Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
PEMBAHASAN
Isra Miraj adalah sebuah peristiwa ketika Allah memperjalankan Nabi Muhammad dari
Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Kemudian dari Masjidil Aqsa
Nabi Muhammad dinaikkan melintasi langit-langit, ke Sidrah al-Muntaha. Kisah Isra dan
Mikraj Nabi Muhammad saw. terjadi dalam satu malam. Isra dan Mikraj ini umum diperingati
umat Islam setiap 27 Rajab yang tahun ini bertepatan dengan Kamis, 11 Maret 2021. Terdapat
serangkaian peristiwa yang dialami Rasulullah sepanjang malam tersebut, termasuk menerima
perintah salat 5 waktu.
Peristiwa Isra dan Mikraj yang dialami Nabi Muhammad saw. dilukiskan alam Surah al-
Isra:1, "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam
hari dari masjidil haram ke masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar, Maha Melihat." Isra' yang bermakna perjalanan malam adalah peristiwa ketika
Nabi Muhammad saw. berangkat dari Ka'bah di Makkah ke Baitul Maqdis di Yerusalam.
Jarak Makkah ke Yerusalem sekitar 1.239 kilometer yang pada sekitar 621 Masehi normalnya
ditempuh dengan perjalanan kuda atau unta sekitar sebulan.
Namun, Nabi Muhammad saw. mencapainya hanya dalam semalam. Sementara itu,
mikraj, kenaikan, adalah peristiwa saat Nabi Muhammad dari Baitul Maqdis di Yerusalem ke
Sidratul Muntaha, melewati 7 langit. Nabi akhirnya tiba di Sidratul-Muntaha, yang
merupakan simbol puncak pengetahuan yang paling mungkin dicapai makhluk. Dalam Surah
an-Najm:17, digambarkan, "Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya". Nabi Muhammad SAW. menerima perintah
salat dari Allah untuk umat Islam. Awalnya, jumlahnya 50 kali sehari. Namun, setiap kali
Rasulullah turun, Nabi Musa mengingatkan beliau bahwa jumlah tersebut terlalu besar. Nabi
diminta meminta keringanan, hingga tersisa 5 rakaat sehari semalam, dan beliau malu untuk
memohon lebih sedikit lagi. Dalam Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber
Klasik (Lings, 2015:190), Rasulullah dilukiskan berkata, "Aku sudah berkali-kali menghadap
Tuhanku, memohon hingga merasa malu".
Sesampainya di Baitul Maqdis, Nabi Muhammad saw. mengerjakan salat dua rakaat, menjadi
imam para nabi di tempat tersebut. Beliau lantas diberi tiga gelas dengan isi yang berbeda-
beda, yatu khamr, susu, dan air putih. Rasulullah memilih susu, yang disebut oleh Jibril
sebagai memilih fitrah atau agama Islam. Setelah itu, Nabi Muhammad saw. melakukan
miraj, melewati langit dunia menuju sidratul muntaha. Dalam proses mikraj ini, Rasulullah
bertemu dengan para nabi pilihan di setiap langit sebagai berikut.
1. Nabi Adam di langit pertama
2. Nabi Isa dan Yahya di langit kedua
3. Nabi Yusuf di langit ketiga
4. Nabi Idris di langit keempat
5. Nabi Harun di langit kelima
6. Nabi Musa di langit keenam, dan
7. Nabi Ibrahim di langit ketujuh.
Pada akhirnya, Nabi Muhammad saw. mencapai Sidratul Muntaha. Beliau mendapatkan
perintah untuk mengerjakan salat wajib 5 waktu, yang menjadi titik penting perjalanan beliau
dalam malam tersebut. Isra dan Mikraj adalah bukti kekuasaan Allah mampu melampaui
segalanya tanpa terbatas ruang dan waktu. Mikraj dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.
sebagai gambaran insan kamil (manusia sempurna) yang mencapai titik penghambaan mutlak
kepada Tuhannya. Selain hal-hal diatas, masih ada banyak hal menarik di balik Isra Miraj.
Berikut daftarnya :
1. Pertama, Waktu Isra Mi’raj
Ada perbedaan pendapat di antara para ulama atau ahli sejarah terkait dengan tanggal
dan tahun kejadian Isra Mi’raj. Menurut at-Thabari, Isra Miraj terjadi pada tahun ketika
Allah memuliakan Nabi Muhammad dengan risalah kenabian. Ada juga yang
berpendapat bahwa Isra Mi’raj berlangsung pada tahun kelima kenabian (an-Nawawi
dan al-Qurthubi), malam tanggal 27 Rajab tahun ke-10 kenabian (al-Allamah al-
Manshurfuri), enam bulan sebelum hijrah atau bulan Muharram tahun ke-13 kenabian,
dan setahun sebelum hijrah atau bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-13 kenabian. Terlepas
dari perbedaan tersebut, pendapat yang paling populer dan kuat adalah Isra Mi’raj
terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian. Pada tanggal ini, setiap tahunnya,
umat Islam di seluruh dunia memperingati Isra Miraj.
3. Ketiga, Buraq
Nabi Muhammad mengendarai buraq ketika dalam perjalanan dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsa, dan dari Masjidil Aqsa ke Sidrah al-Muntaha. Kata buraq seakar
dengan kata barq, yang berarti kilat. Mungkin saja itu menjadi isyarat bahwa
kecepatan buraq seperti kilat atau cahaya. Diriwayatkan bahwa ukuran tubuh buraq
lebih kecil daripada kuda dan lebih besar dari bada bagal. Buraq melangkah sejauh
matanya memandang.
4. Keempat, Jasad atau Roh
Ada tiga pendapat berbeda mengenai bagaimana Nabi Muhammad di-Isra
Miraj-kan oleh Allah. Pertama, Nabi Muhammad menjalani Isra Mi’raj hanya dengan
rohnya saja. Dalam Sejarah Hidup Muhammad (Muhammad Husain Haekal, 2013),
mereka yang berpendapat seperti ini berpegang pada keterangan Ummu Hani/Hindun
binti Abi Thalib. Diriwayatkan, pada saat terjadi Isra Miraj, Nabi Muhammad tengah
berada di rumah Ummu Hani. Nabi tidur setelah mengerjakan shalat akhir malam.
Sebelum shubuh, Nabi membangunkan Ummu Hani’.
Kemudian setelah melaksanakan ibadah pagi, Nabi Muhammad menceritakan
bahwa dirinya ke Masjidil Aqsa dan shalat di sana, sesaat setelah shalat akhir malam.
Mereka juga mendasarkan pada perkataan Sayyidah Aisyah dan Mu’awiyah bin Abu
Sufyan terkait dengan Isra Mi’raj Nabi hanya dengan rohnya saja. Kedua, Isra Nabi
dengan jasad dan roh, sementara Mi’raj dengan roh. Landasan mereka berpendapat
bahwa Nabi ber-Isra dengan jasad adalah cerita Suraqah dan sebuah kafilah lain.
Jadi, pada saat Isra, Nabi melalui kafilah Suraqah yang untanya tersesat. Lalu
Nabi menunjukkannya. Nabi juga meminum dari sebuah bejana milik kafilah lain, dan
kemudian menutupnya kembali. Kedua kafilah itu membenarkan cerita tersebut ketika
orang-orang menanyainya. Ketiga, Nabi Isra Mi’raj dengan jasad. Ini merupakan
pendapat yang paling masyhur karena jumhur ulama, baik salaf maupun khalaf,
sepakat bahwa Nabi mengalami Isra Mi’raj dalam keadaan terjaga, dengan dengan
jasmani dan ruhaninya sekaligus. Dasarnya, seperti diuraikan Said Ramadhan al-Buthy
dalam The Great Episodes of Muhammad SAW (2017), kalau seandainya ini hanya
melibatkan aspek ruhani saja (mimpi), maka Kaum Quraisy dan masyarakat Makkah
tidak akan menunjukkan keheranan dan ketidakpercayaan yang begitu besar. Karena,
mimpi tidak ada batasnya dan siapapun bisa melakukan atau mengklaim bermimpi
seperti itu. Ditambah, mereka tidak akan mengetes Nabi Muhammad untuk
menceritakan detail Masjidil Aqsa—ciri-ciri, gerbang, dan pilar-pilarnya.
Keesokan harinya, setelah malamnya mengalami Isra Mi’raj, Nabi Muhammad
menceritakan ‘pengalamannya’ itu kepada khalayak umum. Mereka tidak percaya dan
menantang Nabi untuk menceritakan detail dari Masjidil Aqsa. Diriwayatkan Bukhari
dan Muslim, Nabi Muhammad bisa menceritakan Masjdil Aqsa dengan gambaran
yang jelas karena Allah memperlihatkannya ketika beliau berdiri di Hijr Ismail.
Bagaimanapun ilmu manusia tak mungkin bisa menjabarkan hakikat perjalanan isra’ mi’raj.
Allah hanya memberikan ilmu kepada manusia sedikit sekali (QS. Al-Isra: 85). Hanya dengan
iman kita mempercayai bahwa isra’ mi’raj benar-benar terjadi dan dilakukan oleh Rasulullah
SAW. Rupanya, begitulah rencana Allah menguji keimanan hamba-hamba-Nya (QS. Al-
Isra:60) dan menyampaikan perintah salat wajib secara langsung kepada Rasulullah SAW.
Makna penting isra’ mi’raj bagi ummat Islam ada pada keistimewaan penyampaian perintah
salat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan salat sebagai ibadah utama dalam Islam.
Salat mesti dilakukan oleh setiap Muslim, baik dia kaya maupun miskin, dia sehat maupun
sakit. Ini berbeda dari ibadah zakat yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu
secara ekonomi, atau puasa bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat badannya dan
mampu keuangannya.
Salat lima kali sehari semalam yang didistribusikan di sela-sela kesibukan aktivitas
kehidupan, mestinya mampu membersihkan diri dan jiwa setiap Muslim. Allah
mengingatkan: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-
Ankabut:45).
DAFTAR PUSTAKA
https://jatinegara.kec-sempor.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/367
MAKALAH
“ISRA MI’RAJ”
Oleh :
MANDA SAFITRI
SYIFA MANARUNNABILA
MITA MISTIAWATI
Kelas VIII A