Anda di halaman 1dari 22

KETERKAITAN AGAMA DALAM PANCASILA SEBAGAI

DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PKN

Disusun oleh :
Erny Regina (11210321000060)

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H / 2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT tuhan semesta alam
atas limpahan ramatnya dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Keterkaitan Agama Dalam Pancasila Sebagai
Dasar Negara Republik Indonesia” ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
PKN di program studi Studi Agama-agama Semester 1.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang
telah membawa penulis dari kegelapan menuju cahaya rabbi, semoga tercurahkan
juga kepada keluarga dan sahabat beliau serta safa’at dapat kita terima di akhirat
kelak. Amin.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, pemikiran
dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada :
1. Dr. H. Lebba, S.Ag.,M.Si selaku dosen mata kuliah PKN
2. Teman-teman yang telah banyak memberikan pengarahan
3. Orang tua yang banyak membantu dalam memotivasi kami
Penulis sangat sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, Masih
banyak kekurangannya dan perlu mendapatkan kritikan maupun saran yang
bersifat membangun baik isi maupun teknik penyajiannya. Semoga hasil karya
tulis berupa makalah ini dapat memenuhi tugas PKN dan memberikan manfaat
kepada penulis khususnya dan semua orang yang membaca makalah ini

Tangerang, Desember 2021

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama.........................................................................................................
B. Pengertian Pancasila......................................................................................................
C. Hubungan Pancasila dengan Agama.............................................................................
D. Peran Agama dalam Mendukung Eksistensi Pancasila................................................
E. Agama dan Pancasila Satu Kesatuan yang Tidak Dapat Dipisahkan...........................
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila bukan suatu kata atau sebuah istilah yang dianggap
enteng oleh masyarakat pada khususnya. Tapi, menjadi sebuah titik terang
perjuangan para pahlawan nasional untuk menegakkan kemerdekaan dan
merancang sebuah dasar negara ditanah kelahirannya
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang banyak sekali beragam
agama yang ada didalamnya, yang terlihat maupun tak terlihat karena
dalamnya atau luasnya hamparan tanah negeri ini. Walaupun berbeda, kita
tetap dipersatukan oleh sebuah dasar negara yang telah disusun rapi-rapi
oleh para pahlawan pejuang kemerdekaan..
Bagaimanapun Pancasila adalah sebuah ideologi yang tidak pernah
main-main dalam penyusunanya. Apalagi, banyak sekali kesamaan isi
kandungan Pancasila dengan agama yang masing-masing dipercayai oleh
setiap warga negara Indonesia, khususnya Islam isi kandungan Pancasila
ke-1 termaktub di dalam al-Quran di surat al-Ikhlas ayat pertama.
Sudah sepatutnya kita sebagai warga negara untuk menjaga sebuah
dasar negara agar tidak porak-poranda termakan zaman. Karena, dunia luar
semakin gencar, agar anak bangsa meninggalkan apa yang seharusnya
sudah tertanam pada dirinya sejak ia dilahirkan

B. Rumusan masalah
1. Apa itu agama ?
2. Apa itu Pancasila ?
3. Bagaimana hubungan agama dengan Pancasila?
4. Apa peran agama dalam mendukung eksistensi Pancasila ?
5. Bagimana agama dan Pancasila bisa menjadi satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah masyarakat sudah mengetahui apa
sebenarnya arti agama dan Pancasila
2. Untuk memberikan suatu informasi kepada masyarakat
bahwasannya yang terkandung didalam pancasila dan agama
memiliki satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
3. Untuk memberikan suatu edukasi penting setiap sila-sila dari
pancasila dapat dijadikan sebuah benteng dalam bermasyarakat

