Anda di halaman 1dari 5

Teori Belajar Tingkah laku dan Penerapannya

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Matematika Sekolah Dasar


DosenPengampu:

Dr. Noor Fajriah, M.Si.

Indah Budiarti, M.Pd.

Anggota Kelompok 9 :

Suphalo Samuel Tjitradi 1810118210011

Rizki Cica Ananda 1810118320006

Nara Mafaza Sekarningrum 1810118220003

Meti Wanda Paulia 1810118320008

Syahri Rahman 1810118210005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

OKTOBER 2020

i
1. Pengertian Teori Belajar Tingkah Laku

Teori belajar tingkah laku atau biasa disebut Teori behavioristik


adalah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori behavioristik dicetuskan oleh Gagne dan Berliner,
lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap pengembangan teori dan praktik pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Dalam teori
behavioristik, belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus yang diberikan oleh guru kepada peserta didik dan respon
yang berupa tanggapan dari peserta didik terhadap stimulus yang telah
diberikan. Bagi Thorndike Perubahan tingkah laku akibat
pembelajaran bisa berupa hal konkrit maupun tak konkrit. Thorndike
dikenal akan percobaannya yang paling fenomenal yaitu meneliti
perilaku pembelajaran dari kucing. Ia meletakkan kucing yang lapar
pada sebuah tempat transparan yang mengurung kucing tersebut dan
makanan di luar tempat pengurungan itu. Kucing tersebut diamati
melakukan beberapa gerakan untuk mencapai makanan yang
dilihatnya dan inilah yang diamati Thorndike. Pada awalnya, kucing
berusaha untuk meloncat-loncat untuk meraih makanan yang
dilihatnya. Sampai akhirnya kucing tersebut tidak sengaja menyetuh
knop yang membukakan jalan dari tempat transparan tersebut.
Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali dan setelah kurang lebih
10 sampai 12 kali, kucing melakukan gerakan menyentuh knop untuk
membuka jalan agar ia bisa mendapatkan makanan. Pemahaman dari
tokoh Thorndike akhirnya melahirkan beberapa dalil belajar, antara
lain:

 Hukum Sebab Akibat, yang menunjukkan kuat lemahnya


hubungan antara stimulus dengan respon tergantung pada akibat
yang ditimbulkan.
 Hukum Pembiasaan, yang menunjukkan bahwa hubungan stimulus
dengan respon bisa menjadi kuat ketika dilatih atau diulang.

Di samping itu, menurut Resnick dan Ford (1984:12), Thorndike


menyatakan kuat tidaknya hubungan ditentukan oleh kepuasan
maupun ketidakpuasan yang menyertainya (law of effect). Itulah
sebabnya, dua kata kunci menurut para penganutnya selama proses
pembelajaran adalah ‘latihan’ serta ‘ganjaran/penguatan’ dan
hukuman. Teori ini menitikberatkan pada perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengulangan. Ganjaran atau penguatan pada
binatang ditunjukkan dengan pemberian sesuatu jika ia dapat
menyelesaikan tugasnya, sehingga binatang tersebut akan mengulangi
kegiatannya. Demikian pula, para siswa akan sangat senang dan
merasa dihargai jika mereka mendapat hadiah ketika mereka dapat
melaksanakan tugas dengan baik, sehingga mereka akan berusaha
untuk melakukan hal yang sama. Namun jika siswa melakukan hal
yang salah maka mereka harus mendapat hukuman agar ia tidak
melakukan hal itu lagi, sebagaimana para pelatih sirkus menggunakan
cemeti untuk mengajari singa dan macan mereka agar binatang itu
mengikuti perintah tuannya.

2. Penerapan Teori Belajar Tingkah Laku dalam Pembelajaran


Matematika
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa para penganut psikologi
tingkah laku memandang belajar sebagai hasil dari pembentukan hubungan
antara rangsangan dari luar (stimulus). Semakin sering hubungan antara
rangsangan dan balasan terjadi, maka akan semakin kuatlah hubungan
keduanya yaitu antar guru dan murid sehingga para penganut teori belajar
tingkah laku sering menggunakan cara mengulang-ulang atau tubian.
Salah satu contoh penerapan teori belajar tingkah laku dalam
pembelajaran matematika di jenjang SD/MI yaitu pada saat menentukan hasil
perkalian. Awalnya Siswa SD disuruh menentukan hasil perkalian dari angka
kecil hingga angka yang lebih besar. Kemudian siswa tersebut mulai mengalami
kesulitan ketika mencapai angka yang lebih besar, namun setelah dibantu oleh
gurunya dan kemudian ia disuruh mengerjakan ulang soal yang diberikan tadi
siswa tersebut mengerjakan soal tadi lebih cepat dibanding sebelumnya karna
ia sudah terbiasa. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa proses
mengulang-ulang dapat membantu siswa untuk memperlancar menentukan
hasil dari perkalian dengan syarat siswa tersebut harus memahami konsepnya
terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mustofa, dan Muhammad Thobroni. 2012. Belajar dan


Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Shadiq Fajar, dan Nur Amini Mustajab. 2011. Penerapan Teori Belajar
dalam Pembelajaran Matematika SD. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai