Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN PENGELOLAAN PESANTREN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Tugas Mata Kuliah

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN :

Disusun Oleh Kelompok 5

Liya Alfiyatul Laily (210101015)

Nurul Azizah (210101026)

Safina Afidatul Octa Fionita (210101035)

UNIVERSITAS SUNAN GIRI BOJONEGORO

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat serta
Hidayah-Nya Sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah Ini dengan tepat waktu. Tanpa
Pertolongan-Nya tentunya kami tidak Akan sanggup untuk menyelesaikan Makalah ini dengan
baik. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai pembawa kabar gembira bagi umat yang bertaqwa.

Makalah yang berjudul " manajemen pengelolahan pesantren" dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah manajemen pendidikan dalam penulisan makalah ini kami mendapatkan bantuan
dari pihak dapat memperlancar pembuatan makalah ini untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna dan banyak
kekurangan Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah
ini Demikian semoga segala yang tertuang dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun Khasanah keilmuan terima kasih.

Bojonegoro, 08 Maret 2022

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I..................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.................................................................................................................3

A. Latar Belakang.........................................................................................................3

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................4

C. Tujuan masalah .......................................................................................................4

BAB II.................................................................................................................................5

PEMBAHASAN...................................................................................................................5

A. Pengertian Manajemen Pengelolaan Pondok...........................................................5

B. Element-Element Pondok Pesantren........................................................................6

C. Struktur Pengurusan Pondok Pesantren..................................................................10

D. Pengelolaan Sistem Dalam Pendidikan Pesantren..................................................13

BAB III................................................................................................................................18

PENUTUP ..........................................................................................................................18

A. Kesimpulan ..............................................................................................................18

B. Saran.........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pondok pesantren merupakan suatu lembaga yang berbasiskan pada kesatuan keagamaan
sekaligus berbasiskan pendidikan pondok pesantren bisa menjadi ''social agent" yang bagus
untuk membantu pemerintahan dalam perbaikan sektor ekonomi,budaya dan sosial
masyarakat, tapi dengan satu syarat bahwa secara organisasional pondok pesantren harus
maumu untuk berubah, baik dan secara kultur, cara pendekatan dan aspek aspek manajemen.
Di dalam pondok pesantren sendiri terdapat empat unsur pembangun yaitu:
Ustadz,santri,kitab, dan masjid. setiap komponen tersebut masing-masing mempunyai peran
yang berbeda-beda.

Untuk mencetak generasi penerus yang cerdas dan berakhlaq mulia diperlukan pendidikan yang
menyeluruh, dalam arti mencakup semua potensi baik dari aspek kognitif, efektif dan
psikoMotor. Pondok Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mengombinasikan
kegiatan aspek tersebut, tidak hanya menekankan aspek kecerdasan kognitif semata akan
tetapi juga menekankan pada aspek afektif dan psikomotor yaitu dengan mengajarkan nilai-
nilai dan norma yang sesuai dengan syariat Islam serta membekali para santri dengan
keterampilan- keterampilan yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.

Maka dari itu untuk menjadi pondok pesantren yang ideal perlu diadakan manajemen
pengelolaan Pesantren tersebut. Berdasarkan Pernyataan diatas kami akan mengulas tentang
upaya menumbuhkan bakat dan kreativitas dalam pembelajaran mahasiswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut
1. Apa pengertian manajemen pengelolaan pondok pesantren ?

2. Apa saja elemen-elemen pondok pesantren ?

3. Bagaimana struktur kepengurusan pondok pesantren ?

4. Bagaimana kombinasi idealisme dan profesionalisme pesantren ?

5. Bagaimana langkah pengelolaan sistem dalam pendidikan pesantren ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut

1. Untuk mengetahui pengertian manajemen pengelolaan pondok pesantren

2. Untuk mengetahui elemen-elemen pondok pesantren

3. Untuk mengetahui struktur kepengurusan pondok pesantren

4. Untuk mengetahui kombinasi idealisme dan profesionalisme pesantren

5. Untuk mengetahui pengelolaan sistem dalam pendidikan pesantren

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pengelolaan Pondok Pesantren


Manajemen adalah suatu tindakan perbuatan seseorang yang berhak menyuruh orang
lain mengerjakan sesuatu sedangkan tanggung jawab tetap ditangan yang menyuruh dengan
perencanaan (planning) pengorganisasian (Organization), penggerakan (Actuating) dan
pengawasan (Controlling) yang dikenal.1 Rizky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai
sebuah proses perencanaan pengorganisasian pengkoordinasian dan pengontrolan sumber
daya untuk mengetahui sasaran (goals) secara efektif dan efisien dengan demikian dapat
disimpulkan manajemen Berarti ilmu dan seni dalam upaya memanfaatkan sumber daya
manusia dan daya lain dalam kegiatan merencanakan mengorganisasikan melaksanakan dan
mengawasi yang dilakukan secara efektif dan efesien dengan melibatkan seluruh anggota
secara aktif dalam mencapai Suatu Tujuan yang ditentukan bersama.