2
BAB II
PEMBAHASAH

A. Pengertian Agama
Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan
tatanan kehidupan. Banyak agama memiliki mitologi, simbol, dan sejarah
suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan asal-usul
kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan
sifat manusia, orang-orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama,
atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar
4.200 agama di dunia.1
Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku,
kependetaan, mendefinisikan tentang apa yang merupakan kepatuhan atau
keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktik agama juga dapat
mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau
dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, cara penguburan,
pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, atau aspek lain dari
kebudayaan manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.
dunia mengidentifikasi diri sebagai beragama, dan 36% tidak
beragama, termasuk 13% yang ateis, dengan penurunan 9% pada
keyakinan agama dari tahun 2005. Rata-rata, wanita lebih religius daripada
laki-laki. Beberapa orang mengikuti beberapa agama atau beberapa
prinsip-prinsip agama pada saat yang sama, terlepas dari apakah atau tidak
prinsip-prinsip agama mereka mengikuti cara tradisional yang
memungkinkan untuk terjadi unsur sinkretisme.

1
Wikipedia ”pengertian agama”( https://id.wikipedia.org/wiki/Agama,
diakses pada 04 Desember 2017)

3
Secara etimologi agama adalah pengatur (sistem) yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan keyakinan serta pengabdian kepada Sang
Pencipta Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama"
berasal dari bahasa Sanskerta, āgama (आगम) yang berarti "Cara Hidup".
Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal
dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti
"mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat
dirinya kepada Tuhan.2
Banyak bahasa memiliki kata-kata yang dapat diterjemahkan
sebagai agama, tetapi mereka mungkin menggunakannya dalam cara yang
sangat berbeda, dan beberapa tidak memiliki kata untuk mengungkapkan
agama sama sekali. Sebagai contoh, dharma kata Sanskerta, kadang-
kadang diterjemahkan sebagai agama, juga berarti hukum. Di seluruh Asia
Selatan klasik, studi hukum terdiri dari konsep-konsep seperti penebusan
dosa melalui kesalehan dan upacara serta tradisi praktis. Jepang pada
awalnya memiliki serikat serupa antara "hukum kekaisaran" dan universal
atau "hukum Buddha", tetapi ini kemudian menjadi sumber independen
dari kekuasaan.
Tidak ada kata yang setara dan tepat dari agama dalam bahasa
Ibrani, dan Yudaisme tidak membedakan secara jelas antara identitas
keagamaan nasional, ras, atau etnis. Salah satu konsep pusat adalah
halakha, kadang-kadang diterjemahkan sebagai hukum,yang memandu
praktik keagamaan dan keyakinan dan banyak aspek kehidupan sehari-
hari.
Definisi tentang agama di sini sedapat mungkin sederhana dan
menyeluruh. Definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit maupun terlalu
longgar, tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini
dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan

2
KBBI “agama” (https://kbbi.web.id/agama,
Diakses 05 Desember 2021)

4
suatu lembaga atau institusi yang mengatur kehidupan rohani manusia.
Untuk itu, terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama, perlu dicari
titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri
kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu menerima segala
kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan;
dan menaati segenap ketetapan, aturan, hukum, dan lain-lain yang diyakini
berasal dari Tuhan.
Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada
Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat tiga unsur, yaitu manusia,
penghambaan, dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang
mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan sebagai jalan hidup,
yakni bahwa seluruh aktivitas lahir dan batin pemeluknya diatur oleh
agama yang dianutnya. Bagaimana kita makan, bagaimana kita bergaul,
bagaimana kita beribadah, dan sebagainya ditentukan oleh aturan/tata cara
agama.
Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut enam
agama
Yang sudah resmi seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budhisme,
dan Khonghuchu. Sedangkan semua sistem keyakinan yang tidak atau
belum diakui secara resmi disebut religi
Agama sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur
hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya,
mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur
hubungan manusia dengan lingkungannya. Secara khusus, agama
didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-
tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam
menginterpretasi dan memberi tanggapan terhadap apa yang dirasakan dan
diyakini sebagai yang gaib dan suci. Bagi para penganutnya, agama
berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang

5
eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia
dan di akhirat. Karena itu pula agama dapat menjadi bagian dan inti dari
sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang
bersangkutan, dan menjadi pendorong serta pengontrol bagi tindakan-
tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai
dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya.

B. Pengertian Pancasila
Pancasila merupakan suatu dasar negara republik Indonesia dan
Memiliki sila-sila yang dijadikan sebuah pedoman hidup bangsa
Indonesia. Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia
tidaklah mudah sampai-sampai harus kehilangan nyawa untuk bertarung
dimedan perang. Sehingga, perjuangan yang sudah dikobarkan sejak lama
akhirnya membuahkan hasil yaitu pembentukan dasar negara republic
Indonesia yang sering kita sebut Pancasila ini. Kata Pancasila berasal dari
Bahasa sansekerta panca yang berarti lima dan sila sebagai dasar. Ketika
kita gabungkan menjadi lima dasar negara Indonesia. 3
Pancasila yang dilambangkan seekor burung garuda memiliki
makna yaitu sebuah sumber kekuatan. Selain itu, dengan warna emas yang
ada pada burung Garuda tersebut memiliki makna sebagai simbol
kemuliaan.

C. Hubungan Agama Dengan Pancasila


Pendiri negara Indonesia nampaknya menentukan pilihan
yang khas dan inovatif tentang bentuk negara dalam hubungannya
dengan agama. Dengan melalui pembahasan yang sangat serius
disertai dengan komitmen moral yang sangat tinggi sampailah pada
suatu pilihan bahwa negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan
atas ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Mengingat kekhasan unsur-unsur

3
Gramedia blog ”pengertian Pancasila sebagai dasar negara RI”
Diakses 05 Desember 2021)

6
rakyat dan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai macam etnis,
suku, ras, agama dan budaya
nampaknya Founding Fathers kita sulit untuk menentukan
begitu saja bentuk negara sebagaimana yang ada di dunia. Hal
tesebut sesuai dengan apa yang dikatakan Ir. Soekarno 1 Juni
1945, ketika berbicara mengenai dasar negara (philosophische grondslag)
menyatakan, “Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-
Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan.
Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk
Isa Al Masih, yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammmad
SAW, orang Buddha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab
yang ada padanya yaitu tippitaka. Marilah kita semuanya ber-Tuhan.
Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya
dapat menyembah Tuhannya dengan lelusa. Segenap rakyat hendaknya
ber-Tuhan. Secara kebudayaan yakni dengan tiada “egoisme
agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia satu negara yang
ber-Tuhan” (Hamdan Zoelva, 2012).
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa berpangkal pada satu
keyakinan bahwa alam semesta beserta isinya sebagai suatu keseluruhan
yang terjalin secara harmonis adalah hasil ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa. Manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Tuhan dan
akan kembali kepadaNya. Karena itu bertakwa dan mengabdi kepada
Tuhan Yang Maha Esa adalah suatu kewajiban manusia sebagai
mahluk ciptaan-Nya. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan adalah
mahluk yang bermasyarakat artinya manusia memerlukan Manusia
lainnya untuk hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam kebersamaan itu, manusia dikodratkan memiliki
kepribadian yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Keseluruhan kepribadian yang berbeda-beda itu mewujudkan satu
kesatuan dalam perbedaan dalam Lambang Negara Republik
Indonesia, kodrat itu dirumuskan dalam semboyan “Bhinneka Tunggal

7
ika”. Semboyan tersebut memberikan pedoman bagi manusia dalam
bermasyarakat untuk tetap mempertahankan eksistensinya sebagai
masyarakat maka manusia harus mengakui dan menghormati
perbedaan yang ada di masyarakat. (Budiyono, 2014)
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa di dunia
nampaknya ditakdirkan memiliki karakteristik, baik dalam konteks
geopolitiknya maupun struktur sosial budayanya, yang berbeda dengan
bangsa lain di dunia. Oleh karena itu, para founding father Republik
ini memilih dan merumuskan suatu dasar filosofi, suatu kalimatun
sawa yang secara objektif sesuai dengan realitas bangsa Indonesia,
yaitu suatu dasar filsafat yang sila pertamanya berbunyi “Ketuhanan
Yang Maha Esa”, ditengah-tengah negara ateis, sekulerserta negara
teokrasi.
Perumusan dasar filosofi negara ini dalam suatu proses
yang cukup panjang dalam sejarah. Negara Indonesia dengan
dasar filosofi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ memiliki ciri khas jika
dibandingkan dengan tipe negara ateis dan negara sekuler. Oleh
karena itu, dalam negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa, kehidupan agama tidak dipisahkan sama sekali melainkan justru
agama mendapatkan legitimasi filosofis, yuridis, dan politis dalam
negara, hal ini sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD
1945. (Budiyono;2014)
Penerimaan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia menurut
Mahfud, M.D. membawa konsekuensi diterima dan berlakunya kaidah-
kaidah yang menuntun pembuatan kebijakan negara terutama politik
hukum nasional. Selanjutnya menurut Mahfud, M.D. dari
Pancasila tersebut lahir sekurang-kurangnya empat kaidah
penuntun dalam pembuatan politik hukum atau kebijakan negara
lainnya, antara lain bahwa.Kebijakan umum dan politik hukum
haruslah didasarkan pada prinsip toleransi beragama yang
berkeadaban. Indonesia bukan negara agama sehingga tidak boleh

8
melahirkan kebijakan atau politik hukum yang berdasar atau didominasi
oleh satu agama tertentu atau nama apapun; tetapi Indonesia juga
bukan negara sekuler yang hampa agama, sehingga setiap kebijakan
atau politik hukumnya haruslah dijiwai oleh ajaran berbagai agama-agama
yang bertujuan mulia bagi kemanusiaan.
a. Hubungan Pancasila dengan agama islam
Bahkan secara khusus, kita dapat mengambil beberapa ayat
Al-Qur’an yang menggambarkan betapa pada dasarnya sila-sila
pancasila itu sangat sesuai dengan agama Islam, antara lain
sebagai berikut :4
1. Ketuhanan Yang Maha Esa ;Allah SWT berfirman dalam Al-
Qur’an surat Al-Ikhlas (112:1) “Katakanlah (Muhammad),
Dialah Allah Yang Maha Esa”.5
2. Kamanusiaan yang adil dan beradab ;Allah SWT berfirman
dalam QS. An-Nisa (4:135) “Wahai orang-orang yang
beriman Jadilah kamu penegak keadilan. Menjadi saksi
karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau
terhadap ibu bapak dan kamu kerabatmu. Jika dia (yang
terdakwa/kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata)
atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah maha
mengetahui terhadap segala apa yang kamu kerjakan.
3. Persatuan Indonesia ;Allah SWT berfirman dalam QS. Al-
Hujarat (49:13) “Wahai manusia, sungguh kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan,
kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-

4
Al-Qurannulkarim, terjemah perkata dalam tajwid berwarna 2014
5
Jurnal Sri sedar Marhaeni (hubungan Pancasila dengan agama islam dalam
Negara kesatuan RI) JPPKn Vol. 2, no. 2

9
suku agar kamu saling mengenal, sungguh yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha
teliti.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan ;Allah SWT berfirman
dalam QS. As-Syura, (42:38) “dan (bagi) orang-orang yang
menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan
sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka, dan mereka menginfakkan sebagian rizki
yang kami berikan kepada mereka”.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Allah
SWT berfirman dalam QS. An-Nahl, (16:90) “sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebijakan, memberi bantuan kepada kerabat dan Dia
melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.

D. Peran Agama Dalam Mendukung Eksistensi Pancasila


Eksistensi Agama merupakan landasan yang kuat untuk
mewujudkan tujuan negara yang didasari oleh Pancasila. Pancasila yang
dijadikan filosofi penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, kehidupan
bermasyarakat dan sebagai Dasar Negara yang sekaligus sebagai
paradigma bernegara pada pokoknya memuat lima prinsip bernegara, yaitu
ketuhanan (theisme), kemanusiaan (humanisme), kebangsaan
(nasionalisme), kerakyatan (demokrasi), dan keadilan sosial, yaitu
sosialisme (Jurdi, 2016).
Nilai yang pertama secara langsung merepresentasikan6

6
Yusuf Eko Nahuddin,dkk(Hubungan agama dengan Pancasila dalam perpektif konstitusi)
Jurnal cakrawala hukum vol 11 No. 3 desember 2012

10
Agama sebagai Dasar Negara yang utama untuk dipertimbangkan dalam
setiap tindakan bernegara, dan landasan utama dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Pengakuan terhadap eksistensi Agama dalam konteks
ini,menunjukkan bahwa Agama menjadi sumber pokok nilai-nilai
kehidupan bangsa Indonesia (Syafi’ AS. 2016). Mempertimbangkan
kesesuaian antara setiap tindakan dalam bernegara atau dalam
penyelenggaraan pemerintahan dengan ajaran Agama merupakan tahapan
utama yang harus divalidasi atau diverifikasi terlebih dahulu. Berdasarkan
konteks ajaran Agama sebagai landasan dalam bergerak untuk menyatakan
kemerdekaan, ajaran Agama sebagai salah satu landasan ditetapkannya
Dasar Negara sekaligus paradigma bernegara, serta Agama sebagai
indikator yang pertama dalam menentukan tindakan dalam rangka
mewujudkan tujuan negara dan penyelenggaraan pemerintahan, maka
dalam konteks tersebut ajaran Agama yang diterapkan berkedudukan
sebagai pendukung eksistensi Pancasila sebagai Dasar Negara sekaligus
sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.

E. Agama dan Pancasila Satu Kesatuan Yang Tidak Dapat Dipisahkan


Falsafah negara merupakan dasar filosofis bernegara, yang
mencerminkan keinginan, watak, kepribadian, karakter, ciri khas, dan
keistimewaan suatu negara yang dirumuskansesuai dengan karakter bangsa
yang mendirikannya. Karena falsafah itu merupakan perwujudan dari
watak dan keinginan dari suatu bangsa, segala aspek kehidupan bangsa
tersebut harus sesuai dengan falsafahnya (Huda, 2016).
Bangsa Indonesia sendiri memilih Pancasila sebagai falsafah
negara, sehingga dalam bernegara, baik Pemerintah beserta seluruh
komponen masyarakatnya dalam bertindak demi kepentingan pencapaian
tujuan negara, harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang dimuat dalam
Pancasila yang diwarnai oleh aspirasi-aspirasi keindonesiaan (Fadjar,
2016).

11
Selain sebagai falsafah negara, Pancasila sebagaimana pembahasan
yang sebelumnya juga berkedudukan sebagai Dasar Negara. Dasar Negara
itu sendiri merupakan prinsip yang digunakan sebagai landasan
didirikannya suatu negara, landasan yang menjadi sumber dan prinsip
hukum nasional, dan dasar kegiatan penyelenggaraan negara. Pancasila
sebagai Dasar Negara mempunyai sifat imperatif/memaksa, artinya setiap
warga Negara wajib tunduk taat kepadanya (Syafi’ AS, 2016).
Kata “wajib” dalam penyataan tersebut tidak terkait dengan
ketentuan hukum, sehingga tidak berkonseskuensi terhadap
diberlakukannya sanksi apabila terbukti tidak ditaati, dan pastinya tidak
dapat serta-merta dilakukan (penghukuman) karena memang bukan
ketentuan hukum, kecuali memang secara khusus diatur di dalam Undang-
Undang maupun Peraturan Perundang-undangan lainnya. Pernyataan
tersebut ditekankan untuk menunjukkan prinsip yang fundamental dalam
rangka menjalankan setiap kegiatan bernegara, dan menunjukkan urgensi
penggunaan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Dalam konteks
Pancasila sebagai Dasar Negara khususnya pada bidang hukum, maka
lebih tepat apabila Pancasila diposisikan sebagai indikator untuk menilai
suatu Peraturan Perundang-Undangan. 7
Diposisikannya ajaran agama dalam Sila Pertama Pancasila,
bukanlah tanpa maksud. Telah jelas dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-
Undang Dasar 1945, ditentukan bahwa Negara (Indonesia) berdasarkan
atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketentuan tersebut merupakan penegasan
bahwa kehidupan bernegara dan penyelenggaraan pemerintahan harus
berdasarkan atas ajaran Agama. Sila Pertama Pancasila merupakan bagian
inti dari pancasila yang merepresentasikan sifat religius multikultiralisme.
Tanpa tuntutan kejelasan atas Dasar Negara yang kemudian hari dijadikan
sebagai sumber dari segala sumber hukum, Sila Ke-2 sampai dengan Sila
Ke-5 sebenarnya telah terakomodir dengan adanya Sila Pertama Pancasila.
7
Yusuf Eko Nahuddin,dkk(Hubungan agama dengan Pancasila dalam perpektif konstitusi)
Jurnal cakrawala hukum vol 11 No. 3 desember 2012

12
Keutamaan dan pengaturan mengenai Agama dalam Undang-Undang
Dasar 1945, dapat dipahami melalui ketentuan Pasal 9 ayat (1), Pasal 9
ayat (2), Pasal 28 E ayat (1), Pasal 22D ayat (2), Pasal 22D ayat (3), Pasal
28I ayat (1), Pasal 28J ayat (2), Pasal 29 ayat (1), Pasal 29 ayat (2), Pasal
31 ayat (3),dan Pasal 31 ayat (5), dimana pada pokoknya memuat
ketentuan sebagai berikut:
a. Agama sebagai dasar dan prinsip ajaran yang diikuti oleh Presiden dan
Wakil Presiden untuk bersumpah atau berjanji sebelum memangku
jabatan;
b. Agama sebagai entitas nonfisik yang secara konstitusional dijadikan
sebagai objek yang berhak dipeluk oleh setiap orang
c. Agama sebagai salah satu objek Rancangan Undang-Undang
d. hak ber-Agama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun
e. nilai-nilai Agama sebagai salah satu komponen pertimbangan
dijalankannya hak dan kebebasan konstitusional
f. ajaran Agama sebagai dasar Negara
g. adanya jaminan konstitusional atas kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk Agamanya
h. terwujudnya sifat dalam ajaran Agama sebagai salah satu tujuan
penyelenggaraan pendidikan nasional
i. nilai-nilai agama dijunjung tinggi dalam memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Mempertentangkan Agama dengan Pancasila berdasarkan
ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar sebagaimana yang telah
disebutkan tersebut, bukanlah langkah yang rasional. Demikian adanya,
karena Agama merupakan Dasar Negara yang menjadi sumber dan
pertimbangan utama atas tindakan bernegara seluruh komponen
masyarakat maupun Pemerintah yang didasari oleh Sila Pertama Pancasila.
Dalam kontek hukum nasional, Sila Pertama Pancasila yang
merepresentasikan nilai Ketuhanan, mengamanatkan bahwa tidak boleh

13
ada produk hukum nasional yang bertentangan dengan agama atau bersifat
menolak atau bermusuhan dengan agama (Mochtar Kusumaatmadja dan
Arief Sidharta, 2000). Dengan pengertian tersebut, agama merupakan
indikator mutlak untuk menilai sebuah produk hukum nasional sesuai
dengan Pancasila sebagai Dasar Negara atau tidak.
Agama dalam konteks sebagai ajaran-ajaran peribadatan, baik
dalam hubungan manusia dengan Tuhan maupun manusia dengan manusia
lain serta lingkungannya, tidak setara kedudukannya dengan Pancasila
sebagai Dasar negara, untuk itu keduanya tidak dapat dipertentangkan
maupun diperbandingkan. Agama dalam konteks sebagai ajaran (yang
dapat diikuti dan diterapkan) tersebut, menjadi salah satu sumber dari
prinsip-prinsip bernegara. Sedangkan Pancasila merupakan hasil dari
seleksi kontemplatif konseptor negara atas prinsip universal yang
merepresentasikan (dinilai sebagai) kepribadian bangsa atau ciri khas
masyarakat Indonesia, yang dijadikan sebagai Dasar Negara dan sumber
dari segala sumber hukum di Indonesia.
Agama dan Pancasila saling memperkuat satu sama lain dalam
konteks sebagai prinsip yang berperan untuk melandasi upaya
mewujudkan tujuan negara pada posisinya masing-masing. Agama
berperan sebagai prinsip yang digunakan untuk membentuk kepribadian
masyarakat secara subjektif dan kultural sedangkan Pancasila yang
ditetapkan sebagai Dasar Negara berkonsekuensi bahwa dalam hukum,
baik penerapan dan pelaksanaannya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai
Pancasila (Sutrisno, 2016). Dengan demikian, dalam konteks tersebut
Pancasila digunakan sebagai prinsip untuk membentuk secara tidak
langsung kepribadian setiap komponen masyarakat yang direpresentasikan
dengan hukum dan tata penyelenggaraan pemerintahan, dimana pada
umumnya hasil dari representasi atau konkretisasi Pancasila ke dalam
Peraturan Perundang-undangan sebagai hukum, bersifat mengikat dan
memaksa.

14
Mengutip pernyataan dari Muhyar Fanani, Kamaruddin
menyebutkan bahwa: “Relasi agama dan negara di Indonesia yang
berasaskan Pancasila amat sinergis dan tidak pada posisi dikotomi yang
memisahkan antara keduanya, karenanya, Indonesia sering juga disebut
religious nation state atau negara kebangsaan yang dijiwai oleh agama.”
(Kamaruddin, 2013)
Eksistensi Agama dan Pancasila dalam peranannya masing-masing
tidak dapat serta-merta dipertentangkan maupun dibandingkan. Pancasila
sebagai hasil negosiasi dan kompromi antar pendiri konseptor negara dan
pemersatu bangsa mempunyai kekuatan yang mutlak sebagai Philosofische
Grondslag/Dasar Negara berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.
Pancasila dalam posisi tersebut pada hakikatnya tidak dapat diubah,
karena”... posisi dan kedudukan hukum Pancasila adalah sebagai norma
dasar (grundnorm) yang sifatnya meta legal dan berada di atas UUD”
(Basarah, 2016). Berdasarkan teori hukum murni Hans Kelsesn, norma
dasar (grundnorm) merupakan sesuatu yang dikehendaki yang bersumber
dari keinginan rakyat melalui para pendiri bangsa.
Oleh karena merupakan kehendak bersama, maka grundnorm tidak
dapat berubah-ubah dan bersifat mengharuskan (Basarah, 2016). Untuk
itu, Pancasila sebagai norma dasar tidak dapat diubah, dan secara otomatis
Sila Pertama Pancasila tetap eksis juga sebagai Dasar Negara. Pancasila
sebagai hasil dari negosisasi dan kompromi antara pendiri bangsa yang
dijadikan sebagai falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita negara) yang
berfungsi sebagai filosofische grondslag dan common platforms atau
kalimatun sawa dalam konteks kehidupan bernegara (Asshiddiqie, 2015),
pastinya memiliki kedudukan yang tidak setara dengan kedudukan
Peraturan Perundang-undangan lainnya, karena secara prinsip memang
bukan termasuk Peraturan Perundang-undangan, melainkan sumber
filosofis dari Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk.
Begitupun Sila Pertama Pancasila yang bersifat Agamis,
mempunyai kedudukan yang kuat sebagai dasar negara, baik secara hukum

15
berdasarkan Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, maupun secara
historis proses pembentukannya. Pengaruh Sila Pertama Pancasila,
diuraikan oleh Kamaruddin sebagai berikut: “Sila Pertama Pancasila
(sebagai konsensus publik), jelas-jelas menghendaki agar nilai-nilai
Ketuhanan mendasari kehidupan publik-politik, pada saat yang sama
negara juga diharapkan melindungi dan mendukung pengembangan
kehidupan beragama sebagai wahana untuk menyuburkan nilai-nilai etis
dalam kehidupan publik.” (Kamaruddin, 2013)
Tidak dapat dipisahkannya Agama dengan Pancasila merupakan
konsekuensi langsung dari kesatuan sistematis hasil negosiasi dan
kompromi pendiri bangsa dalam bentuk Dasar Negara, Pancasila. Dalam
konteks ini, dipertentangkannya Agama yang direpresentasikan dengan
Sila Pertama dengan Pancasila yang memuat 5 (lima) nilai filosofis dalam
bernegara merupakan tindakan yang irasional, karena Agama sendiri telah
eksis di dalam Pancasila melalui Sila Pertama Pancasila. kesatuan
sistematis dari tiap Sila Pancasila, diuraikan sebagai berikut:
Pengejawantahan nilai-nilai Pancasila di Indonesia dijabarkan dalam tiap
sila Pancasila, dimana sila satu dengan sila yang lain merupakan kesatuan
yang sistematis. Artinya, tiap sila dalam Pancasila menjiwai sila-sila yang
lain. Nilai-nilai tersebut harus dijadikan pedoman dan dihayati dalam
setiap penyelenggaraan negara maupun dalam kehidupan sehari-hari serta
setiap perbuatan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.1
Penegasan atas sila yang satu dengan sila yang lain dalam
Pancasila merupakan satu-kesatuan, menunjukkan bahwa antar sila
Pancasila tidak dapat saling dikesampingkan. (Muslimin, 2016)
Diterapkannya ajaran Agama sebagai landasan dari ditetapkannya sila
pertama Pancasila dalam konteks tersebut tidak dapat dipermasalahkan,
apalagi dihadap-hadapkan sebagai prinsip tandingan Pancasila. Dalam arti
demikian, prinsip yang terdapat diantara keduanya (Agama dengan
Pancasila) satu dengan yang lain tidak dapat saling dipertentangkan.
Pancasila yang di dalamnya memuat ajaran Agama khususnya dalam sila

16
Pertama, dengan sendirinya tidak dapat dipertentangkan dengan Agama itu
sendiri. Agama sebagai salah satu sumber prinsip Pancasila dengan
sendirinya menyatu dengan Pancasila itu sendiri, dan berada pada
kedudukan yang berbeda, sehingga tidak dapat dihadap-hadapkan dan
diperbandingkan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Yang sudah disampaikan diatas bahwa Pancasila dengan agama
Terdapatnya kaitan-kaitan yang menjadikan Pancasila sebagai dasar
Negara republik Indonesia.
Pancasila dan agama adalah sesuatu yang tidak dapat
dipertentangkan bahkan dipisahkan. Pancasila adalah sebuah ideologi
bangsa serta pedoman, agama pun sebagai pedoman untuk kita hidup dan
kita sebagai warga negara harus menjalankan apa-apa yang sudah
tercantum dalam Pancasila dan menjadikan ia sebagai kebiasaan sehari-
hari untuk kita bermasyarakat
Dan Agama tidak setara kedudukannya dengan Pancasila,

17
melainkan menyatu dengan Pancasila, sehingga secara rasional dan
penalaran yang wajar keduanya tidak dapat diperbandingkan maupun
dipertentangkan. Sebaliknya, keduanya saling memperkuat satu sama lain
sebagai prinsip untuk melandasi upaya mewujudkan tujuan negara.

DAFTAR PUSTAKA
Nahuddin, Y., & Prastyo, A. (2020). Hubungan agama dengan Pancasila dalam
perspektif konstitusi. Jurnal Cakrawala Hukum, 11(3). 282-290.
doi:10.26905/idjch.v11i3.4070
Wikipedia. 2021. “Pengertian Agama”, https://id.wikipedia.org/wiki/Agama
diakses pada 04 Desember 2021
KBBI. 2020-2021. “Pengertian Agama”, https://kbbi.web.id/agama diakses pada
04 Desember 2021
Suryana,Effendy,dkk.2015. Pancasila & Ketahanan Jati diri Bangsa. Bandung :
Pt Refika Aditama
Gramedia blog 2021 ”pengertian Pancasila sebagai dasar negara, fungsi, dan
lambangnya” , https://www.gramedia.com/literasi/makna-pancasila/ Diakses 05
Desember 2021
Marhaeni, S. S. (2017).Hubungan Pancasila dan Agama Islam Dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Jurnal Pendidikan Pancasila Dan

18
Kewarganegaraan, 2(2).https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/jppkn/article/
view/137

19

Anda mungkin juga menyukai