PELESTARIAN ALAM
Manggarai Timur)
Oleh :
1703010066
KUPANG
2021
KATA PANGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Masa Esa atas
Alam.” dan penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Nusa Cendana.
1. Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang, Bapak Prof. Ir. Fredrik L. Benu,
M.Si, Ph.D
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Nusa Cendana Kupang,
5. Bapak Alfred E.O. Mau S.Sos, M.Si , selaku Dosen Pembimbing II yang
ii
6. Bapak Drs. Jacob Wadu, M.Si. Bapak Made N.D. Andayana, S.H, M.Si. Ibu
Catryn V. Adam, S.Sos, M,Si selaku Dosen Penguji yang sudah banyak
RKW TWA Ruteng Wilayah IV, Bapak Gerardus Naji, selaku Kepala Desa
Satar Nawang dan salah satu anggota MMP (Masyarakat Mitra Polhut),
Bapak David Geong sebagai Tokoh Adat atau Tu’a adat di Desa Satar
Nawang yang juga termasuk salah satu MMP, dan beberapa masyarakat Desa
8. Orang tua tercinta, Bapak Stanislaus Mas, Ibu Yasinta Kono, Kaka dan Adik
kritik dan saran serta masukan yang bersifat membangun dari semua
bagi pembaca.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Teks Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
4.1.3. Kependudukan................................................................................... 47
v
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
vii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
viii
Belum di Intervensi.................................................................... 78
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
Hutan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada
Masyarakat Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara yang memberikan
manfaat serbaguna bagi umat manusia.Hutan juga merupakan salah satu sumber daya
alam yang berperan dalam menjaga, mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air
interaksi yang kuat dengan masyarakat yang hidup disekitarnya, dimana masyarakat
masih mengandalkan hidupnya pada hutan. Menurut (Foskett dan Foskett. 2004), dalam
tersebut tersebar di kurang lebih 2.805 desa didalam kawasan hutan dan kurang lebih
16.605 desa di sekitar hutan (Daryanto. 2011).Sejumlah 3.526 desa diantaranya terdapat
Berdasarkan fungsinya, hutan dibagi menjadi tiga yaitu hutan konservasi, hutan
lindung dan hutan produksi.Hutan dengan fungsi konservasi dan lindung berperan dalam
air dan kesuburan tanah merupakan urat nadi kehidupan mahluk yang ada di muka bumi
1
Saat ini diperkirkan lebih dari tiga perempat penduduk Indonesia yang
menggantungkan hidupnya pada hasil hutan.Hal ini disebabkan karena mereka bermukim
atau bertempat tinggal di daerah kawasan hutan.Dari tahun ke tahun kerusakan hutan
610.375,92 Ha dan tercatat sebagai peringkat ketiga kerusakan hutan terparah di dunia
Taman Wisata Alam atau yang di singkat dengan TWA ini adalah wilayah
ini terletak di dalam wilayah konservasi dan perlindungan alam. Taman Wisata Alam
menurut UU No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber Daya Alam Hayati dan
pariwisata dan rekreasi alam. Oleh karena itu pengelolaan kawasan hutan TWA harus
Menurut Riyanto (2005), kawasan konservasi harus merupakan hubungan yang serasi
kesatuan didalam sistem tata guna hutan wilayah.Integrasi kawasan konservasi ke dalam
berbagai macam otoritas perencanaan dan pengelolaan serta yang terpenting adalah
Kawasan hutan TWA Ruteng pada awalnya merupakan hutan lindung seluas
17.857,60 hektar dan hutan produksi seluas 14,388 hektar.Kedua fungsi hutan tersebut
selanjutnya berubah fungsi menjadi Taman Wisata Alam Ruteng. Perubahan fungsi
2
456/Kpts-II/1993 tanggal 24 Agustus 1994. Luas kawasan selanjutnya menjadi 33.093,37
hektar.
Penetapan kawasan hutan TWA Ruteng sesuai dengan kriteria menurut Ditjen
PHKA, 2006 bahwa kawasan taman wisata alam merupakan salah satu kawasan
konservasi dengan tujuan utama pemanfaatan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi
alam. Adapun kriteria penunjukkan dan penetapan kawasan taman wisata alam yaitu
pertama, mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam
serta formasi geologi yang menarik; kedua, mempunyai luas yang cukup untuk menjamin
kelestarian fungsi potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi
pariwisata alam. Sesuai dengan fungsinya, taman wisata alam juga dapat dimanfaatkan
untuk, pertama, pariwisata alam dan rekreasi; kedua, penelitian dan pengembangan
(kegiatan pendidikan dapat berupa karya wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-
hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Pemerintah yang mengelola kawasan TWA
harus berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspekaspek
ekologi, teknis, ekonomis dan social budaya.Aspek pengelolaan ini menjadi penting
mengantisipasi berbagai ancaman yang berpotensi untuk merusak kawasan tersebut dan
3
Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng secara admnistratif berada di Kabupaten
Manggarai dan Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.Yang di kelola oleh
KSDA (konservasi sumber daya alam) Ruteng. Secara grografis berada pada titik
koordinat antara 8°30’ - 8°42’ LS dan 120°15’ - 120°50 BT. Memiliki luas 32.245,60
hektar dengan pembagian luas kawasan 8.013,60 hektar berada di wilayah Kabupaten
Manggarai dan seluas 24.235 hektar berada di wilayah Kabupaten Manggarai Timur
membujur dari arah timur ke barat yang berjarak sekitar 15 km dari pantai selatan dan 35
km dari pantai utara. Terdapat 76 daerah penyangga pada TWA Ruteng dimana 26
Terdapat berberapa potensi wisata yang ada di kawasan TWA Ruteng seperti :
Kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng selama ini hanya
1.500 wisatawan per tahun itupun wisatawan minat khusus.Berbeda dengan kunjungan
4
wisatawan ke Taman Nasional Komodo dan Taman Nasional Kelimutu.Umumnya
Wisatawan yang berkunjung ke TWA Ruteng hany untuk singgah sebentar atau istirahat
TWA Ruteng adalah “Rumah Ibu” bukan hanya bagi biota yang ada di dalamnya
tetapi juga bagi seluruh masyarakat Manggarai dan Manggarai Timur.Namun kini rumah
Wisata Alam (TWA) Ruteng sudah berinteraksi dengan kawasan sejak sebelum
yang dijumpai adalah klaim lahan (okupasi), aktivitas pembalakan liar (illegal logging)
merupakan masalah inti , namun sebenarnya perambahan dan illegal logging adalah
gejala oleh karena itu perlu dicari penyebab terjadinya perambahan meliputi 4 faktor :
kawasan hutan. Bagi masyarakat relasi mereka dengan hutan merupakan relasi
yang bersifat sosial, ekonomi dan spiritual. Hutan tidak hanya berfungsi
SDA dan kewajiban yang sama untuk melestarikannya sesuai aturan adat.
5
sosial budaya (Pratiwi, 2008). Bagi pengelola,TWA Ruteng memiliki fungsi
kedalam wilayah TWA Ruteng. Dasar klaim pemerintah atas wilayah adat
hutan adat diakui keberadaannya namun hak tersebut dapat diberikan jika ada
adat bagi mereka adalah common property atau lahan milik bersama.Status
TWA Ruteng ini menjadi encroachment atau pemukim liar. Status yang
3. Faktor ketiga adalah ketidaksepakatan tata batas yang disebabkan karena batas
6
setempat secara partisipatif sehingga menjadi salah satu penyebab konflik
Gerardus Naji membenarkan bahwa telah terjadi perambahan hutan di Lok Pahar seluas
300 Ha pada bulan juni 2020. Senada dengan itu Kepala Resort Wilayah IV TWA Ruteng
Bapak Siprianus Janggur juga membenarkan hal itu. Beliau mengatakan bahwa api
berasal dari masyarakat yang mencoba membuka lahan didalam kawasan TWA Ruteng
dengan dibantu oleh angin yang kencang membuat api semakin melebar.
ancaman yang akan menimbulkan dampak merugikan bagi kawasan maupun masyarakat
itu sendiri. Di sisi lain, masyarakat merupakan sumberdaya potensial bagi konservasi
kawasan Taman Wisata Alam Ruteng .Dengan demikian, kepentingan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya serta perilaku mereka tidak dapat dipisahkan dalam pengelolaan
7
Taman Wisata Alam Ruteng. Program pemberdayaan dipandang perlu sebagai upaya
Kondisi sosial ekonomi dan budaya TWA Ruteng berbatasan langsung dengan
beda terutama untuk adat istiadat.Desa Satar Nawang merupakan salah satu desa
peyangga yang berada di sekitar Kawasan TWA Ruteng, yang dimana aktivitasnya
berinteraksi langsung dengan Kawasan TWA yang dimana sebagaian besar masyarakat
Kondisi Ekonomi masyarakat dilihat dari jenis pekerjaan sebagian besar penduduk
Desa Satar Nawang pada kelas ekonomi lemah dengan pekerjaan pokok masyarakat
sebagai petani yang memiliki pendapatan tidak tetap. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain ketersediaan lahan milik yang sangat kecil, sumber daya manusia yang
8
terminologi tersebut saling tumpang tindih, saling menggantikan dan mengacu pada suatu
lokal terhadap sumber daya alam yang berupa kawasan konservasi. Ketika masyarakat
lokal tidak dapat memanfaatakan produk-produk fisik kawasan konservasi baik berupa
kayu maupun hasil non kayu, maka harus dicari alternatif lain yang perlu dikembangkan
konservasi tersebut.Produk kawasan konservasi yang berupa jasa lingkungan dan wisata
alam misalnya, dapat dijadikan sumber penghasilan masyarakat yang tinggal di sekitar
mendesain paket wisata yang mampu menyerap masyarakat lokal sebagi tenaga kerja
Upaya pelestarian lingkungan atau dalam hal ini upaya yang terfokus pada upaya
9
mengambil bangian dalam pelestarian kawasan konservasi maka yang terjadi adalah
Seperti halnya kawasan konservasi Taman Wisata Alam Ruteng, yang dari tahun
ke tahun selalu mengalami permasalahan yang sama yaitu illegal logging atau perusakan
hutan dengan cara membakar hutan atau mencuri kayu di hutan konservasi. Berkaitan
dengan hal-hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Strategi
kelestarian lingkungan Taman Wisata Alam Ruteng di Desa Satar Nawang Kec.
keutuhan Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam di Desa Satar Nawang Kec.
kegiatan pemberdayaan masyarakat di Taman Wisata Alam dan kawasan konservasi lain.
peran timbal balik antara kesejahteraan masyarakat dan kelestarian kawasan konservasi.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penelitian.Diantaranya yaitu:
adalah strategi LSM Mitra Bentala yang terdiri dari upaya pelestarian hutan
hidup layak Provinsi Lampung yang saat itu berkisar Rp.1.008.109,- perbulan. Hal
SDM organisasi serta masalah pendanaan, sedangkan dari factor eksternal yaitu
11
kondisi SDM lokal dan fasilitas kegiatan yang kurang memadai. Penelitian ini
elemen faktor kunci, 8 (delapan) elemen alternative strategi, dan 5 (lima) elemen
setelah dihitung dengan QSPM adalah sebagai berikut: (1) Kerjasama kemitraan
kualitas SDM, penelitian dan pelesatarian alam (Skor 6,85), (2) Mengemas lebih
6,7), (3) Optimalisasi penggunaan IT untuk merebut pasar (Skor 6,7), (4)
12
berbeda (Skor 6,45), (5) Koordinasi dan kerjasama semua pihak dalam
ini pun turut mengilhami penulis melakukan penelitian sejenis yakni tentang
13
Pemberdayaan
Sulistyani.
1. Pengertian Pemberdayaan
dari kata dasar power berarti kekuatan atau daya dalam BahasaIndonesia.Empowerment
pengendali yang berbasis pada upaya memperlebar ruang partisipasi rakyat (Pambudi,
berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau kemampuan”. Bertolak dari
daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau pemberian daya, kekuatan atau kemampuan
dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum
14
berdaya.Pemberdayaan memerlukan keterlibatan masyarakat secara aktif.Dalamkonteks
sebuah proses pembangunan konsensus diantara berbagai individu dan kelompok sosial
segala bidang dan sektor kehidupan. ada pula pihak lain yang menegaskan bahwa
sebuah kepentingan bersama atau urusan yang secara kolektif dapat mengidentifikasi
segala bidang dan sektor kehidupan. ada pula pihak lain yang menegaskan bahwa
sebuah kepentingan bersama atau urusan yang secara kolektif dapat mengidentifikasi
sasaran, mengumpulkan sumber daya, mengerahkan suatu kampanye aksi dan oleh
mengemukakan bahwa masyarakat adalah makhluk hidup yang memiliki relasi sosial
15
membangun semangat hidup secara mandiri dikalangan masyarakat untuk memenuhi
intinya ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan
dan menentukan tindakan yang akan dia lakukan yang terkait dengan diri mereka,
termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal
ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang dia miliki, antara lain melalui transfer daya dari
lingkungannya”.
memamfaatkan sumber daya yang dimiliki, baik itu sumber daya manusia (SDM)
maupun sumber daya alam (SDA) yang tersedia dilingkungannya agar dapat
masyarakat agar berkembang dan mempunyai motivasi yang kuat dalam berpartisipasi
dalam proses pemberdayaan. Masyarakat dalam hal ini menjadi pelaku atau pusat
proses pemberdayaan.
16
Pendekataan pemberdayaan masyarakat yang berpusat pada manusia(people
sosial dan strategi perumusan program.Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
kondisi sosial, budaya dan ekonomi. Dalam melaksanakan tugasnya, para pendamping
dalam menjelaskan bahwa bagi para pekerja sosial dilapangan, kegiatan pemberdayaan
dapat dilakukan melalui pendampingan sosial. Terdapat 5 (lima) kegiatan penting yang
a) Motivasi
17
melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat. Kemudian memotivasi
mereka agar dapat terlibat dalam kegiatan pemberdayaan yang nantinya dapat
c) Manajemen diri
Setiap kelompok harus mampu memilih atau memiliki pemimpin yang nantinya
pertemuan atau melakukan pencatatan dan pelaporan. Disini pada tahap awal,
tersebut.
d) Mobilisasi sumber
sumbangan sukarela dengan tujuan untuk menciptakan modal sosial. Hal ini
18
didasari oleh pandangan bahwa setiap orang memiliki sumber daya yang dapat
diberikan dan jika sumber-sumber ini dihimpun, maka nantinya akan dapat
jaringan dengan berbagai sistem sosial disekitarnya. Jaringan ini sangat penting
yaitu :
dalam meningkatkan kekuasaan yang efektif agar sistem politik yang tetutup
19
kondisi keberdayaan.Menekankan pendekatan aktivis dan berupaya untuk
langsung atau dengan memperlengkapi mereka agar lebih efektif dalam arena
politik.
dengan tidak adanya skill untuk bertahan hidup secara ekonomi dan sosial.
Oleh karena itu masyarakat perlu diberitahu akan pentingnya suatu proses
a. Penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga
20
c. Peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan sehingga
kemandirian.
untuk mengubah perilku agar sadar untuk meningkatkan potensi mereka untuk
dan dirinya untuk kepentingan bersama. Tahapan ini membuat masyarakat harus
atau untuk lebih mendukung potensi yang dimiliki masyarakat. Pada tahap ini
21
mengetahui kemandirian masyarakat yaitu dengan cara melihat kemampuan
melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu:
(Suharto,1997:218-219).
kemandirianmasyarakat.
22
dukungan kepada masyarakat agar mereka mampu menjalankan tugasnya dan
masyarakat untuk ikut andil dalam kebijakan pemerintah, sehingga kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah dapat tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat.Partisipasi
Partisipasi berasal dari bahasa latin partisipare yang mempunyai arti dalam bahasa
2009: 46) menyatakan “partisipasi adalah keterlibatan yang bersifat spontan yang
23
mencapai tujuan bersama”, sedangkan Nyoman Sumaryadi (2010:46) berpendapat :
Partisipasi merupakan sikap keterbukaan terhadap persepsi dan perasaan pihak lain.
Partisipasi berarti perhatian mendalam mengenai perbedaan dan perubahan yang akan
partisipasi merupakan kesadaran mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh pihak-
secara umum dan luas.Partisipasi adalahsebuah konsep sentral, dan prinsip dasar dari
pengembangan masyarakat karena, di antara banyak hal, partisipasi terkait erat dengan
Cohen dan Uphoff dalam Siti Irine Astuti D. (2009: 39-40) membedakan
masyarakat untuk menuju kata sepakat tentang berbagai gagasan yang menyangkut
penting, karena masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan orientasi
24
tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan (Cohen dan Uphoff
dalam Siti Irene Astuti D., 2009: 39). Dengan demikian partisipasi masyarakat
program merupakan lanjutan dari rencana yang telah disepakat sebelumnya, baik
Menurut Ndraha dan Cohen dan Hoff dalam Siti Irene Astuti D. (2009: 39), ruang
menggerakkan sumber daya dan dana. Kedua, kegiatan administrasi dan koordinasi
dan ketiga penjabaran program. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
c) Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak terlepas dari
kualitas maupun kuantitas dari hasil pelaksanaanmprogram yang bisa dicapai. Dari
peningkatan output, sedangkan dari segi kualitas dapat dilihat seberapa besar
25
bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program tela sesuai dengan
Secara singkat partisipasi menurut Cohen dan Uphoff dalam Siti Irene Astuti D. (2009:
bersama.
Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu
menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasiyang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki
wujud) dan juga bentukpartisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata
26
danketerampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalahpartisipasi buah
program.
27
terkait dengan kepentingan bersama. Sedangkan partisipasi representatif
Partisipasi menurut Effendi dalam Siti Irine Astuti D. (2009: 37),terbagi atas
dalam kondisi tertentu, masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program
pihak lain, dalam hubungan di mana masyarakat berada sebagai status bawahan,
di mana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan
dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu “partisipasi non fisik dan
partisipasi fisik”. Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua) dalam
buku atau bentuk bantuan lainnya. Sedangkan partisipasi non fisik adalah partisipasi
28
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program
namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program.Menurut Holil
(1980: 9-10), unsur-unsur dasar partisipasi sosial yang juga dapat mempengaruhi
dapat berasal dari unsur luar/lingkungan. Menurut Holil (1980: 10) ada 4 poin yang
29
a. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara warga
b. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat;
kelompok.
4. Pentingnya partisipasi
gagal;
30
perencanaannya,karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek
Menurut Ife dan Tesoriero (2008: 295) partisipasi merupakan alat danjuga
tujuan, karena membentuk bagian dari dasar kultur yang membuka jalanbagi
tercapainya HAM.
31
bentuk pasif dari partisipasi. aktif dan dinamis.
Sumber: Oakley at al. 1991 (dalam Ife dan Tesoriero, 2008: 296)
Pengertian taman wisata alam menurut UU No.5 Tahun 1990 tentang konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistem adalah kawasan pelestarian alam yang
Alfarian (Joko Untoro dan Paulus), taman wisata alam adalah hutan wisata yang
memiliki keindahan alam, baik keindahan flora, fauna, maupun alam itu sendiri yang
a. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala
b. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan
pariwisata alam.
a. Fungsi pelestarian
32
b. Fungsi akademis
c. Fungsi pariwisata
Taman wisata alam berfungsi sebagai tujuan wisata dan rekreasi alam yang
c. Pendidikan
Menurut UU No.5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan
a. Pengelolaan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam
b. Di dalam zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya, dan taman
pengelolaan.
hak pengusahaan atas zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya,
33
d. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan
yang mengelola kawasan TWA harus berdasarkan satu rencana pengelolaan yang
yang berpotensi untuk merusak kawasan tersebut dan membuat perubahan fungsi
kawasan.
Dalam pengelolaan hutan yang berbasis pada peran masyarakat, maka prinsip
a. Prinsip Co-Ownership yaitu kawasan hutan adalah milik bersama yang harus
didalamnya yang harus diakui namun juga perlindungan yang harus dilakukan
bersama;
34
bersama. Ketiga prinsip diatas dilaksanakan secara terpadu sehingga fungsi
kelestarian hutan dapat tercapai dengan melibatkan secara aktif peran serta
Untuk itu perlu kebijakan pemerintah untuk melakukan program atau kegiatan
Ruteng.
berhubungan dengan berbagai faktor yang didefinisikan menjadi sebagai masalah penting
(sugiyono, 2016: 283.) .Kerangka berpikir merupakan alat berpikir peneliti dalam
terjadi di lapangan :
35
Strategi Pemberdayaan Masyarakat
1. Penyadaran dan Pembentukan Prilaku
2. Transformasi Kemampuan
3. Peningkatan Kemampuan
BAB III
METODE PENELITIAN
36
Menurut Sugiyono (2007:1), metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.Berdasarkan hal
tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan
dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan dan tertulis
dari orang dan yang peneliti amati. Penggunaan pendekatan penelitian ini disesuaikan
Pemberdayaan Masyarakat sekitar Taman Wisata Alam (TWA) dalam Pelestarian Kawan
Hutan Lindung.
a. Lokasi Penelitian
37
1. Aktivitas masyarakat mendominasi daerah sekitar hutan yang masih berada
2. Letak desa Satar Ngawang yang berdekatan dengan hutan lindung TWA
Ruteng.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai bulan Mei 2021.
38
lokasi TWA Ruteng Desa
Satar Ngawang melalui
pemberian modal usaha,
penyediaan tempat
menjalankan usaha, dan
pelibatan dalam
perlindungan TWA
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat
antara lain
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian.
Sumber data primer yang penulis peroleh berupa hasil observasi langsung di
lapangan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung
berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Data
sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah data-data yang berasal dari
catatan, buku, surat-surat, jurnal, penelitian yang terkait dengan tema yang
akan diteliti.
Informan dalam penelitian kualitatif dapat memberikan informasi atau data mengenai
masalah yang hendak di teliti dan yang memiliki pengalaman dan kemampuan yang
39
cukup dalammemberikan informasi dan keterangan yang sesuai. Informan peneliti
40
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat sehingga mampu
2. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk menghimpun data sekunder yang memuat informasi
laporan kerja foto-foto kegiatan dan dokumen lainnya di kantor desa dan kanto
TWA Ruteng.
3. Observasi ( Pengamatan)
manusia, dan situasi sosial serta konteks kegiatan itu terjadi, dan berhubungan
dengan focus penelitian. Fokus pengamatan dilakukan di desa Satar Nawang dan
41
Menurut Masri Singarimbun (1989: 117) yang dimaksud instrument penelitian
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalammengumpulkan data
dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
yang dipandang tepat dan untuk menentukan fokus serta pendalaman data pada
Data yang telah dikumpulkan, ternyata terlalu banyak sehingga perlu untuk
Satar Nawang . Oleh karena itu, penulis memisahkan data yang sangat penting
dan berkaitan dengan penelitian, sedangkan data yang bersifat abstrak dijadikan
42
Bentuk penyajian data dalam penelitian ini berupa uraian
mudah dipahami.
4. Kesimpulan (veryfing)
penelitian ini.
Patokan utama dalam penelitian ini adalah uji kredibilitas data karena Sugiyono
(2011:383) mengatakan bahwa uji keabsahan data yang paling penting dalam
penelitian kualitatif adalah uji kredibilitas data. Uji kredibilitas data dilakukan melalui
mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data
yang sudah benar atau tidak. Bila data yang diperoleh selama ini setelah dicek
kembali pada sumber data aslinya atau pada sumber data lain ternyata tidak benar,
maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga
43
2. meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
waktu.
4. Analisis kasus negatif berarti kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penelitian hingga pada waktu tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti
peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan, bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan
bahwa data yang telah ditemukan oleh peneliti seperti hasil wawancara yang
(Sugiyono,2013:129).
6. Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahaui apakah informasi
yang akan digunakan dalam penelitian laporan sesuai dengan apa yang
44
BAB IV
Desa Satar Nawang merupakan salah satu desa peyangga yang ada di wilayah
TWA Ruteng yang masuk kedalam bagian wilayah Resort IV. Desa Satar Nawang secara
Dengan luas wilayah 7,41 km², memiliki batas-batas wilayah administrasi yaitu :
b. Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Compang Lawi dan Hutan Lindung
d. Bagian Barat berbatasan dengan desa Wea dan desa Urung Dora.
45
4.1.3. Kependudukan
1.200 jiwa dengan penduduk laki-laki sebanyak 611 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan 589 jiwa. Desa Satar Nawang merupakan desa pemekaran dimana
desa Satar Nawang berprofesi sebagai petani dengan jenjang pendidikan SD-SMA.
4.1.4. Ekonomi
Sebagian besar penduduk Desa Satar Nawang pada kelas ekonomi lemah dengan
pekerjaan pokok masyarakat sebagai petani yang memiliki pendapatan tidak tetap.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ketersediaan lahan milik yang
sangat kecil, sumber daya manusia yang minim serta tidak mempunyai kemauan
untuk berusaha. Berikut rincian mata pencaharian masyarakat Desa Satar Nawang
46
seperti padi sawah (Oryza sativa L.),pisang (Musa paradisiaca), kacang-kacangan
budidaya :
Desa Satar Nawang sudah sangat menunjang.Hal ini dibuktikan dengan adanya
sarana dan prasaran berupa 1 (satu) unit SD dan SMA. Dan juga terdapat pasar
Puskesmas Afirmasi yang memudahkan masyarakat dari Satar Nawang dan desa
desa satar Nawang terdapat sebuah pasar tradisional yang beroperasi seminggu
sekali tepat pada hari jumat, dari segi sarana dan prasarananya cukup bagus karena
47
sudah di bangun gedung baru, namun akses menuju gedung gedung baru tidak ada
tangga untuk di naiki oleh pembeli, namun pasar ini di nilai merupakan pasar yang
sangat strategis dimana masyarakat dari desa lain datang menjual atau membeli
kebutahan ekonomi dan pasar ini juga di nilai menjual semua kebutuhan
Sedangkan akses jalan menuju Desa Satar Nawang sudah beraspal dengan
kondisi jalan rusak ringan hingga berat, ketersediaan sarana transportasi hingga
saat ini cukup menunjang kebutuhan masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap
Potensi jasa lingkungan dan wisata alam yang dimiliki Desa Satar Nawang terdiri
dari potensi sumber daya air maupun potensi sosial budaya masyarakat dengan
Potensi yang ada dan yang sudah di manfaatkan oleh masyarakat di desa
Satar Nawang adalah Sumber Mata Air sebagai air baku/air minum masyarakat di
Desa Satar Nawang. Sedangkan Wisata Bukit Lok pahar belum di manfatkan sebagai
lahan pariwisata. Penaroma alam Bukit Lok Pahar sangatlah indah, apabila di jadikan
48
potensi wisata dengan bekerja sama bersama masyarakat desa peyangga untuk
berpartisipasi.
agar suatu sumber daya alam dapat dilindungi untuk memenuhi kebutuhan manusia di
masa sekarang dan di masa yang akan datang melalui pelestarian. Konsep pelestarian
harus berjalan beriringan secara seimbang. Konsep ini merupakan gabungan antara
dua prinsip, yang pertama adalah kebutuhan untuk merencanakan pengelolaan sumber
daya yang berdasarkan data base inventarisasi yang akurat serta kebutuhan untuk
melakukan tindakan perlindungan untuk menjamin agar sumber daya tidak habis
diperlakukan sebagai pulau yang terpisah yang tidak boleh disentuh sama sekali.
Tertutupnya akses sama sekali ini membuat kesan tidak adanya manfaat ekonomi
ekosistem yang harus dijaga keutuhan fisik dan kelestarian sumber daya alam
masyarakat sekitar kawasan pada pemanfaatan harus ditutup sama sekali karena akan
potensi sumber daya alamnya merupakan aset ekonomi yang akan memberikan
49
manfaat ekonomi atau kesejahteraan apabila dieksploitasi atau dimanfaatkan secara
teknologi (Darusman dan Widada 2004). Perbedaan cara pandang inilah yang menjadi
terhadap kawasan dalam cara pengelolaan hampir selalu dapat dipastikan kegagalan
konflik sosial antara masyarakat sekitar hutan dan pemerintah yang berdasarkan
Konflik tersebut dipicu oleh tiga faktor utama, yaitu: pertama adalah ketidakadilan
masyarakat desa hutan dan yang terakhir adalah kerusakan ekologi sumber daya
hutan. Ketiga faktor inilah yang pada akhirnya menjadi sebab marginalisasi
menjadi hak ulayat atau tanah milik masyarakat adat (Nugraha dan Murtijo 2005).
mau bekerja sama dengan pengelola dalam rangka pelestarian. Bentuk manfaat bagi
masyarakat yaitu pemanfaatan terbatas pada sumber daya tertentu, hak tradisional dan
sosial dengan ketentuan dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi fungsi
perlindungan kawasannya (Mackinnon et al. 1986). Hal senada terkandung dalam arti
50
konservasi yang sebenarnya menurut IUCN yaitu pengelolaan penggunaan manusia
Pembangkit listrik tenaga mikro hidro yang sudah ada disekitar KPHK Ruteng
PLTMH ini berada di daerah penyangga namun pemanfaatan aliran air berasal
Para pemanfaat energi sumber daya yang berasal dari kawasan tersebut sedang
51
2. Kebutuhan Air Masyarakat
a. Non Komersil
KPHK Ruteng memilki peran penting dalam menyuplai kebutuhan air bagi
Pemanfaatan sumber air dari kawasan KPHK Ruteng cukup banyak baik
untuk kebutuhan air baku air minum, keperluan rumah tangga maupun irigasi
pertanian.
Sumber -sumber air tersebut memiliki debit potensial dan mengalir sepanjang
Tabel 4.5 Pemanfaatan Sumber Air Untuk Lahan Pertanian Di Sekitar Kawasan
KPHK Ruteng
No Nama Sungai Lokasi Debit (M³/dtk)
1 Wae Mokel Desa Golo Meni 0,1935
2 Wae Woja Desa Golo Nderu 0,603275
3 Wae Woja Desa Sonolokom 0,168
4 Wae Mantar Desa Umung 0,279623
5 Wae Garit Desa Poco Likang 6,94
6 Wae Dangi Desa Bangka Masa 1,20185
7 Wae Dingin Desa Bangka Kempo 1,193302
Sumber : TWA Ruteng
b. Komersil
maupun di dalam kawasan TWA Ruteng berupa pelayanan air bersih rumah
tangga di Kabupaten Manggarai oleh PDAM Tirta Komodo dan pelayanan air
52
bersih rumah tangga di Kabupaten Manggarai Timur oleh BLUD SPAM
Manggarai Timur.
Pemanfaatan sumber air yang berasal dari kawasan KPHK Ruteng yang
3. Air Mineral
Produksi air mineral yang saat ini ada di Kabupaten Manggarai adalah air minum
dalam kemasan merk Ruteng yang berada di Waso, daerah penyangga TWA
Ruteng.
kawasan. PT. PLN (Persero) UIP Nusa Tenggara sudah memasang jaringan listrik
Balai Jalan Wilayah VIII Denpasar juga membangun jalan untuk menghubungkan
kawasan KPHK Ruteng sehingga diperlukan bentuk kerjasama yang jelas agar
bagi masyarakat sekitar untuk berkomunikasi. Selain itu juga terdapat tower radio
53
perkembangan tentang politik, hukum dan budaya yang ada di kabupaten tersebut.
5. Pariwisata
sekitar kawasan KPHK, baik skala lokal, regional dan nasional. Pada tatanan
wilayah negara dengan segenap aset kekayaan sebagai modal dan pendongkrak
harga diri bangsa Indonesia di mata pergaulan dunia dimana Indonesia dipandang
sebagai negara yang konsisten dengan upaya konservasi sumber daya alamnya.
54
Pemanfaatan kawasan hutan untuk pariwisata saat ini masih sangat kecil. Potensi
Objek vital yang mempunyai nilai jual wisata belum dikelola dengan baik misal
air terjun, danau maupun spot bird watching. Danau Ranamese dan Puncak
Ranaka masih menjadi objek andalan yang dijadikan objek vital KPHK Ruteng.
Meskipun menjadi objek vital Danau Ranamese dan Puncak Ranaka fasilitasnya
fasilitas pendukung yang memadai. Berikut ini data pengunjung Danau Ranamese
Tabel 4.6 Jumlah Pengunjung Danau Ranamese dan Puncak Ranaka 5 tahun
Terakhir
No Tahun Pengunjung Jumlah
Wisdom Wisnu
1 2012 145 141 286
2 2013 5991 3359 9350
3 2014 1062 503 1565
4 2015 634 75 709
5 2016 964 137 1101
Sumber : TWA Ruteng
Pengembangan ecotourism pada KPHK Ruteng tidak bisa luput dari keterlibatan
penetapan KPHK Ruteng. Berikut ini adalah daftar obyek dan sub obyek wisata
yang terdapat di dalam maupun di luar kawasan TWA Ruteng yang memiliki
55
a) Poco Ranaka dan Anak Ranaka
c) Danau Ranamese
d) Danau Ranamese 2
Kampung Adat Ruteng Pu’u, Kampung Adat Wae Rebo, Liang Bua, Golo
Curu.
segala bentuk gangguan yang berasal dari luar atau dalam kawasan yang dapat
tahun 2014 menyebutkan bahwa ada 3. 746 desa di daerah penyangga sekitar
langsung atau tidak langsung terhadap kawasan konservasi. Saat ini hampir semua
perambahan, pencurian flora dan fauna, kebakaran, perdagangan flora dan fauna
secara illegal dan aktivitas eksploitasi sumber daya hutan lainnya. Gangguan
56
Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan konservasi disebabkan
pasar akan sumber daya dalam kawasan. Salah satu upaya mengurangi tekanan
masyarakat.
Ruteng, Kelurahan Waso, Desa Wejang Mawe, dan Desa Uluwae merupakan desa
-desa yang merupakan bagian dari daerah penyangga kawasan konservasi KPHK
konservasi.
kawasan konservasi adalah survey sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dan
survey kondisi lahan pertanian milik masyarakat. Setelah data dan informasi
57
4.2.2. Peyelenggaraan perlindungan hutan
kawasan sebagai akibat ulah manusia misalnya: kebakaran, penebangan liar dan
untuk mencegah dan membatasi kerusakan – kerusakan hutan dan hasil hutan
yang disebabkan oleh perbuatan manusia serta mempertahankan dan menjaga hak
- hak negara atas kawasan konservasi dan hasil dari kawasan. Strategi dalam
melalui 3 pilar sistem Pengamanan yaitu berupa 1.) pemerintah, 2.) masyarakat,
3.) melalui pendekatan agama. Kelestarian dan fungsi kawasan adalah merupakan
jawab bersama ini perlu diwujudkan dalam bentuk pengamanan terpadu dan
intensif yang melibatkan berbagai aparat dari instansi terkait. Kegiatan – kegiatan
sesuai fungsi dan tugas pokok yang melekat padanya. Kegiatan pengamanan
b. Patroli rutin
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencegah terjadinya pelanggaran di bidang
58
rutin/kontinyu, mengumpulkan data lapangan sebagai bahan penyusunan data base
berbasis resort.
