Anda di halaman 1dari 5

UAS KEBIJAKAN SEKTOR PUBLIK

Nama : Juneri Rehan Kurniawan


NIM : 203030703117
Prodi : Ilmu Pemerintahan
Angkatan : 2020
SOAL
1. Apa perbedaan kebijakan public dengan kebijaksanaan public, jelaskan dan berikan
contoh ?
2. Jelaskan tingkat-tingkat kebijakan public menurut saudara dan berikan contohnya?
3. Apa saja yang harus dipersiapkan dalam implementasi dalam kebijakan public jelaskan dan
berikan contohnya?
4. Apa saja yang sudah saudara lihat adanya suatu kebijkan yang telah di implementasikan
oleh pemerintah Kota Palangka raya. Berikan alasan implementasi tersebut dan berikan
contohnya?
5. Dalam sebuah kebijakan yang dilahirkan pemerintah tidak selalu mulus bisa diterapkan dan
sering terjadi tumpang tindih. bagaima cara mengatasi persoalan tersebut?
6. Kebijakan atau sebuah kebijakan tidak dibuat begitu saja oleh pemerintah tetapi melibatkan
aktor-aktor di dalam sebuah formulasi kebijakan jelaskan siapa saja aktor yang terlibat
dalam formulasi kebijakan dan berikan contonya?
7. Jika suatu aturan atau perda dari sebuah instansi pemerintah akan disempurnakan melalui
proses yang panjang. Jelaskan bagaimana aturan itu supaya bisa diterapkan atau terjadi
pembaharuan kebijakan oleh instansi tersebut?

JAWABAN
1. Dapat saya jelaskan bahwa kebijakan adalah sebuah program ataupun sebuah keputusan.
Sedangkan kebijaksanaan adalah aturan yang menyesuaikan situasi dan kondisi atau
keadaan yang mendesak. Contoh dari kebijakan adalah Presiden mengeluarkan aturan
PPKM Level 3 di seluruh Indonesia. Dapat saya jelaskan contoh contohkan juga conton dari
kebijaksanaan adalah masyarakat dikalimantan tengah mengeluh karena tidak terkelolanya
sampah rumah tangga sehingga Gubernur Kalimantan Tengah mengerluarkan Pergub No.17
Tahun 2020 tentang bijakan dan strategi dalam pengolahan sampah rumah tangga. Misalnya
dalam perbedaan kebijakan dan kebijaksanaan dituangkan dalam contoh kasus Di Prodi
Ilmu Pemerintahan, Universitas Palangkaraya menerapkan kebijakan untuk seluruh
mahasiswa jika masuk kelas pada saat jam mata kuliah wajib memakai baju berkerah dan
sepatu sesuai dengan ketentuan, akan tetapi ada seorang mahasiswa yang tidak memakai
sepatu yang disebabkan kakinya baru sakit atau lecet. Untuk contoh kasus kali ini dosen
bisa saja mengeluarkan murid tersebut dari kelas karena tidak memakai sepatu, sebab dosen
menerapkan kebijakan yang ada di dalam peraturan yang telah dibuat dan disepakati.
Namun sesuai hati nurani dosen tersebut juga bisa saja membolehkan masuk kelas karena
dosen tersebut tahu murid itu baru sakit dan tidak tega kalau disuruh keluar cuma gara gara
masalah sepatu. Dari kedua opsi tersebut dapat kita ketahui bahwa kedua pilihan tersebut
tidak salah karena opsi pertama menyinggung masalah menerapkan kebijakan dan kedua
yang menyinggung masalah kebijaksanaan, kadang kedua opsi itu sering menimbulkan pro
kontra antara adil dan tidak adil atau tidak konsisten.
2. Tingkat-tingkat Kebijakan Publik antara lain
a. Lingkup Nasional
I. Kebijakan Nasional
Kebijakan Nasional adalah adalah kebijakan negara yang bersifat fundamental dan
strategis dalam pencapaian tujuan nasional/negara sebagaimana tertera dalam
Pembukaan UUD 1945. Yang berwenang menetapkan kebijakan nasional adalah
MPR, Presiden, dan DPR. Kebijakan nasional yang dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan dapat berbentuk: UUD, Ketetapan MPR, Undang-undang (UU),
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU).
II. Kebijakan Umum
Kebijakan umum adalah kebijakan Presiden sebagai pelaksanaan UUD, TAP MPR,
UU,-untuk mencapai tujuan nasional. Yang berwenang menetapkan kebijakan umum
adalah Presiden. Kebijakan umum yang tertulis dapat berbentuk: Peraturan
Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (KEPPRES), Instruksi Presiden (INPRES).
III. Kebijakan Pelaksanaan.
Kebijaksanaan pelaksanaan adalah merupakan penjabaran dari kebijakan
umumsebagai strategi pelaksanaan tugas di bidang tertentu. Yang berwenang
menetapkan kebijakan pelaksanaan adalah menteri/pejabat setingkat menteri dan
pimpinan LPND. Kebijakan pelaksanaan yang tertulis dapat berbentuk Peraturan,
Keputusan, Instruksi pejabat tersebut di atas.
b. Lingkup Wilayah Daerah.
a) Kebijakan Umum.
Kebijakan umum pada lingkup Daerah adalah kebijakan pemerintah  daerah 
sebagai   pelaksanaan  azas desentralisasi dalam rangka mengatur urusan Rumah
Tangga Daerah.Yang berwenang menetapkan kebijakan umum di Daerah
Provinsi adalah Gubernur dan DPRD Provinsi. Pada Daerah Kabupaten/Kota
ditetapkan oleh BupatiAValikota dan DPRD Kabupaten/Kota. Kebijakan umum
pada tingkat Daerah dapat berbentuk Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi dan
PERDA Kabupaten/Kota.
b) Kebijakan Pelaksanaan
Kebijakan pelaksanaan pada lingkup Wilayah/Daerah ada tiga macam:
o Kebijakan pelaksanaan dalam rangka desentralisasi merupakan realisasi
pelaksanaan PERDA;
o Kebijakan pelaksanaan dalam rangka dekonsentrasi merupakan pelaksanaan
kebijakan nasional di Daerah;
o Kebijakan pelaksanaan dalam rangka tugas pembantuan (medebewind)
merupakan pelaksanaan tugas Pemerintah Pusat di Daerah yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
Yang berwenang menetapkan kebijakan pelaksanaan
adalah:
 Dalam rangka desentralisasi adaiah Gubernur/ Bupati/Walikota;
 Dalam rangka dekonsentrasi adalah Gubernur/ Bupati/Walikota;
 Dalam rangka tugas pembantuan adalah Gubernur/ Bupati/Walikota.

3. yang perlu dipersiapkan dalam implementasi kebijakan adalah sebagai berikut ;


a. penetapan agenda kebijakan (agenda setting), dengan menentukan masalah publik
apa yang akan diselesaikan;
b. formulasi kebijakan, dengan menentukan kemungkinan kebijakan yang akan
digunakan dalam memecahkan masalah melalui proses forecasting (konsekuensi dari
masing-masing kemungkinan kebijakan ditentukan);
c. adopsi kebijakan, menentukan pilihan kebijakan melalui dukungan para eksekutif
dan legislatif, yang sebelumnya dilakukan proses usulan atau rekomendasi
kebijakan;
d. implementasi kebijakan, tahapan dimana kebijakan yang telah diadopsi tersebut
dilaksanakan oleh organisasi atau unit administratif tertentu dengan memobilisasi
dana dan sumberdaya untuk mendukung kelancaran implementasi. Pada tahap ini,
proses pemantauan (monitoring) kebijakan dilakukan;
e. evaluasi kebijakan, adalah tahap melakukan penilaian kebijakan atau kebijakan yang
telah diimplementasikan
Dari perspektif demokrasi, kebijakan publik yang akan diimplementasikan harus
mendapatkan dukungan dari publik, yang bisa digali dengan berbagai metode aspirasi,
seperti dengar pendapat atau konsultasi publik, diskusi kelompok terfokus, dan
sebagainya. Informasi dari publik sangat penting karena kemampuan wawasan,
pengetahuan dan penguasaan pembuat kebijakan tentang masalah-masalah publik
kadangkala terbatas. Selain itu, dapat diasumsikan bahwa keterlibatan publik yang lebih
tinggi dalam proses pembentukan kebijakan, semakin tinggi rasa memiliki dan
dukungan publik untuk kebijakan, sehingga mendorong penerapan dan penegakan
kebijakan yang efektif.
4. Kebijakan yang sudah saya liat mulai diterapkan Pemda Kota Palangkaraya adalah tentang
kebijakan dan Pergub No.17 tahun 2020 tentang strategi dalam pengolahan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Menurut saya alasan tentang
implementasi atau pelaksanaan kebijakan tersebut karna penumpukan sampah rumah tangga
yang ada di beberapa titik di Palangkaraya terutama di daerah Jl.arut bawah

5. Menurut saya Cara mengatasi hal tersebut dengan melakukan Evaluasi adalah kegiatan
untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru dapat dilakukan kalau suatu
kebijakan sudah berjalan cukup waktu.
Tujuan Evaluasi :
o Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan: melalui evaluasi maka dapat diketahui
derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
o Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan: melalui evaluasi dapat diketahui berapa
biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
o Mengukur tingkat keluaran: mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran atau
output dari suatu kebijakan.
o Mengukur dampak suatu kebijakan: evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu
kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.
o Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan: untuk mengetahui adanya
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan
antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.
o Sebagai masukan (input) suatu kebijakan yang akan datang: untuk memberikan
masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.
Alasan Evaluasi Kebijakan :
 Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan: seberapa jauh suatu
kebijakan mencapai tujuannya.
 Untuk mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal: dengan melihat
tingkat efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan berhasil
atau gagal.
 Memenuhi akuntabilitas publik: dengan melakukan penilaian kinerja suatu
kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah
kepada publik sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan
program pemerintah.
 Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan: apabila tidak dilakukan
evaluasi terhadap sebuah kebijakan, para stakeholders, terutama kelompok sasaran
tidak mengetahui secara pasti manfaat dari sebuah kebijakan atau program.
 Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama: evaluasi kebijakan bermanfaat untuk
memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang akan datang agar
tidak mengulangi kesalahan yang sama.
6. Aktor yang terlibat dalam Formulasi Kebijakan adalah :
a. Pemerintah
merupakan organisasi yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk membuat
dan menjalankan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Pemerintah Kota
Semarang merupakan perwujudan aktor state dalam perumusan kebijakan Semarang
Smart City. Dalam hal ini dapat saya contohkan seperti Legeslatif, Eksekutif, dan
Yudikatif.
b. Swasta
merupakan badan organisasi yang tidak dimiliki oleh negara.
c. Masyarakat
merupakan sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi
terbuka, di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada
dalam kelompok tersebut. Unsur society menjadi unsur terakhir dalam perumusan
kebijakan. Pada umumnya, dalam perumusan sebuah kebijakan kehadiran masyarakat
secara umum tidak terlalu dilibatkan. Kehadiran masyarakat dalam negara yang
menganut prinsip demokrasi biasanya terwakilkan oleh anggota legislatif sebagai wakil
dari rakyat.
7. proses pembuatan kebijakan sebagai sebuah siklus, dimulai dari :
1. agenda setting dimana masalah-masalah publik diindentifikasi menjadi masalah
kebijakan,
2. memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan kebijakan,
3. melaksanakan kebijakan (implementasi),
4. evaluasi kebijakan (baik berupa program atau kegiatan) beserta dampaknya, dan
5. melakukan umpan balik, yakni memutuskan apakah kebijakan tersebut akan diteruskan,
direvisi atau dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai