Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang Masalah

Diplomasi merupakan cara dengan negeri dan juga politik internasional.


Berdasarkan kamus Oxforde, diplomasi didefinisikan sebagai  ‘kegiatan hubungan
internasional dalam bentuk negosiasi’. Adam Watson (1982: 33) Sedangkan diplomasi
kpu provinsi diartikan sebagai usaha suatu negara dalam memperjuangkan kepentingan
nasionalnya melalui dimensi kpu provinsi. Secara konvensional, dalam bentuknya yang
paling tajam, diplomasi berupa perundingan yang dilakukan oleh pejabat resmi negara
sebagai pihak-pihak yang mewakili kepentingan nasional masing-masing negara.
Dalam perkembangannya kemudian, pelaku-pelaku diplomasi bukan hanya pejabat
negara, melainkan kepentingan nasional negaranya dengan sepengetahuan atau
persetujuan pemerintah1.
Diplomasi Kpu provinsi busaha suatu negara untuk memperjuangkan
kepentingan nasionalnya melalui dimensi kpu provinsi, baik secara mikro
seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, dan kesenian, ataupun secara
makro sesuai dengan ciri khas yang utama, misalnya propaganda dan lain-lain.
Kpu provinsi dipercayai sebagai sesuatu yang bersifat tidak statis, berasal dari
asal kata budaya, budaya diartikan sebagai sesuatu yang selalu berubah-ubah.
Budaya dapat Berubah Karena Dua Faktor Yaitu Faktor Internal Dari Dalam
Diri Manusia, Dikenal Dengan Istilah Evolusi Dan Faktor Esternal Dari Luar
Diri Manusia, Dikenal Dengan Istilah Difungsi. Perubahan budaya dijelaskan
sebagai perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki oleh individu
atau kelompok individu yang bersangkutan yang mencangkup antara lain
aturan-aturan atau norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam
kehidupan warga masyarakat, nilai-nilai teknologi, selera dan rasa keindahan
atau kesenian dan bahasa. Tlus Wrsito dan Wahyuni Kartika Sari, 2007).
Republik Korea menjalin hubungan diplomatik dengan Republik Indonesia pada

Agustus tahun 1966. Konsulat Republik Korea di Jakarta dibuka pada Desember tahun

1
2016 Diakses melalui SL. Roy.2016.“Diplomasi Kebudayaan”, Jurnal (Online)
http://Politik.kompasiana.com/diplomasi-Kebudayaan/
pada tanggal 20 Juli 2016
1966, dan Konsulat Republik Indonesia di Seoul dibuka pada Juni tahun 1968.

Kemudian, kedua konsulat itu ditingkatkan statusnya menjadi Kedutaan dengan

pertukaran Duta Besar, dilaksanakan pada 18 September 1973. Setelah membuka

hubungan diplomatik, kedua negara terus berusaha untuk meningkatkan hubungan

persahabatan melalui kunjungan pejabat tinggi dari negara masing-masing (Laporan

Pelayanan Informasi Korea di Luar Negeri, 1994).

Korea Selatan melakukan diplomasi kpu provinsi guna penyebaran budaya dan

perluasaan pasar di Indonesia.Melalui Drama KOrea yang dilakukan sebagai salah satu

bentuk instrumen pelaksanaan diplomasi kpu provinsi juga memiliki pengaruh positif

di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya.

Dalam hubungan diplomatik tingkat konsuler tersebut telah dibuka banyak

kesempatan bagi kedua negara untuk bekerjasama di berbagai bidang demi tercapainya

kepentingan kedua negara (Yang Seung Yoon, 2010). Kpu provinsi adalah salah satu

bidang yang menjadi fokus kerjasama RI-ROK karena dinilai dapat memperkuat

hubungan persahabatan kedua negara melalui konsep people to people. Komitmen

kerjasama ini kemudian dibuktikan dengan membuat perjanjian kpu provinsi melalui

Agreement between the government of the Republic of DalamIndonesia and the

government of the Republic of Korea on Culturadjkjhgfghjl Cooperation


yakesempatan bng ditandatanganii pada 28 November 2000

(Kemenlu.go.id).Dalam

a b v csc asc

Scs Acasas C As cas

C ascas csa casc

cas

Sebagai tindaklanjukepentingan kt dari kerjasama kpu provinsi ini, pada 14-15

Mkesempatan bei 2008 di Jogjakarta diadakan The firsbidang yang t Cultural

committee meeting RIkepentingan k-ROK yang menyepakati film sebagai bagian dari

benhubungan pertuk pertukarankbidang yang pu provinsi antar kedua negara disamping

seni tari tradisional, kerajinankerjasama ini,hubungan per musik dan pariwisata

(Laporan Kegiatan Sidang PertamaKomisi Bersama Kpu provikerjasama

ininAgreement betsi RI-ROK)).Agreement b


the Republic ogovernment o
Film dan drama Korea sering kali disebut sNovember 20ebagai

agditandatanganen pertama penyebab terjadinya gelombang Korea/Korean Wave. Hal

ini sebagaimana ditulis Doo Boo Shim (2006) dalam artikel nya yang berjudul

Hybridity and the rise Korean popular culture in Asia, bahwa drama Korea pertama

yang berjudul What Is Love About pada tahun 1997 yang mulai ditayangkan di China

melalui sebuah media China Central Television Station (CCTV) mendapatkan rating

tertinggi kedua dalam sejarah pertelevisian China serta mendapatkan banyak

permintaan untuk kembali ditayangan oleh CCTV pada tahun 1998. Pada tahun 1999,

drama televisi Korea lainnya, seperti Stars in My Hearts memperoleh popularitasnya di

China dan Taiwan. Sejak saat itu, drama televisi Korea secara cepat memenuhi

program televisi di beberapa negara seperti Hongkong, Taiwan, Singapore, Vietnam

dan Indonesia sehingga seorang jurnalis China menamai fenomena ini sebagai Hallyu,
atau dalam bahasa mandarin disebut Hanliu yang berarti Gelombang Korea atau

Korean Wave.

Di Indonesia, program drama Korea masuk melalui stasiun TV Indosiar yang

menayangkan drama Winter Sonata dan drama Endless Love pada tahun 2002. Selanjutnya,

Trans TV menayangkan Drama Glass Shoes and Lover, dan di tahun 2003 TV 7 (sekarang

Trans7) menayangkan Beautiful Days. Selama kurun waktu 2002-2003 SCTV pernah

pula menayangkan beberapa drama Republic of Korea diantaranya Invitation, Pop

Corn, Four Sisters, Successful Bridegirls, Sunlight Upon Me, dan Winter Sonata

(Nesya Amellita,: 2010).

Ketika film dan drama seri Korea masuk ke Indonesia, ditempat penjualan dan

penyewaan VCD/DVD banyak ditemukan VCD/DVD Korea. Salah satu drama seri

Korea yang pertama kali masuk dalam versi VCD original yaitu Endless Love yang

diedarkan oleh perusahaan rekaman dan distributor PT. Duta Cahaya Utama.

Kemudian, tahun 2008, film Korea secara resmi mulai didistribusikan melalui bisokop

Blitzmegaplex2, sehingga film dan drama korea tidak hanya dapat diakses melalui

DVD, tetapi juga dapat dilihat di bioskop (Mukhtasyar Syamsudin , 2012).

Penyebaran luas budaya pop Korea pada 2010 hingga 2015 lalu bisa dikatakan

sukses, setelah melihat dunia hiburan Indonesia yang mengikuti gaya budaya Korea,

penjualan VCD/DVD, barang elektronik, hingga penjualan produk-produk lainnya.

Terdapat forum Lautan Indonesia pada stasiun televisi Indosiar yang bertujuan untuk

memberikan informasi dan komentar tentang drama seri yang sedang ditayangkan, serta

mereka bisa berhubungan dengan para penggemar drama seri Korea se-Indonesia.

Disamping itu ketersediaan VCD dan DVD drama seri dan film Korea di toko-toko dan

2
Blitzmegaplex adalah jaringan bioskop di Indonesia yang membuka jaringan bioskop pertamanya di
Paris Van Java mall bandung (http://blitzmegaplex.com/en/about_blitz.php) diakses tanggal 8 mei 2013
tempat penyewaan juga dapat dijadikan acuan yang menandakan eksistensi Korean

wave di Indonesia. Adanya perusahaan yang telah secara resmi memegang lisensi

penjualan film Korea di Indonesia yang menggunakan subtittle bahasa Indonesia,

sehingga produk-produk ini mudah diperjual belikan. Dalam hal ini, film-film Korea

sudah mendapat lisensi penjualan melalui distributor resminya. Ini menandakan bahwa

film Korea pun sudah mulai sejajar dengan film-film dari Hollywood yang dipasarkan

di Indonesia. Ini merupakan suatu pencapaian sukses yang diraih oleh industri

perfilman Korea.

Sebagaimana produk film Hollywood, film dan drama Korea di Indonesia memiliki

banyak penggemar. menurut keterangan dari Laporan The Cultural Cooperation and

Korean Wave (Hallyu), terdapat 55, 967% akun facebook drama Korea Indonesia dari

keseluruhan fanbase akun facebook komunitas pecinta Korea Indonesia. Salah satu akun

facebook yang ngehits dengan nama “Korean Drama LOvers” mendapatkan Likers

sebannyak 226.668 likes. Selain dari Facebookl, Pecinta Drama Korea di Indonesia

juga mengikuti beberapa akun twitter Drama Korea Indonesia. Salah satu akun twitter

bernama @Kutipandramakorea memiliki follower 170.174.

Menurut Wahyudi Wibowo (2012), popularitas gelombang Korea/ Korean Wave

terjadi karena adanya kolaborasi antara pemerintah dan individu. Pemerintah Republic of

Korea dalam hal ini secara konsisten sejak masa pemerintahan Kim Dae Jung melakukan

pengembangan kebijakan budaya (Culture Policy) dengan mengeluarkan kebijakan The

Basic Law of Cultural Industry Promotion dengan mengalokasikan total anggaran

sebesar 148.5 juta dollar untuk pengembangan industri budaya (Shim :2006 ) dan 125

juta dollar untuk mempromosikan film Korea dalam rentang waktu antara tahun 1999-

2003 (Dal Yong Jin: 2006). Kim Dae Jung juga memberikan slogan “Provide Support,
but do not interfere”3terhadap kebijakannya dalam industri film (Kim Mee

Hyun:2007).Sedangkan pada masa Lee Myung Bak, aspek Korean Wave digunakan

sebagai alat diplomasi kpu provinsi yang juga menjadi bagian dari visi kementerian

budaya, olah raga dan pariwisata Korea.

Seiring dengan dilakukannya diplomasi kpu provinsi Korea pada tahun 2009, di

Indonesia juga mulai diselenggarakan event festival film Korea di Jakarta. Kemudian di

tahun 2013 event serupa kembali diselenggarakan di dua kota besar, Jakarta dan

Bandung. Bersamaan dengan hal ini juga dilakukan agenda kampaye pariwisata Korea

melalui Visit Korea 2010-2012, yang menjadikan lokasi-lokasi syuting sebagai tempat

wisata Korea.

Dalam segmen liputan khusus, Dwihapsari Minto Rahardjo, Marketing Manager

Korea Tourism Organization Jakarta, mengatakan jumlah wisatawan Indonesia pada bulan

September 2014 mencapai 208. 333 orang, mengalami peningkatan 25.8% dibanding tahun

2013. Ia juga menuturkan bahwa salah satu faktor pendongkrak wisatawan Indonesia ke

Korea adalah karena popularitas Hallyu/Korean Wave melalui K-Pop dan K-Drama4. Di

Jakarta sendiri terdapat dua maskapai penerbangan Internasional yang terbang secara

langsung dari Indonesia (Jakarta) ke Incheon (Seoul), yaitu Garuda dan Korean Air.

Lokasi wisata yang paling diminati wisatawan Indonesia adalah Seoul dan Pulau Jeju.

Pulau Jeju merupakan pulau terbesar di korea selatan yang sering dijadikan tempat

wisata lokasi syuting drama Korea, salah satu drama Korea terkenal yang pernah

melakukan syuting di pulau ini adalah Boys Over Flower.

Suksesi drama Korea menurut Bhadrawaj Ramesh mampu mendatangkan

pendapatan tambahan (Additional Income) bagi Republic of Korea yang ditandai

dengan adanya peningkatan pendapatan di bidang pariwisata dan ekspor budaya


3
Supportdan
yang diberikan pemerintahan Kim dae Jung meliputi dukungan dana, dukungan investasi,
4 produksi distribusi.
2016 Diakses melalui http://kontan.co.id//wisata/korea.html pada tanggal 25 Juli 2016
Republic of Korea. Drama Winter Sonata misalnya, menurut Eun Mee Kim dan Jiwon

Ryoo ( 2007) drama ini telah menghasilkan keuntungan sebesar 6.24 juta dollar AS

atau menyumbang 0.1% atas GDP korea selatan di tahun 2004. Demikian pula, drama

ini telah membuat orang tertarik untuk mengunjungi lokasi syuting di kawasan Pulau

Nami (Nami Island).

Selain itu, kepopuleran drama Korea juga telah meningkatkan ekspor budaya

Republic of Korea dalam waktu 3 tahun (2002-2005) dan secara tidak langsung juga

meningkatkan Total Pendapatan/Total Revenue sektor budaya Republic of Korea.

Grafik 1.1. Grafik Ekspor budaya Republic of Korea

Ekspor budaya Republic of Korea mengalami peningkatan total pendapatan dari

angka 500 juta dollar di tahun 2002 menjadi 1 milyar dollar di tahun 2005. Total

Pendapatan ini salah satunya berasal dari ekspor film box office di luar negeri yang

menyumbang sebesar 31 juta dollar di tahun 2002, menjadi 75 juta dollar di tahun 2004.

Demikian halnya dengan sektor pariwisata Republic of Korea pada tahun 2005, telah

mendapatkan kujungan turis luar negeri sebanyak 50 juta orang untuk mengunjungi lokasi

syuting drama Korea (Bharadwaj Ramesh: 2005)

Peningkatan ekspor budaya Republic of Korea di tahun 2002-2005 sejalan

dengan terjadinya peningkatan volume perdagangan Republic of Korea di tahun 2001-

2005
Grafik 1.2. Grafik Volume Perdagangan Republic of Korea

Di tahun 2002, pendapatan ekspor Korea selatan berada pada angka 162, 471

Milyar dollar dan di tahun 2003 mengalami selisih tambahan sebesar 31, 346 milyar

dollar sehingga total ekspor di tahun 2003 menjadi 193,817 milyar dollar. Selanjutnya

di tahun 2004 ekspor Republic of Korea kembali mengalami peningkatan menjadi

sebesar 253,845 milyar dollar. Ekspor tertinggi berada di tahun 2005, sebesar 284,419

milyar dollar.

Merujuk pada pernyataan Bhadrawaj Ramesh, penulis mengamati, bahwa tidak

menutup kemungkinan ekspor drama Korea ke Indonesia juga dapat mendatangkan

keuntungan tesendiri bagi Republic of Korea. Selanjutnya, dalam penelitian ini penulis

memutuskan untuk mengambil judul Peran korea selatan Diplomasi Kpu provinsi

melalui Film dan Drama: Kepentingan Ekonomi dan Citra Korea Selatan di

Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk menjawab penelitian ini, penulis mencoba merumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Meengapa korea selatan melakukan Peran Diplomasi Kpu provinsi melalui film

dan drama ke Indonesia,,?


1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

2. Mengemukakan dan memaparkan sejarah serta perkembangan kebijakan Korea

selatan terhadap Perfilman dan drama.

3. Menganalisis tujuan dilakukan nya diplomasi kpu provinsi oleh Korea selatan

terhadap Indonesia melalui film dan drama di Indonesia.

1.4 Kerangka Teori

Dalam menjawab pertanyaan penelitian diatas, penulis akan menggunakan

beberapa konsep yakni, Konsep Diplomasi Kpu provinsi dan Kepentingan Nasional.

1.4.1 Diplomasi Kpu provinsi

Tulus Warsito dan Wahyuni Kartika Sari (2007) menjelaskan Diplomasi Kpu

provinsi sebagai sebuah upaya suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan

nasionalnya melalui dimensi kpu provinsi, baik secara mikro seperti pendidikan,

Ilmu pengetahuan, olah raga dan kesenian, ataupun secara makro misalnya

Propaganda. Tujuan dari Diplomasi ini adalah untuk mempengaruhi pendapat

umum (masyarakat negara lain) guna mendukung suatu kebijakan politik luar

negeri tertentu. Para Pelaku kegiatan diplomasi kpu provinsi adalah pemerintah

maupun lembaga non-pemerintah, individual maupun kolektif, atau setiap

warga negara. Adapun materi yang dipakai dalam diplomasi kpu provinsi

adalah segala hal yang dianggap sebagai pendayagunaan aspek budaya (dalam

politik luar negeri) antara lain, kesenian, pariwisata, olah raga, tradisi, teknologi

sampai dengan pertukaran ahli dan lain sebagainya.

Sementara itu, menurut Shin Seung Jin (2008) dalam tulisannya yang

berjudul Strategic Directions for the Activations of Cultural Diplomacy to Enhance

the Country Image of the Republic of Korea menjelaskan bahwa aktivitas diplomasi
kpu provinsi merupakan cara lain yang dilakukan suatu negara untuk mencapai

kepentingan nasionalnya, selain dari cara-cara militer. Kepentingan nasional yang

ingin dicapai biasanya berupa keinginan untuk mendapatkan penilaian positif dari

masyarakat negara lain sehingga mempermudah dilakukannya kerjasama-kerjasama

di berbagai bidang. Disamping itu, menurut Shin, dalam melakukan diplomasi kpu

provinsi, suatu negara harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik negera

penerima, sehingga tujuan dari negara pengirim dapat tercapai secara efektif.

1.4.2 Kepentingan Nasional

Pengertian Kepentingan Nasional dijelaskan Holsti sebagai salah satu

faktor terpenting dan mendasar yang mendorong sebuah negara melakukan

interaksi dengan aktor-aktor hubungan internasional. Hal-hal yang terkait dalam

kepentingan nasional sering dilihat sebagai tujuan awal dari kebijakan luar

negeri (Holsti, 1987) Kepentingan nasional juga mengarahkan para pembuat

keputusan dalam merumuskan kebijakan luar negeri suatu negara seperti

pertahanan dan keamanan , militer, sosial budaya dan kesejahteraan ekonomi

(Rosenau, 1969)

Hans Morgenthau dalam Mochtar Mas’oed (1994) menjelaskan

kepentingan nasional pada dasarnya dibangun dari dua elemen, yang pertama

didasarkan pada pemenuhan kebutuhan sendiri dan yang kedua

mempertimbangkan berbagai kondisi lingkungan strategis disekitarnya. Dalam

rangka pemenuhan kebutuhan itu, setiap kerjasama atau hubungan yang

dilakukan oleh dua negara atau lebih pasti mengutamakan kepentingan nasional.

Selanjutnya, Morgenthau menyamakan kepentingan nasional dengan

usaha negara untuk mengejar power, dimana power adalah segala sesuatu yang
bisa mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara

lain. Hubungan power dan kontrol tersebut dapat dicapai melalui teknik-teknik

pemaksaan dan teknik kooperatif. (Theodore A, Clomubus dan James H.

Whole, 1990)

Makna yang tersirat dalam konsep kepentingan nasional menurut

Morgenthau adalah kelangsungan hidup. Syarat minimum suatu negara adalah

kemampuan untuk melindungi identitas fisik, politik dan kulturalnya dari

gangguan negara lain. Jika diterjemahkan kedalam tujuan yang lebih spesifik

maka membela atau melindungi identitas fisik sama dengan memelihara

integritas wilayah suatu negara. Melindungi identitas politik sama dengan

melindungi eksistensi rejim politik-ekonomi seperti demokrasi yang kompetitif,

komunis, sosialis, otoriter, dan totaliter. Melindungi identitas kultural sama

dengan etnis, agama, bahasa, dan norma sejarah negara (Theodore, 1990)

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan suatu cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti merupakan

kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan

juga sistematis. Kemudian, data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data

empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid, reliable dan juga

obyektif.5 Menurut Prof. Dr. Sugiyono, bermacam-macam metode penelitian yang

dilihat dari landasan filsafat, data dan analisisnya yang dapat dikelompokkan menjadi

tiga, yaitu tipe metode penelitian Kuantitatif, metode penelitian Kualitatif dan juga

5
Prof. Dr. Sugiyono. 2011. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal :3.
metode penelitian Kombinasi (mixed methods).6

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Bagong Suyanto dan

Sutinah (2006) mengutip dari Taylor dan Bogdan (1984) penelitian kualitatif dapat

diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata- kata

lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang

diteliti.7 Sementara menurut Strauss dan Corbin (2003), metode kualitatif berupaya

menemukan kenyataan empiris dari realitas social sehingga tercapainya pemahaman

mendalam tentang realitas social tersebut.

Dalam pendekatan metodologi penelitian Kualitatif, penelitian dapat dilakukan

dalam tiga tahapan, yaitu pengumpulan data (Data Colloective), pengolahan data (Data

Analysis), Laporan penelitian (report writing).8 Berdasarkan karakteristiknya,

penelitian kulitatif dapat dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber

data dan peneliti adalah instrument kunci. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif

dan data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan

pada angka. Penelitian kualitatif juga lebih menekankan pada proses daripada produk

atau outcome, melakukan analisis data secara induktif dan juga lebih menekankan pada

makna (data dibalik yang teramati) 9. Penggunaan metode kualitatif menjadi pilihan

penulis dalam melakukan penelitian ini dikarenakan penulis melihat mengenai

Kepentingan korea selatan terkait Diplomasi Kpu provinsi nya di Indonesia melalui

keberadaan film dan drama Korea. Sehinggak penelitian ini merupakan salah satu isu

terbaru dalam hubungan internasional saat ini yang tepat untuk menggunakan metode

penelitian kualitative.

6
Ibid. Hal: 9-10.
7
Ibid, Hal : 13.
8
John W. Creswell. 2009. “Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches”. California: Sage
Publications. Hal: 148-161.
9
Prof. Dr. Sugiyono. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal :15
1.6 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui survey, dan studi pustaka

atau studi dokumen baik dari sumber primer maupun sekunder. Data-data sekunder

yakni seluruh data yang didapat dari berita media masa seperti koran, majalah, media

online, artikel dan data dari sumber kepustakaan seperti buku-buku terkait, dan jurnal.

Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Sehingga,

teknik pengumpulan data sangat penting untuk dilakukan untuk memenuhi standar data

yang akan ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,

berbagai sumber, dan berbagai cara.10Dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan

pada setting alamiah (natural setting), pada labotarium dengan metode eksperimen.

Dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber

primer dan juga sumber sekunder.11 Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dan selanjutnya, dilihat

dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pngumpulan data dapat

dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket),

dokumentasi dan juga gabungan keempatnya.12

Dalam penelitian kualitatif, data yang digunakan yaitu data primer dan juga

data sekunder. Data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang

didapatkan dari website-website resmi. Sedangkan data sekunder lebih didapatkan dari

10
Prof. Dr. Sugiyono. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal : 308
11
Prof. Dr. Sugiyono. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal :
12
W. Laurence Neuman. 1991. “Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches”.
Boston : Allyn and Bacon. Hal : 219.
literature review atau jurnal penelitian dari berbagai sumber-sumber seperti Koran,

majalah, buku, ataupun artikel atau berita di internet. 13 Sehingga, Peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data Primer dengan mendapatkan data-data dari

website resmi Korea, dan beberapa bidang yang terkait seperti situs resmi visitor

arrival Korea Selatan. Kemudian menggunakan data Sekunder, yaitu dengan

mendapatkan dari literature review atau Jurnal yang berhubungan dengan Korea

Selatan dan juga yang terkait dengan materi dan teori yang digunakan, serta

menggunakan buku seperti buku metode penelitian sebagai acuan dalam sistematika

penelitian atau penulisan.

1.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang

akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami oleh

pembaca atau diri sendiri. Analisa data kualitatif lebih bersifat induktif, yaitu suatu

analisis yang berdasarkan data yang diperoleh, yang selanjutnya dikembangkan

menjadi hipotesis.14 Analisi data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesei pengumulan data dalam periode

tertentu. Menurut Miles dan Huberman (1984), aktivitas dalam analisis data yaitu,

data reduction, data display, dan conclusion drawing atau verification.15

Data Reduction atau Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang
13
Prof. Dr. Sugiyono. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal :
333
14
Prof. Dr. Sugiyono. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal :
334.
15
Prof. Dr. Sugiyono. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal :
334.
memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam

mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan

utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan.16 Data Display (Penyajian Data),

yaitu Setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya yaitu mendisplay

data. Dalam penelitian kualitatif, yang paling sering digunakan untuk menyajikan.

1.8 Jangkauan Penelitian

Jangkauan penelitian ini berkaitan dengan seberapa jauh jangkauan penelitian yang

dilakukan atau batasan dalam penelitian. Dalam penulisan skripsi ini, jangkauan

penelitian mengenai Meengapa korea selatan melakukan Peran Diplomasi Kpu provinsi

melalui film dan drama ke Indonesia? Peningkatan yang terjadi yaitu sekitar tahun

2010 hingga 2015.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan skripsi ini, dapat dijelaskan mengenai sistematika

penulisan yang dibagi menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut;

Bab I pendahuluan ini, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah

atau pertanyakan masalah, tujuan dari penelitian, kerangka pemikiran atau landasan

pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini yang juga terkait dengan peringkat

analisis dan juga landasan teoritik, dan dilengkapi dengan hipotesa serta metodologi

penelitian.

Dalam Bab II ini yang berisi mengenai Bentuk-bentuk Komitmen dan

Perkembangan Kpu provinsi Korea Selatan melalui Film dan Drama di Indonesia .

Kemudian dalam Bab III Menjelaskan Sejarah Film Korea Melalui penjelasan

Perkembangan Kebijakan Pemerintah Republic of Korea terhadap Film dan Drama


16
Prof. Dr. Sugiyono. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal : 336-
337.
dalam Bab tiga ini Kebijakan Republic of Korea terhadap media Film dan Drama di

Indonesia

Pada Bab IV Membahas Pencapaian Kepentingan Citra dan Ekonomi Republic

of Korea melalui Film dan Drama di Indonesia dan yang terakhir Bab V yaitu

Kesimpulan, pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari Kebijakan Korea Selatan

yang dilakukan di Bab VI, yang lebih menjelaskan inti dan rangkuman dari hasil

penulisan skripsi ini.


BAB II

KOMITMEN REPUBLIC OF KOREA DI INDONESIA DALAM BIDANG

KPU PROVINSI

Dalam hukum Internasional bidang kpu provinsi yang diterapkan oleh Republik

Korea disebutkan bahwa pemerintah RoK telah membangun kontrak kerjasama budaya

dan membentuk komite umum kpu provinsi demi memperkuat hubungan bilateral dan

kerjasama di bidang kpu provinsi dalam level international (Institutional and Legal

Framework RoK). Pernyataan ini menunjukan bahwa RoK telah melakukan kontrak

kerjasama kpu provinsi dengan banyak negara. Perjanjian tersebut telah menandai

dilakukannya aktivitas kerjasama kpu provinsi dengan 80 negara. Selanjutnya, sebagai

bentuk aktivasi pertukaran kpu provinsi antar negara, pemerintah Korea mendirikan

komite bersama kpu provinsi di 30 negara dengan tujuan untuk memperluas

pemahaman budaya antar bangsa. (Intitutional and Legal Framework RoK).

Dalam laporan tahunan KBRI di Seoul (2001) disebutkan bahwa Indonesia adalah

salah satu dari 30 negara patner Republik Korea dalam menjalin kerjasama bidang kpu

provinsi. Kerjasama ini telah dilakukan melalui persetujuan yang ditandatangani pada

tanggal 2 November 2000 pada saat kunjungan balasan kenegaraan presiden Kim-Dae Jung

ke Indonesia. Secara efektif kerjasama ini dapat memberikan dorongan kuat bagi kedua

negara untuk mewujudkannya dalam bentuk nyata. Hal ini terbukti ketika Indonesia

mengadakan pameran pengenalan barang - barang kerajinan, tarian, kesenian, dan

pariwisata Indonesia di Seoul yang berlangsung dengan baik. Begitupula sebaliknya.

Lebih jauh lagi dalam laporan itu dijelaskan bahwasanya hubungan diplomatik
antara Indonesia-Republik Korea telah berjalan baik dan tidak terdapat masalah-

masalah yang dapat mengganggu hubungan kedua negara karena menganut prinsip-

prinsip saling menghormati dan menginginkan peningkatan hubungan yang saling

menguntungkan di berbagai bidang. Sementara itu, dalam bidang kpu provinsi,

sebagaimana laporan KBRI Seoul tahun 2000, presiden Kim Dae Jung masih tetap

memberikan prioritas yang tinggi pada program kegiatan kpu provinsi dan pariwisata

Republic of Korea dengan bersedia tampil dalam iklan media untuk memperomosikan

negaranya. Selain untuk meningkatkan reputasinya di mata masyarakat Internasional.

Sebagaimana telah disinggung diawal, inti dari perjanjian kpu provinsi antara

RI-ROK yang telah di sahkan pada tahun 2000, tidak hanya memuat kerjasama antar

pemerintah, tetapi juga kerjasama antar masyarakat RI-ROK. Hal ini tercantum dalam

draft Agreement between the government of the Republic of Indonesia and the

government of the Republic of Korea on Cultural Cooperation yang menyatakan

bahwasanya kedua negara memperkuat hubungan persahabatan antara rakyat Indonesia

dan rakyat Korea yang mana dapat memberikan keuntungan timbal balik bagi rakyat

kedua negara (Dokumen Kerjasama Perjanjian RI-RoK, 2000).

2.1 Bentuk-bentuk Komitmen Kpu provinsi Republic of Korea di Indonesia

Dalam Diplomatic Whitepaper 2006, dijelaskan bahwa pemerintah Korea

melakukan serangkaian kegiatan yang dapat mendukung diplomasi kpu provinsinya

melalui beberapa kegiatan. yaitu:

2.1.1 Bidang Pendidikan

1. Suport Overseas Korean Studies

Dijelaskan Shin (2012) MOFAT mendukung pertukaran pelajar ke luar


negeri dalam rangka memperkenalkan budaya Korea yang berkaitan dengan

topik juga mencari berbagai macam cara untuk memperkenalkan kultur Korea

ke luar negeri. Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia dan Pusat Kpu

provinsi Korea banyak membuka peluang beasiswa ke Korea bagi masyarakat

Indonesia, seperti beasiswa pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

berasal dari pemerintah dan beasiswa seni yang berasal dari organisasi

(idn.mofat.go.kr).

Disamping itu, Korean Fondation merupakan salah satu lembaga yang

memberikan dana bagi pendidikan dan penelitian di Indonesia melalui

pembentukan Pusat Studi Korea di beberapa universitas sepeti Universitas Gajah

Mada (UGM), dan Universitas Indonesia (UI). Seiring bertambahnya Universitas

yang mendirikan Korean Studies Centre 17, maka pada tahun 2009 menurut Suray

Agung Nugraha (2009) dalam Review INAKOS, para alumni Universitas Korea

menggagas dibentuknya perkumpulan pusat Studi

Korea-Indonesia yang kemudian dinamai INAKOS (International Association

of Korean Studies Indonesia). Dalam Review tersebut juga dijelaskan bahwa

INAKOS berupaya mendukung perkembangan terbaru Pusat Studi Korea yang

ada di Indonesia melalui kerjasama dengan para sarjana Korea dan sarjana

Indonesia, generasi muda, serta para peneliti dari institusi Korea.

2. Jakarta Internastional Korean School

Jakarta International Korean School beridiri atas usulan para pendiri

Asosiasi Korea dengan persetujuan dari Kedutaan besar Korea yang ada di

Indonesia (JIKS.com). Pada bulan November 1990, Departemen pendidikan

17
Korean Studies Centre juga didirikan di Universitas Nasional, Universitas Diponegoro,
Universitas Lambung Mangkurat, dan Universitas Hasanudin
dan kpu provinsi Indonesia mengesahkan usulan pendirian sekolah internasional

untuk tingkat SD sampai SMU yang diajukan oleh yayasan pendidikan Korea

yang ada di Indonesia (Yang Seung Yoon, 2005). Sekolah yang memiliki visi

“Nurturing Creative Leader Who Has Global Perspective” ini disediakan bagi

warga Korea yang tinggal di Indonesia, sehingga keseluruhan siswa dari

sekolah ini merupakan warga asli atau warga keturunan Korea (Hansangjae,

2006).

Dalam beberapa kesempatan, sekolah JIKS sebagaimana diberitakan

dalam website bpkpenabur.or.id (2012), pada tahun 2012 beberapa siswa dari

Jakarta International Korean School ini melakukan pertukaran pelajar nasional

dengan sekolah SMPK Penabur Kota Modern. Para siswa-siswi JIKS mengikuti

kurikulum belajar mengajar di SMPK tersebut selama 2 hari

3. Korean Studies Centre

Korean Studies Centre ini pertama kali didirikan tahun 1996 di dua

universitas negeri di Indonesia yaitu Universitas Gajah Mada (UGM) dan

Universitas Indonesia (UI). Pembentukan Korean Studies Centre merupakan

bagian dari program Korean Fondation untuk mendukung pendidikan,

penelitian, dan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan “mutual understanding”

antara Republik Korea dengan Republik Indonesia

(kf.or.kr). Seiring bertambahnya Universitas yang mendirikan Korean

Studies Centre18, maka pada tahun 2009 menurut Suray Agung Nugraha (2009)

dalam Review INAKOS, para alumni Universitas Korea menggagas

dibentuknya perkumpulan pusat Studi Korea-Indonesia yang kemudian dinamai

INAKOS (International Association of Korean Studies Indonesia). Dalam


18
Korean Studies Centre juga didirikan di Universitas Nasional, Universitas Diponegoro,
Universitas Lambung Mangkurat, dan Universitas Hasanudin
Review tersebut juga dijelaskan bahwa INAKOS berupaya mendukung

perkembangan terbaru Pusat Studi Korea yang ada di Indonesia melalui

kerjasama dengan para sarjana Korea dan sarjana Indonesia, generasi muda,

serta para peneliti dari institusi Korea.

4. Hallyu Forum dan Seminar

Pada Desember 2012 Kedutaan Besar Republic Korea mengadakan seminar

bertema “The Cultural Cooperation & Korean Wave (Hallyu)”. Disamping itu

ada juga seminar online bertema “Semangat Kreatifitas dalam Bahasa Korea”

dan Seminar Pendidikan Bahasa Korea, bertema

“Cara dan Pembahasan tentang Mensosialisasikan Pendidikan Bahasa Korea

dan Peningkatan Kualitas Pengajar Bahasa Korea”. Seminar-seminar ini

merupakan kegiatan yang juga bekerjasama dengan Korea Foundation for

International Culture Exchange (KOFICE).

2.1.2 Kerjasama Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Bentuk-bentuk kerjasama Ilmu Pengetahuan dan teknologi lain nya

adalah sebagai berikut:

1. KBS World

Pada dasarnya kerjasama Ilmu Pengetahuan dan teknologi antara RI-

RoK sudah dilakukan sejak diluncurkan nya siaran berbahasa Indonesia oleh

stasiun Radio Korean Broadcasting system World (KBS World) milik Korea di

wilayah Asia Tenggara pada 2 Juni 1975. Siaran Berbahasa Indonesia itu

meliputi semua kawasan yang berbahasa Melayu, seperti Indonesia, Malaysia,

Brunei Darussalam, Singapura, kawasan selatan kepulauan Filipina juga


termasuk wilayah ujung selatan Thailand. selama 4 tahun, yaitu antara tahun

1975-1978, waktu siaran berbahasa Indonesia tersebut disiarkan selama 15

menit sebanyak 3 kali setiap hari yang waktunya disesuaikan dengan waktu

kawasan Asia Tenggara untuk dapat menjaring lebih banyak pendengar dari

kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia (Yang Seung Yoon: 2005).

Dalam kerjasama siaran tersebut, juga dilakukan kerjasama pertukaran

tenaga kerja antara tenaga kerja KBS World dengan tenaga kerja Radio Republik

Indonesia (RRI), sebagaimana dikutip Yang Seung Yoon

(2005) dalam laporan RRI, “sejak tahun 1978 sampai sekarang sebanyak 15

orang petugas RRI yang teridiri dari penyiar, wartawan dan insinyur telah

dikirim untuk bekerjasama dengan KBS World untuk membuat siaran berbahasa

Indonesia”.

Pada saat dilakukannya kerjasama Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,

Izin siaran berbahasa Indonesia di Asia Tenggara berada dibawah Departemen

Penerangan yang sejak 2005 mengalami perubahan nama menjadi Kementrian

Komunikasi dan Informatika Indonesia.

2. Kerjasama Perfilman

Sebelum Indonesia dan Republic of Korea menjalin hubungan

diplomatik penuh, tahun 1964, di Korea sudah mulai dibuka studi tentang film

Indonesia. Pada tahun itu, Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) sudah

membuka jurusan Indonesia yang tidak hanya mempelajari bahasa Indonesia

saja, tetapi juga mengenai keadaan politik, ekonomi, social, ekonomi dan kpu

provinsi Indonesia (Yang Seung Yoon, 2005).

Kerjasama perfilman antara RI dan Rok memang belum dilaksanakan


secara resmi. Namun wacana terkait hal itu sudah dicetuskan oleh menteri

Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Meri Elka Pangestu dalam kunjungan kerjanya

ke Republic of Korea, tertanggal 24 Maret 2012. Sebagaimana dilansir

Tourismnews.com (2012) Mari Elka Pangestu

bertemu dengan sejumlah lembaga pemerintah dan non-pemerintah yang

menangani pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif. Salah satu lembaga

yang dikunjungi adalah Korean Film Council (KOFIC). Mari Elka Pangestu

menjajaki kemungkinan kerja sama dengan lembaga tersebut terkait dengan

pengembangan animasi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan dan film.

Pada kesempatan itu, Mari Pangestu berdiskusi dengan Kepala KOFIC Kim Eui-

Suk untuk membahas pengembangan dan manajemen film di Republic of Korea

serta kemungkinan kerja sama antar kedua negara dalam mengembangkan industri

filmnya.

Sejak tahun 2000, film Korea memasuki pasar Indonesia baik dalam

bentuk drama atau film layar lebar, baik melalui bioskop blitz megaplex atau

beberapa stasiun televisi swasta seperti Indosiar, Trans TV, ANTV,

SCTV,RCTI,RTV(Rajawali telivisoin). Hanya saja kerjasama film baru

dilakukan pada level People to People. Beberapa perusahaan film Republic of

Korea yang menjalin kontrak kerjasama dengan stasiun televise Swasta

Indonesia.

Pada tahun 2009, film Republic of Korea mulai diputar di layar lebar

Indonesia melalui Festival Film Korea selama 7 hari di bioskop Blitz Megaplex

yang diselenggarakan langsung oleh Kedutaan Besar Korea untuk Indonesia.

Sementara itu, pada tahun 2013 festival serupa kembali digelar di dua kota berbeda,
Jakarta dan Bandung dan menghabiskan tiket sebanyak 4000 tiket di wilayah

Jakarta (beritasatu.com). Dalam festival ini, menurut direktur Korean Cultural

Centre, Kim Seok Gi, Festival Film Korea menjadi unsur penting dalam

memperluas hubungan kedua negara. Festival ini akan dilanjutkan dengan

Indonesia Film Festival di Republic of Korea pada musim gugur, yaitu bukan

September 2013 dalam rangka pertukaran budaya kedua negara (gatra.com)

2.1.3 Pembukaan pusat Kpu provinsi Korea (Korea Cultural Centre)

KCC merupakan jaringan budaya dari Korean Cultural and

Information Sevices Centre (KOCIS) yang difungsikan sebagai saluran

komunikasi Republic of Korea dengan bangsa di seluruh dunia (Laporan

KOCIS, 2011). Sementara KOCIS adalah program layanan informasi budaya

Republic of Korea dibawah kementrian Budaya, Olahraga dan Pariwisata yang

memiliki visi “To share Korean Culture with the International Community to

enhance the Country’s image” (Laporan KOCIS, 2011).

Di Indonesia KCC dibentuk pada April 2011 dengan berafiliasi pada

Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia dan berperan sebagai tempat

untuk mengenalkan Republic of Korea serta tempat pertukaran budaya antara

Korea-Indonesia. Pada tahun 2009, peran tersebut dilakukan langsung oleh

Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia melalui kegiatan resmi tahunan

eksibisi budaya seperti Korea-Indonesia Week, festival Indonesia Dynamic Korea ,

dan Korean Cultural Day19(Laporan Sidang Pertama Komisi Bersama Kpu

provinsi Indonesia-Korea, 2008 p 110). Namun pada tahun 2011, pelaksanaan

19
Lihat Lampiran. Laporan Sidang Pertama Komisi Bersama Kebudayaan Indonesia-Korea. 15
Mei 2008. Yogyakarta: Indonesia. Hal. 110 (Laporan Sidang Pertama Komisi Bersama
Kebudayaan Indonesia-Korea, 2008 p 110).
kegiatan ini mulai dilimpahkan pada Korean Cultural Center Indonesia (KCCI)

(Korean Cultural Centre, 2013).

Dalam pembentukannya, KCC Indonesia memiliki 3 tujuan utama,

yaitu: Memperkenalkan dan menyebarkan kpu provinsi Republic of Korea di

Indonesia, meningkatkan persahabatan antara kedua negara melalui pertukaran

kpu provinsi dan sumber daya manusia, serta meningkatkan pemahaman antar

dua negara (Korean Cultural Centre.org20). Kim young Sun, Duta Besar

Republic of Korea untuk Indonesia, mengatakan bahwasanya budaya sebagai

sarana yang baik untuk mempromosikan hubungan antar negara serta dapat

mempererat tali silaturahmi antara Republic of Korea-Indonesia

(JakartaPost.com, 201121). Di samping itu, Indonesia adalah salah satu negara di

Asia Tenggara yang dipilih untuk didirikan Pusat Kpu provinsi Republic of

Korea. Di Asia Tenggara, hanya ada 3 negara yang memiliki Pusat Kpu provinsi

Korea, yaitu Indonesia, Singapura, dan Filipina.22

Pembentukan Korean Cultural Centre Indonesia (KCCI) ini merupakan

implementasi Agreement between Government of the republic of Korea on cultural

cooperation tanggal 28 November 2000 sebagaimana yang tercantum dalam pasal

9: “Masing-masing Pihak akan mendorong pembentukan lembaga-lembaga kpu

provinsi dan perhimpunan persahabatan di masing-masing wilayahnya, untuk

tujuan-tujuan pendidikan dan kpu provinsi oleh Pihak lainnya atau oleh kedua

belah Pihak secara bersama. Persetujuan Pemerintah yang bersangkutan perlu

diperoleh sebelum lembaga tersebut didirikan berdasarkan Pasal ini.”

20
Korean Cultural Centre.org
21
JakartaPost.com
22
Tempo.co, 2012
2.2 Perkembangan Kpu provinsi Republic of Korea di Indonesia melalui Film dan
Drama

Disamping melalui stasiun televisi swasta, serial film drama Korea juga hadir

dalam stasiun televisi berlangganan (TV Kabel) Indonesia seperti pada MNC Drama,

Arirang, LBS K-Drama, KBS World, K-TV, One TV, dll, yang secara intens

menayangkan drama televisi Korea dalam berbagai judul film. Adapun izin tayang

program drama televisi Korea telah diatur dalam Pedoman Prilaku Penyiaran (P3)

Komisi Penyiaran Indonesia pasal 45 bab XXIV tentang program siaran asing, serta

dalam Standar Program Siaran (SPS) Komisi Penyiaran Indonesia pasal 67 bab XXIV

(kpi.go.id, 2012)

Sejak tahun 2009, kerjasama bidang industri film ini semakin diperkuat melalui

kerjasama antara Korean Cultural Centre dan Kedutaan Besar Republik Korea ,

Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementrian Kpu provinsi dan Pendidikan

serta distributor film Jive entertainment dalam menyelenggarakan acara tahunan

festival film Korea selama 7 hari di bisokop Indonesia, Blitz megaplex. Menurut duta

besar Republik Korea untuk Indonesia, Kim Young Sun acara tersebut merupakan

bagian dari perayaan 40 tahun hubungan diplomatik Republik Korea dengan Republik

Indonesia, sekaligus sebagai ajang promosi film-film Korea yang berisi budaya

tradisional maupun kontemporer.23

Kehadiran film dan drama Korea ini telah mengikuti mekanisme tanda

pendaftaran film impor yang berdasar pada SK Menteri penerangan no 215/1994

tentang tatacara penyelenggaraan usaha perfilman. Perizinan yang diberikan Indonesia

23
beritasatu.com, 2013
terhadap film Impor Korea selanjutnya mempermudah film-film Korea berikutnya

masuk ke Indonesia melalui mekanisme perizinan sebagai berikut:


Skema diatas menunjukan terdapat dua lembaga penting di Indonesia yang

bertanggung Jawab terhadap kemunculan film dan drama Korea di Indonesia, yaitu:

1. Direktorat Perfilman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Distributor merupakan pihak yang pertamakali menjual produk film nya

pada pihak Production House (PH) /Stasiun Televisi/Impor-Ekspor. Dalam

proses masuknya film Korea ke Indonesia, pihak Production House inilah yang

bertanggung jawab mendaftarkan filmnya pada Direktorat Perfilman

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Lembaga ini bertugas memeriksa

dokumen-dokumen pendaftaran film seperti, dokumen permohonan impor film,

dokumen kontrak kerja/perjanjian, dan synopsis film. Dokumen yang dianggap

memenuhi syarat kelengkapan, maka diizinkan untuk diterbitkan.

2. Lembaga Sensor Film Kementerian Kpu provinsi dan Pendidikan

Selain mendapatkan izin dari pihak Direktorat Perfilaman, PH selaku

pemegang lisensi film juga harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari pihak

Lembaga Sensor Film atas film dan drama Korea yang hendak diputar di layar

kaca. Hal ini dilakukan PH setelah mendapatkan Penerimaan Penerbit: Tanda

Pendaftaran Impor Film dari Direktorat Perfilman.

Proses penyensoran penerbitan film ini sesuai dengan SK Menpen no

216/1994 mengenai keharusan PH mendapatkan Surat Penerbitan Lulus Sensor

(SLS). Setelah film dan drama Korea dianggap lulus sensor, maka akan

mendapatkan legislasi untuk diedarkan/ditayangkan.

Anda mungkin juga menyukai