Bab I Pendahuluan Pendirian Pabrik Metanol Merupakan Hal Yang Sangat Menjanjikan Dengan Alasan
Bab I Pendahuluan Pendirian Pabrik Metanol Merupakan Hal Yang Sangat Menjanjikan Dengan Alasan
PENDAHULUAN
Metanol juga diproyeksikan sebagai bahan bakar alternatif masa depan karena
memiliki memiliki bilangan oktan yang tinggi dengan pembakaran yang lebih
sempurna sehingga gas karbonmonoksida sebagai hasil samping reaksi utama
yang dihasilkan semakin sedikit. Selain dapat digunakan sebagai bahan bakar
langsung, metanol dapat dikonversikan menjadi etilen atau propilen pada proses
MTO (methyl-to-olefins) yang dapat menghasilkan hydrocarbon fuels. (Nonam
Park et al., 2014)
1
3. Harga bahan baku yang murah.
𝐶𝑂2 (𝑔) + 3𝐻2 (𝑔) ↔ 𝐶𝐻3𝑂𝐻 (𝑔) + 𝐻2𝑂(𝑔) ∆𝐻300 𝐾 = −49.16 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙 (1)
Reaksi diatas merupakan reaksi eksotermis dan terjadi penurunan jumlah mol
atau volume. Untuk mencapai konversi kesetimbangan yang tinggi berdasar
prinsip kesetimbangan, maka diinginkan proses yang memiliki tekanan tinggi dan
bersuhu rendah. Namun di sisi lain, reaksi ini berlangsung atas bantuan katalis
padat sehingga memerlukan suhu yang tinggi untuk mencapai kecepatan reaksi
yang tinggi. Dengan demikian, diperlukan sebuah proses optimasi suhu demi
mendapatkan konversi yang optimal.
Selain reaksi diatas, terdapat reaksi lain yang dapat terjadi yaitu reaksi water-
gas shift:
𝐶𝑂(𝑔) + 𝐻2𝑂 (𝑔) ↔ 𝐶𝑂2 (𝑔) + 𝐻2 (𝑔) ∆𝐻300 𝐾 = +41,21 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙 (2)
A. Electrochemical Process
Reaksi pembuatan metanol dari CO2 dan H2 dimulai dengan pembuatan gas H2
dari elektrolisis air. Elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa air
menjadi gas O2 dan gas H2 dengan menggunakan arus listrik. Pada katoda, dua
molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2
dan ion hidroksida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai
menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke
katoda. Ion H+ dan OH- selanjutnya mengalami netralisasi sehingga membentuk
kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air
dapat dituliskan sebagai berikut.
Gas H2 yang dihasilkan dari elektrolisis dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan metanol. Sedangkan bahan baku lainnya, gas CO2, didapatkan dari flue
gas atau emisi yang dihasilkan oleh geothermal power plant (www.f3centre.se,
2013). Secara umum, proses pembuatan metanol dari flue gas dan H 2O tersaji
dalam gambar 1.1 (Al-Kalbani dkk, 2016).
Gambar 1.1. Produksi Metanol dengan Electrochemical Process dan Flue Gas
(Al-Kalbani dkk, 2016)
3
B. Proses Metanol dari Gas Alam
Dalam skala industri saat ini, metanol umumnya dibuat dari gas alam melalui
sintesa syngas. Syngas dapat dihasilkan dari gas alam melalui proses reforming.
Reforming gas alam terjadi pada tekanan sedang yang berkisar antara 1 hingga 2
MPa (10–20 atm) dan suhu tinggi (sekitar 850 °C). Pada reaksi reforming, metana
bereaksi dengan uap air (steam) dengan katalis Ni untuk menghasilkan gas
sintesis menurut reaksi kimia berikut :
𝐶𝐻4 (𝑔) + 𝐻2𝑂 (𝑔) ↔ 𝐶𝑂(𝑔) + 3𝐻2 (𝑔) H298 = 206,2 kJ/mol
Reaksi ini adalah reaksi endotermik dan panas yang dihasilkan dapat
digunakan secara in-situ untuk menggerakkan reaksi steam-methane reforming.
Rasio CO and H2 dapat diatur dengan menggunakan water-gas shift reaction:
𝐶𝑂(𝑔) + 𝐻2𝑂 (𝑔) ↔ 𝐶𝑂2 (𝑔) + 𝐻2 (𝑔)
Gambar 1.2. menunjukan proses konversi gas alam menjadi metanol melalui
pembentukan syngas. Pertama-tama, gas alam dihilangkan kandungan sulfurnya
terlebih dahulu. Selanjutnya,gas alam bereaksi dengan kukus di dalam unit
primary dan secondary reformer menjadi H2 dan CO (dikenal sebagai syngas).
Syngas yang terbentuk selanjutnya diumpankan ke dalam reaktor sintesis metanol.
4
Dari uraian diatas, dapat dilakukan analisis perbandingan dari berbagai proses
pembuatan metanol yang dapat dilihat sebagai berikut: :
5
2. Menawarkan opsi baru teknologi pembuatan metanol dalam skala industri dengan
konsep elektrolisis
3. Mengurangi emisi CO2 yang dikeluarkan PLTU.
4. Memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan.