Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Dente Makmur, 22 Februari 2022

Penyusun
PEMBAHASAN

Isra Miraj adalah sebuah peristiwa ketika Allah memperjalankan Nabi Muhammad dari
Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Kemudian dari Masjidil Aqsa
Nabi Muhammad dinaikkan melintasi langit-langit, ke Sidrah al-Muntaha. Kisah Isra dan
Mikraj Nabi Muhammad saw. terjadi dalam satu malam. Isra dan Mikraj ini umum diperingati
umat Islam setiap 27 Rajab yang tahun ini bertepatan dengan Kamis, 11 Maret 2021. Terdapat
serangkaian peristiwa yang dialami Rasulullah sepanjang malam tersebut, termasuk menerima
perintah salat 5 waktu.
Peristiwa Isra dan Mikraj yang dialami Nabi Muhammad saw. dilukiskan alam Surah al-
Isra:1, "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam
hari dari masjidil haram ke masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar, Maha Melihat." Isra' yang bermakna perjalanan malam adalah peristiwa ketika
Nabi Muhammad saw. berangkat dari Ka'bah di Makkah ke Baitul Maqdis di Yerusalam.
Jarak Makkah ke Yerusalem sekitar 1.239 kilometer yang pada sekitar 621 Masehi normalnya
ditempuh dengan perjalanan kuda atau unta sekitar sebulan.
Namun, Nabi Muhammad saw. mencapainya hanya dalam semalam. Sementara itu,
mikraj, kenaikan, adalah peristiwa saat Nabi Muhammad dari Baitul Maqdis di Yerusalem ke
Sidratul Muntaha, melewati 7 langit. Nabi akhirnya tiba di Sidratul-Muntaha, yang
merupakan simbol puncak pengetahuan yang paling mungkin dicapai makhluk. Dalam Surah
an-Najm:17, digambarkan, "Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya". Nabi Muhammad SAW. menerima perintah
salat dari Allah untuk umat Islam. Awalnya, jumlahnya 50 kali sehari. Namun, setiap kali
Rasulullah turun, Nabi Musa mengingatkan beliau bahwa jumlah tersebut terlalu besar. Nabi
diminta meminta keringanan, hingga tersisa 5 rakaat sehari semalam, dan beliau malu untuk
memohon lebih sedikit lagi. Dalam Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber
Klasik (Lings, 2015:190), Rasulullah dilukiskan berkata, "Aku sudah berkali-kali menghadap
Tuhanku, memohon hingga merasa malu".

A. Latar Belakang Isra dan Miraj


Terdapat beberapa versi soal tanggal, bulan, dan tahun peristiwa Isra dan Mikraj. Namun,
yang paling umum diyakini adalah 27 Rajab, sekitar 621 Masehi. Isra dan Mikraj itu terjadi
setelah tahun kesedihan, yaitu ketika Nabi Muhammad saw. melepas kepergian paman
sekaligus pelindung beliau, Abu Thalib, juga istri tercinta, Khadijah. Isra dan Mikraj
Rasulullah tersebut bagai hiburan dari Allah ketika Nabi merasa sedih dan risau. Dalam
Muhammad: Biografi Singkat (Rogerson, 2013:145) ini adalah hadiah Allah sekaligus
pembuktian bahwa Nabi Muhammad saw. mengikuti jalur para nabi terdahulu.

B. Peristiwa yang Dialami Nabi Saat Isra dan Miraj


Pada malam sebelum mengalami Isra dan Mikraj, Nabi Muhammad saw. tengah
bermalam di rumah Hindun binti Abu Thalib, sepupu beliau yang dikenal dengan nama
Ummu Hani. Setelah tidur sejenak, Nabi terjaga dan mengunjungi Ka'bah. Di sana, beliau
mengantuk hingga terlelap. Saat itulah Jibril datang, membangunkan beliau hingga 3 kali.
Oleh Jibril, Nabi diantarkan ke buraq, sejenis hewan yang lebih tinggi dari himar (keledai),
dan lebih pendek dari baghal. Buraq ini memiliki sayap, dan berwarna putih susu.
Dalam kitab Qishshah Mi'rajin Nabi karya Syekh Najmudin Al Ghoidzi, digambarkan
dalam perjalanan dari Ka'bah ke Baitul Maqdis, Nabi Muhammad saw. mengalami perhentian
beberapa kali, yaitu di Madinah, dekat Sajarah Musa, tempat Nabi Musa berteduh saat diburu
Raja Firaun, Bukit Sinai, hingga Betlehem tempat kelahiran Nabi Isa.
Beberapa peristiwa lain yang dialami Nabi Muhammad saw. adalah berikut.
1. Melihat Jin Ifril yang mengikuti nabi dengan membawa obor.
2. Nabi kemudian melintasi sekelompok yang bercocok tanam, lantas langsung memanen
hasilnya. Ini adalah gambaran umat yang berjihad fi sabilillah.
3. Nabi kemudian mencium aroma harum Masyitoh, yang memegang teguh keyakinannya
kepada Allah, meski ia dan anak-anaknya dihukum dengan dimasukkan ke dalam
penggorengan oleh Firaun.
4. Nabi bertemu pula dengan sekelompok orang yang yang memukul kepada dengan palu
hingga pecah, lantas kepala itu utuh kembali dan dipukuli lagi. Ini gambaran orang yang
masalah salat maktubah.
5. Nabi melintasi sekelompok orang yang hanya mengenakan pakaian untuk menutupi
kemaluan dan memakan tumbuhan berduri. Mereka adalah gambaran umat yang enggan
berzakat meski sudah waktunya.
6. Nabi juga bertemu orang yang memakan daging busuk, sebagai perumpamaan umat
yang berzina.
7. Nabi juga bertemu sekelompok orang yang berenang di sungai darah dan dilempari
batu-batu. Mereka adalah gambaran orang yang memakan harta riba.
8. Nabi bersua pula dengan orang-orang yang mengumpulkan kayu bakar, mengikat dan
memanggulnya, tetapi beban kayu bertambah. Mereka adalah umat yang banyak
mengambil tanggungan.
9. Nabi melintasi orang yang saling mengguntingi lidah dan bibir dengan gunting besi,
gambaran ahli fitnah.
10. Nabi bertemu kaum yang mencakar wajah dengan kuku tembaga, gambaran orang yang
gemar mengumpat dan menyebarkan aib.
11. Nabi berjumpa pula dengan wanita yang memakai perhiasan serbaindah, yang
merupakan gambaran dunia yang bsa melalaikan orang dari akhirat. Kelak akan ada
perwujudan lain, wanita itu menjadi tua renta, yang menandakan betapa dekatnya dunia
menuju hari kiamat.

Sesampainya di Baitul Maqdis, Nabi Muhammad saw. mengerjakan salat dua rakaat, menjadi
imam para nabi di tempat tersebut. Beliau lantas diberi tiga gelas dengan isi yang berbeda-
beda, yatu khamr, susu, dan air putih. Rasulullah memilih susu, yang disebut oleh Jibril
sebagai memilih fitrah atau agama Islam. Setelah itu, Nabi Muhammad saw. melakukan
miraj, melewati langit dunia menuju sidratul muntaha. Dalam proses mikraj ini, Rasulullah
bertemu dengan para nabi pilihan di setiap langit sebagai berikut.
1. Nabi Adam di langit pertama
2. Nabi Isa dan Yahya di langit kedua
3. Nabi Yusuf di langit ketiga
4. Nabi Idris di langit keempat
5. Nabi Harun di langit kelima
6. Nabi Musa di langit keenam, dan
7. Nabi Ibrahim di langit ketujuh.

Pada akhirnya, Nabi Muhammad saw. mencapai Sidratul Muntaha. Beliau mendapatkan
perintah untuk mengerjakan salat wajib 5 waktu, yang menjadi titik penting perjalanan beliau
dalam malam tersebut. Isra dan Mikraj adalah bukti kekuasaan Allah mampu melampaui
segalanya tanpa terbatas ruang dan waktu. Mikraj dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.
sebagai gambaran insan kamil (manusia sempurna) yang mencapai titik penghambaan mutlak
kepada Tuhannya. Selain hal-hal diatas, masih ada banyak hal menarik di balik Isra Miraj.
Berikut daftarnya :
1. Pertama, Waktu Isra Mi’raj
Ada perbedaan pendapat di antara para ulama atau ahli sejarah terkait dengan tanggal
dan tahun kejadian Isra Mi’raj. Menurut at-Thabari, Isra Miraj terjadi pada tahun ketika
Allah memuliakan Nabi Muhammad dengan risalah kenabian. Ada juga yang
berpendapat bahwa Isra Mi’raj berlangsung pada tahun kelima kenabian (an-Nawawi
dan al-Qurthubi), malam tanggal 27 Rajab tahun ke-10 kenabian (al-Allamah al-
Manshurfuri), enam bulan sebelum hijrah atau bulan Muharram tahun ke-13 kenabian,
dan setahun sebelum hijrah atau bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-13 kenabian. Terlepas
dari perbedaan tersebut, pendapat yang paling populer dan kuat adalah Isra Mi’raj
terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian. Pada tanggal ini, setiap tahunnya,
umat Islam di seluruh dunia memperingati Isra Miraj.

2. Kedua, Pembedahan Dada Nabi Muhammad


Merujuk buku Air Zamzam Mukjizat yang Masih Terjaga (Said Bakdasy, 2015),
Malaikat Jibril membelah dada Nabi Muhammad dan ‘membersihkan’ hatinya dengan
air zamzam sebanyak empat kali. Pertama, saat Nabi Muhammad berusia empat tahun
dan masih tinggal bersama dengan ibu susunya, Sayyidah Halimah as-Sa’diyah, di
kampung Bani Sa’d. Kedua, ketika Nabi Muhammad berusia 10 tahun. Dada Nabi
Muhammad dibelah lagi saat usianya mendekati usia taklif (mukallaf). Hatinya
dibersihkan Jibril dengan air zamzam agar tidak tercampur dengan hal-hal yang dapat
membuat seorang pemuda cacat. Ketiga, ketika Jibril membawa wahyu pengangkatan
nabi atau saat usia Nabi Muhammad 40 tahun. Hikmah di balik pembelahan ketiga ini
adalah agar Nabi Muhammad mampu menerima wahyu dengan hati yang kuat, bersih,
dan diridhai. Keempat, ketika Isra Mi’raj. Sesuai dengan salah satu hadits riwayat
Bukhari, Jibril membelah dada Nabi Muhammad dan membersihkan hatinya—agar
dipenuhi dengan iman- sesaat sebelum peristiwa Isra Mi’raj.

3. Ketiga, Buraq
Nabi Muhammad mengendarai buraq ketika dalam perjalanan dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsa, dan dari Masjidil Aqsa ke Sidrah al-Muntaha. Kata buraq seakar
dengan kata barq, yang berarti kilat. Mungkin saja itu menjadi isyarat bahwa
kecepatan buraq seperti kilat atau cahaya. Diriwayatkan bahwa ukuran tubuh buraq
lebih kecil daripada kuda dan lebih besar dari bada bagal. Buraq melangkah sejauh
matanya memandang.
4. Keempat, Jasad atau Roh
Ada tiga pendapat berbeda mengenai bagaimana Nabi Muhammad di-Isra
Miraj-kan oleh Allah. Pertama, Nabi Muhammad menjalani Isra Mi’raj hanya dengan
rohnya saja. Dalam Sejarah Hidup Muhammad (Muhammad Husain Haekal, 2013),
mereka yang berpendapat seperti ini berpegang pada keterangan Ummu Hani/Hindun
binti Abi Thalib. Diriwayatkan, pada saat terjadi Isra Miraj, Nabi Muhammad tengah
berada di rumah Ummu Hani. Nabi tidur setelah mengerjakan shalat akhir malam.
Sebelum shubuh, Nabi membangunkan Ummu Hani’.
Kemudian setelah melaksanakan ibadah pagi, Nabi Muhammad menceritakan
bahwa dirinya ke Masjidil Aqsa dan shalat di sana, sesaat setelah shalat akhir malam.
Mereka juga mendasarkan pada perkataan Sayyidah Aisyah dan Mu’awiyah bin Abu
Sufyan terkait dengan Isra Mi’raj Nabi hanya dengan rohnya saja. Kedua, Isra Nabi
dengan jasad dan roh, sementara Mi’raj dengan roh. Landasan mereka berpendapat
bahwa Nabi ber-Isra dengan jasad adalah cerita Suraqah dan sebuah kafilah lain.
Jadi, pada saat Isra, Nabi melalui kafilah Suraqah yang untanya tersesat. Lalu
Nabi menunjukkannya. Nabi juga meminum dari sebuah bejana milik kafilah lain, dan
kemudian menutupnya kembali. Kedua kafilah itu membenarkan cerita tersebut ketika
orang-orang menanyainya. Ketiga, Nabi Isra Mi’raj dengan jasad. Ini merupakan
pendapat yang paling masyhur karena jumhur ulama, baik salaf maupun khalaf,
sepakat bahwa Nabi mengalami Isra Mi’raj dalam keadaan terjaga, dengan dengan
jasmani dan ruhaninya sekaligus. Dasarnya, seperti diuraikan Said Ramadhan al-Buthy
dalam The Great Episodes of Muhammad SAW (2017), kalau seandainya ini hanya
melibatkan aspek ruhani saja (mimpi), maka Kaum Quraisy dan masyarakat Makkah
tidak akan menunjukkan keheranan dan ketidakpercayaan yang begitu besar. Karena,
mimpi tidak ada batasnya dan siapapun bisa melakukan atau mengklaim bermimpi
seperti itu. Ditambah, mereka tidak akan mengetes Nabi Muhammad untuk
menceritakan detail Masjidil Aqsa—ciri-ciri, gerbang, dan pilar-pilarnya.
Keesokan harinya, setelah malamnya mengalami Isra Mi’raj, Nabi Muhammad
menceritakan ‘pengalamannya’ itu kepada khalayak umum. Mereka tidak percaya dan
menantang Nabi untuk menceritakan detail dari Masjidil Aqsa. Diriwayatkan Bukhari
dan Muslim, Nabi Muhammad bisa menceritakan Masjdil Aqsa dengan gambaran
yang jelas karena Allah memperlihatkannya ketika beliau berdiri di Hijr Ismail.

5. Kelima, Bertemu dengan Nabi-nabi Terdahulu.


Nabi Muhammad naik ke lapisan-lapisan langit ditemani Malaikat Jibril. Di
langit pertama, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Adam. Di langit kedua, beliau
bertemu dengan Nabi Yahya bin Zakariya dan Nabi Isa bin Maryam. Kemudian
bertemu Nabi Yusuf di langit ketiga. Di langit keempat, beliau berjumpa dengan Nabi
Idris. Nabi Harun bin Imran di langit kelima. Beliau bertemu dengan Nabi Musa bin
Imran di langit keenam. Lalu, di langit ketujuh Nabi Muhammad bersua dengan Nabi
Ibrahim. Nabi-nabi tersebut menyambut Nabi Muhammad dengan salam dan
menetapkan nubuwah terhadapnya.

6. Keenam, Melihat Neraka dan Surga


Nabi Muhammad diperlihatkan oleh Allah tentang berbagai macam siksa yang
diterima seseorang karena melakukan perbuatan yang dilarang. Hal ini dilihat Nabi
Muhammad sesudah berjumpa dengan Nabi Adam di langit pertama, sebagaimana
cerita Ibnu Hisyam, dikutip dari Sejarah Hidup Muhammad (Muhammad Husain
Haekal, 2013). Jibril juga mengajak Nabi Muhammad untuk melihat-lihat surga. Di
situ, Nabi Muhammad melihat seorang perempuan dengan bibir yang begitu merah
merekah. Setelah ditanya, perempuan itu mengatakan bahwa dirinya adalah ‘miliknya’
Zaid bin Haritsah. Nabi juga diajak ke Baitul Ma’mur—Ka’bahnya penduduk langit-
di langit ketujuh. Di sini, sebanyak 70 ribu penduduk langit beribadah setiap saatnya.
Setelah selesai mereka pergi dan tidak lagi ke situ. Di samping itu, Nabi juga melihat
Arsy (Singgasana Tuhan) dan Sidrah al-Muntaha yang sangat indah dan tidak
terlukiskan dengan kata-kata.

7. Ketujuh, Bertemu dengan Allah


Ulama berbeda pendapat mengenai bagaimana Nabi Muhammad ‘bertemu’
dengan Allah. Apakah dengan mata telanjang atau dengan mata hati atau sanubari?
Merujuk Sirah Nabawiyah (Syekh Syafiyyurrahman al-Mubarakfuri, 2012), Ibnu al-
Qayyim al-Jauziyah, mengutip perkataan Ibnu Taimiyah, mengatakan bahwa Nabi
Muhammad melihat Allah seperti melihat manusia. Artinya, dengan mata telanjang.
Pendapat lain yang dinukilkan dari perkataan Ibnu Abbas, menyebutkan bahwa Nabi
melihat Allah dengan multak dan dengan sanubarinya.

8. Kedelapan, Shalat Lima Waktu


Sebelumnya umat Islam shalat dua kali, yaitu saat pagi dan petang. Tidak
seperti syariat-syariat yang lainnya, Allah langsung mengundang Nabi Muhammad
untuk menemuinya dan menerima kewajiban shalat lima kali dalam sehari semalam.
Ada kisah menarik di balik syariat shalat lima waktu ini. Semula Allah mewajibkan
kepada Nabi Muhammad dan umatnya shalat 50 kali dalam. Beliau menerima itu. Lalu
turun dan bertemu dengan Nabi Musa. Nabi Musa penasaran perihal perintah apa yang
didapat Nabi Muhammad dari Allah. “Shalat lima puluh kali,” jawab Nabi
Muhammad. Mendengar jawaban itu, Nabi Musa meminta Nabi Muhammad kembali
menghadap Allah dan meminta dispensasi. Katanya, umat Nabi Muhammad tidak
akan sanggup mengerjakan shalat sebanyak itu dalam sehari semalam. Beliau kembali
menghadap Allah dan meminta keringanan. Allah mengabulkan dan menguranginya
10. Jadilah 40. Ketika melewatinya, Nabi Musa meminta agar Nabi Muhammad
kembali menemui Allah dan meminta dikurangi lagi. Hal itu terjadi beberapa kali
hingga Allah ‘hanya’ mewajibkan shalat lima waktu bagi Nabi Muhammad dan
umatnya. Sebetulnya Nabi Musa mendesak Nabi Muhammad untuk meminta keringan
lagi. Namun Nabi Muhammad tidak berkenan. Beliau malu karena sudah bolak-balik
meminta keringanan hingga akhirnya tinggal lima. Beliau ridha dan menerima
perintah Allah untuk shalat lima kali satu hari satu malam.
PENUTUP

Bagaimanapun ilmu manusia tak mungkin bisa menjabarkan hakikat perjalanan isra’ mi’raj.
Allah hanya memberikan ilmu kepada manusia sedikit sekali (QS. Al-Isra: 85). Hanya dengan
iman kita mempercayai bahwa isra’ mi’raj benar-benar terjadi dan dilakukan oleh Rasulullah
SAW. Rupanya, begitulah rencana Allah menguji keimanan hamba-hamba-Nya (QS. Al-
Isra:60) dan menyampaikan perintah salat wajib secara langsung kepada Rasulullah SAW.

Makna penting isra’ mi’raj bagi ummat Islam ada pada keistimewaan penyampaian perintah
salat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan salat sebagai ibadah utama dalam Islam.
Salat mesti dilakukan oleh setiap Muslim, baik dia kaya maupun miskin, dia sehat maupun
sakit. Ini berbeda dari ibadah zakat yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu
secara ekonomi, atau puasa bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat badannya dan
mampu keuangannya.

Salat lima kali sehari semalam yang didistribusikan di sela-sela kesibukan aktivitas
kehidupan, mestinya mampu membersihkan diri dan jiwa setiap Muslim. Allah
mengingatkan: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-
Ankabut:45).
DAFTAR PUSTAKA

https://jatinegara.kec-sempor.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/367
MAKALAH

“ISRA MI’RAJ”

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Pelajaran PAI )


Guru Mata Pelajaran PAI
NAELA SAROPAH, S.Pd.I

Oleh :

MANDA SAFITRI
SYIFA MANARUNNABILA
MITA MISTIAWATI

Kelas VIII A

SMP NEGERI 5 DENTE TELADAS


KECAMATAN DENTE TELADAS KABUPATEN TULANG BAWANG
TP.2021/2022

Anda mungkin juga menyukai