Polhut)
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencegah terjadinya pelanggaran di bidang
d. Penyuluhan
agar lebih berperan aktif dalam upaya – upaya konservasi kawasan KPHK Ruteng.
59
4.3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Sekitar TWA Ruteng
Strategi pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau cara yang di lakukan yang
memulai proses kegiatan social guna memperbaiki situasi dan kondisi ekonomi.
pemberdayaan dilakukan tepat sasarannya, maka dari itu ada beberapa aspek strategi
ruteng dalam perlindungan kawasan pelestarian alam di desa satar nawang sebagai
berikut :
60
Pada tahap ini masyarakat di berikan kesadaran akan pentingnya suatu
masyarakat, agar masyarakat paham dan sadar akan pentingnya hutan dan cara
melestaraikannya.
Namun yang terjadi pada Des Peyangga yang ada di TWA Ruteng masih
banyak desa-desa peyangga yang belum diberikan sosialisasi secara baik dan
teratur. Contohnya saja Desa Satar Nawang. Maka dari itu penulis
membandingkan antara desa yang sudah di intervensi dan desa yang belum di
intervensi, yaitu Desa Wejang Mawe sebagai desa yang sudah di intervensi dan
Desa Satar Nawang sebagai desa yang belum di Intervensi, senagai berikut :
Tabel 4.7 Perbandingan Desa Wejang Mawe dan Desa Satar Nawang
No Desa yang sudah di Intervensi Desa yang belum di Intervensi
. ( Desa Wejang Mawe) ( Desa Satar Nawang)
1. Metode Sosialisai
Metode Formal, dengan cara Metode Non-formal dengan cara
mengundang dan mengumpulka peyampaian informasi ketika patroli
masyarakat. pegawai TWA memberitahu tentang
pentingnya perlindungan hutan TWA
2. Periode Waktu
61
Periode waktu 1-2 kali Sosialisasi Periode waktu tidak menentu, karena pada
dalam 1 tahun bisa 1 hingga 2 saat kegiatan patroli kadang pegawai
Desa Peyangga menemui masyarakat kadang juga tidak.
3. Siapa saja yang ikut terlibat?
Yang terlibat , Pemerintah yaitu Masyarakat yang di temui pada saat
pihak TWA Ruteng, Masyarakat pegawai melakukan patrol di sekitar
Desa dan Tokoh Adat kawasan TWA
4. Materi
Materi yang di sosialisasikan Materi sosialisasi yang diberikan tidak
yaitu berkaitan dengan sosialisasi menentu, petugas yang berpatroli hanya
3 pilar tentang melindungi hutan memberitahukan untuk menjaga dan tidak
TWA Ruteng. merusak kawasan TWA Ruteng.
Sumber : Data olahan peneliti (2021)
kawasan TWA Ruteng sudah sering di lakukan oleh para petugas TWA Ruteng,
baik itu secara formal maupun non formal. Secara formal yang dimaksud ialah
kegiatan tersebut terikat pada aturan-aturan, baik itu aturan yang berkaitan
dengan tata karma maupun kebahasaanya, kegiatan ini juga di lakukan oleh
Kegiatan sosialisasi secara formal yang dilakukan oleh pihak TWA dalam
periode waktu 1 tahun bisa 1 same 2 kali di beberapa desa peyangga, yaitu di
desa Ulu Wea Kabupaten Manggarai Timur 17 April 2018 dan di kelurahan
dan masyarakat desa,diikuti oleh 30 orang termasuk dengan Staf dari TWA
62
Kegiatan sosialisasi non formal yang dilakukan dengan sosialisasi
langsung seperti pada saat pihak TWA melakukan patroli di sekitar kawasan
adat yang ada di desa juga sering memberikan pemahaman kepada masyarakat
disampaikan kepada beberapa orang lalu di sebarkan dari mulut ke mulut. Yang
terjadi di Desa Satar Nawang yaitu sosialisasi non formal. Belum pernah
dilakukannya sosialisasi Formal oleh pihak TWA Ruteng. Namun dari pihak
pemerintah desa dan tokoh adat sering kali mengingatkan masyarakat untuk
dampak negatif dan positif. Dampak negatif yang timbul ialah kembali lagi pada
dengan pihak TWA dilihat dari ketika pihak TWA memberikan sosialisasi
sosialisasi, selain itu adanya permintaan dari masyarakat dan kepekaan dari
pihak TWA yang melihat potensi lain dari desa seperti memberikan sumbangan
63
Karena setiap tahunnya ada perlombaan dibidang olahraga yang di
Taman Wisata Alam Ruteng Khususnya di Desa Satar Nawang, dalam hal ini
Senada dengan itu, bapak Siprianus Janggur S.Hut, selaku Kepala RKW TWA
“Setiap kali ada pertemuan dalam konsep 3 pilar itu tentunya kami
akan menjelaskan seperti apa TWA ruteng dan manfaatnya kepada
masyarakat terutama di desa-desa peyangga yang berada di sekitar
kawasan hutan. Kemudian segala hal yang berkaitan dengan aturan
atau regulasi dari aspek perlindungan dan dari aspek konservasi
kami sampaikan dalam setiap pertemuan 3 pilar itu. Kemudian kalo
di lapangan kami dapati masyarakat pada saat itu juga kami
jelaskan UU yang terkait dan regulasi yang mengatur pengolahan
kawasan TWA Ruteng seperti apa. Salah satunya UU No.5 Tahun
1990”.
(Robo 15 April 2021).
siprianus pada saat wawancara adalah 3 Pilar Sebagai Modal Sosial dimana
64
Indonesia di era otonomi daerah sangat dipengaruhi oleh dinamika dan peranan
pemerintah daerah.
mulai dari kabupaten, kecamatan, dan desa, menjadi instrumen perencanaan dan
terutama unsur masyarakat adat (Tu’a Golo, Tu’a Teno), dalam proses tersebut.
Selain itu Bapak Gerardus Naji, selaku Kepala Desa Satar Nawang dan
Kemudian, Bapak David Geong sebagai Tokoh Adat atau Tu’a adat di
Desa Satar Nawang yang juga termasuk salah satu MMP, mengatakan bahwa:
65
“ Sosialisasi dari pihak TWA sudah sangat sering di lakukan, dan di
wilayah resort IV ini pernah di lakukan di desa Compang Lawi. Jadi
Peran tokoh Adat disini sebagai orang yang di percaya oleh
masyarakat, kami juga setelah pulang dari tempat sosialisasi, kami
sampaikan kepada masyarakat, sesuai dengan apa yang kami dengar
pada saat sosialisasi, berkaitan dengan perlindungan kawasan hutan
TWA”. (Satar Nawang 17 Januari 2021)
pentingnya menjaga kawasan TWA Ruteng. Dalam hal ini sosialisasi yang
dilakukan yaitu sosialisasi 3 pilar, dimana yang dimaksud denga 3 pilar ini yaitu
Pemerintah, Gereja dan Adat. Sejak di rumuskanya tentang 3 pilar ini pada tahun
2013.
lihat dari jawaban informan, juga ada kolaborasi antara pihak TWA Ruteng, pihak
pemerintah desa dan para tokoh adat. Adanya sosialiasi kepada masyarakat yang
66
pentingnya hutan bagi kehidupan masyarakat. Hanya saja Sosialisasi yang
dilakukan yaitu sosialisasi non-formal dimana pada saat petugas patroli bertemu
lindung. Sementara Sosialisasi Formal yang dilakukan oleh pihak TWA di desa
Satar Nawang yang dimana desa tersebut juga termasuk desa peyangga yang
berada di wilayah Resort IV, belum pernah di lakukan. Dampak yang muncul
kawasan hutan akan meningkat. Maka dari itu untuk meningkatkan efektivitas
hutan.
perubahan kepada masyarakat untuk lebih kreatif. Maka tujuan utama dalam
sebuah kelompok.
lindung dan hutan produksi, kemudian pada tanggal 24 Agustus 1994 dirubah
67
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 456/Kpts-II/1993, untuk selanjutnya TWA
2016, tentang Penetapan Kawasan Hutan Taman Wisata Alam Ruteng (RTK 118)
Perubahan fungsi kawasan tersebut dari Hutan Lindung dan Hutan Produksi
menjadi Taman Wisata Alam, secara tidak langsung menjadikan desa-desa sekitar
yang berbatasan langsung dengan Kawasan TWA Ruteng yang berada di Kabupaten
penyangga perlu dilakuakan agar tekanan terhadap kawasan pelestarian alam dapat
Pendampingan.
seluruh desa penyangga TWA Ruteng. Salah satu desa penyangga yang sudah
antara lain:
68
Tabel 4.8 Bentuk Kegiatan Pendampingan di Desa Wejang Mawe
Jenis Kegitan Periode
No
1. Sosialisasi 2017
2. Fasilitasi dalam bentuk pengadaan sarana dan 2017
prasarana produksi (Pengadaan Peralatan dalam rangka
bantuan usaha ekonomi produktif di Desa Wejang
Mawe Tahun 2017)
3. Pembinaan anggota kelompok desa binaan (Pelatihan 2017
Peningkatan Keterampilan Masyarakat melalui
Pelatihan Usaha Ekonomi Produktif Desa Binaan
Balai Besar KSDA NTT Kelompok Tani Sadar Lestari
TWA Ruteng Tahun 2017)
4. Pengolahan Produk (Sale pisang, Tempe, Tahu, dan 2017
susu kedelai) termasuk pengemasan
5. Melaksanakan temu usaha tingkat lokal dan Bimtek 2017
6. Koordinasi/konsultasi dengan per-Bank-an dalam 2017
alokasi kredit
7. Melakukan kemitraan dengan pihak terkait 2017
8. Pemasaran Produk 2017
9. Supervisi, Monitoring, dan Evaluasi 2017
10. Melaporkan secara periodik/tahunan kepada Kepala 2017
Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Timur
Sumber:Data primer TWA Ruteng (2017)
Menurut Bapak Ferdinandus Boy Kali, S.Hut, M.Ling, selaku Tenaga Teknis
oleh pihak TWA Ruteng di wilayah Resort IV khususnya di Desa Satar Nawang,
69
belum terlalu dirasakan oleh masyarakat disana bahkan belum pernah diberikan oleh
pihak TWA Ruteng dibuktikan oleh wawancara bersama dengan masyarakat salah
“ Pendampingan oleh pihak TWA belum terlalu kami rasakan dalam hal
perlindungan kawasan hutan lindung TWA Ruteng. Tetapi ada bebarapa
masyarakat kami, juga ikut dalam kelompok MMP. Kami berharap
kedepannya pihak TWA tetap bekerja sama dengan masyarakat dalam hal
perlindungan kawasan TWA Ruteng khususnya Hutan Lok Pahar ini.
“ (Satar Nawang 18 Januari 2021)
karena melalui kegiatan pendampingan itu masyarakat dengan pihak TWA bisa
menjalin kerja sama yang baik dalam hal perlindungan kawasan, sehingga
meminimalisir berbagai macam ancaman dari luar seperti pengaruh dari beberapa
Masyarakat Di Sekitar Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam, Bab II
penulis Desa Satar Nawang sudah sangat layak dilakukanya pemberdayaan dalam hal
ini pendampingan. Hal ini karena masyarakat Desa Satar Nawang berada pada kelas
ekonomi lemah dengan pekerjaan pokok masyarakat sebagai petani yang dimana
(UKM) masyarakat.
70
Selain itu, jika dilihat dari potensi sumber daya alam Desa Satar Nawang
tidak berbeda jauh dengan Desa Wejang Mawe. Potensi-potensi sumber daya alam
dari sektor pertanian, perkebunan dan peternakan bisa dikatakan cukup melimpah
dilihat dari RPJMDes Desa Satar Mawang. Sehingga dari potensi-potensi tersebut
terhadap Desa Wejang Mawe yang kemudian dalam prosesnya nanti akan
mandiri.
pendampingan adalah mendampingi setiap proses inisiatif dan bentuk tindakan yang
Ruteng sesuai dengan tujuan dari pendampingan itu sendiri, dimulai dari Sosialisasi
masyrakat desa peyangga. Artinya ada kerja sama antara masyarakat dan pihak
TWA, dampaknya adalah kebutuhan yang diminta oleh masyarakat terpenuhi dengan
Desa Satar Nawang perlu diberikan pendampingan yang lebih serius, kurangnya
71
4.3.2. Transformasi Kemampuan
mendukung potensi yang dimiliki masyarakat. Untuk mencapai tujuannya maka perlu
pengetahuan agar lebih bermanfaat atau untuk lebih mendukung potensi yang
dimiliki masyarakat.
Wejang Mawe Kabupaten Manggarai Timur, pada tahun 2017 dalam bentuk
pengolahan sale pisang, tempe dan tahu yang bahan bakunya di dapat dari hasil
alam di desa Wejang Mawe. Pelatihan ini melibatkan masyarakat desa Wejang
Mawe yang tergabung dalam kelompok desa binaan yang dengan kelompok Tani
Sadar Lestari. Jumlah anggota Kelompok Tani Sadar Lestari Wejang Mawe
72
Gambar 4.3 Pelatihan Usaha Ekonomi Produktif di Desa Wejang Mawe
(b)
(a)
Keterangan :
Gambar a. Petugas TWA Ruteng sedang melakukan sosialisasi berkaitan dengan
Pelatihan Usaha Ekonomi Produktif kepada masyarakat.
Gambar b. Masyarakat sedang melakukan pelatihan membuat tempe
Tabel 4.9 Perbandingan antara Desa yang sudah di Intervensi dan Desa Yang Belum
Desa yang sudah di Intervensi Desa yang belum di intervensi
( Desa Wejang Mawe) (Satar Nawang)
Desa Wejang Mawe adalah salah satu Belum pernah dilakukan atau
desa yang sudah di berikan pelatihan di berikan pelatihan atau
tentang Usaha Ekonomi Produktif berupa pendidikan kepada masyarakat
pengolahan hasil tanaman di desa yaitu Desa Satar Nawang.
Sale Pisang, Tempe dan Tahu. Pelatihan
kepada masyarakat dilakukan oleh pihak
TWA yang melibatkan masyarakat ,yang
tergabung dalam kelompok Tani Sadar
Lestari yang berjumlah 22 Orang ysng
merupakan warga desa Wejang Mawe.
Periode pemberian pelatihan kepada
masyrakat yiatu 3 bulan.
Sumber : Data Olahan Peneliti (2021)
Sedangkan pada wilayah IV khususnya Desa Satar Nawang belum pernah
di berikan pelatihan dan pendidikan pihak TWA perlu untuk mengkaji desa
73
Pemberdayaan Masyarakat Di Sekitar Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan
pemberdayaan.
74
“Pada wilayah resort IV sampai saat ini belum ada pelatihan
keterampilan usaha. Tetapi secara keseluruhan TWA Ruteng sudah banyak
pelatihan keterampilan usaha. (Robo 15 April 2021)
Desa Satar Nawang hasil pertanian dan perkebunan juga melimpah. Hanya
saja masyarakat lebih tertarik untuk menggarap hutan lindung TWA untuk
menanam beberapa jenis tananman, salah satunya dan yang paling banyak adalah
tanaman kopi. Bapak Paskalis Samin sangat mengharapkan pihak TWA Ruteng
75
dan Pemerintah untuk lebih tegas serta memberikan perhatian yang merata di
bagi masyrakat di desa-desa yang berada di sekitar hutan lindung TWA Ruteng
ini. Dampak yang dirasakan oleh masyarakat dari hasil wawancara bersama
dengan masyarakat di Desa Satar Nawang adalah, pada saat musim hujan,sisa-sisa
ampas kulit dari tanaman kopi yang di tanam di hutan lindung, terbawa oleh air
hujan dan mengotori sumber air yang biasa dipakai oleh masyarakat. Hal ini
berpengaruh pada kualitas air bersih. Maka dari itu perlu adanya pelatihan dan
menciptakan suatu usaha dengan didampingi oleh pihak TWA Ruteng dan
Pemerintah Desa.
bahwa, Pelatihan dan pendidikan kepada masyarakat merupakan salah satu solusi
dari masalah yang ada di kawasan TWA Ruteng. Adanya pelatihan dan
76
masyarakat. Sehingga masyarakat tidak perlu masuk ke hutan untuk mecari
desa Satar Nawang. Dampak dari tidak meratanya pemberian pelatihan dan
hutan.
Kondisi Hutan TWA Ruteng di ambil pada Januari 2021 tepatnya setelah
usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan – kerusakan hutan dan hasil hutan
77
yang disebabkan oleh perbuatan manusia serta mempertahankan dan menjaga hak –
macam flora dan fauna yang ada di TWA Ruteng. Berbagai macam persoalan yang
ada di Kawasan TWA Ruteng seperti Pembabakan Liar(illegal loging) dan klaim
lahan (okupasi) oleh masyarakat sekitar kawasan TWA. Kegiatan – kegiatan yang
sesuai fungsi dan tugas pokok yang melekat padanya. Kegiatan pengamanan
b. Patroli rutin
Mitra Polhut)
78
Tabel 4.10. Luas resort konservasi wilayah Taman Wisata Alam(TWA) Ruteng
berdasarkan wilayah, tenaga patroli dan luasannya.
Perjanjian Kerja. Kekurangan personil lapangan saat ini terutama tenaga Polhut,
PEH, dan penyuluh kehutanan, dalam kurun waktu 2015 s/d 2024 minimal setiap
resort memiliki 3 orang Polhut, 1 orang PEH dan 1 orang penyuluh kehutanan.
masyarakat dengan leluasa masuk kedalam kawasan hutan. Maka dari itu perlu
adanya Pelatihan Perlindungan lokasi TWA Ruteng baik Pelatihan Para petugas
79
pegawai mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh
Menurut Bapak Siprianus Janggur, S.Hut, selaku Kepala RKW TWA Ruteng
No Nama Jabatan
agar Masyarakat Mitra Polhut (MMP) bisa lebih mengenal dan memahami tugas
mereka dan bisa langsung dipraktekkan. Selain itu karena jumlah MMP yang
sedikit dirasa lebih efisien apabila diberi pelatihan langsung dilapangan lebih
80
Polhut (MMP) Wilayah IV ditetapkan atau pilih langsung oleh Kepala Resort
(Karest) , ada beberapa desa yang di libatkan pada wilayah IV yaitu desa Compang
Lawi, Satar Nawang , Compang Congkar dan Golo Ngawan. Pelatihan yang di
berikan kepada MMP Wilayah IV sesuai dengan peran MMP pada setiap tahapan
Menurut Bapak Gerardus Naji selaku kepala desa dan salah satu MMP mengatakan
bahawa :
“ MMP dipilih dari beberapa desa sekitar kawasan, tujuan dari MMP itu
sendiri yaitu membantu para petugas TWA, entah itu Patroli atau kegiatan
apapun yang berkaitan dengan TWA pasti anggota MMP selalu
membantu. Ini juga bisa dikatakan bentuk partisipasi kami sebagai
masyarakat sekitar TWA Ruteng untuk membantu pengelolaan kawasan
TWA. Patroli bersama pihak TWA dalam 1 bulan itu bisa 1 sampai 2
kali”. ( Satar Nawang 19 Januari 2021)
lindung TWA Ruteng, bersama dengan petugas patrol TWA Ruteng. Sebagai
bentuk partisipasi kami sebagai masyarakat di Desa Peyangga yang perduli akan
kelestarian hutan lindung TWA Ruteng, kami selalu siap membantu petugas dari
TWA Ruteng. Dalam proses pada saat patrol kami sering mendapat kabar bahwa
ada yang membuka lahan di hutan lindung TWA Ruteng khususnya di wilayah IV
ini kami bersama petugas patrol langsung menuju ke lokasi namun orang yang
mencoba membuka lahan sudah melarikan diri,hal ini disebabkan karena kondisi
hutan lindung TWA Ruteng berupa perbukitan yang menyebabkan kami kesulitan
81
Berdasarkan beberapa informasi dari para informan, penulis dapat
lindung sangat sering. Maka perlu adanya perlindungan kawasan oleh petugas
TWA dan juga bantuan dari MMP di wilayah resort IV sendiri. Sampai saat
(a) (b)
hutan oleh masyarakat juga dilihat dari foto diatas masyarakat bersama petugas
membersihkan area pal batas antara hutan lindung dengan hutan adat.
82
4.3.3. Peningkatan Kemampuan
usaha dan pelibatan dalam perlindungan TWA Ruteng, yang akan di bahas
sebagai berikut :
akses permodalan dari pihak lain. Pihak lain sibagaimana di maksud ialah
pembiayaan lain.
Pihak TWA Ruteng menyediakan barang apa saja yang di butuhkan oleh
masyarakat, mulai dari yang terkecil sampe yang besar, hal ini bertujuan
83
sesuai dengan kualitasnya. Pemberian modal di berikan ke 2 desa dengan
masing-masing pemberdayaan .
dari kas kelompok dan Daftar Isian Pelaksaan Anggaran (DIPA) Balai
tahap kedua pengadaan semua baranng dari nomor 4 sampe nomor 21.
5. Meja Kayu Kayu kelas II, lebar 120 cm x 2 Unit Baik 2.000.000
tinggi 70 cm
84
11. Selang air Type supra ukuran 5/8, panjang 1 Roll Baik 500.000
50 M
13. Bak ukuran sedang Bak karet anti pecah WS 26 2 Buah Baik 170.000
18. Kursi kerja Merk napolly, tipe 809E, bahan 4 Unit Baik 350.000
plastik
20. Lemari Arsip Partikel board,lokal 4 pintu, 5 rak 1 Unit Baik 3.000.000
85
1. Mesin Merk Honda GX 160 ( Penghancur 1 Unit Baik 7.500.000
penghanscur/gil bahan kering,penghancur bahan basah
ing bahan obat dan pemarut kelapa)
6. Meja kerja Meja ½ biro, merk oggi, bahan partikel 1 Unit Baik 1.500.000
boar, 1 lac, 1 pintu
7. Lemari Arsip Merk Oggi, bahan partikel Board 2 1 Unit Baik 2.500.000
pintu 5 rak
10. Oven Oven manual, merk hock, ukuran nomor 2 Unit Baik 500.000
2
11. Blender Viva collection 350 W, merk philips 1 Unit Baik 2.800.000
16. Selang air Type supra hiprex, ukuran ½ dim, 1 Roll Baik 600.000
panjang 100 M
86
17. Jerigen Pelastik volume 35 Liter 2 Buah Baik 100.000
18. Timbangan Merk Nagami dial spring scale kapasitas 1 Unit Baik 750.000
100 kg
20. Bak ukura Merk jawa, bahan aluminium kapasitas 2 Unit Baik 150.000
sedang 25 liter
Sekitar Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam Bab II pasa1 4 ayat
87
tipologi masyarakat, interaksi masyarakat dengan KSA/KPA, dan potensi sumber
pemeberdayaan.
tahapan, seperti yang tertera pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
satunya yaitu potensi sumber daya alam yang ada di desa wejang mawe sangat
berlimpah khususnya di bidang pertanian seperti bahan baku untuk olahan Sale
Pisang, Tempe dan Tahu yang merupakan hasil sumber daya alam yang
Berdasarkan RMPDes Desa Satar Nawang, potensi yang ada di Desa Satar
Nawang berupa potensi di bidang pertanian, perkebunan dan peternakan yang juga
sangat melimpah selain itu SDM masyarakat di desa satar nawang yang nota bene
berada pada tingkat rendah dimana pekerjaan masyarakat di desa Satar Nawang
usaha, masyarakat tidak perlu khawatir akan konsumen karena ada beberapa
keuntungan yaitu:
88
3. Selain ada pasar juga ada puskesmas dan sekolah dari SD-SMA
kesimpulan, pemberian modal dalam bentuk barang sangalah efisien, ini perlu di
terapakan di desa lain apabila nanti di jalankan lagi kegiatan pemberdayaan selain
itu dengan adanya sumber daya alam yang melimpah dan akses desa Satar
diberdayakan.
Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Izin Usaha
izin usaha yang diberikan untuk penyediaan jasa wisata alam pada kegiatan
89
Pariwisata Alam. Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam yang
Wisata Alam, dan Taman Hutan Raya yang ditetapkan karena letak, kondisi,
1. Informasi pariwisata,
2. Pramuwisata;
3. Transportasi;
4. Perjalanan wisata;
5. Cinderamata;
ini :
90
Tabel 4.14. Tata Cara Permohonan IUPJWA
IUPJWA IUPSWA
Ijin Usaha Penyedia Jasa Wisata Ijin Usaha Penyedia Sarana
Alam Wisata Alam
Persyaratan IUPJWA
Mengunduh permohonan dan Pernyataan Komitmen
persyaratan sistem elektronik Persyaratan Teknis
Permohonandinyatakan
memenuhi syarat apabila : 91
Kelengkapan persyaratan
komitemen dan teknis
Verifikaasi dan penilaian
Dari skema permohonan diatas untuk membuka ijin usaha di sekitar
Taman wisata alam menggunakan tata cara izin usaha yang diberikan untuk
TWA Ruteng sangat terbuka bagi masyarakat sekitar TWA Ruteng untuk
tahun 2019, ada tata cara permohonannya. Namun untuk lebih memudahkan
masyarakat sekitar TWA Ruteng atau masyarakat Desa Peyangga, maka pihak
92
TWA akan memberikan kemudahan. Intinya masyarakat mau membuka usaha
maka kami dari Pihak TWA akan membantu, masyarakat cukup membuat surat
ijin membuka usaha disekitar TWA Ruteng dan setelah mengantur ke TWA
Ruteng, di tingkat bidang saja kami bisa membantu masyarakat, yang terpenting
masyarakat tetap ber-usaha disekitar TWA Ruteng tanpa merusak dan merombak
Gambar 4.6 Kios yang ada di Luar Danau Rana Mese yang Legal
Kios-kios yang ada di sekitaran Danau Rana Mese tahun 2020 pada saat
Danau Rana Mese sampe sekarang juga masih di tutup sehingga kelihatan
terbengkalai, namun ini adalah kios yang sudah mendapat ijin dari pihak TWA
Ruteng yang menjual berbagai macam makanan minuman bagi para wisatawan,
kios-kios yang dibangun tanpa adanya ijin dari pihak TWA Ruteng, hal ini selaras
93
dengan apa yang di sampaikan oleh Bapak Ferdinandus Boy Kali, S.Hut, M.Ling,
“Sampai saat ini kios-kios yang di bangun di sekitar Lok Pahar itu belum
mendapatkan ijin dari TWA Ruteng, dengan kata lain tindakan yang di lakukan
oleh masyarakat yang membangun kios itu di anggap tidak sah atau ilegal.” (
Ruteng 3 Mei 2021)
Menurut Bapak Siprianus Janggur, S.Hut, selaku Kepala RKW TWA Ruteng
Dari gambar di atas, terlihat kios yang menjual kayu bakar, yang dimana kayu
Selain itu menurut Bapak Gerardus Naji, selaku Kepala Desa Satar
94
adalah mendapatkan hukuman sesuai UU yang mengatur, namun mereka hanya
mendengar dan tetap mengulangi.” (Satar Nawang 19 Januari 2021)
peyangga dan merupakan jalan menuju pintu masuk desa Satar Nawang, yag
adanya ijin dari pihak TWA Ruteng. Bahkan sudah ditegur oleh Petugas Patroli
dari TWA Ruteng sampai beberapa kali dibongkar paksa, namun tidak membuat
mereka jera. Akibat dari bagunan illegal yang menjual makan,minuman dll,
TWA Ruteng selalu siap dan sigap membantu masyarakat di desa peyangga dalam
hal menyediakan tempat usaha. Bahkan mereka siap membantu masyarakat untuk
mendapatkan ijin usaha. Namun masyarakat dengan caranya sendiri tanpa ada ijin
Pahar tetapi di tolak dengan cara yang kurang sopan. Karena masyarakat yang
95
bertujuan menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi
lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi tercapai secara optimal dan
lestari.
kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman buru, hutan hak, hasil
hutan, maka kepada Pejabat Kehutanan tertentu dalam lingkup instansi kehutanan
di pusat dan daerah diberi kewenangan kepolisian khusus yang disebut Polisi
Kehutanan.
Pejabat Kehutanan tertentu dalam lingkup instansi kehutanan di pusat dan daerah
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pengurusan hutan dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
96
diberi wewenang sebagai penyidik yang disebut Pejabat Penyidik Pegawai Negeri
yang telah dibebani hak atau izin dapat dibentuk Satuan Pengamanan Hutan oleh
oleh instansi kehutanan. Mengingat bahwa keberadaan hutan sangat penting bagi
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, tetapi juga oleh segenap masyarakat dengan
untuk :
bekerja sama dengan pihak dari lembaga lain baik itu pemerintah
97
Polhut dan pegawai TWA pada patroli dalam kawasan dan juga
sendiri.
Kehutanan.
(a) (b)
(c) (d)
98
Keterangan : a. Ngantol b. Natu c. Lince Timung d. Namut
99
11 Bangka Leda 75 2018
13 Mandosawu 75 2018
Pada tahun 2013 dan 2014 telah di lakukan upaya Rehabilitasi Hutan yang
di laksanakan penanaman oleh Kodim 1612 Manggarai yang bekerja sama dengan
pihak TWA Ruteng dengan melibatkan masyarakat di Ngkiong Dora dan Satar
Nawang.
Pada tahun 2013 Seluas 200 Ha, dengan rincian bibit kayu-kayuan dan
MPTS. MPTS adalah sistem pengolahan lahan dimana berbagai jenis kayu di
tanam dan di kelola, tidak saja untuk menghasilkan kayu,akan tetapi juga daun-
daunan dan buah-buahan yang dapat di gunakan sebagai bahan makanan ataupun
pakan ternak.
1. Kayu-kayuan
2. MPTS
100
Pada tahun 2014 untuk luas 100 Ha, dengan rincian bibi kayu sebagai berikut :
Dari beberapa informasi di atas, penulis dapat simpulkan bahwa, Rehabilitasi yang
di lakukan oleh para stekholder baik itu Pemerintah, TNI/Polri maupun pihak swasta,
pada kawasan TWA Ruteng khusunya wilayah IV Lok Pahar sudah pernah di lakukan
bahkan dengan jumlah bibit yang sangat banyak. Tetapi setelah dilakukan RHL di
kawasan hutan yang sudah rusak, masyarakat merusak bibit yang sudah di tanam.
101
Walaupun sudah pernah di lakukan RHL masyrakat tetap saja merusak hutan, seerti tidak
ada efek jera. Pendapat penulis Rehabilitasi perlu untuk terus di perhatikan, karena kasus
kerusakan hutan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada kasus 2020 sampe
sekarang belum ada rehabilitasi yang di lakukan, alasannya karena masih di tinjau lokasi
mana saja yang sudah di rusak sehingga pada saat melakukan Rehabilitasi tetap sasaran
102
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
belum ada kejelasan informasi yang diterima oleh masyarakat desa Satar
Pihak TWA dan Pemerintah Desa. Informasi hanya berupa lisan di sampaikan
dari mulut ke mulut. Sehingga di rasa masih belum cukup informasi yang di
terima oleh masyarakat. Karena kurangnya informasi masih ada yang belum
paham akan pentingnya menjaga hutan dan bisa saja akan terpengaruh oleh
2. Transformasi Kemampuan
103
Transformasi Kemampuan Cukup baik di lakukan di Desa peyangga lain
3. Peningkatan Kemampuan
5.2. Saran
Pelestarian Alam (Studi Kasus Desa Satar Nawang Kecamatan Sambi Rampas
1. Perlu diberikan Sosialisasi atau penyuluhan yang lebih teratur di desa Satar
Nawang. Sehingga proses peyampaian informasi dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat.
104
3. Perlu diberikan pelatihan dan pendidikan untuk menambah pengetahuan dan
4. Perlu diberikan pelatihan dan perlindungan kawasan hutan lindung, kepada MMP
sama seperti pegawai yang di kirim dari TWA Ruteng ke Balai Pendidikan dan
berikan pelatihan yang memadai sehingga mereka bisa memiliki pengetahuan dan
5. Perlu diberikan modah usaha kepada masyarakat khususnya Desa Satar Nawang
yang juga memiliki potensi alam yang berlimpah dibidang pertanian dan
perkebunan, SDM masyarakat yang cukup bagus, apabila di beri pelatihan dan
6. Penyediaan tempat usaha, memiliki respon yang bagus dari pihak TWA jadi perlu
di perhatikan oleh masyarakat desa peyangga untuk tidak membuka usaha tanpa
ijin atau illegal. Hal ini sangat berdampak pada ekosistem didalama kawasan
hutan lindung
105
DAFTAR PUSTAKA
Dephut. 2009. Laporan Nasional Pelaksanaan Model Desa Konservasi (MDK). Bogor:
Holil Soelaiman. (1980). Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial. Bandung.
106
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kehutanan. Jakarta: Kementerian
Kehutanan.
Masri Singarimbun & Sofyan Efendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta:LP3S.
Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Peryansyah, Aldy. (2013) Laju Kerusakan Hutan di Indonesia Duduki Peringkat 3 Besar.
Agustus 2020]
Press.
Lingkungan.
107
Santosa I. 2004.Pemberdayaan Petani Tepian Hutan Melalui Pembaharuan Perilaku
Aditama.
: Graha Ilmu.
Pustaka Utama.
DOKUMEN
108
Di Suaka Margasatwa,Taman Nasional,Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata
Alam
Pemberian modal bagi masyarakat di sekitar kawasan KPA dan KSA adalah
perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga hutan, kawasan hutan
dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi
109
L
110
N
Gambar 1.2
Gambar 1.1
Gambar 1.2. Wawancara Bersama Bapak Siprianus Janggur, S.Hut, selaku Kepala RKW
Gambar 1.3
Gambar 1.3. Wawancara bersama Kepala MMP Wilayah IV sekaligus Tu’a Golo
111
Gambar 1.4
Gambar 1.5
Gambar 1.4. Wawancara bersama Kepala Desa Satar Nawang Bapak Gerardus
NajiGambar 1.5. Wawancara Bersama Bapak Ferdinandus Boy Kali, S.Hut, M.Ling,
Gambar 1.6 Kondisi Hutan TWA Ruteng di Wilayah Resort IV mengalami kerusakan
112
Gambar 1.9
Gambar 1.8
113