Anit Skrip
Anit Skrip
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
Oleh:
Pembimbing
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “CERAI GUGAT TERHADAP SUAMI PENGGUNA
NARKOBA (Analisis Putusan Nomor 0338/Pdt.G/2013/PAJS)” telah diajukan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Hukum
Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9
Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Hukum Keluarga Islam.
Jakarta, 9 Mei 2014
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
PANITIA UJIAN
1. Ketua Prodi : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA. (.................................)
NIP: 195003061976031001
ii
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji, dan syukur diucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan taufik, hidayat dan rahmat-Nya kepada seluruh hambanya.
Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan Nabi Muhammad
SAW, keluarga dan para sahabatnya serta kaum muslimin yang senantiasa
mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan
karena mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
sebagai ungkapan rasa hormat yang dalam, penulis menyampaikan
terimakasih kepada Bapak:
1. Dr. H. JM. Muslimin, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H.A. Basiq Djalil, S.H, M.A, selaku ketua Jurusan Prodi SAS
sekaligus Dosen pembimbing skripsi, dan Ibu Hj. Rosdiana, M.A
selaku sekretaris jurusan SAS yang telah memberikan motivasi dan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag, M.Ag, Selaku Dosen Pembimbing
Akademik dan seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tidak lupa juga kepada staf perpustakaan,
karyawan.
4. Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang menjadi objek penelitian
skripsi ini yang telah membantu dalam memberikan informasi yang
dibutuhkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Kedua orang tua Ayahanda tercinta Suwondo dan Ibunda tersayang
Siti Mu’minah, sujud abdiku kepada kalian atas doa, pengorbanan dan
memberikan motivasi terbesar kalian selama ini, “allahummagfirlii
waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani sogiro”. Adikku
tersayang Idam Kholid Septian, Paman Tercinta Sungkono yang sudah
mensupport, saudara-saudariku: Ka ana, Ka Ihda, serta keluarga besar
v
yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Berkat do’a dan dukungan
dari merekalah Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh teman AKI angkatan 2010 Syukron, Lala, Novita, Lukman,
Azhar, Dea, Syawal, Sasa, Dini, Dira, Salmi, Teh Ade, Wiwin, dan
lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, untuk para senior Ka
Karim Munthe, Ka Zoeky Nasution, Ka Najwa, Ka Evi dan seluruh
keluarga SAS Angkatan 2010 yang tak pernah lelah menyemangati
dan membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.
7. Keluarga besar Moot Court Community (MCC) yang telah berbagi
ilmu yang tidak ternilai, hingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun
telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyusunan
skripsi ini.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB IV: ANALISIS PUTUSAN PERKARA
A. Profil Pengadilan................................................................................................ 38
B. Analisis Duduknya Perkara................................................................................ 50
C. Analisis Putusan ................................................................................................. 54
D. Analisis Penulis.................................................................................................. 60
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 65
B. Saran................................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Surat Bimbingan Skripsi ............................................................................... 71
2. Surat Wawancara ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan ........................ 72
3. Tanda Penerimaan Surat Wawancara......................................................... 73
4. Salinan Putusan Nomor 0338/Pdt.G/2013/PAJS........................................ 74
5. Surat Hasil Wawancara................................................................................. 139
6. Hasil Wawancara ........................................................................................... 140
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Kata “nikah atau zawaj” berasal dari bahasa Arab dilihat dari etimologi
(bahasa) berarti “berkumpul & menindih”, atau dengan ungkapan lain bermakna
“aqad & setubuh” dalam arti yang sebenarnya & hubungan badan dalam arti majazi
Artinya: “Sebagian kamu adalah dari sebagian yang lain” (Q.S An-Nisa:25)
2. Aqad yang ditetapkan Allah bagi seorang lelaki atas diri seorang
keduanya.1
Perkawinan merupakan pertemuan dua hati yang saling melengkapi satu sama
lain dan dilandasi dengan rasa cinta (mawaddah) dan kasih sayang (warahmah). Pada
dasarnya setiap calon pasangan suami isteri yang akan melangsungkan atau akan
membentuk suatu rumah tangga akan selalu bertujuan menciptakan keluarga yang
1
Ahmad Sudirman, Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar Madzhab, (PT. Prima
Heza Lestari: 2006), Cet. Ke-1, h. 1
1
2
bahagia dan sejahtera serta kekal untuk selamanya, namun impian semua itu tak
selamanya indah.
maka suami isteri yang memegang peranan utama dalam mewujudkan keluarga yang
membina kehidupan keluarga sesuai dengan tuntunan agama dan ketentuan hidup
“Ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
Untuk mengadakan ikatan suci dengan tujuan rumah tangga yang bahagia dan
kekal itu harus dipenuhi prinsip-prinsip tertentu yang dinamakan keluarga adalah
minimal terdiri atas seorang suami dan seorang istri yang selanjutnya muncul adanya
2
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1
3
mencukupi kebutuhan baik itu kebutuhan yang sifatnya dhohir maupun yang
sifatnya bathiniyah di dalam rumah tangga tersebut supaya terbentuk keluarga yang
Ketika akad nikah telah berlangsung dan sah memenuhi syarat rukunnya,
maka akan menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akan menimbulkan hak
dan kewajiban sebagai suami isteri dalam keluarga. Jika suami istri sama-sama
berumah tangga. Dalam Kompilasi Hukum Islam kewajiban suami isteri dijelaskan di
menjadi pelaksana pendidikan yang paling menentukan. Sebab keluarga salah satu di
antara lembaga pendidikan informal, ibu-bapak yang dikenal mula pertama oleh
3
Abdul Rahman Ghozali, fiqih munakahat, ( Jakarta: Kencana, 2003), h.155,157.
4
H.M.A.Tihami, Sohari Sahrani, fikih munakahat kajian fikih nikah lengkap (Jakarta:
Rajawali Pres, 2009), h. 16
4
َﻣﺎ ِﻣ ْﻦ َﻣ ْﻮ ﻟُْﻮ ٍد إِﻻّ ﻳُﻮ ﻟَ ُﺪ َﻋﻠَﻰ اﻟ ِﻔﻄَْﺮ: ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠَ ُﻢ
َ اﻟﲏ
ّ ﻗَﺎ َل:ﺎل
َ ََﻋ ْﻦ اَِﰊ ُﻫَﺮ ﻳْـَﺮ ةَ َر ِﺿﻲ اﷲ َﻋ ْﻦ ﻗ
5
(ﺼَﺮ اِﻧ ِﻪ أ َْو ﳝَُ ﱢﺠﺴَﺎﻧِِﻪ ) رِوَاﻫﺎﻟﺒُﺨَﺎرِي
ةِ ﻓَﺄَ ﺑـَﻮَاﻩُ ﻳـُ َﻬ ﱢﻮدَاﻧِِﻪ أ َْو ﻳـُْﻨ ﱢ
Artinya: “Tiada bayi yang dilahirkan melainkan lahir di atas fitrah maka
ayah dan ibundanya yang menjadikan ia yahudi, nasrani atau majusi”
(H.R. Bukhari dari Abu Hurairah)
Sebagai pemimpin keluarga, seorang suami atau ayah mempunyai tugas dan
kewajiban yang tidak ringan yaitu memimpin keluarganya. Allah menuntut kendali
keluarga ditangan lelaki karena kekuatan dan kegigihan yang dikaruniakan Allah
kepadanya, serta kemampuan mencari rezeki di muka bumi. Hal ini berarti
merupakan beban serta tanggung jawab, ia sejalan dan selaras dengan fitrahnya. 6
Allah berfirman:
Artinya: ”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka.” (Q.S Annisa: 34)
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kenyataan hidup yang
terdapat didalam masyarakat roda kehidupan berjalan dengan dinamis, tidak lepas
dari perselisihan antara anggota keluarga tersebut terlebih antara suami dan istri.
5
M. Nashiruddin Al- Albani, Ringkasan Terjemah Shahih Bukhari, Penerjemah As’ad Yasin,
Elly Latifa (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 437
6
Abdul Hakam Ash-Sha’idi, Menuju Keluarga Sakinah, (Jakarta: Media Eka Sarana, 2005),
h.88
5
kesinambungan hidup bersama suami isteri itu bukanlah hal yang mudah.
Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami,
baik dalam kehidupan rumah tangga, maupun dalam pergaulan masyarakat. Dengan
demikian, segala sesuatu dalam rumah tangga (keluarga) dapat dirundingkan dan
diputuskan bersama oleh suami dan istri. Adakalanya suatu halangan yang sangat
besar sudah sangat sulit dicarikan jalan keluarnya, sehingga perceraian sebagai jalan
keluarga yang mempunyai tanggungjawab yang besar akan tetapi berperilaku buruk
seperti menggunakan obat-obatan terlarang atau narkoba. Para ulama telah sepakat
bahwa menyalahgunakan narkoba itu haram, karena dapat merusak jasmani dan
narkotika adalah obat yang dapat menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit,
7
Mardani, Penyalahgunaan narkoba dalam perspektif hukum islam dan hukum pidana
nasional, ( Jakarta: Raja grafindo persada, 2008), h. 73, 177.
6
perluasan hingga kepada hal-hal yang negatif. Oleh karena itu, agar penggunaan
narkotika dapat memberikan manfaat bagi umat manusia, peredarannya harus diawasi
secara ketat. Sebagaimana dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
penyalahgunaan Narkotika.
pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif. Harus diakui bahwa masalah
penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu persoalan yang tidak mudah untuk
secara berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya, dapat
8
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang NARKOTIKA, pasal 4.
7
menimbulkan berbagai dampak negatif pada penggunanya, baik secara fisik maupun
psikis.9
rumah tangga. Selain itu akan berdampak pada timbulnya pengaruh negatif pada diri
anak. Oleh karena itu, penulis berkeyakinan bahwa permasalahan yang akan diteliti
kedalam sebuah skripsi yang berjudul Cerai Gugat Terhadap Suami Pengguna
tersebut telah dimutasi di luar Pulau Jawa sehingga penulis tidak dapat
1. Identifikasi Masalah
Masalah apa sajakah yang terkait dalam perceraian, berikut di bawah ini
uraiannya:
9
Didik M Arief Mansur, Elisatris Gultom, Urgensi perlindungan korban kejahatan antara
norma dan realita, ( Bandung: Raja Grafindo Persada, 2006 ), h. 100
8
2. Batasan Masalah
0338/Pdt.G/2013/PAJS.
3. Rumusan Masalah
tidak ditemukan secara jelas kata narkoba sebagai alasan perceraian. Namun
terdapat kata “pemadat” akan tetapi faktanya di dalam putusan ini hakim tidak
2) Apa dasar hukum yang digunakan oleh majelis hakim dalam memutuskan
perkara No.0338/Pdt.G/2013/PAJS?
bagi pembacanya, oleh karena itu tujuan dan kegunaan dari penelitian ini, antara lain:
9
narkoba.
2. Untuk mengetahui dasar hukum yang digunakan oleh majelis hakim dalam
1. Akademis
2. Segi Praktis
kajian hukum keluaga Islam serta dijadikan bahan rujukan pada kajian-
Dalam karya ilmiah ini, penulis menemukan data yang berhubungan dengan
gugat suami gugat cerai yang terkait gugat cerai karena suami
yang ditimbulkan.
E. Kerangka Teori
Bila istri melihat sesuatu pada diri suaminya sesuatu yang tidak diridhai oleh
Allah SWT untuk melanjutkan perkawinan, seperti halnya istri mengetahui bahwa
suaminya menggunakan narkoba dan suami tidak bisa lagi diingatkan dengan usaha
yang telah dilakukan istri kepada suaminya untuk berhenti menggunakan narkoba,
maka istri bisa mengajukan gugatan cerai kepada suami. Karena efek yang
Islam memberikan jalan keluar ketika suami istri yang tidak dapat lagi
perselisihan rumah tangga yang tidak bisa didamaikan lagi, maka diberikan jalan
keluar yang dalam istilah fiqih disebut dengan thalaq (Perceraian). Agama islam
10
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta: Raja Grafindo
persada, 2002), Cet. Ke-2, h. 102.
12
pasal 38 dikenal adanya tiga macam cara putusnya perkawinan, yaitu: kematian,
kedua belah pihak, dan untuk melakukan perceraian harus ada alasan yang cukup
sehingga dapat dijadikan landasan yang wajar bahwa suami dan istri tidak ada
Alasan dimaksud dalam Pasal 39 UU No.1 tahun 1974 ini diperinci lebih
lanjut dalam pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975, yaitu ada enam alasan
1. Salah satu pihak berbuat zina, atau menjadi pemabuk, penjudi dan lain
2. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama dua tahu berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar
kemampuannya.
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang
11
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 38,
39
13
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga.12
F. Metode Penelitian
1) Jenis Penelitian
ini adalah:
perkara ini.
3) Pendekatan
G. Sistematika Penulisan
Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012” dengan
sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa
sub bab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun perinciannya sebagai
berikut
Sistematika Penulisan.
Perceraian
negatif narkoba
diteliti.
BAB II
PERCERAIAN
A. Pengertian Perceraian
melainkan ikatan suci (misaqan galiza) yang terkait dengan keyakinan dan keimanan
kepada Allah. Namun sering kali apa yang menjadi tujuan perkawinan kandas di
atau kata yang sepadan artinya dengan talak. Talak adalah menghilangkan ikatan
perkawinan sehingga setelah hilangnya ikatan perkawinan itu isteri tidak lagi halal
bagi suaminya, dan ini terjadi dalam hal talak ba’in, sedangkan arti mengurangi
pelepasan ikatan perkawinan ialah berkurangnya hak talak bagi suami yang
mengakibatkan berkurangnya jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi
dua, dan dua menjadi satu, dan satu menjadi hilang hak talak itu, yaitu terjadi dalam
talak raj’i.2
1
Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, hukum perdata islam di indonesia (studi kritis
perkembangan hukum islam dari fikih UU No 1/1974 sampai KHI), (Jakarta: Kencana, 2006), Cet. Ke-
3, h. 206, 216.
2
Hotnidah Nasution,ed., Relalsi Suami Istri Dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita
(PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 16
16
17
Perceraian dalam hukum positif ialah suatu keadaan di mana antara seorang
suami dan seorang isteri telah terjadi ketidakcocokan batin yang berakibat pada
a. Kematian
b. Perceraian
c. Keputusan Pengadilan.3
Putusnya Perkawinan pada Bab XVI pasal 113 dinyatakan Perkawinan dapat putus
karena:
a. Kematian
b. Perceraian, dan
B. Sebab-Sebab Perceraian
Pembagian peran secara kaku tanpa disadari atau tidak, selain dinilai
3
Yayan Sopyan, Islam-Negara (transformasi hukum perkawinan islam dalam hukum
nasional), (Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet. Ke-1, h. 174
4
Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokus Media), h. 38
18
secara terpaksa maupun karena motivasi yang lain, pada umumnya melahirkan peran
ganda bagi istri. Dalam bahasa Wahbah Zuhaili selain mengais rejeki dengan tangan
kanannya, ia juga harus mengguncang ayunan dengan tangan kirinya. Rumah tangga
yang semestinya dibangun laksana surga bagi semua penghuninya justru terwujud
Untuk melakukan perceraian harus memiliki cukup alasan yang kuat dan
Nomor 9 tahun 1975 dalam pasal 19 menyebutkan alasan bagi suami istri untuk
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berrturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau hukuman
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
5
Alimin, ed., Relasi Suami Istri Dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN
Syarfif Hidayatullah, 2004), h.40
19
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.6
Karena masalah perceraian akan merugikan semua pihak, baik suami, isteri,
bahwa:
2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami
isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri.
perundangan tersendiri.7
Nomor 1 tahun 1991 juga mengatur pada pasal 116 yang berbunyi:
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-
6
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan UU
Nomor 1 Tahun 1974, pasal 19
7
Mona Eliza, pelangaran terhadap UU perkawinan dan akibat hukumnyai, (Ciputat: Adelina
Bersaudara, 2009), Cet. Ke- 1, h.72
20
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Dari pasal 116 KHI Instruksi Presiden RI Nomor 1 tahun 1991 ini ada
Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 yaitu suami melanggar taklik talak dan murtad,
tambahan ini relatif penting karena sebelumnya tidak ada yang mengatur tentang hal
tersebut.9
C. Jenis Perceraian
8
Ibid, h. 73
9
Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, hukum perdata islam di indonesia (studi kritis
perkembangan hukum islam dari fikih UU No 1/1974 sampai KHI), h.221
21
sidang pengadilan, setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak. Perceraian di pengadilan dibagi menjadi dua, yaitu:
perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri”. Jadi talak itu adalah
Saw, bersabda:
11
( ﺾ اﳊَﻼَ َل اِ َﱃ اﷲ اﻟﻄَﻼَ ُق ) ِرَواﻩ أَﺑُﻮ َدا ُوَد َواﳊَﺎ ﻛِﻢ
ُ َأَﺑْـﻐ
10
Abdul Rahman Ghozali,fiqih munakahat, h.155,157
11
Terjemahan Nailul Authar Himpunan Hadits-Hadits Hukum, Penerjemah Mu’al Hamidy,
dkk, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001), Cet. Ke-3, h. 2311
12
Hasanudin AF, Perkawinan dalam perspektif Al-Qur’an (nikah, talak, cerai, ruju’),
(Jakarta: Nusantara Damai Press, 2011), h. 57
22
b. Cerai Gugat
tebusan atau iwad kepada dan atas persetujuan suaminya. 14 Hal ini
Artinya: “Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya.”
(Q.S. Al-Baqarah: 229 )
berdasar pada pasal 74, 75 dan 76 UU Nomor 7 tahun 1989 dan pasal 133,
D. Akibat Perceraian
diambil sebagai jalan keluarnya maka akan timbul akibat dari perceraian itu. Dalam
13
Dedi Supriyadi, mustofa, Perbandingan hukum perkawinan di dunia islam (Bandung:
pustaka al-fikriis, 2009) Cet. Ke-1, h. 193
14
Hasanudin AF, Perkawinan dalam perspektif Al-Qur’an (nikah, talak, cerai, ruju’), h. 75
15
Ibid, h. 197
23
hal ini baik Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan atau
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991 mengatur hal
Pasal 149: Bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami
wajib:
16
Reny Verawati, Perceraian Karena Istri Riddah (Analisis Pengadilan Putusan Agama
Jakarta Timur Nomor 114/Pdt.G/2009/PAJT), (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 29
24
dalam iddah, kecuali bekas istri telah di jatuhi talak ba’in atau
Pasal 150: Bekas suami berhak melakukan ruju’ kepada bekas istrinya
Pasal 151: Bekas istri selama dalam iddah, wajib menjaga dirinya, tidak
Pasal 152: Bekas istri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas
2) ayah.
berikut:
17
Ibid, h.31
26
a. Hubungan antara keduanya adalah asing dalam arti harus berpisah dan
mut’ah itu hanya untuk perceraian yang inisiatifnya berasal dari suami,
seperti thalaq, kecuali bila jumlah mahar telah ditentukan dan bercerai
sebelum bergaul).
18
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), Cet. Ke-1,h. 30
BAB III
A. Pengertian Narkoba
dari kata ( ﺧﺪّر ﯾﺨﺪّرﺗﺨﺪ ﯾﺮkhaddara yukhaddiru takhdir) yang berarti hilang
terhadap kita namun bahayanya juga sangat besar terhadap kita.2 Maka dari
1
Mardani, penyalahgunaan narkoba dalam perspektif hukum islam dan hukum pidana
nasional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 76
2
Vinieska Rahayu, Penyalahgunaan Narkoba Oleh Anak (Kajian Hukum Islam Terhadap
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.18/Pid.Anak/2010/PN.JKT.Sel), (Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 52
27
28
hukum had, yaitu hukum dera sesuai dengan berat ringannya pelanggaran
menghilangkan terutama rasa sakit dan nyeri yang berasal dari daerah viresal
atau alat-alat rongga dada dan rongga perut, juga dapat menimbulkan efek
3
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), cet.Ke-1, h. 101
4
Ibid, h. 81
29
stupor atau bengong yang lama dalam keadaan masih sadar serta
Tahun 2009 Tentang Narkotika ”Narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang
B. Jenis Narkoba
a. Alami adalah jenis obat atau zat yang diambil langsung dari alam, tanpa
b. Semisintesis adalah jenis obat atau zat yang diproses sedemikian rupa
c. Sintesis adalah jenis obat atau zat yang mulai dikembangkan untuk
5
Ibid, h. 79
6
AR. Sujono, Bony Daniel, Komentar dan pembahasan undang-undang Nomor 35 tahun
2009 tentang NARKOTIKA, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), Cet. Ke-1, h. 63
30
sintesis juga dipakai oleh dokter untuk terapi penyembuhan kepada para
pecandu.7
sebagai berikut:
ketergantungan.8
7
Eny Kusmiran, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, (Jakarta: Salemba Medika,
2011), h. 63
8
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang NARKOTIKA, pasal 6
ayat (1)
31
dalam undang-undang tersebut adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan dalam pembuatan narkotika yang mana prekursor narkotika ini
C. Faktor Pendorong
a. Faktor individu
9
AR. Sujono, Bony Daniel, Komentar dan pembahasan undang-undang Nomor 35 tahun
2009 tentang NARKOTIKA, h. 48, 49
32
b. Faktor Zat
dosis yang digunakan, hanya zat yang mempunyai khasiat tertentu dapat
c. Faktor Lingkungan
seksual.