A. Pengertian Pondok Pesantren

Secara etimologi pondok pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan
"pe" dan akhiran "an" yang berarti tempat tinggal santri sedangkan Ensiklopedi Islam
memberikan gambaran yang berbeda yakni bahwa Pesantren itu berasal dari bahasa Tamil yang
artinya guru mengaji atau dari bahasa India ''shastri" dan kata "shastra" yang berarti buku-buku
kecil buku-buku agama atau ilmu pengetahuan. secara terminologi Pesantren merupakan
sebuah pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar.

Pesantren juga dikenal dengan tambahan istilah Pondok dan dalam arti kata bahasa
Indonesia mempunyai arti kamar,gubuk,rumah kecil dengan menekankan kesederhanaan
bangunan atau pondok juga berasal dari bahasa Arab "Fundūq" yang berarti ruang tidur,
Wisma, Hotel sederhana, atau mengandung arti tempat tinggal yang terbuat dari bambu.

Pesantren atau lebih dikenal dengan istilah pondok pesantren dapat diartikan sebagai
tempat atau Kompleks para santri untuk belajar atau mengaji ilmu pengetahuan agama kepada
Kiyai atau guru ngaji, biasanya Kompleks itu berbentuk asrama atau cama-cama kecil dengan
bangunan apa adanya yang menunjukkan kesederhanaannya atau lembaga pendidikan Islam yg
dilaksanakan dengan sistem Asrama (Pondok), dengan Kyai yang mengajarkan agama kepada
para santri dan masjid sebagai pusat lembaganya pondok pesantren, yang cukup banyak
jumlahnya, sebagai besar berada di daerah pedesaan dan mempunyai peranan besar dalam
pembinaan umat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. 2

B. Pengertian Manajemen Pesantren

1
George. R. Terry, principles of Management, (lllinois: Richard D. Irwin, Inc., 1972), Hlm. 10 .

2
Proyek Pembinaan Bantuan Kepada Pondok Pesantren Dirjen BINBAGA Islam, pedoman penyelenggaraan Unit Ketrampilan Pondok Pesantren
(Departemen Agama, 1982/1983), hlm.1.
Manajemen pendidikan Pesantren adalah aktivitas memadukan sumber-sumber
pendidikan pesantren agar terpusat dalam usaha untuk mencapai, tujuan pendidikan Pesantren
merupakan mobilisasi segala sumber daya pendidikan besar untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.

Maka manajemen pendidikan Pesantren hakekat adalah suatu proses penataan dan
pengelolaan lembaga pendidikan pesantren yang melibatkan sumber daya manusia dan
manusia dalam menggerakkan mencapai tujuan pendidikan Pesantren secara "efektif dan
efisien" yang disebut ''efektif dan efisien" adalah pengelolaan yang berhasil mencapai sasaran
dengan sempurna tepat tepat dan selamat sedangkan yang efektif adalah pengelolaan yang tak
berhasil memenuhi tujuan karena ada mis-management maka manajemen yang tak efisien
adalah manajemen yang berhasil mencapai tujuan tetapi melalui penghamburan atau
pemborosan baik tenaga waktu maupun biaya.

Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pasar adalah berkaitan dengan pengelolaan
keuangan pesantren. dalam pengelolaan keuangan akan menimbulkan permasalahan yang
serius apabila pengelolaannya tidak baik pengelolaan keuangan pesantren yang baik
sebenarnya merupakan upaya melindungi personil pengelolaan Pesantren (Kiyai pengasuh
Ustadz atau Pesantren lainnya) dari pandangan yang kurang baik dari luar Pesantren. selama ini
banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan pesantren dengan harta milik
individu, walaupun sadari bahwa pembiayaan Pesantren itu lebih banyak bersumber dari
kekayaan individu namun dalam rangka pelaksanakan manajemen yang baik sebaiknya
diadakan pemilahan antara harta kekayaan pesantren dengan harta milik individu agar
kelemahan dan kekurangan peta dapat diketahui secara transparan oleh pihak-pihak lain
termasuk orang tua Santri.

B. Elemen-Elemen Pondok Pesantren

Hampir dapat dipastikan lahirnya suatu Pesantren berawal dari Beberapa elemen dasar yang
selalu ada di dalamnya ada lima elemen dasar kesantren antara satu dengan yang lainnya tidak
dapat dipisahkan kelima elemen tersebut meliputi: Ustadz, santri, pondok, masjid dan
pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau mazhab disebut dengan kitab kuning.

A. Masjid

Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan muslimin baik dalam dimensi
Ukhrawi maupun duniawi dalam ajaran islam, karena pengertian yang lebih luas dan maknawi
masjid yg memberi indikasi sebagai kemampuan seorang Abdi dalam mengabdi kepada Allah
yang disimbolkan sebagai adanya Masjid tempat sujud atas dasar pemikiran itu dapat di paham
kan bahwa masjid tidak hanya terbatas pada pandangan materialistik melainkan pandangan
idealistik immaterialistik termuat di dalamnya.

