Anda di halaman 1dari 24

KESEHATAN REPRODUKSI WANITA DAN KB

“Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja HIV/AIDS”


Dosen Pengampu : Ria Tri Harini Dwi Rusiawati, S.ST.,M.Pd.

Disusun Oleh :
Anggota Kelompok 1

1. Komang Nariasih (2006091001)


2. Luh Kunti Pradnyawati (2006091003)
3. Luh Savitri (2006091004)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Masalah-masalah
Kesehatan Reproduksi Seperti HIV/AIDS dan Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja ”tepat
pada waktunya tanpa ada kendala. Penulis menyusun makalah ini dengan tujuan untuk
menambah wawasan dan pemahaman tentang “Masalah-masalah Kesehatan Reproduksi
Seperti HIV/AIDS dan Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja serta untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah kesehatan perempuan dan perencanaan keluargaa

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat informasi, bimbingan, dan


motivasi dari Ibu Ria Tri Harini Dwi Rusiawati, S.ST.,M.Pd.. selaku dosen pengampu mata
kuliah kesehatan perempuan dan perencanaan keluargaa dan . Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi teknis penulisan, kelengkapan materi
yang dibahas, maupun tata bahasa yang digunakan. Untuk itu, besar harapan penulis kepada
pihak pembaca agar memberikan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini dan
makalah-makalah yang akan disusun selanjutnya.
Penulis pun berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak
penulis maupun pihak pembaca mengenai segala hal yang berhubungan dengan kesehatan
perempuan dan perencanaan keluarga.

Singaraja, 09 Februari 2022


Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………..3

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 6

1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 7

2.2.1 Pengertian HIV/AIDS ....................................................................................................... 7

2..2.2 Penyebab HIV/AIDS ....................................................................................................... 7

2.2.3 Masalah Dan Dampak Dari HIV/AIDS ............................................................................ 8

2.2.4 Cara penanggulangan mengatasi penyakit HIV .............................................................. 13

2.2 KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA ........................................................................ 17

2.2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja ..................................................................... 17

2.2.2 Faktor Penyebab Kesehatan Reproduksi Remaja ........................................................... 17

2.2.3 Masalah Dan Dampak Yang Dihadapi Dari Kesehatan Reproduksi Remaja ................. 18

2.2.4 Upaya Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja .................................. 20

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 22

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 22

3.2 Saran .................................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 24

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 HIV/AIDS
Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus HIV dan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sindrom atau kumpulan gejala yang
timbul karena sangat turunnya kekebalan tubuh penderita HIV dan merupakan
stadium akhir dari HIV.
Menurut WHO, total penderita HIV lebih dari 35 juta jiwa. Pada tahun 2017,
940.000 orang meninggal karena penyebab HIV. Ada sekitar 36,9 juta orang yang
hidup dengan HIV pada akhir tahun 2017 dengan 1,8 juta orang terinfeksi baru pada
tahun 2017. Pada tahun 2017 diperkirakan 47% infeksi baru terjadi diantara populasi
kunci dan pasangannya.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 terdapat 33.660 kasus
baru HIV di Indonesia. Di Indonesia jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987-2017
terdapat 97.942 kasus, untuk kasus baru AIDS pada tahun 2017 terdapat 4.555 kasus.
Jumlah kasus AIDS di DIY dari tahun 1987-2017 terdapat 1.403 kasus, dan pada
tahun 2017 terdapat 42 kasus baru AIDS.
Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DIY, data kasus
HIV dan AIDS di Yogyakarta periode 1993 – Maret 2015 berjumlah 3.106 orang.
Pada tahun 2013 di DIY ditemukan orang dengan HIV/AIDS sebanyak 2.422 orang.
Pada tahun 2014 sebanyak 2.933 orang dan pada tahun 2015 sebanyak 3.106.
Faktor risiko HIV/AIDS yang paling banyak ditemukan di DIY adalah
heteroseksual (51%). Hanya sebagian kecil HIV/AIDS yang disebabkan oleh transfusi
darah dan biseksual (1%). Selain itu, masih banyak kasus HIV/AIDS yang belum
diketahui penyebab pastinya (25%).1 Jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi di DIY
terdapat di Kabupaten Sleman yaitu pada tahun 2015 berjumlah 1.038 kasus dan pada
tahun 2016 berjumlah 1.220 kasus.

4
1.1.2 KRR
Kesehatan Reproduksi Remaja didefinisikan sebagai kondisi sehat yang
menyangkut sistem fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja (Admin,
2008). Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak ke masa dewasa dan relatif
belum mancapai tahap kematangan mental sosial sehingga mereka harus menghadapi
berbagai tekanan emosional dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali life
events yang akan terjadi yang tidak saja menentukan kehidupan masa dewasa tetapi
juga kualitas hidup generasi berikutnya menempatkan masa ini sebagai masa kritis.
Informasi mengenai kesehatan reproduksi sudah seharusnya mulai diberikan, agar
remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak
jelas. Dengan banyaknya persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka pemberian
informasi, layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja jadi sangat penting.
Misalnya pada kasus yang banyak dialami remaja saat ini adalah, perdagangan
(trafficking) remaja perempuan, prostitusi remaja, kehamilan tidak dikehendaki
(unwanted pregnance), aborsi tidak aman (unsave abortion), pelecehan seksual,
perkosaan remaja dan penganiayaan anak (child abuse) (Efie Chirstanto, 2005 dalam
Lilik, 2008). Remaja berusia 16-24 tahun berjumlah sekitar 60.861.350 atau sekitar
30,5% dari total penduduk Indonesia (BPS, 2010). Dari jumlah tersebut angka
pernikahan dini (<16 tahun) sebanyak 10%.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan reproduksi remaja
antara lain: faktor genetik, faktor lingkungan, dan perilaku. Faktor genetik merupakan
faktor bawaan yang normal seperti: jenis kelamin, suku, bangsa. Faktor lingkungan
merupakan faktor komponen biologis yaitu organ tubuh, gizi, perawatan, kebersihan
lingkungan, budaya, tradisi, agama, adat, ekonomi, dan politik. Kondisi lingkungan
sekolah, pengaruh teman, dan kondisi tindak kekerasan sekitar tempat tinggal,
ketidaksetaraan gender, kekerasan seks, dan pengaruh media massa atau gaya hidup.
Faktor perilaku sangat mempengaruhi tumbuh kembang remaja. Perilaku yang
tertanam sejak kecil akan terbawa dalam kehidupan selanjutnya. Kadang kala
pencetus perilaku/kebiasaan tidak sehat pada remaja justru akibat ketidak harmonisan
4 hubungan orang tua, sikap orang tua yang menabukan pertanyaan anak/remaja
tentang fungsi /proses reproduksi dan penyebab rangsangan seksualitas (libido) serta
frekuensi tindak kekerasan anak (child pshysical abuse) (Admin, 2008).
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang tersebut maka penulis
merumuskan masalah yaitu bagaimana pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini
penyakit HIV/AIDS ?
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang tersebut maka penulis
merumuskan masalah yaitu bagaimana pengetahuan masyarakat tentang KRR ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari HIV/AIDS
1.3.2 Untuk mengetahui faktor penyebab HIV/AIDS
1.3.3 Untuk mengetahui masalah dan dampak yang dihadapi dari HIV/AIDS
1.3.4 Untuk mengetahui Upaya Penanggulangan masalah HIV/AIDS
1.3.5 Untuk Untuk mengetahui pengertian dari KRR
1.3.6 Untuk mengetahui faktor penyebab KRR
1.3.7 Untuk mengetahui masalah dan dampak yang dihadapi dari KRR
1.3.8 Untuk mengetahui Upaya Penanggulangan masalah KRR

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.2.1 Pengertian HIV/AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi
dan penyakit. Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Dengan
menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan
penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada
tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi
memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

2.2.2 Penyebab HIV/AIDS


ASI yang berkontak langsung dengan luka terbuka di selaput lendir, jaringan
lunak, atau luka terbuka di kulit luar tubuh orang sehat.

1. Hubungan seksual

Jalur penularan virus umumnya terjadi dari hubungan seks tanpa kondom
(penetrasi vaginal, seks oral, dan anal).Ingat, penularan hanya bisa terjadi dengan
syarat, Anda sebagai orang yang sehat memiliki luka terbuka atau lecet di organ
seksual, mulut, atau kulit.Biasanya, perempuan remaja cenderung lebih berisiko
terinfeksi HIV karena selaput vagina tipis sehingga rentan lecet dan terluka
dibandingkan wanita dewasa.Penularan lewat seks anal juga termasuk lebih rentan
karena jaringan anus tidak memiliki lapisan pelindung layaknya vagina sehingga lebih
mudah sobek akibat gesekan.

2. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril

Selain dari paparan antar cairan dengan luka lewat aktivitas seks, penularan
HIV juga dapat terjadi jika cairan terinfeksi tersebut disuntikkan langsung ke
pembuluh darah, misalnya dari:Pemakaian jarum suntik secara bergantian dengan
orang yang terkontaminasi dengan human immunodeficiency virus.Menggunakan
peralatan tato (termasuk tinta) dan tindik (body piercing) yang tidak disterilkan dan

7
pernah dipakai oleh orang dengan kondisi ini.Memiliki penyakit menular seksual
(PMS) lainnya seperti klamidia atau gonore. Virus HIV akan sangat mudah masuk
saat sistem kekebalan tubuh lemah.

3. Transfusi Darah

Penyebab HIV lainnya yang membuat seseorang terserang adalah transfusi


darah. Pada beberapa kasus, seseorang yang telah mengidap virus tersebut di dalam
tubuhnya yang belum terdiagnosis akan memberikan sebagian darahnya kepada orang
lain. Maka dari itu, bank darah selalu memeriksa suplai darah yang diterima untuk
meminimalisir risiko ini.

 Faktor Risiko HIV dan AIDS

HIV bisa menginfeksi semua orang dari segala usia. Akan tetapi, risiko tertular
HIV lebih tinggi pada pria yang tidak disunat, baik pria heteroseksual atau lelaki seks
lelaki. Selain itu, risiko tertular HIV juga lebih tinggi pada individu dengan sejumlah
faktor berikut:

 Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom, melalui dubur


(anus), atau dengan berganti-ganti pasangan
 Menderita infeksi menular seksual (IMS), misalnya sifilis, herpes, klamidia,
gonore, dan vaginosis bakterialis, karena sebagian besar IMS menyebabkan luka
terbuka di kelamin penderita
 Menggunakan NAPZA suntik, karena umumnya pelaku narkoba akan saling
berbagi jarum suntik
 Menerima suntikan, transfusi darah, transplantasi jaringan, dan prosedur medis
yang tidak steril atau tidak dilakukan oleh tenaga profesional
 Bekerja sebagai petugas kesehatan, karena berisiko mengalami cedera akibat
tidak sengaja tertusuk jarum suntik

8
2.2.3 Masalah Dan Dampak Dari HIV/AIDS
 Masalah Dari HIV/AIDS

ODHA selain merasakan penderitaan fisik juga mengalami penderitaan psikis, dan
sosial ekonomi. Permasalahan dan bentuk-bentuk pelayanan sosial akan diuraikan
sebagai berikut.

a. Masalah Fisik
Seseorang menderita AIDS diawali oleh melemahnya system kekebalan
tubuh karena serangan virus HIV. Hingga saat ini belum ada obat yang dapat
menghancurkan virus tersebut dan memulihkan kembali system kekebalan
tubuhnya. Akibat dari melemahnya dan atau rusaknya system kekebalan tubuh
menjadikan rentan terhadap berbagai penyakit. Beberapa permasalahan fisik
yang dialami ODHA antara lain:
 Timbul berbagai penyakit seperti diare,kanker, infeksi saluran
pernafasan dan peradangan, misalnya paru-paru, telinga, hidung dan
tenggorokan.
 Terjadi penurunan berat badan secara berlebihan.
 Penampilannya berubah secara drastic.
 Kondisi badan lesu/lemah.
Serangan berbagai penyakit dalam tubuh membuat ODHA merasakan
penderitaan berat dan berkepanjangan. Gejala awal penyakit AIDS mirip dengan
penyakit biasa seperti demam, batuk berkepanjangan dan flu. Bedanya, pada
penderita AIDS gejala tersebut lebih parah dan berlangsung dalam waktu yang
lama. Beban penderitaan secara fisik yang tak kunjung selesai ini memicu
ODHA mengalami permasalahan pada aspek psikis, dan sosial ekonomi.

b. Masalah Psikis
Deraan berbagai penyakit yang silih berganti, berlangsung lama, dan
terutama adanya vonis terjangkit virus HIV mengakibatkan gonjangan mental
pikologis ODHA. Mereka menjadi down, tidak stabil, gelisah, ketakutan, putus
asa, dan merasa bersalah atau berdosa. Perasaan bersalah dan berdosa lebih
dirasakan oleh ODHA yang penderitaannya didapat dari aktivitas menyimpang
seperti seks bebas, homoseksual dan IDU (injection Drug User).

9
Beberapa dampak negative HIV/AIDS terhadap kejiwaan
penyandangnya dikemukakan oleh Susanto sebagai berikut.
 Kecewa secara berlebihan bahkan megalami stress.
 Perasaan gelisah memikirkan perjalanan penyakit yang diderita.
 Merasa tidak bertenaga dan kehilangan kontrol.
 Kebingungan sehingga tidak mengerti apa yang harus diperbuat.
 Mengalami perubahan kepribadian, kehilangan ingatan, depresi serta
kecemasan dan ketakutan. Vonis bahwa penyakit AIDS sangat
berbahaya dan menakutkan bahkan penyandangnya dipastikan akan
segera meninggal tentu akan memperparah beban mental psikologis
penyandang HIV/AIDS.
c. Masalah sosial dan ekonomi
HIV/AIDS juga berdampak secara sosial dan ekonomi, yakni
penyandangnya mengalami masalah yang cukup berat dalam bersosialisasi baik
di lingkungan tempat tinggal, sekolah ataupun pekerjaan. Permasalahan sosial
yang dialami dan dirasakan ODHA terutama dalam menghadapi sikap ataupun
perlakuan sebagian besar masyarakat termasuk keluarganya yang sampai saat ini
masih cenderung diskriminatif seperti tak acuh, curiga, stigma/cap yang
negative, menghindar bahkan mengucilkan. Bagi penyandang yang disebabkan
oleh pergaulan yang salah seperti seks bebas dan pemakaian IDU, lebih merasa
tertekan karena rasa sesal berkepanjangan atas kesalahan dan dosa yang
diperbuatnya. Sedangkan bagi yang terkena karena kesalahan pihak lain, misal
tertular pasangannya dan atau transfusi darah, kadang menyisakan dendam
kenapa dia harus menerima resiko tersebut.
Secara ekonomi, permasalahan yang dirasakan oleh ODHA disamping
biaya hidup sehari-hari juga perlu mencukupi kebutuhan biaya perawatan dan
pengobatan sepanjang sisa hidupnya. Sementara dalam mempertahankan dan
atau memperoleh pekerjaan, mereka mengalami kesulitan sebagai akibat dari
sikap dan perlakuan diskriminatif masyarakat selama ini. “Mereka yang telah
ketahuan mengidap virus HIV atau yang jelas telah menjadi AIDS dikucilkan
dari keluarga, dipecat dari peerjaannya dan dijauhi oleh kawan-kawan mereka”
(Gde Muninjaya, 1999;56).

10
Berdasarkan uraian di atas, dapat dismpulkan bahwa masalah sosial
ekonomi yang dialami penyandang HIV/AIDS terkait dengan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari dan tuntutan biaya perawatan ataupun pengobatan medis
yang relative mahal dan perlu dilakukan secara terus-menerus. Sementara di sisi
lain, penyandang mengalami kesulitan dalam memperoleh sumber penghasilan
(pekerjaan) akibat dari sikap dan perlakuan masyarakat yang masih
diskriminatif.

 Dampak Dari HIV/AIDS

1) Dampak Ekonomi HIV/AIDS Menurut Pardita (2014) dampak HIV/AIDS di bidang


ekonomi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dampak secara langsung dan secara tidak
langsung. Dampak ini dimulai dari tingkat individu, keluarga, masyarakat dan
akhirnya pada negara bahkan dunia.
 Dampak Ekonomi Secara Langsung
Epidemi HIV/AIDS akan menimbulkan biaya tinggi, baik pada pihak ODHA
maupun rumah sakit. Hal ini dikarenakan belum ditemukan obat penyembuh
HIV/AIDS, sehingga ODHA dan atau anggota keluarganya harus menanggung
biaya perawatan untuk memperpanjang usia ODHA. Dana yang diperlukan
untuk pengobatan dan perawatan semakin lama semakin besar, sementara
penghasilan tetap atau bahkan berkurang. Akhirnya ODHA mengalami
kesulitan memperoleh pendapatan. Hal ini terjadi karena ODHA kehilangan
pekerjaan, tabungan habis dan keluarga tidak mau memberikan bantuan lagi.
 Dampak Ekonomi Secara Tidak Langsung
HIV/AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan merusak jumlah
penduduk yang mempunyai kemampuan produksi (human capital) yang baik.
ODHA tidak hanya tidak bisa bekerja, tetapi juga akan membutuhkan fasilitas
kesehatan yang memadai. Daerah yang memiliki jumlah penderita yang
banyak telah meninggalkan banyak anak yatim piatu yang dirawat oleh kakek
dan neneknya yang telah tua (Greener, R : 2002) dalam Pardita (2014).
Semakin tinggi tingkat kematian (mortalitas) di suatu daerah akan
mengakibatkan menurunnya tenaga kerja dan orang-orang yang memiliki
keterampilan. Tenaga kerja yang menurun ini akan didominasi oleh anak

11
muda, dengan pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih rendah sehingga
produktivitas menurun. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya cuti
pekerja yang digunakan untuk menjenguk anggota keluarga yang sakit atau
bahkan tenaga kerja tersebut cuti karena sakit juga akan mengurangi
produktivitas. Tingkat kematian yang meningkat juga akan melemahkan
mekanisme produksi dan investasi sumber daya manusia (human capital) pada
masyarakat, karena hilangnya pendapatan dan meninggalnya para orang tua.
Akibatnya HIV/AIDS dapat menurunkan pembayaran pajak, menguras dana
publik yang seharusnya dialokasikan untuk pendidikan dan fasilitas kesehatan
lain akan tetapi pada akhirnya digunakan untuk 633 mengatasi HIV/AIDS.
Keadaan ini akan membebani keuangan negara dan memperlambat
pertumbuhan ekonomi.
2) Dampak Sosial
ODHA menghadapi berbagai masalah dan penderitaan sehubungan dengan penyakit
yang ia derita. ODHA menderita akibat gejala penyakitnya seperti demam, batuk,
sesak napas, diare, lemas, dan lain sebagainya. Selain itu masalah sehari-hari lainnya
yang dihadapi penderita penyakit berat pun dialami oleh ODHA. Mereka pada
umumnya mengalami depresi, merasa tertekan dan merasa tidak berguna, bahkan ada
yang memiliki keinginan untuk bunuh diri. Ini adalah akibat dari stigmatisasi atau
hukuman sosial dan diskriminasi masyarakat terhadap informasi mengenai AIDS dan
ODHA. Penolakan dan pengabaian yang dilakukan oleh orang lain, terutama oleh
keluarga akan menambah depresi yang dialaminya (Djoerban, 1999) dalam Apri
Astuti dan Kondang Budiyani (2008).
3) Dampak Psikologis
Pardita (2014) menyatakan bahwa ODHA pada umumnya berada pada kondisi yang
membuat penderita merasakan menjelang kematian dalam waktu dekat. Seseorang
yang dinyatakan telah terinfeksi HIV, pada umumnya menunjukkan perubahan
karakter psikososial. Pasien yang dinyatakan telah terinfeksi HIV akan mengalami
masalah fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Masalah psikologis yang muncul
adalah stres, keyakinan diri yang rendah dan kecemasan.

12
2.2.4 Cara penanggulangan mengatasi penyakit HIV
Gejala penyakit HIV membuat sistem kekebalan tubuh melemah secara
bertahap. Infeksi yang disebabkan HIV juga dapat berkembang dengan sangat cepat.
Hal ini kemudian membuat penderitanya cenderung lebih rentan terkena Penyakit
oportunistik dan komplikasi kronis lainnya.Namun, bukan berarti dunia kedokteran
tidak memiliki beragam cara untuk mengatasi perkembangan penyakit HIV agar
setiap pengidapnya tetap dapat hidup panjang umur. Dilansir dari berbagai sumber,
berikut adalah cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi penyakitnya sejak
pertama kali terdiagnosis penyakit HIV :
1. Mulai pengobatan ART
Cara pertama dan yang paling diutamakan untuk mengatasi penyakit HIV
adalah dengan menjalani pengobatan.
Pengobatan HIV dengan kombinasi obat antiretroviral (ART) tidak hanya membantu
menekan jumlah virus (viral load) untuk mengendalikan gejala dan risiko komplikasi,
tapi juga mencegah penularan virus ke orang lain. Dokter menganjurkan semua
pengidap AIDS dan HIV untuk mulai terapi ART sesegera mungkin setelah diagnosis.
Terdapat lima kelas obat ARV yang digunakan sebagai cara mengatasi penyakit HIV,
yang meliputi:
1) Entry inhibitors
2) Nucleoside reverse transcriptase inhibitors
3) Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors
4) Integrase inhibitors
5) Protease inhibitors
Obat-obatan ini tidak secara sekaligus membunuh virus HIV dalam sekali
waktu. Fokus pengobatan HIV melalui ARV adalah dengan menarget virus dalam
setiap siklus hidupnya pada masing-masing stadium penyakit. Dengan cara ini, virus
tidak dapat mereplikasi diri. Sangat penting bagi para ODHA (HIV/AIDS) untuk
konsisten dan rutin minum obat sesuai yang diresepkan dokter. Pasalnya, takaran
dosis yang diubah sembarangan dapat mengarah meningkatkan risiko kegagalan
pengobatan, bahkan munculnya efek samping bahaya ARV. Melewatkan dosis obat
pun dapat berisiko membuat virus berkembang makin banyak dan menyebabkan
mereka kebal terhadap obat-obatan. Virus yang tidak lagi merespon terhadap kerja
obat akan semakin ganas menyerang sistem imun.
13
2. Jaga pola makan sehat
ODHA rentan mengalami penurunan berat badan secara drastis. Selain itu,
kemungkinan Anda juga mengalami diare, lemas, dan demam yang membuat asupan
gizi dari makanan makin terbatas.
Maka itu, sangat penting bagi setiap ODHA mengimbangi pengobatan dengan
menjaga pola makan sehat. Merencanakan pola makan yang tepat bagi ODHA dapat
menjadi cara mempertahankan status gizi dan juga meningkatkan sistem kekebalan
tubuh.Pastikan makanan yang Anda konsumsi berkalori tinggi tapi tetap bergizi
seimbang yang meliputi protein, karbohidrat, serat, lemak baik, serta vitamin dan
mineral.
Beberapa cara berikut ini juga dapat membantu mengatasi berat badan yang
turun drastis akibat penyakit HIV:
 Konsultasi ke dokter gizi untuk mendapatkan informasi makanan atau daftar
nutrisi apa yang harus dikonsumsi selama mengidap HIV.
 Minum suplemen tinggi protein sesuai rekomendasi dokter gizi. Jika badan
penderita HIV semakin kurus, maka semakin banyak pula kalori yang
dibutuhkan.
3. Rutin olahraga
Sistem imun yang melemah akibat infeksi HIV dapat menimbulkan gejala
berupa kelemahan kronis tanpa alasan.Meski demikian, bukan berarti hidup dengan
HIV membuat Anda tidak lagi bisa berolahraga. Rutin melakukan aktivitas fisik
ringan justru dapat membantu menguatkan sistem imun tubuh untuk melawan infeksi.
Sebuah penelitian dari American Journal of Lifestyle Medicine menemukan bahwa
olahraga dengan intensitas rendah sampai sedang dapat membantu para ODHA
terhindar dari berbagai risiko infeksi virus lainnya.Pilihlah jenis olahraga yang Anda
sukai, entah itu yoga, berlari, bersepeda, berenang, atau bahkan sekadar jalan kaki.
Coba juga membangun massa otot Anda dengan latihan angkat beban atau latihan
kekuatan, seperti push-up dan squat.Melakukan sesuatu hal yang memang Anda sukai
dapat mendorong Anda untuk tetap konsisten melakukannya, termasuk dalam urusan
olahraga.

14
4. Cegah penularan kepada orang lain
Infeksi HIV sangat mudah menyebar melalui cairan tubuh tertentu yang
mengandung virus, misalnya darah, air mani (yang mengandung sperma), cairan
praejakulasi, cairan rektum, cairan vagina, dan ASI.
Salah satu cara untuk mengatasi penyebaran penyakit HIV adalah dengan melakukan
hubungan seks aman menggunakan kondom. Anda juga akan disarankan untuk tidak
membuat tato atau tindikan di badan, serta mendonorkan darah selama terdiagnosis
positif HIV. Apabila Anda wanita dan sedang hamil, dokter akan menyarankan Anda
untuk mencegah penularan HIV kepada bayi dengan melakukan operasi caesar dan
tidak menyusui eksklusif.
 Cara mengatasi penyakit HIV berdasarkan gejala umumnya
Semakin banyak virus di dalam tubuh, infeksi HIV akan menghancurkan
semakin banyak sel CD4 yang berfungsi melawan penyakit. Akibatnya, tubuh Anda
akan jadi gampang sakit. Beragam gejala dan masalah kesehatan lain yang menyertai
infeksi HIV mungkin membutuhkan cara pengobatannya masing-masing selain
dengan obat ARV.Berikut adalah beberapa cara mengatasi penyakit yang muncul
sesuai dengan gejala HIV yang dialami secara umum.
1. Kulit kering dan gatal
Kulit kering, gatal adalah salah satu gejala yang muncul saat sistem
kekebalan tubuh rusak akibat HIV. Untuk mengendalikan gejala penyakit HIV ini,
berikut adalah beberapa cara mengatasi HIV yang bisa Anda lakukan:
 Oles krim antijamur atau antibakteri sesuai saran dokter
 Gunakan obat steroid dan antihistamin dari dokter
 Jangan lupa pakai pelembab
Pada beberapa orang HIV, ada yang mengalami moluskum kontagiosum.
Ini adalah infeksi virus yang menimbulkan benjolan kecil berwarna daging pada
kulit. Benjolan dapat timbul menyebar pada orang dengan HIV.Jadi cara
mengatasi penyakit HIV yang terbaik saat mengalami kondisi ini adalah dengan
segera temui dokter kulit untuk perawatan segera.
2. Ruam merah
Ruam kulit kemerahan yang timbul pada gejala HIV bisa menimbulkan
rasa nyeri, bahkan sampai melepuh. Kondisi ini bisa disebabkan oleh herpes
zoster, jika memang sebelumnya Anda pernah menderita cacar air. Biasanya,
15
herpes zoster memengaruhi orang yang berusia di atas 60 tahun. Tetapi jika Anda
terinfeksi HIV, Anda bisa terkena di usia muda sekalipun, walaupun Anda lebih
muda.
Cara mengatasi HIV yang tepat jika kondisi ini terjadi adalah dengan
segera hubungi dokter sembari melakukan beberapa cara mengatasi HIV berupa
ruam gatal ini di rumah:
Berikut adalah cara mengatasi penyakit HIV yang menimbulkan ruam:
 Minum pereda nyeri seperti ibuprofen
 Oles losion calamin
 Mandi berendam oatmeal koloid
 Kompres dingin bagian yang gatal dan panas
3. Demam
Demam adalah salah satu gejala paling umum dari HIV. Demam terjadi
sebagai tanda adanya peradangan dalam tubuh Anda akibat sistem imun yang
sedang bekerja keras melawan virus.Cara mengatasi HIV yang menyebabkan
demam adalah dengan minum ibu profen atau acetaminophen. Kompres hangat
juga di lipatan tubuh Anda seperti lipatan leher, ketiak, dan selangkangan untuk
membantu turunkan demam. Apabila demam tidak kunjung membaik selama 2
sampai 3 hari, cara mengatasi HIV yang terbaik adalah dengan segera ke dokter
untuk diobati.
4. Batuk
Batuk adalah salah satu tanda bahwa tubuh Anda mengeluarkan zat asing
dari dalam saluran pernapasan dengan baik. Namun batuk yang terjadi selama
berminggu-minggu tanpa membaik, bisa menjadi salah satu gejala HIV.
Jika tidak segera ditangani dengan cara mengatasi HIV yang tepat, maka
kondisi ini bisa sangat mengganggu rutinitas penderita HIV.
Orang HIV dengan jumlah sel CD4 yang rendah rentan mengalami infeksi
paru-paru yang disebut pneumonia. Gejala utamanya bisa batuk kering, sesak
napas, badan pun jadi lelah. Cara mengatasi HIV yang terbaik adalah dengan
segera ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan dan pemberian obat batuk.
Anda bisa meredakan batuk akibat HIV dengan cara seperti:
 Gunakan humidifier di rumah
 Minum banyak air mineral agar tidak dehidrasi
16
 Mengonsumsi makanan hangat seperti sop ayam hangat untuk meredakan rasa
gatal di tenggorokan.
5. Diare
Diare yang berlangsung lama biasanya sering dialami oleh dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah, salah satunya orang HIV.
Wajib konsultasi ke dokter sebagai cara mengatasi HIV yang
menyebabkan diare akibat infeksi yang disebabkan HIV.Sedangkan untuk
perawatan di rumah, Anda bisa mengobati diare dengan cara mengatasi HIV
berikut ini:
 Makan makanan yang baik dikonsumsi saat diare seperti pisang, nasi, dan
kentang. Makanan tersebut mudah dicerna perut yang sedang diare
 Banyak minum air mineral agar tetap terhidrasi dengan baik

2.2 KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


2.2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Reproduksi berasal dari kata re yang artinya kembali dan produksi yang
artinya menghasilkan. Reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya
Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan reproduksi adalah
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan, yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya.Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
2.2.2 Faktor Penyebab Kesehatan Reproduksi Remaja
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi. Faktor-faktor
tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi, yaitu:
 Faktor Demografis - Ekonomi
Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi yaitu kemiskinan,
tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual
dan proses reproduksi, usia pertama melakukan hubungan seksual, usia pertama
menikah, usia pertama hamil. Sedangkan faktor demografi yang dapat

17
mempengaruhi Kesehatan Reproduksi adalah akses terhadap pelayanan kesehatan,
rasio remaja tidak sekolah , lokasi/tempat tinggal yang terpencil.
 Faktor Budaya dan Lingkungan
Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak
rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja
karena saling berlawanan satu dengan yang lain, pandangan agama, status
perempuan, ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat tinggal dan cara
bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung jawab
reproduksi individu, serta dukungan atau komitmen politik.
 Faktor Psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan teman sebaya (“peer
pressure“), tindak kekerasan dirumah/ lingkungan terdekat dan dampak adanya
keretakan orang tua dan remaja, depresi karena ketidak seimbangan hormonal,
rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasan secara materi.
 Faktor Biologis
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ reproduksi atau cacat sejak
lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, keadaan gizi
buruk kronis, anemia, radang panggul atau adanya keganasan pada alat
reproduksi. Dari semua faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi diatas
dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan perempuan, oleh karena itu
perlu adanya penanganan yang baik, dengan harapan semua perempuan
mendapatkan hak-hak reproduksinya dan menjadikan kehidupan reproduksi
menjadi lebih berkualitas.

2.2.3 Masalah Dan Dampak Yang Dihadapi Dari Kesehatan Reproduksi Remaja
Kuatnya norma sosial yang menganggap seksualitas adalah tabu akan
berdampak pada kuatnya penolakan terhadap usulan agar pendidikan seksualitas
terintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Sekalipun sejak reformasi bergulir
hal ini telah diupayakan oleh sejumlah pihak seperti organisasi-organisasi non
pemerintah (NGO), dan juga pemerintah sendiri (khususnya Departemen Pendidikan
Nasional), untuk memasukkan seksualitas dalam mata pelajaran ’Pendidikan
Reproduksi Remaja’; namun hal ini belum sepenuhnya mampu mengatasi problem riil
18
yang dihadapi remaja. Faktanya, masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi
masih banyak dihadapi oleh remaja.

Masalah-masalah tersebut antara lain :

1. Perkosaan. Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya.


Korbannya tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi).
Remaja perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena
dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.

2. Free sex. Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang
berganti-ganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara
medis selain dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular
seksual dan virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat
merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab,
pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif pada
sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya juga dibarengi
dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja. Sehingga hal
ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi remaja terkait
kesehatan reproduksi ini.

3. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Hubungan seks pranikah di kalangan


remaja didasari pula oleh mitos-mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya
saja, mitos berhubungan seksual dengan pacar merupakan bukti cinta. Atau,
mitos bahwa berhubungan seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan
kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat
menyebabkan kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa subur.

4. Aborsi. Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan


sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong
dalam kategori aborsi provokatus, atau pengguguran kandungan yang
sengaja dilakukan. Namun begitu, ada juga yang keguguran terjadi secara
alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara lain
karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD umumnya
tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia belum siap

19
menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan
berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk
melangsungkan kehamilan.

5. Perkawinan dan kehamilan dini. Nikah dini ini, khususnya terjadi di


pedesaan. Di beberapa daerah, dominasi orang tua biasanya masih kuat
dalam menentukan perkawinan anak dalam hal ini remaja perempuan.
Alasan terjadinya pernikahan dini adalah pergaulan bebas seperti hamil di
luar pernikahan dan alasan ekonomi. Remaja yang menikah dini, baik
secara fisik maupun biologis belum cukup matang untuk memiliki anak
sehingga rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada saat melahirkan.
Perempuan dengan usia kurang dari 20 tahun yang menjalani kehamilan
sering mengalami kekurangan gizi dan anemia. Gejala ini berkaitan dengan
distribusi makanan yang tidak merata, antara janin dan ibu yang masih
dalam tahap proses pertumbuhan.

6. IMS (Infeksi Menular Seksual) atau PMS (Penyakit Menular Seksual), dan
HIV/AIDS. IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin atau penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV sebagian
besar menular melalui hubungan seksual baik melalui vagina, mulut,
maupun dubur. Untuk HIV sendiri bisa menular dengan transfusi darah dan
dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Dampak yang ditimbulkannya
juga sangat besar sekali, mulai dari gangguan organ reproduksi, keguguran,
kemandulan, kanker leher rahim, hingga cacat pada bayi dan kematian.

2.2.4 Upaya Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja


Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki
menggunakan pendekatan siklus kehidupan. Berdasarkan masalah yang terjadi pada
setiap fase kehidupan, maka upaya-upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi
remaja sebagai berikut :

 Gizi seimbang.

 Informasi tentang kesehatan reproduksi.

 Pencegahan kekerasan, termasuk seksual.


20
 Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA.

 Pernikahan pada usia wajar.

 Pendidikan dan peningkatan ketrampilan.

 Peningkatan penghargaan diri.

 Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
HIV/AIDS menjadi masalah serius karena bukan hanya merupakan masalah
kesehatan atau persoalan pembangunan, tetapi juga masalah ekonomi, sosial, dan lain-
lain. Berdasarkan sifat dan efeknya, sangatlah unik karena AIDS mematikan
kelompok yang paling produktif dan paling efektif secara reproduksi dalam
masyarakat, yang kemudian berdampak pada mengurangi produktivitas dan kapasitas
dari masyarakat. Dampak yang ditimbulkan AIDS terhadap masyarakat dapat bersifat
permanen atau setidaknya berjangka sangat panjang.

AIDS secara sosial tidak terlihat (invisible) meski demikian kerusakan yang
ditimbulkannya sangatlah nyata. HIV/AIDS karena sifatnya yang sangat mematikan
sehingga menimbulkan rasa malu dan pengucilan dari masyarakat yang kemudian
akan mengiring pada bentuk-bentuk pembungkaman, penolakan, stigma, dan
diskriminasi pada hampir semua sendi kehidupan. Hampir semua orang yang diduga
terinfeksi AIDS tidak memiliki akses terhadap tes HIV, inilah yang membuat usaha-
usaha pencegahan dan penyembuhan menjadi sangat rumit. Program pencegahan
penyebaran HIV/AIDS harus segera dilaksanakan, tak terkecuali area Lembaga
Pemasyarakatan ataupun Rumah Tahanan.

Permasalahan yang ditimbulkan akibat kurangnya pemahaman akan kesehatan


reproduksi yang cukup, masih cukup banyak ditemukan. Terutama di kalangan remaja
yang merupakan golongan

Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik serta ditunjang peran serta
lingkungan yang memadai dalam memberikan informasi mengenai kesehatan
reproduksi kepada remaja akan membentuk pribadi remaja sebagai generasi muda
penerus bangsa yang sehat jasmani dan rohani serta melindungi remaja dari sikap
seksual yang berbahaya.

22
3.2 Saran
Masa depan bangsa ini harus segera diselamatkan caranya adalah dengan
mendidik dan membimbing generasi muda secara intensif agar mereka mampu
menjadi motor penggerak kemajuan dan mendorong perubahan kearah yang lebih
dinamis, progesif dan produktif. Dengan demikian diharapkan kedepannya bangsa ini
mampu bersaing dengan negara lainya .
Agar mencapai impian tersebut remaja Indonesia harus tumbuh secara positif
dan kontruktif, serta sebisa mungkin dijauhkan dari telibat kenakalan remaja. Inialah
tantangan riil yang kita hadapi sebagai guru dan orang tua. Sudah sedemikian lama
fenomena maraknya kenakalan remaja ini dibiarkan begitu saja, seolah hanya di
tangani dengan asal-asalan.
Pemerintahan sebagai pemengang utama kebijakan juga dapat menjalankan
perannya, yaitu membuat undang undang pendidikan, undang undang teknologi
komunikasi (yang mengatur tayangan yang layak di akses di internet, televisi, dan
media massa), serta membangun aparat kepolisian yang kuat. Dengan permasalahan
remaja yang terkena HIV DAN AIDS dikalangan masyarakat diakibatkan pergaulan
bebas remaja yang tidak terpantau, dengan sebab itupenulis berharap ada pengawasan
dari orang yang bertanggung jawab.

23
DAFTAR PUSTAKA

Elli Hidayati SST, MKM. 2017. Buku Ajar Kesehatan Perempuan Dan Perencanaan
Keluarga. Diakses dilaman
file:///C:/Users/acer/Documents/MATERI%20SMSTR%204/Kesehatan%20Perem
puan%20dan%20Perencanaan%20Keluarga.pdf pada tanggal 8 Februari 2022

Ida Prijatni, S.Pd.,M.Kes. 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Diakses
dilaman http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Kespro-dan-KB-Komprehensif.pdf pada tanggal 8
Februari 2022

WIWIN ROHMAWATI, S.ST., M.Keb_MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI


REMAJA_14 AGUSTUS 2020
Noveri Aisyaroh_KESEHATAN dr. Pittara_HIV dan AIDS_2021
https://www.alodokter.com/hiv-aids/penyebab Diakses pada 25 Oktober 2021
REPRODUKSI REMAJA

WIWIN ROHMAWATI, S.ST., M.Keb.2020. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja.


Diakses dilaman
http://stikesmukla.ac.id/downloads/webinar4/MASALAH%20KESEHATAN%20
REPRODUKSI%20REMAJA.pdf pada tanggal 8 Februari 2022

Kissumi. 2006. Jurnal Penelitian Permasalahan Penyandang HIV/AIDS. Diakses dilaman


https://media.neliti.com/media/publications/52952-ID-permasalahan-penyandang-
hivaids.pdf pada tanggal 9 Februari 2022
FidhiaKemala_Cara Mengobati Penyakit HIV, Plus Mengatasi Gejala-Gejala yang
Muncul_2020 https://hellosehat.com/seks/hivaids/cara-mengatasi-penyakit-hiv/
Diakses pada 18 Desember 2020

24

Anda mungkin juga menyukai