Obat-obatan untuk tujuan medis secara ilegal diresepkan oleh dokter atau
apoteker terdidik, guna mencegah dan mengobati penyakit. Namun, pemakaian obat
ketergantungan atau kecanduan berarti tidak dapat hidup tanpa obat karena ia tidak
dapat hidup secara normal. Orang tersebut akan bertingkah laku aneh dan
memperoleh obat-obatan tersebut. Keadaan ini semakin memburuk jika tubuh sang
pemakai menjadi kebal akan narkoba, sehingga kebutuhan tubuh akan narkoba
menjadi meningkat untuk dapat sampai pada efek yang sama tingginya. Dosis yang
tinggi dan pemakaian yang sering, diperlukan untuk menenangkan keinginan yang
10
Eny Kusmiran, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, h. 75
11
Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), Pengawasan serta
peran aktif orang tua dan aparat dalam penanggulangan dan penyalahgunaan narkoba, (Jakarta:
Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), 2005), h. 5
12
Ibid, h. 5
34
a. Euphoria
Suatu perasaan yang riang gembira yang dapat ditimbulkan oleh narkoba
yang abnormal dan tidak sepadan dan sesuai terhadap tubuh si pemakai
yang sebenarnya. Efek ini ditimbulkan oleh dosis yang tidak begitu tinggi.
b. Delirium
c. Halusinasi
Suatu kesalahan persepsi panca indera, sehingga apa yang dilihat, apa
d. Weakness
Suatu kelemahan jasmani atau rohani atau keduanya yang terjadi akibat
e. Drowsiness
Kesadaran yang menurun, atau keadaan antara sadar dan tidak sadar,
seperti keadaan setengah tidur disertai fikiran yang sangat kacau dan
kusut.
35
f. Collapse
kematian.13
Tanpa bahan narkotik, hidup terasa gelap, tidak lengkap, serasa dunia mau
tenggelam. Baru apabila orang tersebut mendapatkan supply bahan narkotika lagi, dia
merasa “hidup kembali”, dan merasa jadi makhluk yang paling bahagia serta paling
tinggi derajatnya. Gejala umum secara psikologis yang terjadi pada peristiwa
kecanduan yaitu: menjadi pembohong, pemalas, daya tangkap otak makin melemah,
fungsi inteleknya semakin rusak, tidak bisa berinteraksi dengan cepat, semua tugas
13
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam hukum pidana untuk mahasiswa dan
prkatisi serta penyuluh masalah narkoba, (Bandung: Mandar Maju, 2003), h. 24
14
Kartino Kartono, Patologi Sosial 3: Gangguan-gangguan Kejiwaan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-4, h. 66
36
ekonomi karena untuk berobat dalam jangka waktu lama, selain itu sering hilangnya
uang yang dicuri untuk membeli narkoba, munculnya kekerasan dalam rumah
tangga.16
kelompok.
15
Vinieska Rahayu, Penyalahgunaan Narkoba Oleh Anak (Kajian Hukum Islam Terhadap
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.18/Pid.Anak/2010/PN.JKT.Sel), h. 48
16
Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya, ( Jakarta:
Erlangga, 2011), h. 29
37
bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2005-2010) jumlah kasus tindak pidana
kasusnya.18
Selain itu menurut catatan BNN sekitar 70% dari jumlah tersebut adalah
17
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam hukum pidana untuk mahasiswa dan
prkatisi serta penyuluh masalah narkoba, h. 24
18
www.jurnas.com/news/44066 diakses pada 16 Januari 2014
19
www.republika.co.id diakses pada 16 Januari 2014
BAB IV
A. Profil Pengadilan
berikut:
38
39
Agama Jakarta.
pindah ke gedung baru di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang dengan menempati
gedung baru dengan tanah yang masih menumpang pada areal tanah PGAN
Pondok Pinang dan pada tahun 1979 pada saat pengadilan Agama Jakarta
Djabir Mansur, S.H., Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke Jl.
Rambutan VII No. 48 Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan dengan
menempati gedung baru. Di gedung baru ini meskipun tidak memenuhi syarat
berada di tengah-tengah penduduk dan jalan masuk kelas jalan III C. Namun
kepemimpinan Bapak Drs. H. Ahmad Kamil, S.H., pada masa ini pula
pengetikan dan ini terus ditingkatkan pada masa kepemimpinan Bapak Drs.
Rif’at Yusuf.
diadakan sistem komputerisasi dengan komputer online dan ini tetrus dibenahi
sampai sekarang oleh Ketua Pengadilan Agama Drs. H. Syed Usman, S.H.,
semua bidang, baik fisik maupun non fisik sudah terintegrasi dengan online
komputer, pada periode ini juga Pengadilan Agama Jakarta Selatan berhasil
gedung baru seluas ± 6000 m2 yang terletak di Jl. Harsono RM, Ragunan,
Jakarta Selatan.
Selanjutnya sejak tahun 2008 telah dibangun gedung baru yang sesuai
tahap pertama tahun 2008 dan tahap kedua tahun 2009 pada saat itu
Harahap S.H., M.A. Selanjutnya pada akhir April 2010, gedung baru
Agung RI. Kemudian pada awal Mei 2010 diadakan tasyakuran dan sekaligus
dimulainya aktifitas perkantoran di gedung baru tersebut, pada saat itu Ketua
Pengadilan Agama Jakarta Selatan dijabat oleh Drs. H. Ahsin A. Hamid, S.H.
sejak menempati gedung baru yang cukup megah dan representatif tersebut di
baik dalam hal pelayanan terhadap pencari keadilan maupun dalam hal
Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer, merupakan salah satu badan
2
http://www.pa-jakartaselatan.go.id/v2/profil-pengadilan/visi-dan-misi-pa-
jaksel.html
44
KMA/080/VIII/2006).
Nomor KMA/080/VIII/2006).
hisab dan rukyat dengan instansi lain yang terkait, seperti DEPAG,
5. Wilayah Yuridiksi
a. Kebayoran Lama d.
Cipulir
1. Kebayoran Lama Utara
Kebayoran Lama e.
b. Grogol Selatan
Selatan
3
http://www.pa-jakartaselatan.go.id/v2/profil-pengadilan/tupoksi.html
46
f.
c. Pondok Pinang Grogol Utara
a. d.
Pesanggrahan Petukangan Selatan
2. Pesanggrahan b. e.
Bintaro Ulujami
c.
Petukangan Utara
a. e.
Pasar Minggu Cilandak Timur
3.
Pasar Minggu b. Kebagusan f. Pejaten Timur
d. Ragunan
c. Jagakarsa f. Cimpedak
c. Tegal Parang
c. Rawajati f. Cikoko
d. Petogogan i. Senayan
d. Kebon Baru
c. Cilandak Barat
6. Struktur Organisasi
49
98/12/III/2005;
2. Bahwa, antara Penggugat dan Tergugat telah memiliki tiga anak sah
tiga);
Penggugat yang lahir pada tanggal 8 Oktober 1988, dan hingga saat ini
4. Bahwa pada saat gugatan ini dibuat, Penggugat telah melaporkan Tergugat
pada pihak kepolisisan resort Jakarta Selatan di unit PPA, tepatnya pada
Jaksel atas kekerasan yang dilakukan Tergugat pada Penggugat. Dan hal
ini menjadi salah satu penyebab dibuat dan diajukannya gugatan ini. Dan
Saat gugatan ini dibuat, Penggugat dan ketiga putrinya dengan penuh
penghasilan Penggugat;
harus memiliki suatu pendirian agar tidak dinilai sebagai seorang suami
takut istri, dan berpendapat hal-hal itu sebagai suatu kewajaran, namun
karena kesalnya Penggugat juga pergi dengan seorang teman yang juga
sedang hamil, duduk makan berdua hingga malam di suatu mall di Jakarta.
53
Pada masa itu, Penggugat seringkali menemukan obat kuat di tas kerja
milik Tergugat seperti Cialis dan Levitha serta narkoba sejenis Extacy;
10. Bahwa merupakan suatu fakta yang tidak dapat dibantah lagi, akan
perzinahan, kebohongan dan semua hal buruk yang telah diuraikan diatas,
Penggugat dan Tergugat dari semua ajaran dan pengaruh buruk Tergugat;4
C. Analisis Putusan
pandangan kepada Penggugat untuk bersabar tetapi tidak berhasil hal ini telah sesuai
dengan ketentuan pasal 82 (1) dan (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan yang
pasal 130 HIR jo PERMA Nomor 1 Tahun 2008 tentang prosedur mediasi di
Pengadilan.
1. Bahwa rumah tangga awalnya rukun dan harmonis sebagai mana layaknya
4
Putusan Nomor 0338/pdt.G/2013/PAJS
55
3. Bahwa akibat dari itu Penggugat dan Tergugat kerap kali terjadi keributan
rumah tangga, karena tidak ada lagi kecocokan dan keharmonisan dalam
rumah tangga;
5. Bahwa dengan situasi yang demikian Penggugat tidak sanggup lagi untuk
1. Bahwa benar adanya rumah tangga rukun dan damai, sehingga dikaruniai
boros;
Penggugat dan Tergugat sudah tidak rukun lagi dan sudah tidak dapat dipertahankan,
Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan bukti P-1 s/d P-17 dan 2
mengajukan bukti berupa T-1 s/d T-15 dan keterangan 3 (tiga) orang saksi, yang telah
bukti-bukti dan keterangan saksi-saksi yang diajukan Penggugat dan juga saksi yang
1. Bahwa Penggugat dan Tergugat betul suami isteri yang menikah pada
(tiga) orang anak, yang ketiganya lahir pada tanggal 11 Januari 2011 di
Jakarta;
2. Bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat awalnya rukun dan damai
dengan wanita lain dinilai tidak layak oleh Penggugat baik dari segi
dinilai boros oleh Tergugat, yang puncaknya telah terjadinya pisah tempat
keduanya sudah tidak rukun lagi Penggugat dan Tergugat sudah tidak tinggal satu
rumah lagi sejak bulan Desember 2012 sampai sekarang, dan Penggugat telah
menyatakan dalam jawabannya tidak keberatan lagi untuk bercerai dengan Penggugat
Menimbang, bahwa oleh karena telah terbukti Penggugat dan Tergugat telah
berpisah tempat tinggal sejak bulan Desember 2012 sampai sekarang, maka Majelis
Hakim berpendapat bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi perpisahan
Penggugat dan Tergugat sudah tidak ada komunikasi kearah perbaikan rumah tangga
yang mengakibatkan antara Penggugat dan Tergugat tidak lagi menjalankan hak dan
kewajibannnya sebagai suami isteri sehingga Majelis Hakim menilai bahwa alasan
perceraian yang diajukan oleh Penggugat telah sejalan dengan apa yang dikehendaki
pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo pasal 116 huruf (f)
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991 yaitu antara
suami isteri telah terjadi percekcokan dan pertengkaran secara terus menerus dan
keduanya sudah tidak ada harapan akan hidup rukun lagi sebagai suami isteri.
perkara ini telah berupaya semaksimal mungkin untuk menasehati Penggugat agar
kembali rukun membina rumah tangga dengan Tergugat ternyata tidak berhasil
karena Penggugat telah menyatakan sikapnya untuk tetap pada pendiriannya untuk
percekcokan dan pertengkaran itu telah mencapai pada suatu keadaan yang mana
dalam rumah tangga Penggugat dengan Tergugat sudah tidak mungkin lagi hidup
rukun dalam satu rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah sebagaimana
dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21 yang artinya “ Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-NYA ialah Dia menciptakan untukmu isteri dari jenismu sendiri, supaya
59
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikannya di antara kamu
rumah tangga Penggugat dengan Tergugat telah berada pada tingkat pecahnya
perkawinan (broken marriage) keduanya sudah sangat sulit untuk hidup rukun lagi
sebagai suami isteri, sehingga rumah tangga keduanya sangat sulit pula untuk
dipertahankan dan jika tetap dipertahankan dapat menimbulkan mudharat yang lebih
besar bagi keduanya maka alternatif penyelesaian sengketa perkawinan yang terbaik
sejumlah Rp. 666.000,- (enam ratus enam puluh enam ribu rupiah);
D. Analisis Penulis
Kasus yang diangkat penulis adalah masalah cerai gugat yang diajukan istri
kepada Institusi Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang menjadi kompetensi relatif
Pengadilan Agama Jakarta Selatan, karena memang istri selaku pihak penggugat yang
Perceraian hendaknya dilakukan dalam satu keadaan, yang jalan lainnya untuk
memperbaiki kehidupan rumah tangganya itu sudah tidak mungkin ditemukan lagi.
antara Penggugat dan Tergugat mulai tidak harmonis lagi karena adanya perselisihan
yang terus menerus dalam rumah tangganya yang sulit untuk dipersatukan kembali,
yang sukar disembuhkan sehingga, memicu dampak buruk pada rumah tangga
Dari putusan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dilihat suatu kejelasan,
bahwa alasan Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan menerima gugatan
Penggugat dan Tergugat disebabkan adanya perselisihan dan pertengkaran yang tidak
kunjung selesai. Sebagaimana hasil temuan Majelis Hakim, sejak bulan Desember
2012 sampai keputusan ini dikeluarkan, telah terjadi perselisihan dan pertengkaran
panggilan secara sah dan patut serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan
keterangan bahwa memang benar konflik yang terjadi antara Penggugat dan Tergugat
Dari keterangan saksi yang diajukan oleh Penggugat diketahui bahwa rumah
Adapun keterangan saksi yang diajukan oleh pihak Tergugat diketahui bahwa
disebabkan masalah pulang malam, masalah rokok karena jika sudah ditegur
62
Pada dasarnya putusan dituntut untuk menciptakan suatu keadilan, dan untuk
itu hakim melakukan penilaian dan pemeriksaan terhadap peristiwa dan fakta-fakta.
Hal ini dapat dilakukan lewat pembuktian, mengklasifikasikan antara yang penting
dan yang tidak, dan menanyakan kembali kepada pihak lawan mengenai keterangan
saksi dan fakta-fakta yang ada. Maka dalam putusan hakim, yang perlu diperhatikan
Pertimbangan hukum yang diambil oleh Majelis Hakim adalah karena melihat
bahwa antara Penggugat dan Tergugat sering terjadi perselisihan dalam rumah tangga
yang alasannya karena adanya penilaian dari Tergugat bahwa Penggugat kurang
patuh dan dinilai boros, selain itu diperparah dengan adanya Tergugat dalam
pertemanan dengan wanita lain dinilai tidak layak oleh Penggugat baik dari segi
akhirnya Tergugat diklaim telah menjalin hubungan dengan wanita lain, perilaku
bukti bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah berada pada tingkat pecahnya
perkawinan (broken marriage) keduanya sudah sangat sulit untuk hidup rukun lagi
6
Sofyan Suri, Hiperseksual Suami Sebagai Alasan Perceraian (Analisis Yurisprudensi No:
630/Pdt.G/2009/PA.JT di PA Jakarta Timur, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), hal. 60
63
sebagai suami isteri, sehingga rumah tangga keduanya sangat sulit pula untuk
dipertahankan dan jika tetap dipertahankan dapat menimbulkan mudharat yang lebih
besar lagi bagi keduanya maka alternatif penyelesaian sengketa perkawinan yang
berdasar dan beralasan hukum untuk diterima dan dikabulkan berdasarkan pasal 19
huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo pasal 116 huruf (f) Kompilasi
Hukum Islam yaitu antara suami isteri telah terjadi percekcokan dan pertengkaran
secara terus menerus dan keduanya sudah tidak ada harapan akan hidup secara terus
menerus dan keduanya sudah tidak ada harapan akan hidup rukun lagi sebagai suami
isteri.
Ditinjau dari hukum positif, putusan hakim terhadap perkara ini tidak keluar
dari koridor hukum yang berlaku di Indonesia, khususnya yang menjadi rujukan
pasangan tersebut dengan tujuan supaya pasangan suami-istri ini dapat hidup rukun
pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara ini, majelis hakim pun menjelaskan
yang dimaksud dalam kedua pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1975 jo pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam sudah sangat tepat digunakan
64
sebagai dasar hukum yang digunakan oleh majelis hakim dalam memutuskan
perkawinan.
pengguna narkoba tetapi menurut majelis hakim narkoba itu bukan hal esensial,
narkoba tidak menjadi alasan cerai karena tidak ada dalam pasal tersebut salah satu
dampak terjadinya cekcok. Jika penulis kaitkan dengan pasal 19 huruf (a) jo pasal
116 huruf (a) yang didalamnya terdapat kata “pemadat” yang bisa dijadikan alasan
cerai, namun dari hasil wawancara penulis kepada Bapak Saifuddin, selaku ketua
Majelis Hakim dalam menyelesaikan perkara ini mengatakan bahwa kata “pemadat”
tidak masuk ke dalam kategori narkoba, selain itu pembuktian sebagai pengguna
membuktikannya.7
Tergugat, karena telah cukup alasan dikabulkannya perceraian. Serta dalil gugatan
yang diajukan adalah dalil yang benar dan dilengkapi dengan alat bukti dan saksi
yang sah menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Akan tetapi hakim dalam
7
Wawancara Pribadi dengan ketua Majelis Hakim Bapak Saifuddin, Jakarta, 20 Februari
2014.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perceraian yang diajukan oleh istri kepada suami dapat diajukan namun
alasan suami sebagai pengguna narkoba tidak menjadi alasan cerai karena
narkoba bukan hal yang esensial, maka dari itu yang harus dibuktikan
Pemerintah tahun 1975 jo pasal 116 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam
huruf (f) Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 jo pasal 116 huruf (f)
itu pertimbangan hakim juga berdasar pada Q.S Ar-Rum ayat 21 yang
artinya:
65
66
(ketenangan) dan telah luput dari rasa mawaddah (cinta) dan rahmah
merupakan pengguna narkoba yang sejak awal sudah diketahui oleh istri
B. Saran
Berdasarkan informasi dan data yang penulis dapatkan serta analisis penulis
skripsi ini, maka ada beberapa hal yang ingin disarankan penulis, diantaranya adalah:
tujuan, dan hikmah pernikahan yang akan mereka jalani. Dalam sebuah
pasangan agar betul-betul mengenal satu sama lain, secara fisik maupun
non fisik sebelum menikah atau pun setelah menikah. Karena ini dapat
bahagia.
mencoba narkoba, sebab apabila sudah terkena narkoba maka akan sangat
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2007. Cet. Ke-1.
Alimin, ed. Relasi Suami Istri Dalam Islam. Jakarta: Pusat Studi Wanita
(PSW) UIN Syarfif Hidayatullah, 2004.
Djaelani, Abdul Qadir. Keluarga Sakinah. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995. Cet.
Ke-1.
http://www.pa-jakartaselatan.go.id/v2/profil-pengadilan/sejarah-pa-
jaksel.html
http://www.pa-jakartaselatan.go.id/v2/profil-pengadilan/tupoksi.html
http://www.pa-jakartaselatan.go.id/v2/profil-pengadilan/visi-dan-misi-pa-
jaksel.html
62
69
Nasution, Hotnidah,ed. Relalsi Suami Istri Dalam Islam. Jakarta: Pusat Studi
Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.
Tihami, H.M.A., Sohari Sahrani. fikih munakahat kajian fikih nikah lengkap.
Jakarta: RajawaliPres, 2009.