Pemikiran materialistik mengarah kepada keberadaan masjid sebagai suatu bangunan yang
dapat ditangkap oleh mata dalam hal ini secara sederhana Masjid adalah tempat sujud-sujud
adalah simbol kepatuhan seorang hamba kepada Khalik nya Oleh karena itu seluruh kegiatan
yang mengambil tempat di masjid tentu memiliki nilai ibadah yang tinggi artinya proses
kegiatan itu hanya mengharapkan keridhaan Allah yang bersifat ilahiyah berkaitan dengan
pahala dan balasan dari Allah.

Di dunia pesantren masih dijadikan ajang atau Sentral kegiatan pendidikan Islam baik dalam
Pengertian modern maupun tradisional. dalam konteks yang lebih jauh masjid lah yang menjadi
Pesantren pertama tempat berlangsungnya proses belajar-mengajar adalah Masjid dapat juga
dikatakan masjid identik dengan Pesantren seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah
Pesantren biasanya pertama-tama akan mendirikan masjid di dekat rumahnya.

Paling tidak didirikan Surau di sebelah rumah Kyai yang kemudian dikembangkan menjadi
masjid sebagai basis berdirinya pondok pesantren di dalam masjid para santri dibina mental
dan dipersiapkan agar mampu Mandiri di bidang ilmu keagamaan. Oleh karena itu masjid
disamping jadikan wadah (pusat) pelaksanaan ibadah juga sebagai tempat latihan latihan
seperti muhadhoroh, qiroah, dan membaca Kitab yang ditulis oleh para ulama abad 15
(pertengahan) yang dikenal sebagai kitab kuning yang merupakan salah satu ciri Pesantren.
pelaksanaan kajiannya dengan cara bandongan, Sorogan, dan Wetonan pada hakekatnya
merupakan metode klasik yang dilaksanakan dalam proses belajar- mengajar dengan pola
seorang Kyai langsung bertatapan dengan santrinya dalam mengkaji dan menelaah kitab-kitab
tersebut.3

B. Pondok

Setiap Pesantren pada umumnya memiliki pondokan Pondok dalam Pesantren pada
dasarnya merupakan dua kata yang sering penyebutannya tidak dipisahkan menjadi pondok
pesantren yang berarti keberadaan Pondok dalam Pesantren merupakan wadah
penggemblengan pembinaan dan pendidikan serta pengajaran ilmu pengetahuan.

Kedudukan pondok bagi para santri sangatlah esensial sebab di dalamnya santri tinggal belajar
dan di tempat diri pribadinya dengan control seorang ketua asrama atau kyai yang memimpin
pesantren ini dengan sangat tinggal di asrama berarti dengan mudah yang mendidik dan
mengajarkan segala bentuk jenis ilmu yang telah ditetapkan sebagai kurikulumnya. Begitu pula
melalui pondok santai dapat melatih diri dengan ilmu-ilmu praktis seperti kepandaian
berbahasa: Arab dan inggris juga mampu menghafal Al-Qur'an begitu pula keterampilan nya
3
M. Bahru Ghazali, pendidikan pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hlm. 18-19
yang lain. sebab di dalam pondok pesantren santri saling kenal mengenal dan terminal kesatuan
mereka untuk saling isi-mengisi dan melengkapi diri dengan ilmu pengetahuan.

C. Kyai

Ciri yang paling asal sial bagi suatu ke pasar ke adalah adanya seorang diri daripada
hakekatnya adalah getaran diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu di bidang agama
dalam hal ini agama islam terlepas dari anggapan kyai sebagai gelar yang saat serai maka
sebutan kyai muncul di dunia pondok pesantren dalam tulisan ini dia merupakan suatu
personifikasi yang sangat erat kaitanya dengan satu pondok pesantren.

Keberadaan kyai dalam pesantren sangat central sekali suatu lembaga pendidikan islam
disebut pesantren apabila memiliki tokoh sentral yang disebut kyai jadi jadi dalam dunia
pesantren sebagai penggerak dalam mengemban dan mengembangkan pesantren sesuai
dengan pola yang dikehendaki di tangan seorang kyai laper seperti itu berada oleh karena itu
kiyai dan pesantren merupakan dua sisi yang selalu berjalan bersama bahkan "kyai bukan hanya
pemain pondok pesantren tapi juga pemilik pondok pesantren" sedangkan sekarang di kyai
bertindak sebagai koordinator.4

D. Santri

Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai pengejawantahan adanya peserta didik yang
haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren
oleh karena itu santri pada dasarnya berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan pesantren

Di dalam proses belajar mengajar ada dua tipologi santri yang belajar di pesantren berdasarkan
hasil penelitian Zamakhsyari Dhofier:

1). Santri Mukim

Santri mukim yaitu santri yang menetap, tinggal bersama kiai dan secara aktif menguat
ilmu dari seorang kyai. Dapat juga secara langsung sebagai pengurus counternya ikut
bertanggung jawab atas keberadaan santri. Setiap santri yang mukim telah lama menetap
dalam pesantren secara tidak langsung bertindak sebagai wakil kyai.

Ada dua motif seorang santri menatap sebagai santri mukim:

a. Motif menuntut ilmu artinya santri itu datang dengan maksud menuntut ilmu dari kyainya.

b. Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri belajar secara langsung agar santi
tersebut setelah di pesantren akan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan akhlak kyainya

4
Ibid hlm.19-21
2). Santri Kalong

Santri kalong pada dasarnya adalah seorang murid yang berasal dari desa sekitar pondok
pesantren yang pola belajarnya tidak dengan jalan menetap di dalam pondok pesantren
melainkan semata-mata belajar dan secara langsung pulang ke rumah setelah belajar di
pesantren. sebuah pesantren yang besar didukung oleh semakin banyaknya santri yang mau
mukim dalam pesantren di samping terdapat pula santri kalong yang tidak banyak jumlahnya. 5

E. Pengajaran Kitab-Kitab Islam Klasik

Kitab-kitab islam classic biasanya dikenal dengan istilah kuning yang terpengaruh oleh warna
kertas. kitab-kitab itu ditulis oleh ulama zaman dulu yang berisikan tentang ilmu keislaman
seperti: fiqih, hadits, tafsir, maupun tentang akhlaq.

Ada dua esensinya seorang santri belajar kitab-kitab tersebut disamping mendalami isi kitab
maka secara tidak langsung juga mempelajari bahasa arab sebagai bahasa kita tersebut. oleh
karena itu seorang santri yang telah tamat belajarnya di pesantren cenderung memiliki
pengetahuan bahasa arab. Hal ini menjadi ciri seorang santri yang telah menyelesaikan studinya
di pondok pesantren, yakni mampu memahami isi kitab dan sekaligus juga mumpung
menerapkan bahasa kita tersebut menjadi bahasanya.6

Mastuhu mengklarifikasi kan perangkat-perangkat pesantren meliputi Aktor atau Pelaku


seperti ustadz dan santri. perangkat keras pesantren meliputi masjid, asrama, pondok, dan
sebagainya. sementara perangkat lunaknya adalah tujuan kurikulum, metode pengajaran,
evaluasi, dan alat-alat penunjang pendidikan lainnya. namun demikian elemen-elemen
pesantren tergantung pada besar kecilnya program pendidikan yang dijalankan pesantren.
untuk pesantren ya berskala kecil dan Hanya sekedar mengelola pondok pesantren saja, maka
hanya ke lima elemen dasar tersebut yang menjadi elemen pesantren dan kelima elemen inilah
yang menjadi objek manajemen.

C. Struktur Pengurusan Pondok Pesantren

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang
ada pada suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan
yang diharapkan dan dinginkan. Struktur organisasi menggambarkan jelas pemisahan kegiatan
pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana dengan aktivitas dan fungsi
dibatasi. Dalam struktur organisasi baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor
kepada siapa, jadi ada satu pertanggungjawaban apa yang akan dikerjakan.

5
M. Bahri Ghazali, pendidikan pesantren berwawasan lingkungan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hlm. 22-23

6
Ibid.hlm 24
Pada Umumnya semua kelompok masyarakat menginginkan organisasinya menggunakan
sistem yang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang maksimal sesuai keinginan. Namun,
dalam kenyataan di pesantren banyak yang tidak memiliki organisasi yang baik. Keadaan ini
selain dipengaruhi oleh kepemimpinan kyai sebagai pemegang kebijakan pesantren yang harus
dipatuhi juga dipengaruhi oleh sifat konfesionalisme dari pasangan tersebut.

Untuk pengembangan pesantren dibutuhkan pengorganisasian yang jelas dengan bentuk yang
sederhana, namun menggambarkan tujuan, tugas-tugas pokok dengan unsur-unsur kerja
organisasi pesantren. kesederhanaan tersebut untuk menjamin fleksibilitas akan
memungkinkan adanya perubahan atau pengembangan.

Struktur ogranusasi dalam pesantren sudah pasti berbeda-beda bentuknya karena setiap
pesantren memiliki perbedaan dalam kepemimpinan dan kepengurusan sesuai kebutuhan
pesantren tersebut, karena itu disini kami akan memberikan serta menjelaskan
pembagian/struktur organisasi dari salah satu contoh pesantren. pembagian struktur organisasi
tersebut antara lain sebagai berikut:

A. Majelis Pengasuh/Dewan Pembina Kyai

Pengasuh adalah pimpinan tertinggi yang memegang wewenang penuh di pondok pesantren.
Kewenangan tersebut diantaranya adalah mengangkat dan memberhentikan ketua umum
yayasan, menentukan arah kebijakan pondok pesantren ke dalam dan ke luar, memberikan
legalisasi terhadap semua kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pengurus harian.

B. Dewan Pengawas

Dewan pengawas adalah sebuah badan yang berfungsi sebagai pendamping majelis pengasuh
dalam hal memberikan masukan dan melakukan pengawasan terhadap kebijakan, kinerja dan
pelaksanaan program-program yayasan.

C. Pengurus Harian

Pengurus harian adalah pelaksanaan harian seluruh program-program yayasan yang telah
digariskan sekaligus penanggung jawab seluruh kebijakan-kebijakan yang diambil. Pada setiap
periode pengurus nya terdiri dari 9 orang dengan struktur organisasi ketua umum, ketua 1 dan
ketua 2 Sekretaris umum, Sekretaris 1, dan Sekretaris 2, Bendahara Umum, Bendahara 1 Dan
Bendahara 2.

Dalam tatanan operasinya ketua umum dengan dibantu oleh sekretaris umum berfungsi
sebagai Top Leader yang bertanggung jawab terhadap semua kebijakan dan program
Departemen pendidikan Departemen HUMASY, Departemen KAMTIB, dan Departemen
Infokom. Sedangkan sekertaris 2 dengan dibantu oleh sekertaris dua bertanggung jawab
terhadap kebijakan dan program departemen Wirus, Departemen sarana prasarana dan
Departemen Layanan kesehatan dan olahraga, Departemen pengelolaan Aset, Departemen
Ekonomi, dan Koperasi.

D. Pengurus Bidang/Departemen

Pengurus Departemen adalah Ujung tombak bagi perkembangnya Yayasan. Selain sebagai
pelaksana program yang telah di gariskan, pengurus Departemen juga dituntut berkreatifitas
dengan gaya inovasi yang tinggi guna menentukan berbagai program dan kebijakan yang
diharapkan mampu melahirkan terobosan baru bagi pengembangan dan kemajuan masing-
masing bidang. Dan pengurus departemen ada 9 yang telah disebutkan pada poin ke tiga.

2.4 Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren

Pondok pesantren sering kali menerapkan pola manajemen yang berorientasi pada penanaman
jiwa ketulusan, keikhlasan kesukarelaan yang biasa dikenal dengan istilah "lillahi ta'ala". Konsep
tersebur menjiwai hampir semua aktifitas pada pondok pesantren namun konsep tersebut pada
masalalu banyak memiliki kelemahan karena tidak diimbangi dengan kemampuan manahemen
modern tampak kurang beraturan dan kurang efisien.

Konsep pengembangan manajemen pondok pesantren harus lebib akomodatif terhadap


perubahan yang serba cepat dalam era global saat ini. Oleh karena itu idealisme "lillahi ta'ala"
tersebut harus dilapisi dengan profesionalisme yang menandai sehingga dapat menghasilkan
kombinasi yang ideal dan utuh yaitu idealisme-profesionalisme. Dengan kombinasi konsep
manajemen yang ideal tersebut diharapkan akan tetap dapat mempertahankan eksistensi
pondok pesantrean Di satu sisi, serta dapat meningkatkan daya kompetitif pesantren dalam era
global di sisi lainnya. Kombinasi tersebut dapat menghasilkan konsep manajemen pondok
pesantren dengan karakteristik baru yang jdeal. Selain itu juga dapat disebut sebagai
manajemen Berbasis Pondok Pesantren (MBPP). Dengan MBPP baru tersebut diharapkan akan
dapat menghasilkan Karakteristuk pondok pesantren yang Efektif.

Karakteristik MBPP baru Tersebut dapat dianalisis dengan pendekatan system yaitu dari segi
input-proses-output. Hal itu disadaru atas pemikiran bahwa ponfok pesantren merupakan
suatu system sehingga menguraikan karakteristik MBPP juga didasarkan pada proses output
yang dapat menunjang perkembangan pondok pesantren secara keseluruhan. 7 Dimana
karakteristik tersebut ditandai dengan adanya pondok pesantren Yang didasarkan pada input
maupun ouput yang ada.8 Uraian berikut dimulau dari output dan di Akhiri dengan input
mengingat output memiliki tingkat kepentingan tertinggi sedangkan proses memiliki tingkat

7
YAPPI MU. 2008. Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren Jakarta: Media Nusantara.

8
M. Yacub. 2006. Pondok pesantren dan Pengembangan Masyarakat Desa Bandung: PT. Angkasa, hal. 62.
kepentingan satu tingkat lebih rendah dari pada output, dan input memiliki tingkatan
kepentingan dua tingkat lebih rendah dari pada Output.

A. Output yang diHarapkan

Output pondom harus memiliki prestasi pondik pesantren yang dihasilkan oleh proses
pendidikan dan pembelajaran serta Manajemen di pondok pesantren. Output Pondok
pesantren dikelompokan menjadi empat Macam:

1) Output berupa prestasi pengetahuan Akademik Keagamaan

2) Output berupa prestasi pengetahuan Akademik umum

3) Output berupa prestasi keterampilan atau kecakapan hidup

4) Output berupa prestasi dalam bidang non akademik

B. Input pondok pesantren

Karakteristik dari pondok pesantren yang efektif diantaranya adalah memiliki input dengan
karakteristik sebagai berikut:

1) Adanya Kebijakan, tujuan dan Sasaran mutu yang jelas.

2) Sumber daya tersedia dan siap.

3) staf yang kompeten, berdedikasi tinggi dan berakhlakul karimah

4) nemiliki harapan prestasi yang tinggi.

5) Fokus Pada Pelanggaran khususnya para Santri

6) Adanya imput manajemen yang memadai untuk menjalankan roda pondok pesantren

D. Pengelolaan Sistem Dalam Pendidikan Pesantren

Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan pondok pesantren dalam


hubungannya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human resource) merupakan
berita aktual dalam arus perbincangan kepesantrenan kontemporer karena pesantren desawa
ini dinilai kurang mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian
setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:

a. Potensi Pendidikan

b. Pengembangan Masyarakat
Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sistem pendidikan pondok
pesantren adalah Raden Rahmat atau yang kita kenal dengan Sunan Ampel. Terkaif dengan
sistem pengelolaan pondok pesantren dalam interaksinya dengan perubahan sosial akibat
modernisasu ataupun globalisasi, kalangan internal pesantren sendiri sudah nulai melakukan
pembenahan salah satu bentuknya adalah pengelolaan pondok pesantren formal sekolahan
mulai tingkat SD, sampai perguruan tinggi, di lingkungan pesantren dengan menawarkan
perpaduan kurikulum keagamaan dan umum serta perangkat keterampilan yang dirancang
secara systematuc dan itegralistik.

Tawaran berbagai pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrasag Aliyah Program Khusus
(MAPK), SMP, Dan SMA plus Yang di kembangkan pesantren cukup kompetitif dalam menarik
minat masyarakat. sebab ada semacam jaminan keunggulan output yang siap bersaing dalam
kehidupan sosial. Dan pesantren dengan segala keunikan yang dimilikinya masih sangat
diharapkan menjadi penolong berkembangnya sistem pendidikan di indonesia yang ditandai
bayar sekarang pesantren yang ada pendidikannya berupa formal dan tentunya non formal
juga.9

Ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem pendidikannya dengan menciptakan
model pendidikan modern yang tidak lain terpaku pada sistem pengajaran klasik (weton,
bandongan) dan materi kitab-kitab kuning. tetapi semua sistem pendidikan mulai dari tadi
pengajaran, materi pelajaran sarana dan prasarananya di desain berdasarkan sistem pendidikan
modern.10

Sementara itu tidak semua pesantren melakukan pengembangan sistem pendidikannya


dengan cara memperluas cangkupan wilayah garapan, masih banyak pesantren yang masih
mempertahankan sistem pendidikan tradisional dan konvensional dengan membatasi diri pada
pengajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan moral keagamaan semata.

Hal ini menjadi tantangan departemen agama untuk secara terus-menerus mensosialisasikan
dan mendorong pesantren-pesantren tersebut terlihat dalam akselerasi pendidikan nasional
akan dapat ditingkatkan secara drastis. oleh sebab itu penglibatan pesantren dalam akselerasi
pendidikan nasional tidak bisa ditangani secara serampangan, apalagi kariatif dan birokatif
tugas departemen agama yang mendesak adalah bagaimana memperbesar partisipasi
pesantren melalui program-program yang sesuai dengan kebutuhan. 11 dan karakter pesantren

9
A. Ainurrofuq Dawam dan Ahmad Ta'rifin. 2008. Manajemen Madrasah berbasis pesantren Jakarta: PT. Lista Farika Putra. hal. 18.

10
M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo. 2003. Manajemen Pondok Pesantren Jakarta: Diva Pustaka. hal. 14-15

11
M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo. 2003. Manajemen Pondok Pesantren Jakarta: Diva Pustaka. hal. 14-15
itu sendiri. salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah berkaitan dengan
pengelolaan keuangan pesantren.12

Pesantren model pure classic atau salafi ini memang unggul dalam melahirkan santri yang
memiliki kesalehan, kemandirian, dan penguasaan terhadap ilmu-ilmu ke-islaman.
kelemahannya, output pendidikan pure salaf kurang kompetitif dalam percaturan persaingan
kehidupan modern. padahal tuntutan kehidupan global menghendaki kualitas sumber daya
manusia terdidik dan keahlian di dalam bidangnya. Realitas output pesantren yang memiliki
sumber daya manusia kurang kompetitif inilah yang kerap menjadikannya termaginalisasi dan
kalah bersaing dengan output pendidikan formal baik agama maupun umum. Penyebaran yang
luas dengan keaneragaman karakteristik yang dimiliki pesantren saat ini di semua wilayah
indonesia menjadi potensi luar biasa dalam percepatan pembanggunan daerah-daerah. jika
upaya maksimal ini dilakukan oleh pemerintah secara tepat bukan tidak mungkin kedepan akan
menjadi lahan subur penyemaian bibit-bibit unggul manusia indonesia. jika melihat keadaan ini
tampaknya akselerasi pendidikan dari pengelolaan.

Masyarakat di pesantren optomis bisa berjalan, namun bagaimanapun program-program ini


tergantung pada penerimaan kyai di pesantren sendiri, maupun pengurus pesantren sebab
pesantren memiliki kemandirian (otonomi) yang relatif besar juga memiliki basis konstituen
yang relatif solid di masyarakat dan sumber daya lokal yang kuat. 13

Sehingga intervensi dari luar akan cenderung kurang efektif. Hal ini menjadi tantangan
departemen agama untuk secara terus-menerus mensosialisasikan dan mendorong pesantren
pesantren tersebut terlihat dalam akselerasi pendidikan nasional akan dapat ditingkatkan
secara drastis. oleh sebab itu pelibatan pesantren dalam acceleration pendidikan nasional tidak
bisa ditangani secara serampangan apalagi dari karitatif dan birokatif tugas Departemen agama
yang mendesak adalah bagaimana memperbesar partisipasi pesantren melalui program-
program yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pesantren itu sendiri.

Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah berkaitan dengan
pengelolaan keuangan pesantren. Dalam pengelolaan keuangan akan menimbulkan
permasalahan serius apalagi pengolahan nya tidak baik.14

Pengelolaan keuangan pesantren yang baik sebenarnya merupakan upaya melindungi personil
pengalaman pesankan (kiyai, pengasuh, ustad, atau pengelolaan pesantren lainnya) dari
pandangan yang kurang baik dari luar pesantren. Selama ini banyak pesantren yang tidak
memisahkan antara saat pakaian pesantren dengan harta milik individu walaupun disadari
12
Ibid, hal. 77.

13
Amin Haedari dan Ishom El-saha, peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah (Jakarta: Diva Pustaka, 2008), h. 13.

14
Ibid, hal. 77.
bahwa pembiayaan pesantren justru banyak bersumber dari kekayaan individu namun dalam
rangka pelaksanaan manajemen yang baik sebaiknya diadakan pemilihan antara harta kekayaan
pesantren dengan harta milik individu agar kelemahan dan kekurangan pesantren dapat
diketahui secara transparan oleh pihak-pihak lain termasuk orang tua santri.

Pengertian pengelolaan keuangan sendiri adalah pengurusan dan pertanggungjawaban suatu


lembaga terhadap penyandang dana baik individual maupun lembaga. Dalam penyusunan
anggaran memuat pembagian penerimaan dan pengeluaran anggaran rutin dan anggaran
pembangunan serta anggaran incidental jika perlu.

Prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan sebagai berikut:

1) hemat tidak mewah efisien, dan sesuai dengan kebutuhan

2) terarah dan terkendali sesuai dengan rencana dan program

3) terbuka dan transparan

4) sedapat mungkin menggunakan kemampuan atau hasil produksi dalam negeri sejauh hal ini
dimungkinkan.15

Pesantren perlu dibentuk organisasi orang tua santri dengan membentuk komite pesantren
yang dapat memberikan pertimbangan dan membantu mengontrol kebijakan program
pesantren termasuk penggalian dan penggunaan keuangan pesantren.

Selanjutnya pihak pesantren bersama komite pesantren pada setiap tahun anggaran perlu
bersama-sama merumuskan rencana anggaran pendapatan dan belanja pesantren (RAPBP)
sebagai acuan bagi pengelola pesantren melaksanakan manajemen keuangan yang baik. Hal-hal
yang perlu dimuat dalam RAPBP antara Lain:

a) Rencana Sumber Pendapatan Dalam satu tahun yang bersangkutan Meliputi:

1) kontribusi santri

2) sumbangan dari individu dan organisasi

3) sumbangan dari pemerintah bila ada

4) dari hasil usaha

b) Rencana dalam satu tahun yang bersangkutan

15
Binti Maunah. 2011. Landasan Pendidikan Yogyakarta: Teras, hal. 34
Semua penggunaan uang pesantren dalam satu tahun anggaran perlu direncanakan dengan
baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan dengan baik. penggunaan uang pesantren
tersebut menyangkut seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan kebutuhan pengolahan
pesantren, termasuk dana operasional harian, pengembangan sarana dan prasarana pesantren
infaq semua petugas pesantren, dan kerjasama, dan bahkan dana praktis lain-lainnya perlu
direncanakan dengan baik.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana anggaran pendapatan dan
belanja pesanan adalah menetapkan prinsip anggaran berimbang artinya rencana pendapatan
dan pengeluaran harus seimbang diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus.

Dengan RAPBP yang berimbang maka kehidupan pesantren akan menjadi solid dan benar-
benar kokoh dalam keuangannya akan menjadi kunci dari kemandirian bagi kehidupan
pesantren. Bila hal ini tercapai kredibilitas pesantren di mata masyarakat akan tinggi dan
terpercaya. melalui RAPBP juga maka sentralisasi pengelolaan keuangan terfokus pada benda
bendaharawan pesantren. Hal ini perlu dilakukan malalui pertanggungjawaban keuangan.
Setiap penggunaan keuangan perlu dilakukan melalui pengajuan keuangan secara tertulis, dan
sedapat mungkin hanya program-program yang termasuk dalam perencanaan keuangan saja
yang didanai. agar mudah pengawasan nya.

Berkaitan dengan pengelolaan keuangan ade hal yang perlu diperhatikan oleh
bendaharawan pesantren diantaranya:

a) pada setiap akhir tahun anggaran bendahara want harus membuat laporan keuangan kepada
komite pesantren untuk dicocokkan dengan RAPBP

b) laporan keuangan harus di lampir itu bukti-bukti pengeluaran yang ada termasuk bukti
penyetaraan pajak (PPN dan PPH) bila ada

c) kwitansi atau putih-putih pembelian atau bukti penerimaan honorarium atau bantuan atau
bukti pengeluaran yang lain yang sah

d) neraca keuangan juga harus ditunjukkan untuk diperiksa oleh tim bertanggung jawaban
keuangan dari komite pesantren.16

Selain buku neraca keuangan yang erat hubungannya dengan pengolahan keuangan ada juga
beberapa buku lain yang juga penting bagi bendaharawan pesantren:

1) buku kas umum

2) buku persekot atau uang muka

16
Ibid. hal. 73
3) daftar potongan-potongan

4) daftar gaji

5) buku tabungan

6) buku iuran

7) buku catatan lain yang tidak termasuk di atas, seperti catatan pengeluaran incidental. 17

Pesantren sebagai lembaga yang semestinya menjaga akuntabilitas publik selayaknya jika mulai
memperbaiki manajemen atau pengelolaan keuangan secara baik dan bertanggung jawab.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen pengelolaan pondok pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat organisasi
yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam pondok pesantren. Dalam
pesantren memiliki lima elemen dasar yaitu; Kyai, santri, pondok, mesjid dan pengajaran kitab-kitab
Islam Klasik atau yang sering disebut dengan kitab kuning. Dalam struktur organisasi pesantren peran
kyai sangat menonjol, kyai sering kali menempati atau bahkan ditempatkan sebagai pemimpin tunggal
yang mempunyai kelebihan (Maziyah) yang tidak dimiliki oleh masyarakat pada Umumnya. Pondok
pesantren seringkali menerapkan pola manajemen yang berorentasi pada penanaman jiwa ketulusan,
keikhlasan, kesukarelaan yang biasa dikenal dengan istilah "lillahi ta'ala" . Konsep tersebut menjiwai
hampir semua Aktifitas pada Pondok pesantren namun konsep tersebut pada Masa Lalu banyak

17
Ibid. hal. 73
memiliki kelemahan karena tudak diimbangi dengan kemampuan manajemen modern tampak kurang
beraturan dan kurang efisien. Pengelolaan model pendidikan pondok pesantren dalam hubungannya
dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (Human Resource), namun meskipun demikian
setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu: potensi pendidikan dan
pengembangan masyarakat.

B. Saran

Demikianlah makalah ini yang dapat kami paparkan. Besar harapan makalah kami ini dapat bermanfaat
untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangay diharapkan
agar makalah ini dapat disusun menjdu lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Dawam, A. Ainurrofiq, dan Ahmad Ta'rifin. 2008. Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren. Jakarta: PT.
Lista Farika Putra.

Departemen Agama. 1982. Proyek Pembinaan Bantuan kepada Pondok Pesantren Dirjen BINBAGA islam,
pedoman penyelenggaraan Unit Ketrampilan Pondok Pesantren.

Ghazali, M. Bahri. 2001. Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Pedoman Ilmu jaya.

Haedaru, Amin, dan Ishoma el-Saha. 2008. Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren Dan Madrasah
Diniyah. Jakarta: Diva Pustaka.

Maunah, Binti. 2011. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Teras.

Masyhud, M. Sulthon, dan M Khusnurridlo. 2003. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka

MU YAPPI. 2008. Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren. Jakarta: Media Nusantara

Terry, George. R. 1972. Principles of Management. Illinois: Richard D. Irwin, Inc


Yacub, M. 2006. Pondok Pesantren dan pembangunan Masyarakat Desa. Bandung: PT. Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai