Anda di halaman 1dari 13

1

MODUL PERKULIAHAN

Aspek Hukum
Dalam
Pembangunan
Review Materi

Abstract Kompetensi
Pendalaman mengenai Aspek Hukum Dapat menjelaskan tentang Aspek
Dalam Pembangunan Hukum Dalam Pembangunan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Teknik Teknik Sipil P112100015 Retna Kristiana,ST,MM,MT

15
Review Materi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Suatu kontrak pada dasarnya adalah suatu dokumen tertulis yang memuat keinginan para
pihak untuk mencapai tujuan komersialnya, dan bagaimana pihaknya di untungkan,
dilindungi atau dibatasi tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan tersebut. Melalui
kontrak, terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban
pada masing-masing pihak yang membuat kontrak. Dimana, para pihak terikat untuk
mematuhi kontrak yang telah mereka buat tersebut. Dalam hal ini fungsi kontrak sama
dengan undang undang. Tetapi hanya berlaku khusus terhadap para pembuatnya saja.
Hal ini diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata dinyatakan bahwa : “Semua
persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”. Sepanjang tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, hal
ini disebut dengan Asas kebebasan berkontrak.
Ketidak seimbangan antara terbatasnya pekerjaan konstruksi dan banyaknya penyedia jasa
mengakibatkan posisi tawar penyedia jasa sangat lemah. Adanya kekhawatiran tidak
mendapatkan pekerjaan yang ditenderkan pengguna jasa menyebabkan penyedia jasa
menerima kontrak konstruksi tanpa memperhatikan hal-hal yang sensitif seperti
ketersediaan dana, isi kontrak, kelancaran pembiayaan sehingga terkadang menimbulkan
klaim di akhir. Pada makalah ini akan dibahas mengenai berbagai jenis kontrak, trik
bernegosiasi yang tepat dan cara menghindari klaim di akhir kontrak.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 BENTUK-BENTUK KONTRAK KONSTRUKSI
2.1.1 Bentuk-Bentuk Kontrak Konstruksi dari Segi Perhitungan Biaya, Jasa, Cara
Pembayaran, dan Pembagian Tugas
Kontrak konstruksi merupakan dokumen yang mempunyai kekuatan hukum yang memuat
persetujuan bersama secara sukarela antara pihak kesatu dan pihak kedua. Pihak kesatu
berjanji untuk memberikan jasa dan menyediakan material untuk membangun proyek bagi
pihak kedua, pihak kedua berjanji untuk membayar sejumlah uang sebagai imbalan untuk
jasa dan material yang telah digunakan. Bentuk-bentuk kontruksi dibedakan dari berbagai
sudut pandang/aspek termasuk beberapa permasalahan yang timbul akibat
kesalahpahaman terhadap bentuk-bentuk kontrak tersebut. Aspek tersebut adalah sebagai
berikut:

2021 Aspek Hukum Dalam Pembangunan


2 Retna Kristiana,ST,MM,MT
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
a. Aspek perhitungan biaya
Memuat beberapa jenis kontrak konstruksi yang berdasarkan cara menghitunga biaya
pekerjaan atau harga borongan, diantaranya:
1. Fixed Lump Sum Price
Beberapa pengertian Fixed Lump Sum Price adalah sebagai berikut:
- Jumlah harga pasti dan tetap dimana volume pekerjaan tercantum dalam kontrak
tidak boleh diukur ulang.
- Pada PP. No.29/2000 Pasal 21 ayat 1, Fixed Lump Sum Price adalah suatu jumlah
harga pasti dan tetap, semua resiko ditanggung penyedia jasa sepanjang gambar dan
spesifikasi tidak berubah.
- Menurut Gilbreath, Fixed Lump Sum Price adalah harga tetap selama tidak ada
perintah perubahan. Resiko bagi Pengguna Jasa kecil, namun bagi Penyedia Jasa besar.
- Menurut Stokes, Fixed Lump Sum Price adalah jumlah pasti yang harus dibayar
Pengguna Jasa. Resiko pada Penyedia Jasa.
Berdasarkan beberapa pengertian, maka terdapat empat batasan yaitu:
- Yang pasti dan tak berubah adalah jumlah harga kecuali ada perintah perubahan.
- Volume pekerjaan dalam kontrak tidak bolehdiukur ulang.
- Nilai kontrak berubah bila ada perintah perubahan (kerja tambah, kurang, perubahan
spek).
- Resiko salah hitung volume ada pada Penyedia Jasa.
2. Unit Price
Beberapa pengertian Unit Price/Harga Satuan adalah sebagai berikut:
- Volume pekerjaan dalam kontrak baru merupakan perkiraan (bukan volume pasti).
- Volume pekerjaan yang sesungguhnya dilaksanakan, akan diukur ulang bersama.
- Pada PP. No.29/2000 Pasal 21 ayat 2, Unit Price/Harga Satuan adalah penyelesaian
pekerjaan berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap dengan volume pekerjaan
berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang benar-benar
dilaksanakan.
- Menurut Gilbreath, Unit Price/Harga Satuan adalah harga satuan dikali volume yang
sesungguhnya dilaksanakan. Tidak ada resiko kelebihan membayar bagi Pengguna Jasa,
tapi juga tidak ada windfall profit bagi Penyedia Jasa. Perlu
pengawasan seksama.
- Menurut Stokes, Unit Price/Harga Satuan adalah pekerjaan dibayar sesuai yang
dikerjakan. Tidak ada resiko kelebihan membayar.
Berdasarkan beberapa pengertian, maka terdapat empat batasan yaitu:
- Tidak ada resiko kelebihan membayar (Pengguna Jasa).
- Tidak adakeuntungan mendadak (Penyedia Jasa).

2021 Aspek Hukum Dalam Pembangunan


3 Retna Kristiana,ST,MM,MT
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
- Banyak pekerjaan pengukuran ulang sehingga bisa terjadi kolusi.
- Lebih sering digunakan fixed lump sum.
- Kemungkinan gabungan antara keduanya.

b. Aspek Perhitungan Jasa


Terdapat beberapa jenis kontrak konstruksi berdasarkan aspek perhitungan biaya adalah:
1. Biaya tanpa jasa
Beberapa pengertian biaya tanpa jasa adalah sebagai berikut:
- Yang dibayar hanya biaya, tanpa ada imbalan jasa. Biasanya untuk pekerjaan sosial
(tempat ibadah, panti asuhan) dimana masih bisa dapat laba dari efisiensi.
- Menurut Gilbreath, biaya tanpa jasa adalah Reimburseable, No Fee.

2. Biaya tambah jasa (Cost Plus Fee)


Beberapa pengertian biaya tambah jasa adalah sebagai berikut:
- Yang dibayarkan selain biaya juga imbalan jasa dimana presentase jasa biasanya
10% atas biaya (tidak ada batasan biaya) dan tidak ada rangsangan efisiensi. Cost
Plus Fee sangat merugikan Pengguna Jasa.
- Menurut Gilbreath, biaya tambah jasa adalah semakin tinggi jasa maka semakin
tinggi jasa.
3. Biaya ditambah jasa pasti (Cost Plus Fixed Fee)
Beberapa pengertian biaya ditambah jasa pasti adalah sebagai berikut:
- Hampir sama dengan Cost Plus Fee, hanya feenya sudah pasti dan tetap dimana
sedikit lebih baik dari Cost Plus Fee, tapi tetap tak ada kepastian mengenai biaya. Penyedia
Jasa tidak memiliki rangsangan untuk menaikkan biaya, karena kenaikan
biaya tidak menambah jasa (fee).
- Menurut Gilbreath, biaya ditambah jasa pasti adalah penyedia jasa tidak punya
rangsangan untuk menaikkan biaya.

c. Aspek Cara Pembayaran


Terdapat beberapa jenis kontrak konstruksi berdasarkan aspek cara pembayaran adalah:
1. Cara Pembayaran Bulanan (Monthly Payment)
Beberapa pengertian cara pembayaran bulanan adalah sebagai berikut:
- Pembayaran yang dilakukan berdasarkan prestasi yang diukur pada akhir bulan.
Kelemahannya adalah sekecil apapun prestasi harus dibayar.
- Cara pembayaran bulanan ini diatur dalam PP. No 29/2000 pasal 20 ayat 3 huruf c.
2. Cara pembayaran atas prestasi (Stage Payment)
Beberapa pengertian cara pembayaran atas prestasi adalah sebagai berikut:

2021 Aspek Hukum Dalam Pembangunan


4 Retna Kristiana,ST,MM,MT
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
- Pembayaran atas dasar presentase kemajuan fisik yang telah dicapai dimana
biasanya dengan memperhitungkan uang muka dan uang jaminan atas cacat namun masih
tetap belum sepenuhnya aman karena kemungkinan prestasi bahan yang banyak. Cara
pembayaran atas prestasi ini diatur dalam PP. No 29/2000 pasal 20
ayat 5 huruf c.
- Menurut Gilbreath, Stage Payment is progress billing and payment.
3. Pra pendanaan penuh dari penyedia jasa (Contractor’s Full Pre Financed)
Contractor’s Full Pre Financed adalah pekerjaan didanai penuh terlebih dulu oleh penyedia
jasa sampai selesai dimana setelah pekerjaan selesai dan diterima baik oleh
pengguna jasa baru mendapatkan pembayaran dari pengguna jasa.
d. Aspek Pembagian Tugas
Terdapat beberapa jenis kontrak konstruksi berdasarkan aspek pembagian tugas adalah
sebagai berikut:
1. Kontrak biasa/Konvensional
Pengguna jasa menugaskan penyedia jasa untuk melaksanakan salah satu aspek
pembangunan saja yaitu perencanaan, pengawasan, pelaksanaan dilakukan penyedia jasa
berbeda.
2. Kontrak spesialis
Pekerjaan-pekerjaan spesialis diberikan kepada beberapa penyedia jasa berbeda dimana
fungsi perencaan dapat dilakukan sendiri atau diberikan ke pihak lain.
3. Kontrak rancang bangun/Turnkey
Pekerjaan perencanaan/design dan pelaksanaan diborongkan kepada satu penyedia jasa
dimana penyedia jasa mendapatkan imbalan jasa perencanaan dan biaya pelaksanaan.
4. Kontrak EPC
Pembayaran dilaksanakan sesuai tahapan pekerjaan yang telah diselesaikan dimana
bentuk kontrak ini banyak dipakai di Indonesia dalam dunia perminyakan dan gas bumi
(PERTAMINA).
5. Kontrak BOT/BLT
Pola kerjasama antara pemilik lahan dan investor yang punya modal/dana.
6. Kontrak swakelola
Bentuk kontrak ini sesungguhnya bukan kontrak karena pekerjaan dilakukan sendiri dan
dibayar sendiri.

2.1.2 Pengertian Yang Sudah Terlanjur Keliru Sehingga Berakhir Dengan Sengketa
Salah pengertian yang menyatakan bahwa dalam kontrak fixed lump sum adalah nilai
kontrak tidak boleh berubah padahal seharusnya bila diperintahkan perubahan maka nilai
kontrak juga berubah. Setelah pekerjaan selesai, diperintahkan untuk diukur ulang, ternyata

2021 Aspek Hukum Dalam Pembangunan


5 Retna Kristiana,ST,MM,MT
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
volume pekerjaan hasil pengukuran ulang lebih kecil daripada volume kontrak maka selisih
nilai dikembalikan.

2.1.3 Cara Menghindari Terjadinya Perselisihan


Cara menghindari terjadinya perselisihan adalah dianjurkan bahwa di dalam kontrak
seharusnya diberikan definisi kata atau istilah yang memiliki arti khusus agar tidak terjadi
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan perselisihan atau sengketa setelah kontrak
ditandatangani.

2.1.4 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dan Dihindari Serta Kendala-Kendala Lain
Menurut advokat David M.L. Tobing dari Adams & Co. suatu perjanjian dikatakan cacat
apabila tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu:
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
1. Kesepakatan para pihak dalam perjanjian
2. Kecakapan para pihak dalam perjanjian Syarat SUBJEKTIF
3. Suatu hal tertentu
4. Sebab yang halal Syarat OBJEKTIF

Sehingga apabila suatu perjanjian itu tidak memenuhi syarat subjektif, maka perjanjian
tersebut dapat dimintakan pembatalannya. Sedangkan apabila suatu perjanjian tidak
memenuhi syarat objektif, maka perjanjian tersebut dinyatakan batal demi hukum.

2.2 TEKNIK DAN STRATEGI NEGOSIASI KONTRAK KONSTRUKSI


Negosiasi atau perundingan merupakan proses untuk menghasilkan kesepakatan atau
perjanjian diantara kedua pihak yang bermasalah. Negosiasi memerlukan trik atau strategi
karena pada dasarnya semua orang tidak mau kalah, tidak mau dipaksa ataupun ditindas.
Oleh sebab itu, pilihan yang terbaik adalah bagaimana negosiasi dapat tercapai untuk
menguntungkan kedua belah pihak. Seni dan keterampilan dalam negosiasi perlu sangat
diperhatikan untuk tercapainya suatu hasil perundingan untuk jangka panjang dan
diharapkan tidak mudah untuk diubah dalam waktu singkat. Namun, sebelum dilakukannya
perundingan perlu adanya pertukaran informasi yang akan dibahas.

2.2.1 Kiat dan Teknik untuk Memenangkan Perundingan


Dalam melakukan negosiasi, kita perlu memilih strategi yang tepat, sehingga mendapatkan
hasil yang kita inginkan. Strategi negosiasi ini harus di tentukan sebelum proses negosiasi
dilakukan. Menurut Arbono (2005), ada beberapa macam strategi negosiasi yang kita pilih,
diantaranya adalah sebagai berikut:

2021 Aspek Hukum Dalam Pembangunan


6 Retna Kristiana,ST,MM,MT
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
a. Win-Win
Strategi ini dipilih bila pihak-pihak yang berselisih menginginkan penyelesaian masalah yang
diambil pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak. Strategi ini juga dikenal sebagai
integrative negotiation.
b. Win-Lose
Strategi ini dipilih karena pihak-pihak yang berselisih ingin mendapatkan hasil yang sebesar-
besarnya dari penyelesaian masalah yang diambil, dengan strategi ini pihak-pihak yang
berselisih saling berkompetisi untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan.
c. Lose-Lose
Strategi ini dipilih biasanya sebagai dampak kegagalan dari pemilihan strategi yang tepat
dalam bernegosiasi. Akibatnya, pihak-pihak yang berselisih pada akhirnya tidak
mendapatkan sama sekali hasil yang diharapkan.
d. Lose-Win
Strategi ini dipilih bila salah satu pihak sengaja mengalah untuk mendapatkan manfaat
dengan kekalahan mereka.
Dalam proses negosiasi, pihak-pihak yang berselisih seringkali menggunakan berbagai kiat
dan teknik untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Arbono (2005) menyarankan beberapa
kiat dan teknik, sebagai berikut:
1. Membuat Agenda.
Kiat ini harus digunakan karena dapat memberikan waktu kepada pihak-pihak yang
berselisih setiap masalah yang ada secara berurutan dan mendorong mereka untuk
mencapai kesepakatan atas keseluruhan paket perundingan.
2. Bluffing
Kiat klasik yang sering digunakan para negosiator, bertujuan mengelabui lawan
berundingnya berundingnya dengan membuat distorsi kenyataan yang ada dan membangun
suatu gambaran yang tidak benar.
3. Membuat Tenggat waktu (Deadline)
Kiat ini digunakan bila salah satu pihak yang berunding ingin mempercepat penyelesaian
proses perundingan dengan cara memberikan tenggat waktu pada lawannya untuk segera
mengambil keputusan.
4. Good Guy Bad Guy
Kiat ini digunakan denga cara menciptakan tokoh jahat dan baik pada salah satu pihak yang
berunding. Tokoh jahat ini berfungsi untuk menekan pihak lawan sehingga pandangan
pandangannya selalu ditentang oleh pihak lawannya, sedangkan tokoh baik ini yang akan
menjadi pihak yang dihormati oleh pihak lawannya karena kebaikannya, sehingga pendapat

2021 Aspek Hukum Dalam Pembangunan


7 Retna Kristiana,ST,MM,MT
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
pendapat yang dikemukakan untuk menetralisir pendapat tokoh jahat yang akan dapat
diterima oleh lawan berundingnya.
5. The Art of Concecion
Kiat ini diterapkan dengan cara selalu meminta konsesi dari lawan berunding atas setiap
permintaan pihak lawan berunding yang akan dipenuhi.
6. Intimidasi
Kiat ini dilakukan bila salah satu pihak membuat ancaman kepada lawan berundingnya agar
menerima penawaran yang ada dan menekankan konsekuensi yang akan diterima bila
tawaran ditolak.

2.2.2 Hal-Hal yang Harus Dihindari dalam Perundingan


Dalam proses negosiasi/perundingan tidak semua akan berjalan dengan baik atau berhasil
yang dissebabkan oleh beberapa faktor, seperti terbawa emosi untuk merubah pendapat
orang lain yang disebabkan oleh kemungkinan menemukan jalan bentuk atau kemungkinan
terlibat konflik dan debat kusir dengan pihak lawan secara emosional. Oleh sebab itu,
hindarilah negosiasi yang bersifat emosional karena hal tersebut tidak akan mendapatkan
hasil sesuai yang kita harapkan dan selalu ingat tujuan utama melakukan negosiasi adalah
untuk mencapai suatu kesepakatan bukan untuk memenangkan pertempuran. Pada saat
proses negosiasi berlangsung kita harus pandai untuk dapat meyakinkan pihak lain.
Menurut Dali Cornegie (1994) terdapat beberapa cara untuk meyakinkan orang
lain, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Jangan bertengkar
2. Hormati pendapat pihak lawan, jangan sekali-kali mengatakan kepada pihak lawan
bahwa
itu salah.
3. Jika pihak kita yang salah, maka cepatlah mengatakannya dengan terus terang.
4. Mulailah dengan cara yang ramah tamah.
5. Jelaskan gagasan kita dengan cara sedemikian rupa, sehinga orang bisa melihatnya.
6. Bersikap empatik terhadap gagasan dan pendapat pihak lawan.
7. jika gagasan dan pendapat pihak lawan tidak tidak sesuai dengan pemikiran kita,
maka tantanglah pihak lawan itu dengan argumen yang kuat.
Hal lain yang harus dihindari adalah sistim tunjuk hidung kepada pihak lawan untuk
menunjukkan kesalahannya, gunakanlah kalimat yang baik, jangan menujuk nama dan
orang perorang. Hal lainnya yang harus diperhatikan adalah cara berbicara, hindari ucapan
yang akan menyinggung perasaan dan harga diri pihak lawan. Kita harus pandai bertutur
kata yang sopan sehingga membuahkan hasil yang baik dari proses negosiasi tersebut.

2021 Aspek Hukum Dalam Pembangunan


8 Retna Kristiana,ST,MM,MT
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2.3 KLAIM KONSTRUKSI, TEKNIK ATAU KIAT MEMANFAATKAN PELUANG KLAIM &
PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI
2.3.1 Klaim Konstruksi
Klaim konstruksi dapat terjadi antar para pihak yang berkontrak. Tegasnya klaim mungkin
saja datang dari pihak penyedia jasa kepada pengguna jasa atau sebaliknya. Jadi tidak
benar bila klaim hanya datang dari pihak pengguna jasa atau sebaliknya hanya pengguna
jasa yang boleh mengajukan klaim.
Arti klaim sesungguhnya adalah permintaan atau permohonan mengenai biaya, waktu dan
atau kompensasi pelaksanaan diluar ketentuan tercantum dalam kontrak konstruksi. Jadi
adalah suatu kekeliruan/ salah pengertian yang menganggap klaim adalah suatu tuntutan.
Memang benar klaim adakalanya klaim dengan suatu tuntutan baik melalui suatu badan
peradilan atau lembaga arbitrase apabila permintaan tersebut tidak dikabulkan atau tidak
dilayani.
Pengajuan klaim dapat dilakukan dengan berbagai cara dan yang paling sederhana berupa
permintaan lisan sampai dengan permintaan yang disusun secara tertulis lengkap dengan
data pendukungnya. Para pihak didalam suatu kontrak konstruksi lebih menyukai
pemecahan secara damai tanpa melalui badan peradilan. Mereka menginginkan terdapat
keputusan yang cepat, karena penyelesaian melalui pengadilan disamping memakan waktu
dan biaya, permasalahannya semakin terbuka untuk umum.

2.3.2 Peluang Teknik Dan Kiat Memanfaatkan Klaim


Didunia Barat dimana industri jasa konstruksi sudah sangat maju, persaingan dalam
efisiensi untuk memenangkan tender sudah sedemikian ketatnya, sehingga orang mulai
mencari peluang lain dalam bersaing untuk memenangkan tender atau memperoleh
pekerjaan.
Peluang yang dimaksud adalah kejelian atau kepiawaian dalam melihat dan memanfaatkan
klaim, kemudian kecerdikan dan kemahiran dalam menyusun dan menyajikan klaim tersebut
sehingga dapat diterima dan disetujui, karena klaim adalah suatu hal yang sangat wajar
terjadi. Tidak semua orang atau perusahaan dapat memanfaatkan klaim ini, karena perlu
menguasai teknik dan kiat tertentu. Untuk mencapai hal tersebut perlu dipelajari lebih lanjut.
Pemanfaatan peluang klaim bukanlah suatu manipulasi, tipu muslihat atau hasil dari suatu
kolusi antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Baik penyedia jasa maupun pengguna jasa
sama-sama memiliki peluang klaim. Peluang ini baru dapat dimanfaatkan jika administrasi
proyek konstruksi dikelola dengan baik, tertib dan akurat.
a. Peluang Klaim
Adapun beberapa contoh peluang klaim dalam konstruksi:
1. Daya dukung tanah

2021 Aspek Hukum Dalam Pembangunan


9 Retna Kristiana,ST,MM,MT
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Segera setelah penyedia jasa yang bertekad mencari peluang klaim menebus dokumen
tender proyek pembangunan sebuah superblock, dia segera membentuk tim khusus untuk
mempelajari dokumen tersebut dari segala segi (teknik, hukum, manajemen, keuangan,
dsb). Oleh karena pekerjaan cukup kompleks dan menggunakan teknologi tinggi, dia
menyewa konsultan hukum yang bukan saja terkenal reputasinya dalam bidang hukum, tapi
juga sangat profesional dan berpengalaman dibidang teknik.
Setelah dokumen kontrak diteliti ternyata jumlah tiang pancang beton yang akan dipancang
berjumlah 800 buah dengan panjang masing-masing 15.00 m. Penyedia jasa tersebut
mengetahui bahwa panjang tiang pancang yang direncanakan tersebut, kurang panjang
karena dia sudah tahu persis, tanah keras didaerah tersebut terdapat pada kedalaman yang
cukup dalam karena dia sudah berpengalaman bekerja didaerah tersebut dan telah
melakukan penyelidikan tanah. Setelah dilakukan beberapa kali pemancangan percobaan
(test pile) dibeberapa titik yang berbeda ternyata tiang pancang belum mencapai lapisan
tanah keras (kalendering tidak tercapai).
Apabila hal ini diteruskan maka dapat di pastikan bangunan superblock tersebut akan
mengalami penurunan (settlement). Oleh karena itu pemancangan distop dan mohon izin
kepada pengguna jasa untuk melakukan penyelidikan tanah ulang. Hasil penyelidikan tanah
menunjukkan bahwa lapisan tanah keras berada pada kedalaman 18.00 m dan
merekomendasikan tiang pancang yang panjangnya 5,00 m lebih panjang dari tiang
pancang yang direncanakan semula.
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah ulang ini, pengguna jasa menyetujui pekerjaan
tambah untuk tambahan panjang tiang pancang beton dari semula 15.00 m menjadi 20.00 m
dan biaya tambahan untuk upah pemancangan dari semula 15.00 m menjadi 20.000 m.
Namun demikian penyedia jasa mengajukan klaim berupa :
a) Demobilisasi alat pancang lama (kapasitasnya tidak cukup untuk memancang
tiang pancang 20 m)
b) Remobilisasi alat pancang baru (kapasitas lebih besar)
c) Ganti rugi sewa alat pancang lama
d) Tambahan sewa alat pancang baru
e) Ganti rugi peralatan lain yang idle menunggu penyelidikan tanah ulang
f) Biaya overhead lapangan
2. Perubahan bahan
Peluang klaim dapat pula muncul dari perubahan spesifikasi bahan. Andaikan penyedia jasa
mempunyai sisa bahan misalnya granit yang sesungguhnya harganya lebih tinggi dari
marmer yang sesuai spesifikasi teknis harus dipasang. Dia lalu mengusulkan kepada
pengguna jasa mengganti bahan tersebut dengan granit tanpa minta kenaikan harga.

2021 Aspek Hukum Dalam Pembangunan


10 Retna Kristiana,ST,MM,MT
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Rasanya tidak sulit dipahami bahwa penawaran ini akan diterima pengguna jasa karena
akan mendapatkan bahan yang lebih baik mutunya tanpa harus menambah biaya. Bagi
penyedia jasa hal ini juga menguntungkan karena pertama tak perlu lagi membeli barang
baru. Selain itu barang (granit) tersebut barang kali nilai sisanya sudah sama dengan harga
marmer atau bahkan lebih murah.

b. Kiat Memanfaatkan Klaim


Berikut merupakan kiat-kiat bagi Penyedia Jasa apabila peluang klaim tidak ada:
a) Pertama, berusaha menghitung biaya seefisien mungkin di antaranya dengan
menggunakan metode kerja yang tepat dan penggunaan bahan sehemat mungkin tanpa
mengorbankan mutu.
b) Kedua, melaksanakan apa yang biasa dikenal dengan istilah bussines intelligence.
Dia pelajari dengan saksama para pesaing dalam tender, kebiasaan dan perilaku
Pengguna Jasa termasuk bonafiditas pendanaannya.
c) Ketiga, bila dia yakin peluang klaim hampir tak ada, para pesaing kebanyakan sama
bonafide dan jelinya dengan dia sendiri, maka harga penawran dia tinggikan
agar tidak menang. Kalau toh dia menang, risiko kerugian telah diantisipasinya.
d) Keempat, apabila dokumen tender mengizinkan usulan lain (perubahan spesifikasi
tanpa mengurangi manfaat fasilitas yang diencanakan) dia akan mengusulkan 2
penawaran: yang pertama sesuai spek, yang kedua versi dia sendiri (dengan harga lebih
rendah) namun dia sangat menguasai dan berpengalaman.

2.3.3 Penyelesaian Terhadap Sengketa


Berdasarkan literatur maka kecenderungan sengketa jasa konstruksi diakibatkan oleh 3
(tiga) hal yaitu:
1. Sengketa precontractual yaitu sengketa yang terjadi sebelum adanya kesepakatan
kontraktual, dan dalam tahap proses tawar menawar.
2. Sengketa contractual yaitu sengketa yang terjadi pada saat berlangsungnya
pekerjaan
pelaksanaan konstruksi.
3. Sengketa pascacontractual yaitu sengketa yang terjadi setelah bangunan beroperasi
atau dimanfaatkan selama 10 (sepuluh) tahun.
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi juncto Undang-undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa juncto
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi serta
peraturan lain, mengisyaratkan bahwa penyelesaian sengketa jasa konstruksi dilakukan
melaluo jalur di luar peradilan. Dalam hal kasus sengketa yang bersifat kontraktual atau

2021 Aspek Hukum Dalam Pembangunan


11 Retna Kristiana,ST,MM,MT
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
sengketa dimasa pelaksanaan pekerjaan sedang berlangsung, maka penyelesaian sengketa
tersebut dapat melalui jalur-jalur yaitu:
1. Jalur Konsultasi
Konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat “personal” antara satu piha tertentu,
yang disebut dengan “klien” dengan pihak lain yaitu konsultan. Pihak konsultan ini
memberikan pendapat kepada klien untuk memenuhi kebutuhan klien tersebut. Dalam jasa
konstruksi, konsultan berperan penting dalam penyelesaian masalah-masalah teknis
lapangan, apalagi konsultan tersebut konsultan perencana dan atau konsultan pengawas
proyek. Pendapat mereka sangat dominan untuk menentukan kelancaran proyek.
2. Jalur negosiasi
Pada dasarnya negosiasi adalah upaya untuk mencari perdamaian di antara para pihak
yang bersengketa sesuai Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Selanjutnya dalam Pasal 1851 sampai
dengan Pasal 1864 Bab Kedelapan belas Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata
tentang Perdamaian, terlihat bahwa kesepakatan yang dicapai kedua belah pihak yang
bersengketa, harus dituangkan secara tertulis dan mengikat semua pihak. Perbedaan yang
ada dari kedua aturan tersebut adalah bahwa kesepakatan tertulis tersebut ada yang cukup
ditandatangani
para pihak dengan tambahan saksi yang disepakati kedua belah pihak. Sedangkan yang
satu lagi, kesepakatan yang telah diambil harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri. Negosisi
merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang dilaksanakan di luar
pengadilan, sedangkan perdamaian dapat dilakukan sebelum proses sidang pengadilan atu
sesudah proses sidang berlangsung, baik diluar maupun di dalam sidang pengadilan (Pasal
130 HR).
3. Jalur Mediasi
Dari beberapa pengertian yang ada, maka pengertian mediasi adalah pihak ketiga (baik
perorangan atau lembaga independen),tidak memihak dan bersifat netral, yang bertugas
memediasi kepentingan dan diangkat serta disetujui para pihak yang bersengketa. Sebagai
pihak luar, mediator tidak memiliki kewenangan memaksa, tetapi bertemu dan
mempertemukan para pihak yang bersengketa guna mencari masukan pokok perkara.
Berdasarkan masukan tersebut, mediator dapat menentukan kekurangan atau kelebihan
suatu perkara, kemudian disusun dalam proposal yang kemudian dibicarakan kepada para
pihak secara langsung. Peran mediasi ini cukup penting karena harus dapat menciptakan
situsi dan kondisi yang kondusif sehingga para pihak yang bersengketa dapat berkompromi
dan menghasilkan penyelesaian yang saling menguntungkan di antara para pihak yang
bersengketa. Mediasi juga merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa.

2021 Aspek Hukum Dalam Pembangunan


12 Retna Kristiana,ST,MM,MT
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
4. Jalur konsiliasi
Konsiliasi menurut sumber lain, dapat disebut sebagai perdamaian atau langkah awal
perdamaian sebelum sidang pengadilan (ligitasi) dilaksanakan, dan ketentuan perdamaian
yang diatu dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Juga merupakan bentuk alternatif
penyelesaian sengketa diluar pengadilan, dengan mengecualikan untuk hal-hal atau
sengketa yang telah memperoleh suatu putusan hakin yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
5. Jalur pendapat hukum oleh lembaga arbitrase
Arbitrase adalah bentuk kelembagaan, tidak bertugas untuk menyelesaikan perbedaan atau
perselisihan atau sengketa yang terjadi antara para pihak dalam perjanjian pokok, akan
tetapi juga dapat memberikan konsultasi dalam bentuk opini atau pendapat hukum atas
permintaan para pihak dalam perjanjia. Pendapat hukum lembaga arbitrase bersifat
mengikat, dan setiap pelanggaran terhadap pendapat hukum yang diberikan tersebut berati
pelanggaran terhadap perjanjian (breach of contraact-wanprestasi). Sifat dari pendapat
hukum lembaga arbitrase ini termasuk dalam pengertian atau bentuk “putusan” lembaga
arbitrase.

Daftar Pustaka
1. Project Management Institute, A Guide to Project Management Body of Knowledge, 2017
edition.
2. Nazarkhan Yasin, Mengenal Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa
Konstruksi, 2nd, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004
3. Lubis, Abu Samman. Tinjauan Hukum dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 2011
4. Hartono, Widi. Aspek Hukum dan Administrasi Proyek. 2011
5. Hansen, Seng. Manajemen Kontrak konstruksi. 2015
6. Siahaya, Willem. Manajemen Pengadaan. 2013
7. Hasan, Abu. Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen pengadaan proyek. 2009
8. Srijanti, Purwanto, Artiningrum, 2007, Etika Membangun Sikap Profesionalisme
Sarjana, Graha Ilmu, Yogyakarta
9. Blau, Peter.M dan Meyer, Marshall.W, 2000, Birokrasi DalamMasyarakat Modern, J
akarta, Prestasi Pustakaraya.
10. Islamy, Irfan, M. 1998, Agenda Kebijakan Reformasi Administrasi Negara , Malang,
Fakultas Ilmu Administrasi-UniversitasBrawijaya.

2021 Aspek Hukum Dalam Pembangunan


13 Retna Kristiana,ST,MM,MT
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai