Analisis Perdagangan Orang

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

Analisis Putusan

Nomor 702/PID/2011/PT-MDN

Terdakwa:

 Nama : ERLINA alias ERLIN


 Tempat lahir : Bukit Lawang
 Umur / Tanggal lahir : 1 Tahun / 10 Oktober 1979
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Kebangsaan : Indonesia
 Tempat Tinggal : Kel. Bukit Lawang Kec. Bahorok Kab. Langkat
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Pendidikan : SD

Fakta-Fakta:

 Pada hari Kamis tanggal 17 Februari 2011 pukul 13.00 WIB, saksi korban
Nuraini dengan menumpang mobil L-300 bersama dengan Juliana berangkat
ke Bukit Lawang dari Terminal Busdi lapangan Merdeka Binjai.
 Sesampainya di simpang kantor pos satpam di simpang Por Kecamatan
Bahorok, Juliana mengajak saksi korban untuk turun dari angkutan. Saksi
korban bertanya kepada Juliana “ngapain kita disini Jul?”, disini ada ibuku,
kita kerja nyuci piring, ngelap meja dan nyapu-nyapu sama beresin kamar.\
 Pada saat yang bersamaan datang seorang satpam yang tidak diketahui
namanya. Juliana bertanya kepada pak Satpam apakah mengenal saksi
Poniseh Alias Membot. Pak Satpam tersebut langsung menelpon saksi
Poniseh (penuntutan terpisah).

1
 Tanpa menunggu lama saksi Poniseh Alias Membot sampai ke kantor Pos
satpam dan langsung bertemu dengan Juliana dan saksi korban Nuraini.
Kemudian Juliana dan saksi korban Nuraini dibawa ke rumah saksi Poniseh
dan diinapkan selama satu malam di rumah saksi Poniseh.
 Keesokan harinya pada tanggal 18 Februari 2011, saksi Poniseh mengantar
Juliana dan saksi korban Nuraini ke Kafe Mekar Jaya milik terdakwa Erlina
dan langsung diterima menjadi pekerja di kafe tersebut. Saksi Poniseh
diberitahu oleh terdakwa Erlina bahwa pekerjaan mereka menemani tamu
minum di kafe tersebut.
 Kemudian pada tanggal 18 Februari 2011 sekira pukul 12.00 Wib, saksi
korban Nuraini melihat saksi Juliana sedang bersetubuh dengan seseorang di
dalam kamar yang tidak dikunci.
 Keesokan harinya tanggal 19 Februari 2011 sekira pukul 14.00 Wib, saksi
korban Nuraini juga melayani tamu yang bernama Iyan. Sebelumnya
terdakwa Erlina menyuruh saksi korban untuk menemani tamu yang akan
bersetubuh dengan saksi korban, saksi korban mengiyakan dengan bayaran
Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah).
 Saksi korban disetubuhi oleh laki-laki bernama Iyan setelah sebelumnya
terjadi negosiasi dengan terdakwa Erlina dengan harga Rp. 150.000,-
(seratus lima puluh ribu rupiah)
 Terdakwa Erlina memberikan uang kepada saksi korban Nuraini sebesar
Rp.30.000,- (tiga puluh ribu rupiah) dari hasil melayani tamu tersebut dan
saksi korban hanya sekali melayani tamu laki-laki untuk disetubuhi.
Berdasarkan Visum et repertum nomor : 353-1746 yang dibuat dan
ditandatangani oleh Dr. Anwar Affandi Harahap, SpOG menunjukkan bahwa
terjadi robekan lama sampai ke dasar pada jam 11, 1, 5 dan 7 pada selaput
dara Saksi Korban Nuraini. Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

2
Dakwaan:
 Pertama
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Atau
 Kedua
Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Putusan:

 Menyatakan terdakwa ERLINA Alias ERLIN bersalah melakukan tindak pidana


kejahatan sebagaimana diatur Pasal 2 UU RI Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Analisis:

Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan


Orang menyatakan:
(1) Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi
bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di
wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

3
Unsur subjektifnya adalah:
 Setiap orang

Unsur objektifnya adalah:

 Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,


pemindahan, atau penerimaan seseorang
 Dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi
rentan penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat
 Untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik
Indonesia

Terdakwa Erlina dapat dipidana dengan pasal ini karena memenuhi unsur delik yaitu
subyek hukum yang dapat dimintai pertanggung jawaban, melakukan penerimaan seseorang,
dengan penipuan dan memberi bayaran, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di
wilayah NKRI.

Namun mengingat usia korban yang masih di bawah 18 tahun, maka terdakwa juga
dapat dipidana dengan Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak yang menyatakan:

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling
singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi
setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain.
4
Unsur subjektifnya adalah:

 Setiap orang

Unsur objektifnya adalah:

 Dengan sengaja
 Melakukan kekerasan, atau ancaman kekerasan, memaksa, atau melakukan
tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
 Dengan tujuan agar anak tersebut melakukan persetubuhan dengannya atau
orang lain.

Terdakwa dapat dipidana dengan pasal ini karena memenuhi unsur delik pasal tersebut,
yaitu subjek hukum yang dapat dimintai pertanggung jawaban, dengan sengaja melakukan
bujukan terhadap anak agar anak tersebut melakukan persetubuhan dengan orang lain.

Dari dua pasal yang dapat dijatuhkan pidananya pada terdakwa tersebut, penulis
menganalisis bahwa pasal 2 UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang lebih tepat untuk digunakan, karena pasal ini menegaskan maksud dari
“eksploitasi” yang menjadi niat utama terdakwa, dan bukan sekedar “persetubuhan” yang
terdapat pada UU perlindungan anak.

Menurut KBBI apa yang dimaksud dengan “eksploitasi” adalah pemanfaatan untuk
keuntungan sendiri; pengisapan; pemerasan (tentang tenaga orang). Hal itu tentu memiliki
makna yang lebih luas dari sekedar “persetubuhan” karena “eksploitasi” juga memberikan
keuntungan dari segi materiil bagi orang si pengeksploitasi (terdakwa).

Dengan demikian lebih tepat apabila terdakwa Erlina dinyatakan bersalah karena telah
terbukti secara melakukan tindak pidana “Merekrut seseorang untuktujuan eksploitasi di
wilayah Republik Indonesia”.

Anda mungkin juga menyukai