliah (CPMK) sebagai berikut;
1. Konsep penguatan pendidikan karakter (PPK) pembelajaran
tematik
2. Tujuan penguatan pendidikan karakter (PPK) pembelajaran
tematik
3. Intergrasi penguatan pendidikan karakter (PPK) pembelajaran
tematik

Petunjuk penggunaan buku pada BAB ini, sebagai berikut:


1. Cermati Setelah anda mencermati isi BAB terakhir ini, selanjutnya
buatlah catatan dan mind mapping atau peta konsep untuk
memudahkan pemahaman anda terhadap intisari pembahasan
pada BAB ini.
2. Catatan pada masing pointers dapat anda diskusikan dengan
teman sejawat atau dosen pengampu matakuliah.
3. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber
lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai
sumber, termasuk dari internet.
4. Tingkatkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan
diskusi dalam kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau
teman sejawat.
5. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang
dituliskan pada setiap bab. Hal ini berguna untuk mengetahui
apakah Anda sudah memahami dengan benar kandungan BAB
ini.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 238


PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 239
k
risis moral yang sedang terjadi dinegara kita saat ini terjadi kian
merajalela dan semakin nyata dan mengkhawatirkan dalam
masyarakat dengan melibatkan anak-anak. Akibat yang
ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat dianggap sebagai suatu
persoalan sederhana karena tindakan-tindakan tersebut dapat menjurus
kepada tindakan kriminal. Kondisi krisis dan dekadensi moral ini
menandakan bahwa seluruh pengetahuan agama dan moral yang
didapat dibangku sekolah ternyata tidak berdampak terhadap
perubahan perilaku anak khususnya Indonesia. Bahkan yang terlihat
adalah begitu banyaknya anak di Indonesia yang tidak konsisten, apa
yang diucapkan berbeda dengan tindakannya.
Prakter pendidikan sekarang ini masih mengagungkan ranah
kognitif sangat bertentangan dengan kerangka yuridis pendidikan
nasional yang tercantum pada UU No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3
yang bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkat mencerdaskan
kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangkannya potensi siswa
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan yang hanya berbasis ranah kognitif tidak mampu
membangun generasi bangsa yang berkarakter. Sebagai seorang guru
harus menjadi tokoh terdepan dalam melaksnakan proses pendidikan
yang secara holistik dan integralistik yang dapat memadukan ketiga
ranah pendidikan serta berorientasi pada pembentukan karakter anak
bangsa yang utuh.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerbitkan Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) dalam rangka mewujudkan bangsa yang

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 240


berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin,
bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggung jawab.

A. Konsep PPK

Karakter adalah watak, perilaku dan budi pekerti yang menjadi


ruh dalam pendidikan. Dengan demikian diperlukan suatu gerakan
untuk melakukan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui
harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan
olah raga (kinestetik). PPK memiliki skema kerja sama antara sekolah,
keluarga, dan masyarakat dengan dukungan pelibatan publik, yang
merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)
(Kemendikbud, 2016). Model PPK tidak mengharuskan siswa untuk
terus menerus belajar di kelas. Namun mendorong agar siswa dapat
menumbuh kembangkan karakter positifnya melalui berbagai kegiatan
kokurikuler, ekstrakurikuler dalam pembinaan guru. Perlu dipahami,
bahwa pendidikan karakter sudah dilaksanakan di seluruh
persekolahan. Namun, perlu dilakukan upaya terobosan agar

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 241


pendidikan karakter ini bisa dilaksanakan secara konsisten oleh sekolah
dan memberikan dampak yang nyata.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerbitkan Peraturan
Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter yang disinyalir untuk menghentikan polemik yang diakibatkan
Permendikbud No 23 Tahun 2017 tentang full day school. Dengan
lahirnya Perpres Penguatan Pendidikan Karakter, Kemendikbud akan
membuat Permendikbud baru sebagai turunan Perpres baru yang
nantinya akan menyesuaikannya. Penerapan PPK jelas tidak
mematikan kegiatan pendidikan informal yang sudah ada, malah bisa
saling-memperkuat. Konsep PPK, memberikan tempat seluas-
seluasnya karena anak memang perlu diberikan pendidikan yang
seluas-luasnya, termasuk di luar sekolah terkait pendidikan karakter.
Namun bedanya dengan praktik sebelumnya, dengan pemberlakuan
PPK, maka sekolah harus memantau anak-anak tersebut yang belajar
di lembaga informal. Sekolah harus tahu apa yang diajarkan lembaga
pendidikan informal, siapa pengajarnya, dan seterusnya sehingga ada
link yang kuat antara keudanya (Prof Muhadjir Effendy, Kabar24.com)
Seberapa penting
penguatan pendidikan
karakter ??

Pendidikan karakter merupakan kunci yang sangat penting di


dalam membentuk kepribadian anak. Selain di rumah, pendidikan
karakter juga perlu diterapkan di sekolah dan lingkungan sosial. Pada
hakekatnya, pendidikan memiliki tujuan untuk membantu manusia

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 242


menjadi cerdas dan tumbuh menjadi insan yang baik. Dalam rangka
mempersiapkan Generasi Emas 2045, pemerintah menguatkan
karakter generasi muda agar memiliki keunggulan dalam persaingan
global abad 21. Selain lima nilai utama karakter, melalui PPK,
pemerintah mendorong peningkatan literasi dasar, kompetensi berpikir
kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaborasi generasi muda. Program PPK
ini akan dilaksanakan dan diterapkan secara bertahap dan disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing sekolah. Program ini
diharapkan dapat mendorong kualitas pendidikan yang merata di
seluruh Indonesia. Setiap sekolah, baik negeri maupun swasta, memiliki
hak yang sama untuk menerapkan program yang merupakan bagian
dari Gerakan Nasional Revolusi Mental di bidang pendidikan ini. Berikut
gambaran Konsep PPK oleh Kemendikbud modul 1

KONSEP DASAR PPK


FOKUS PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KELAS KELUARAN
1. Struktur Program  Integrasi dalam mata pelajaran Pembentukan individu yang memiliki
 Jenjang dan Kelas  Optimalisasi muatan lokal karakter dan kompetensi abad 21
 Ekosistem Sekolah  Manajemen kelas
 Penguatan kapasitas guru HASIL
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS  Olah pikir: Individu yang memiliki
BUDAYA SEKOLAH
2. Struktur Kurikulum keunggulan akademis sebagai hasil
 Pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian
 PPK melalui kegiatan Intra-kurikuler dan ko- pembelajaran dan pembelajar
sekolah
kurikuler sepanjang hayat
 PPK melalui kegiatan Ekstra-kurikuler  Keteladanan pendidik  Olah hati: Individu yang memiliki
 Ekosistem sekolah
 PPK melalui kegiatan non-kurikuler kerohanian mendalam, beriman dan
 Norma, peraturan, dan tradisi sekolah bertakwa
3. Struktur Kegiatan PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS MASYARAKAT  Olah rasa dan karsa: Individu yang
 Praksis Kegiatan Pembentukan Karakter di  Orang tua memiliki integritas moral, rasa
lingkungan sekolah berdasarkan 4 dimensi  Komite Sekolah berkesenian dan berkebudayaan
pengolahan karakter Ki Hadjar Dewantara  Dunia usaha  Olah raga: Individu yang sehat dan
(Olah pikir, Olah hati, Olah rasa/karsa, Olah  Akademisi, pegiat pendidikan, mampu berpartisipasi aktif sebagai
raga)  Pelaku Seni & Budaya, Bahasa & Sastra warga negara
 Pemerintah & Pemda

PELIBATAN PUBLIK
Orang tua Komite Sekolah Dunia Usaha Akademisi/Pegiat Pendidikan Pelaku Seni & Budaya Pemerintah & Pemda
Komunikasi Mediasi CSR Partisipasi Sumber belajar Kolaborasi sumber daya:
Komitmen Mobilisasi sumber daya Sumber Belajar Advokasi ABK/kelompok Marjinal Komunitas Bahasa Kemdagri, Kemenag,
Konsistensi Pengawasan Media Massa Literasi Taman Budaya Kemenkes, Kemenhan,
Finansial Program inovasi Sanggar Seni Kemendes, TNI/Polri
Berbagi Pengetahuan Museum Pemprov/Kota/Kab 7

Pada gambar di atas menerangkan bahwa fokus PPK ditinjau


dari beberapa struktur yaitu program, kurikulum dan kegiatan
mencangkup pada semua aspek salah satu contohnya pada struktur
kegiatan menerapkan 4 dimensi pengolahan karakter Ki Hadjar
Dewantara yaitu olah pikir, olah hati, olah rasa/karsa, dan olah raga).

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 243


Selanjutnya fokus PPK tersebut akan diterapkan dan dilaksanakan di
berbagai macam bidang seperti 1)pendidikan karakter berbasis sekolah
yang artinya PPK dapat diintegrasikan melalui kurikulum dan mata
pelajaran yang diajarkan oleh guru di kelas, 2) pendidikan karakter
budaya di sekolah, siswa dapat lebih disiplin dan lebih berkompeten
dalam pembiasaan-pembiasaan di sekolah. 3) pendidikan karakter
berbasis kemasyarakata, hal itu dilakukan untuk mengurasi budaya-
budaya luar yang belum tersaring sehingga merusak moral anak
bangsa. Dengan pendidikan karakter budaya kelas ini siswa dapat lebih
menghargai dan mengenal lebih jauh kebudayaan yang ada di sekitar
lingkungan mereka. Sehingga mendapatkan keluaran yaitu
pembentukan individu yang memiliki karakter dan kompetensi abad 21.
Di bawah ini merupakan pengembangan nilai-nilai karakter yang
disepakati oleh kemendikbud tahun 2016

Pengembangan Nilai-Nilai Karakter

Religius
Jujur
Toleransi
Olah Hati Disiplin
Kerja Keras
(Etika) Kreatif
Mandiri
Demokratis
Olah Olah Rasa Ingin Tahu
Semangat Kebangsaan
Raga Pikir Cinta Tanah Air UTAMA
(Kinestetika) (Literasi) Menghargai Prestasi
Bersahabat/Komunikatif
Cinta Damai
Olah Gemar Membaca
Peduli Lingkungan
Karsa Peduli Sosial
(Estetika)
Tanggung Jawab
(dan lain-lain)

Filosofi Pendidikan Karakter Nilai-nilai Karakter Kristalisasi Nilai-Nilai


Ki Hajar Dewantara
6

Menurut Mendikbud, PPK tidak mengubah struktur kurikulum,


namun memperkuat Kurikukum 2013 yang sudah memuat pendidikan
karakter itu. Dalam penerapannya, dilakukan sedikit modifikasi
intrakurikuler agar lebih memiliki muatan pendidikan karakter. Kemudian
ditambahkan kegiatan dalam kokurikuler dan ekstrakurikuler. Integrasi

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 244


ketiganya diharapkan dapat menumbuhkan budi pekerti dan
menguatkan karakter positif anak didik.
Prinsipnya, manajemen berbasis sekolah, lalu lebih banyak
melibatkan siswa pada aktivitas daripada metode ceramah, kemudian
kurikulum berbasis luas atau broad based curriculum yang
mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber belajar,” tutur
Mendikbud.

PPK mendorong sinergi tiga pusat pendidikan, yaitu sekolah,


keluarga (orang tua), serta komunitas (masyarakat) agar dapat
membentuk suatu ekosistem pendidikan. Menurut Mendikbud, selama
ini ketiga seakan berjalan sendiri-sendiri, padahal jika bersinergi dapat
menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Diharapkan manajemen
berbasis sekolah semakin menguat, di mana sekolah berperan menjadi
sentral, dan lingkungan sekitar dapat dioptimalkan untuk menjadi
sumber-sumber belajar

B. Tujuan PPK
Tujuan PPK, dalam Perpres tersebut adalah untuk
membangun dan membekali siswa sebagai generasi emas Indonesia
Tahun 2045, sekaligus merevitalisasi dan memperkuat potensi dan
kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan (CNN). PPK, menurut
Perpres ini, memiliki tujuan:
1. membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi
emas Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan
pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika
perubahan di masa depan;
2. mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan
pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan
pendidikan bagi Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik
yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 245


informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia;
dan
3. merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik,
tenaga kependidikan, Peserta Didik, masyarakat, dan lingkungan
keluarga dalam mengimplementasikan PPK.

Menurut mutu didik Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter


memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan
makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama
penyelenggaraan pendidikan.
2. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045
menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan
keterampilan abad 21.
3. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi
pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual),
olahrasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga
(kinestetik)
4. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan
(kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah)
untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter.
5. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai
sumber-sumber belajar di dalam dan di luar sekolah.
6. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam
mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)

C. Integrasi PPK pada Pembelajaran Tematik di SD


Secara administratif, integrasi PPK dicantumkan pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan secara operasional
dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dan secara lebih

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 246


teknis, guru mengindentifikasi aktivitas siswa yang berkaitan dengan
tema pelajaran dan PPK pada langkah demi langkah pembelajaran dari
awal sampai dengan akhir.
Pada hakikatnya pelaksanaan PPK pada pembelajaran tematik
tidak menutup kemungkinan dapat dikhawatirkan akan menjadi beban
baru bagi guru, bahkan mungkin ditolak karena belum paham
tujuannya. Oleh karena itu, menjadi tugas para instruktur untuk
menjelaskan kepada para guru sasaran tujuan dan teknis
pelaksanaannya dalam kegiatan pembelajaran. Pada intinya kebijakan
ini tidak akan menambah pekerjaan guru, karena secara substantif dan
operasional, guru pun telah melaksanakannya, hanya tidak disebut
sebagai integrasi PPK.
Di awal pembelajaran, ketika guru mengucap salam, lalu
mengajak para siswa untuk berdoa, menyanyikan lagu Indonesia Raya,
menyanyikan lagu nasional atau daerah, meminta siswa untuk tertib
dalam belajar, menjaga kebersihan, bekerja dalam kelompok, berani
mengemukakan pendapat, menghormati pendapat orang lain, tidak
menyontek, hal tersebut pada dasarnya adalah bagian dari PPK. Ada 5
(lima) nilai yang menjadi fokus dalam PPK, yaitu (1) nasionalis, (2)
integritas, (3) mandiri, (4) gotong rotong, dan (5) religius. Seperti yang
tercantum pada gambar di bawah ini.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 247


SIMULASI MODEL IMPLEMENTASI PPK
Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Nilai Karakter**
Penguatan Nilai Utama:
Waktu Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, Integritas
Kegiatan Pembiasaan:
Memulai hari dengan Upacara Bendera (Senin), Apel, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Lagu
Nasional, dan berdoa bersama, kegiatan literasi.

Kegiatan PPK
Kegiatan Intra-Kurikuler: bersama orang tua:
Kegiatan Belajar – Mengajar Interaksi dengan
Waktu orang tua dan
Belajar* lingkungan / sesama

Kegiatan Ko-Kurikuler dan Ekstrakurikuler:


Sesuai minat dan bakat siswa yang dilakukan di bawah bimbingan guru/pelatih/melibatkan
orang tua & masyarakat: Kegiatan Keagamaan, Pramuka, PMR, Paskibra, Kesenian, Bahasa &
Sastra, KIR, Jurnalistik, Olahraga, dsb.
Kegiatan Pembiasaan:
Sebelum menutup hari Siswa melakukan refleksi, menyanyikan lagu daerah dan berdoa
bersama.
*Durasi waktu tidak mengikat dan disesuaikan dengan kondisi sekolah 8
** Nilai-nilai karakter disesuaikan dengan GNRM, kreativitas sekolah, dan kearifan lokal

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap


Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan
ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan
agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk
agama lain. Implementasi nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam
sikap cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan
kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk
agama dan kepercayaan, anti perundungan dan kekerasan,
persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai
lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap,
dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap
nasionalis ditunjukkan melalui sikap apresiasi budaya bangsa sendiri,
menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 248


berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin,
menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.
Adapun nilai karakter integritas merupakan nilai yang
mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai
kemanusiaan dan moral. Karakter integritas meliputi sikap tanggung
jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial,
melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan
kebenaran. Seseorang yang berintegritas juga menghargai martabat
individu (terutama penyandang disabilitas), serta mampu menunjukkan
keteladanan.
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak
bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga,
pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita.
Siswa yang mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya
juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar
sepanjang hayat.
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan
menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan
persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi
bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
Diharapkan siswa dapat menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat
bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan bersama,
musyawarah mufakat, tolong menolong, memiliki empati dan rasa
solidaritas, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
Kelima hal tersebut dapat dikembangkan oleh guru dalam
pembelajaran. Ketika guru mengajak siswa untuk mengingat kembali
materi yang telah dipelajari pada saat apersepsi, mengajak siswa
mengamati sebuah objek, mengamati lingungan, membaca sumber-
sumber belajar, mengumpulkan informasi, diskusi, menganalisis,

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 249


mempresentasikan hasil diskusi, menjawab pertanyaan, menyajikan
laporan, menyimpulkan, merefleksikan kegiatan belajar yang telah
dilakukan, menyampaikan laporan, atau memajang hasil karya, hal
tersebut termasuk ke dalam literasi, karena literasi bukan hanya
berkaitan dengan kemampuan baca dan tulis, tetapi berkaitan dengan
pemahaman, memilih dan memilah informasi, daya analisis, serta
kemampuan mengkomunikasikan.
Karakter siswa juga dapat dilihat pada saat kegiatan
pembelajaran. Misalnya, aktif, pasif, mandiri, mampu bekerja dalam
kelompok, tekun, kerja keras, mampu mengendalikan emosi,
menghormati guru, menghargai teman, dan sebagainya. Oleh sebab itu,
pada saat kegiatan pembelajaran, guru melakukan penilaian proses
minimal dengan menggunakan lembar observasi, catatan anekdot, atau
jurnal untuk mendapatkan gambaran perkembangan karakter siswa.
Penanaman PPK merupakan proses yang perlu terus ditanamkan
dalam kegiatan pembelajaran. Ini adalah investasi jangka panjang untuk
menyiapkan generasi muda Indonesia yang literat dan berkarakter.
Butuh kesungguhan, komitmen, kerjasama, dan sinergi dari berbagai
pihak terkait. Integrasi literasi dan PPK dalam pembelajaran disamping
disesuaikan dengan materi yang dipelajari oleh siswa, tingkat
perkembangan berpikir, situasi, dan kondisi berlandaskan nilai-nilai
agama, Pancasila, dan nilai-nilai kearifan lokal agar memiliki karakter ke
Indonesiaan yang kuat dan mantap.
Model Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK)
1. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui Kegiatan
Pembiasaan, antara lain: Memulai hari dengan Upacara Bendera
(Senin), Apel, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Lagu Nasional,
dan berdoa bersama. Membaca buku-buku non-pelajaran tentang
PBP, cerita rakyat, 15 menit sebelum memulai
pembelajaran, Sebelum mengakhiri kegiatan belajar Siswa

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 250


melakukan refleksi, menyanyikan lagu daerah dan berdoa
bersama.
2. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui Kegiatan
Kegiatan Intra-Kurikuler yakni integrasi pendidikan karakter dalam
kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar pada semua mata Pelajaran
3. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui Kegiatan
Ko-Kurikuler dan Ekstrakurikuler: Sesuai minat dan bakat siswa
yang dilakukan di bawah bimbingan guru/pelatih/melibatkan orang
tua & masyarakat: Kegiatan Keagamaan, Pramuka, PMR,
Paskibra, Kesenian, Bahasa & Sastra, KIR, Jurnalistik, Olahraga,
dsb.

Kunci kesuksesan pendidikan karakter terletak pada peran


guru. Sebagaimana ajaran Ki Hajar Dewantara, “ing ngarso sung
tuladho, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani”, maka seorang
guru idealnya memiliki kedekatan dengan anak didiknya. Guru
hendaknya dapat melekat dengan anak didiknya sehingga dapat
mengetahui perkembangan anak didiknya. Tidak hanya dimensi
intelektualitas saja, namun juga kepribadian setiap anak didiknya.
(Mendikbud, Ristekdikti)
Tak hanya sebagai pengajar mata pelajaran saja, namun guru
mampu berperan sebagai fasilitator yang membantu anak didik
mencapai target pembelajaran. Guru juga harus mampu bertindak
sebagai penjaga gawang yang membantu anak didik menyaring
berbagai pengaruh negatif yang berdampak tidak baik bagi
perkembangannya. Seorang guru juga mampu berperan sebagai
penghubung anak didik dengan berbagai sumber-sumber belajar yang
tidak hanya ada di dalam kelas atau sekolah. Dan sebagai katalisator,
guru juga mampu menggali dan mengoptimalkan potensi setiap anak
didik.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 251


Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2008 menjadi
PP Nomor 19 Tahun 2017, Kemendikbud mendorong perubahan
paradigma para guru agar mampu melaksanakan perannya sebagai
pendidik profesional yang tidak hanya mampu mencerdaskan anak
didik, namun juga membentuk karakter positif mereka agar menjadi
generasi emas Indonesia dengan kecakapan abad ke-21.
Berdasarkan pasal 15 PP Nomor 19 Tahun 2017, pemenuhan
beban kerja guru dapat diperoleh dari ekuivalensi beban kerja tugas
tambahan. Kegiatan lain di luar kelas yang berkaitan dengan
pembelajaran juga dapat dikonversi ke jam tatap muka. “Guru tidak
perlu lagi cari-cari jam tambahan mengajar di luar sekolahnya untuk
memenuhi beban kerja mengajar. Dia harus bertanggungjawab
terhadap perkembangan siswanya.” kata Mendikbud.

D. Latihan Soal BAB VIII


Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di
atas, kerjakanlah latihan berikut!
1. Diskusikan dengan temanmu apa yang melatarbelakangi PPK
yang dikukuhkan oleh Presiden Jokowi? Jelaskan!
2. Sebutkan 5 karakter yang telah dikristalkan yang menjadi tujuan
dari PPK! Jelaskan!

E. Petunjuk jawaban latihan soal BAB VIII


Petunjuk jawaban latihan soal dapat mempermudah Anda
untuk menjawab pertanyaan latihan soal pada BAB 7.
1. Jawaban no.1 dapat Anda temukan dan Anda jawab dengan
memahami konsep penguatan pendidikan karakter pada BAB ini.
2. Jawaban no.2 dapat Anda Jawab dengan memahami tentang
integrasi PPK

F. Rangkuman

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 252


Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerbitkan Peraturan
Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter yang disinyalir untuk menghentikan polemik yang diakibatkan
Permendikbud No 23 Tahun 2017 tentang full day school. Ada 5 (lima)
nilai yang menjadi fokus dalam PPK, yaitu (1) nasionalis, (2) integritas,
(3) mandiri, (4) gotong rotong, dan (5) religius. Kelima hal tersebut
dapat dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 253


Daftar Pustaka
Abdul Majid. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Agus, Taufik, dkk .2011. Pendidikan Anak Di SD. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Ahmadi, Khoiru dan Sofan Amri. 2014. Pengembangan & Model
Pembelajaran Tematik Integratif. Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya
Arifin zainal, (2011). Evaluasi Pembelajaran Bandung: Remaja
Rosdakarya
Arikunto, suharsimi. 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan
praktik, Jakarta: Rineka cipta.
Arini, Ni Wayan, Gede Margunayasa, dkk. 2014. “Pembelajaran
Terpadu Konsep Dan Penerapannya.” In Pembelajaran
Terpadu Konsep Dan Penerapannya, I, 93. Singaraja: Graha
Ilmu.
Asep Herry Hernawan, dkk. 2011. Pembelajaran Terpadu di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Aqib, Z. 2002. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya:
Insan Cendikia.
Basuki, Ismet dan hariyanto. 2014. Assesment Pembelajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Benson, T. R. 2005. The issues: Integrated teaching units. PBS teacher
source.
http://www.pbs.org/teachersource/prek2/issues/904issue.shtm.
Bredekamp. R.A.et all, 1992. WhatDoes Research Say about Early
Childhood Education. (on line), tersedia, http:// www. Nerel/

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 254


sdrs/areas/atwasys/ Serly-ch.htm,(Agustus, 2017)
Buchori, M. teknik-teknik 1983. Evaluasi Dalam Pendidikan, Semarang:
Jemars
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah.
Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Untuk Sekolah Dasar. Depdikbud. Jakarta.
Depdiknas. 2006. Model Pembelajaran TerpaduIPA. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2007, Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta.
Dimyati, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri 2000. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional
Eko Putro Widoyoko. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Everett, et al. 2000. Integrated Curricula: Purposeand Design. Journal
of Engineering Education, 89 (2), 167-175.
Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois:
IRI/ Skylight Publishing, Inc.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, 2010, Ilmu Pendidikan Islam
Jilid II, Bandung: CV Pustaka Setia.
Hergenhahn, B.R. dan Matthew H. Olson, 2006. Theories Of Learning
(Terjemahan), Jakarta: Kencana, 2010. Dr. C. George Boeree
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam
Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar.
Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 255


IPA).Pendidikan, Kementerian, dan Kebudayaan. “Konsep
Pembelajaran Tematik Terpadu.”
Joyce, Bruce & Marsha Weil. 1996 Models of Teaching, USA, Allyn &
Boscon.
Julianto. 2010. Kajian Teori dan Implementasi Model Pembelajaran
Terpadu dalam Pembelajaran di kelas. Surabaya: Unesa
University Press
Kemendikbud, 2017. Modul Penguatan Pendidikan Karakter.
Khaeruddin, dkk,. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
Yogyakarta: Pilar media
Kostelnik, M.J., Soderman, A. K & Whiren, A.P (2004). Developmentally
appropriate curriculum: Best practice in early childhood
education. Upper Saddle River, N. J.: Merrill.
Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi
Sertifikasi Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Mahfud Chaerul, 2006. “Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mulyasa, 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Remaja
Bandung, , Rosdakarya,
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi kurikulum 2013,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Niken septiasih. 2011. Pembelajaran Terpadu Di SD. Kebumen:
Universitas Sebelas Maret
Nitko A.J. 1996. Educational Assessment of Students, 2nd Ed. Columbus
Ohio: Prentice Hall.
Oemar Hamalik, 2009, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Poerwanti, E. dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta:
Depdiknas

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 256


Popham, W.J. 1995. Classroom Assessment, What Teachers Need to
Know. Boston: Allyn and Bacon.
Rahim, A. 2013. Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek dari
Pengembangan Kurikulu
https://id.scribd.com/doc/133934414/J
Resmini, Novi. Model-model Pembelajaran Terpadu pdf. Universitas
Pendidikan Indonesia
Rusman, 2011, Model-model pembelajaran mengembangkan
profesionalisme guru, Jakarta:  Rajagrafindo Persada.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Salma Prawiradilaga, Dewi dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi
Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenenada Media Group, 2008
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media:
Jakarta
Silberman, M. 1996. Active learning: 101 strategies to teach any
subject. Boston: Allyn and Bacon.
Soenarko, Bambang. 2011. Konsep Pembelajaran Terpadu. Kediri:
Universitas Nusantar PGRI Kediri
Sudjana, Nana 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugandi, Achmad, dkk. 2004. Teori Pembelajaran. UPT MKK UNNES.
Semarang.
Sukmadinata N.S, 1988. Prinsip dan Landasan Pengembangan
Kurikulum, Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Hikayat Publishing. Yogyakarta.
Suyanto dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta:
Esensi Erlangga Group
Sutarno. 2007. Pendidikan Multikultural. Jakarta. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 257


Sutirjo dan Sri Istuti Mamik.  2005. Tematik: Pembelajaran Efektif dalam
Kurikulum 2004. Malang: Bayumedia Publishing.
Studi, Program, Pendidikan Guru, Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu,
Pendidikan Dan, Universitas Sebelas Maret, and Membuat
Magnet Sederhana. 2015. “PEMBELAJARAN TERPADU.”.
Yogyakarta, Universitas Negeri, Pendidikan Anak Usia Dini.
n.d. “Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini,”
11–20.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, (2012)
Kurukulum & Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers
Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta:
PT Prestasi Pustakaraya.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Cempaka
Gemilang
Trianto, 2010, Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi, dan
Implementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Tutut Sholihah, 2008, Strategi Pembelajaran Yang Efektif, Jakarta: UIN
Jakarta Press.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Widyastono Herry, 2014. Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi
Daerah, Jakarta: Bumi Aksara
Wirawan, Sarlito. 1978. Berkenaan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh
Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Woolfolk, A. 1993, Educational Psychology, Fifth Edition. Boston: Allyn
and Bacon. (dilihatya.com.pengetahuan) Mobile-Friendly-9
Agustus 2017 (id.m.wikipedia.org/wiki/Teori)
Yamin, Matinis, 2004. Pengembangan Kompetensi Pebelajar, Jakarta:
UI-Prees,

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 258


Zainal Arifin, 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDPage 259

Anda mungkin juga menyukai