Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP DAN DASAR HUKUM PAJAK PENGHASILAN

Tugas Mata Kuliah : Pajak 2


Dosen Pengampuh : Dr. Wirmie Eka Putra, S.E.,M.Si., CIQnR.

NAMA : UMMUL
AIMANAH NIM :
C1C020076
KELAS : R-10

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul konsep dan dasar hokum pajak penghasilan
ini dengan tepat waktu. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah pajak 2 Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah ilmu dan
wawasan tentang konsep dan dasar hokum pajak penghasialn bagi para pembaca dan juga
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Wirmie Eka Putra, S.E.,M.Si.
CIQnR selaku dosen pengampu mata kuliah pajak 2 yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi semangat
dalam pengerjaan makalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 15 febuari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................3
2.1 Pengertian Pajak Penghasilan.............................................................................................3
2.2 Dasar Hukum Pajak Penghasilan........................................................................................3
2.3 Subjek Pajak Penghasilan...................................................................................................4
2.4 Jenis Subjek Pajak Penghasilan..........................................................................................5
2.5 Pengecualian Subjek Pajak Penghasilan..............................................................................6
2.6 Objek Pajak Penghasilan.....................................................................................................7
2.7 Pengecualiaan Objek Pajak Penghasilan.............................................................................8
2.8 Dasar Pengenaan Pajak........................................................................................................10
2.9 Penghasilan Tidak Kena Pajak, Tarif pajak, dan Rumus Perhitungan Pajak......................11
BAB III PENUTUP......................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada obyek pajak atas penghasilan
yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang pribadi atau badan usaha
selaku wajib pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap perusahaan jasa maupun non jasa
sebagai wajib pajak di wajibkan untuk membayar pajak. Pada hakekatnya perpajakan di
Indonesia di tetapkan berdasarkan undang-undang, hal ini merupakan pencerminan bagian
dari pelaksanaan tonggak demokrasi dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Pajak adalah salah satu alat yang digunakan pemerintah di dalam mencapai tujuan untuk
mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari
masyarakat, untuk itu diperlukan adanya kesadarandari masyarakat akan kewajiban pajaknya
karena pajak yang dikumpul digunakan untuk kepentingan dan membiayai pengeluaran rutin
serta pembangunan social dan ekonomi masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan?
2. Apa saja dasar hokum terkait pajak penghasilan?
3. Apa saja yang termasuk subjek dan objek pajak penghasilan?
4. Apa saja yang tidak termasuk dalam subjek dan objek pajak penghasilan?
5. Bagaimana dasar pengenaan pajak penghasialn?
6. Apa saja yang tidak termasuk dalam penghasilan tidak kena pajak (PTKP)?
7. Berapa besar tarif PPh baik orang pribadi, badan maupun badan usaha tetap (BUT)?
8. Bagaimana cara menghitung penghasilan kena pajak?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari pajak penghasilan.
2. Untuk mengetahui dasar hokum terkait pajak penghasilan.
3. Untuk mengetahui yang termasuk dalam subjek dan objek pajak penghasilan.

1
4. Untuk mengetahui yang tidak termasuk dalam subjek dan objek pajak penghasilan.
5. Untuk mengetahui dasar pengenaan pajak penghasilan.
6. Untuk mengetahui yang tidak termasuk dalam Penghasilan tidak kena pajak (PTKP.)
7. Untuk mengetahui tarif PPh baik orang pribadi, badan maupun badan usaha tetap (BUT).
8. Untuk mengetahui cara menghitung penghasilan kena pajak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)


Pajak Penghasilan (PPh) menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 Pasal 1
adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun pajak dalam Undang-
Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 adalah tahun takwim, namun wajib pajak
dapat menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim, sepanjang tahun
buku tersebut meliputi jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Pajak penghasilan merupakan
pajak langsung yang dipungut pemerintah pusat atau merupakan pajak negara. Sebagai
pajak langsung, maka pajak penghasilan tersebut menjadi tanggungan wajib pajak yang
bersangkutan, dalam arti bahwa pajak penghasilan tidak boleh dilimpahkan kepada pihak
lain atau dimasukan dalam kalkulasi harga jual maupun sebagai biaya produksi.

2.2 Dasar Hukum


 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh
Tempo Pembayaran dan Penyeroran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak,
dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara
Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan
Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan
Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan
Pajak Penghasilan.
 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER57/PJ/2009 tentang Pedoman

3
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal
21/26.

2.3 Subjek Pajak Penghasilan


Subjek pajak penghasilan adalah segala sesuatu yang memiliki potensi untuk
memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan Pajak Penghasilan.
Subjek Pajak akan dikenakan Pajak Penghasilan apabila menerima atau memperoleh
penghasilan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Jika Subjek Pajak telah
memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif maka disebut Wajib Pajak.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan
termasuk pemungut pajak dan pemotong pajak tertentu. Yang menjadi Subjek Pajak
adalah :
1. Orang pribadi
Orang pribadi adalah mereka yang bertempat tinggal di Indonesia ataupun diluar
Indonesia, orang pribadi, sebagai subjek pajak tidak melihat batasan umur, jenjang
sosial, ekonomi, dan kebangsaan atau kewarganegaraan. Dengan kata lain istilah
orang pribadi yang menjadi Subjek Pajak PPh Indonesia berlaku semua untuk orang
(Gunadi,2002)
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
3. Badan
Pengertian badan menurut Penjelasan UU PPh Tahun 2000 adalah sekumpulan
orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun tidak melakukan usaha yang meliputi : Perseroan Terbatas, Perseroan
komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara dengan nama dan dalam
bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana pensiun, Persekutuan,
Perkumpulan, Yayasan, Organisasi massa, Organisasi sosial politik atau organisasi
yang sejenis, Lembaga, Bentuk Usaha Tetap dan bentuk lainnya termasuk
reksadana.
4. Bentuk Usaha Tetap.
Pengertian Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
4
lebih

5
dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

2.4 Jenis Subjek Pajak Penghasilan


A. Subjek Pajak Dalam Negeri
Yang dimaksud dengan Subjek Pajak Dalam Negeri (Pasal 2 Ayat (3) UU PPh)
adalah :
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Kewajiban
pajak subjektif orang pribadi dimulai pada saat orang pribadi tersebut dilahirkan,
berada, atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat
meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. Kewajiban pajak
subjektif badan dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia dan berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan
di Indonesia.
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
Kewajiban pajak subjektif warisan yang belum terbagi dimulai pada saat timbulnya
warisan yang belum terbagi tersebut dan berakhir pada saat warisan tersebut selesai
dibagi.
B. Subjek Pajak Luar Negeri
Yang dimaksud Subjek Pajak Luar Negeri (Pasal 3 UU PPh) adalah :
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia. Kewajiban pajak subjektif orang pribadi atau badan tersebut
dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut menjalankan usaha atau

6
melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) dan berakhir
pada saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap.
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu
12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia. Kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat orang
pribadi atau badan tersebut menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia dan berakhir pada saat tidak lagi menerima atau memperoleh
penghasilan tersebut.

2.5 Pengecualian Subjek Pajak Penghasilan


Yang tidak termasuk Subjek Pajak Penghasilan (Pasal 2 Ayat (3) UU PPh) adalah:
a. Badan perwakilan negara asing.
b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
negeri asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga Negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik.
c. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, dengan syarat :
 Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut,
 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal
dari iuran para anggota.
d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan
tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
7
penghasilan di Indonesia.

8
2.6 Objek Pajak Penghasilan
Penghasilan merupakan Objek Pajak. Penghasilan sendiri dapat diartikan sebagai
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun. Penghasilan yang termasuk Objek Pajak menurut Pasal
4 ayat
(1) UU No 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan
lain dalam Undang-Undang ini.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
c. Laba usaha.
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena
pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota.
3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha.
4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, dan badan keagamaan atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang.
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
9
koperasi.

10
2.7 Pengecualian Objek Pajak Penghasilan
Penghasilan yang tidak termasuk Objek Pajak (Pasal 4 Ayat (3) UU PPh) adalah
sebagai berikut :
a. 1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amal
zakat atau lembaga amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
dan para penerima zakat yang berhak.
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan; sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
b. Warisan.
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham
atau sebagai pengganti penyertaan modal.
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah.
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa.
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan
Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia, dengan syarat :
1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan,
2. Bagi Perseroan Terbatas, BUMN, dan BUMD yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus
mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut.
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
11
pegawai.

12
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-
bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.
j. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5
(lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha.
Perusahaan reksadana adalah perusahaan yang kegiatan utamanya melakukan
investasi, investasi kembali, atau jual beli sekuritas.
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura merupakan
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :
1. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
2. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. Perusahaan
modal ventura merupakan suatu perusahaan yang kegiatan usahanya
membiayai badan usaha (sebagai pasangan usaha) dalam bentuk
penyertaan modal untuk suatu jangka waktu tertentu.

2.8 Dasar Pengenaan Pajak


Untuk wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT) yang menjadi
dasar pengenaan pajak adalah penghasilan kena pajak. Sementara itu, untuk wajib pajak
luar negeri adalah penghasilan bruto.
Besarnya penghasilan kena pajak untuk wajib pajak badan dihitung sebesar
penghasilan neto. Sementara itu, untuk wajib pajak orang pribadi dihitung sebesar
penghasilan neto dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak (PTKP).

13
2.9 Penghasilan Tidak Kena Pajak, Tarif, dan Cara Perhitungan PPh
A. Penghasilan Tidak Kena Pajak
Besarnya penghasilan tidak kena pajak yang berlaku mulai 1 januari 2016 adalah :
1. Rp 54.000.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi.
2. Rp 4.500.000 tambahan untuk wajib pajak yang kawin.
3. Rp 54.000.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami, dengan syarat:
a. Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu pemberi
kerja yang teleh dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam undang-undang
PPh pasal 21.
b. Pekerjaan istri tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas
suami atau anggota keluarga lainnya.
4. Rp 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semeda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang).
Perhitungan PTKP ditentukan menurut keadaan pada awal tahun pajak atau
awal bagian tahun pajak. Perhitungan PTKP untuk pegawai lama (tahun sebelumnya
sudah bekerja di Indonesia) dilakukan dengan melihat keadaan pada awal tahun
takwil (1 januari). Bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam
bagian tahun takwim, besarnya PTKP tersebut berdasarkan keadaan pada awal bulan
dari bagian tahun takwim yang bersangkutan.
Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang digunakan adalah hanya untuk dirinya
sendiri. Dalam hal karyawti kawin, pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri
juga PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

14
B. Tarif Pajak Penghasilan
1. Wajib pajak orang pribadi dalam negri1.
Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajip pajak orang
pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut :
Lapisan penghasilan kena pajak Tarif pajak
Sampai dengan Rp.50.0000.000,00 5%
Di atas Rp 50.0000.000,00 - Rp250.0000.000,00 15%
Diatas 250.0000.000,00 - Rp. 500.0000.000,00 25 %
Diatas Rp. 500.0000.000,00 30%
2. Wajib pajak badan usaha dalam negri dan bentuk usaha tetapa.
a. Sedangkan tarif pajak yang di terapkan untuk penghasilan kena pajak untuk
wajib pajak badan dalam negri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% .
Tarif pajak yang di terapkan untuk penghasilan kena pajak untuk wajib pajak
badan dalam negri mulai berlaku sejak tahun pajak 2010 diturunkan menjadi 25
%
b. Wajib pajak badan dalam negri berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit
40 % dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan dibursa efek
di indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya memperoleh tarif
sebesar 5
%
c. Wajib pajak badan dalam negri dengan peredarfan bruto sampai dengan
Rp.50.000.000.000,00 mendapat fasilitas pengurangan tarif 50 % yang
dikenakan atas penghasilan kenapajak dari bagian peredaran bruto sampai
dengan Rp.4.800.000.000,00.
C. Cara Menghitung Pajak
Pajak penghasilan (bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap)
setahun dihitung dengan cara mengalikan penghasilan kena pajak dengan tarif
pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh Pasal 17. Digunakan rumus sebagai
berikut :

15
Pajak penghasilan (wajib pajak badan)
= penghasilan kena pajak x tarif pasal 17
= penghasilan neto x tarif pasal 17
= (penghasilan bruto – biaya diperkenankan UU PPh) x tarif pasal 17

16
Pajak penghasilan (WP orang pribadi)
= penghasilan kena pajak x tarif pasal 17
= (penghasilan neto – PTKP) X tarif pasal 17
= [(penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh)- PTKP] x tariff pasal 17

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan (PPh) menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 Pasal 1 adalah
pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat digunakan
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Dengan demikian maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium,
hadiah, dan lain sebagainya. Pajak penghasilan merupakan pajak langsung yang dipungut
pemerintah pusat atau merupakan pajak Negara.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2019. “ Perpajakan”.Yogyakarta: Andi.


. 2019.”Pajak Penghasilan”, http://e-journal.uajy.ac.id/2720/3/2EA14761.pdf
diakses pada 14 febuari 2022.
Yushita, Amanita Novi. 2017. “Pajak Penghasilan Umum”,
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318570/pendidikan/pajak-penghasilan-umum.pdf
diakses pada 14 febuari 2022.
Suandy. 2003. “Perencana Pajak”, Edisi Ke Dua, Salemba Empat.
Jakartahttp://forever2705.wordpress.com/2008/08/11/pengertian-pajak
penghasilan/www.google.com diakses pada 14 febuari 2022.

19

Anda mungkin juga menyukai