Anda di halaman 1dari 11

BIOGRAFI

“ IMAM AT- TARMIDZI”

Nama : fitri fadhilah


NIM : 211004034
Prodi : teknik industri

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA


FAKULTAS REKAYASA SISTEM
TEKNIK INDUSTRI
2022
Biografi imam At-Tirmidzi

Imam at-tirmidzi adalah salah seorang ahli hadits kenamaan, dan pengarang berbagai kitab yang
masyhur. Tirmidzi lahir pada 209 H di kota Tirmiz. Nama lengkapnya adalah Imam Al-Hafidz Abu Isa
Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Ad-Dahhak As-Sulami At-Tirmidzi.

Para pakar sejarah tidak menyebutkan tahun kelahiran imam at-tirmidzi secara pasti, akan tetapi
sebagian yang lain memperkirakan bahwa kelahiran imam at-tirmidzi pada tahun 209 hijriah.
Sedang Adz Dzahabi berpendapat dalam kisaran tahun 210 hijriah.

1. As Sulami; yaitu nisbah kepada satu kabilah yang yang di jadikan sebagai afiliasi beliau, dan
nisbah ini merupakan nisbah kearaban
2. At Tirmidzi; nisbah kepada negri tempat beliau di lahirkan (Tirmidz), yaitu satu kota yang
terletak di arah selatan dari sungai Jaihun, bagian selatan Iran.

Imam At-Tirmidzi terkenal dengan sebutan “Abu Isa” (1), yang ternyata sebagian ulama’ tidak menyenagi
sebutan itu, karena ada hadist yang di tahrijhkan oleh ibn Abi syayban bahwa seorang tidak di benarkan
menggunakan sebutan atau nama abu isa yang artinya ayah dari Isa. Seperti yang di ketahui bahwa isa
tidak mempunyai ayah. Larangan itu sesuai dengan sabda Rosulloh Saw, yang artinya

Sungguhnya Isa As . tidak mempunyai bapak.

Al-Qari memberi penjelasan , bahwa yang di larang itu apabila nama Abu Isa sabagai nama pertama atau
nama asli, tetapi apabila hanya sebagai julukan atau sebutan , maka tidak menjadi masalah.

Aktifitas imam at-tirmidzi dalam menimba ilmu

Semenjak kecilnya Abu ‘Isa sudah gemar mempelajari ilmu dan mencari hadits .

Imam at-tirmidzi memiliki kelebihan; hafalan yang begitu kuat dan otak encer yang cepat
menangkap pelajaran.

Rihlah imam at-tirmidzi

Imam at-tirmidzi memulai rihlah pada tahun 234 hijriah.

Imam At Tirmidzi keluar dari negrinya menuju ke Khurasan, Iraq dan Haramain dalam rangka
menuntut ilmu. Di sana imam at-tirmidzi mendengar ilmu dari kalangan ulama yang temui,
sehingga dapat mengumpulkan hadits dan memahaminya. Akan tetapi sangat di sayangkan imam
at-tirmidzi tidak masuk ke daerah Syam dan Mesir, sehingga hadits-hadits yang riwayatkan dari
ulama kalangan Syam dan Mesir harus melalui perantara, kalau imam at-tirmidzi mengadakan
perjalanan ke Syam dan Mesir, niscaya akan mendengar langsung dari ulama-ulama tersebut,
seperti Hisyam bin ‘Ammar dan yang lainnya.

Para pakar sejarah berbeda pendapat tentang masuknya imam At Tirmidzi ke daerah Baghdad,
sehingga mereka berkata; “kalau sekiranya dia masuk ke Baghdad, niscaya dia akan mendengar
dari Ahmad bin Hanbal. Al Khathib tidak menyebutkan at Timidzi (masuk ke Baghdad) di dalam
tarikhnya, sedangkan Ibnu Nuqthah dan yang lainnya menyebutkan bahwa beliau masuk ke
Baghdad. Ibnu Nuqthah menyebutkan bahwasanya beliau pernah mendengar di Baghdad dari
beberapa ulama, diantaranya adalah; Al Hasan bin AshShabbah, Ahmad bin Mani’ dan
Muhammad bin Ishaq Ash shaghani.

Dengan ini bisa di prediksi bahwa imam at-tirmidzi masuk ke Baghdad setelah meninggalnya
Imam Ahmad bin Hanbal, dan ulama-ulama yang di sebutkan oleh Ibnu Nuqthah meninggal
setelah imam Ahmad. Sedangkan pendapat Al Khathib yang tidak menyebutkannya, itu tidak
berarti bahwa imam at-tirmidzi tidak pernah memasuki kota Baghdad sama sekali, sebab banyak
sekali dari kalangan ulama yang tidak di sebutkan Al Khathib di dalam tarikhnya, padahal
mereka memasuki Baghdad

Negeri-negeri yang di singgahi imam at-tirmidzi adalah;

1. Khurasan
2. Bashrah
3. Kufah
4. Wasith
5. Baghdad
6. Makkah
7. Madinah
8. Ar Ray
Guru-guru imam at-tirmidzi

Imam at Tirmidzi menuntut ilmu dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Di
antara mereka adalah

1. Qutaibah bin Sa’id


2. Ishaq bin Rahuyah
3. Muhammad bin ‘Amru As Sawwaq al Balkhi
4. Mahmud bin Ghailan
5. Isma’il bin Musa al Fazari
6. Ahmad bin Mani’
7. Abu Mush’ab Az Zuhri
8. Basyr bin Mu’adz al Aqadi
9. Al Hasan bin Ahmad bin Abi Syu’aib
10. Abi ‘Ammar Al Husain bin Harits
11. Abdullah bin Mu’awiyyah al Jumahi
12. ‘Abdul Jabbar bin al ‘Ala`
13. Abu Kuraib
14. ‘Ali bin Hujr
15. ‘Ali bin sa’id bin Masruq al Kindi
16. ‘Amru bin ‘Ali al Fallas
17. ‘Imran bin Musa al Qazzaz
18. Muhammad bin aban al Mustamli
19. Muhammad bin Humaid Ar Razi
20. Muhammad bin ‘Abdul A’la
21. Muhammad bin Rafi’
22. Imam Bukhari
23. Imam Muslim
24. Abu Dawud
25. Muhammad bin Yahya al ‘Adani
26. Hannad bin as Sari
27. Yahya bin Aktsum
28. Yahya bun Hubaib
29. Muhammad bin ‘Abdul Malik bin Abi Asy Syawarib
30. Suwaid bin Nashr al Marwazi
31. Ishaq bin Musa Al Khathami
32. Harun al Hammal.

Dan yang lainnya


Murid-murid imam at-tirmidzi

Kumpulan hadits dan ilmu-ilmu yang di miliki imam Tirmidzi banyak yang meriwayatkan,
diantaranya adalah;

1. Abu Bakr Ahmad bin Isma’il As Samarqandi


2. Abu Hamid Abdullah bin Daud Al Marwazi
3. Ahmad bin ‘Ali bin Hasnuyah al Muqri`
4. Ahmad bin Yusuf An Nasafi
5. Ahmad bin Hamduyah an Nasafi
6. Al Husain bin Yusuf Al Farabri
7. Hammad bin Syair Al Warraq
8. Daud bin Nashr bin Suhail Al Bazdawi
9. Ar Rabi’ bin Hayyan Al Bahili
10. Abdullah bin Nashr saudara Al Bazdawi
11. ‘Abd bin Muhammad bin Mahmud An Safi
12. ‘Ali bin ‘Umar bin Kultsum as Samarqandi
13. Al Fadhl bin ‘Ammar Ash Sharram
14. Abu al ‘Abbas Muhammad bin Ahmad bin Mahbub
15. Abu Ja’far Muhammad bin Ahmad An Nasafi
16. Abu Ja’far Muhammad bin sufyan bin An Nadlr An Nasafi al Amin
17. Muhammad bin Muhammad bin Yahya Al Harawi al Qirab
18. Muhammad bin Mahmud bin ‘Ambar An Nasafi
19. Muhammad bin Makki bin Nuh An Nasafai
20. Musbih bin Abi Musa Al Kajiri
21. Makhul bin al Fadhl An Nasafi
22. Makki bin Nuh
23. Nashr bin Muhammad biA Sabrah
24. Al Haitsam bin Kulaib

Kekuatan Hafalan imam at-tirmidzi.

Abu ‘Isa aat-Tirmidzi diakui oleh para ulama keahliannya dalam hadits, kesalehan dan
ketakwaannya. Ia terkenal pula sebagai seorang yang dapat dipercaya, amanah dan sangat teliti.
Salah satu bukti kekuatan dan cepat hafalannya ialah kisah berikut yang dikemukakan oleh al-
Hafiz Ibnu Hajar dalam Tahzib at-Tahzib-nya, dari Ahmad bin ‘Abdullah bin Abu Dawud, yang
berkata:
“Saya mendengar Abu ‘Isa at-Tirmidzi berkata: Pada suatu waktu dalam perjalanan menuju
Makkah, dan ketika itu saya telah menuslis dua jilid berisi hadits-hadits yang berasal dari
seorang guru. Guru tersebut berpapasan dengan kami. Lalu saya bertanya-tanya mengenai dia,
mereka menjawab bahwa dialah orang yang kumaksudkan itu. Kemudian saya menemuinya.
Saya mengira bahwa “dua jilid kitab” itu ada padaku. Ternyata yang kubawa bukanlah dua jilid
tersebut, melainkan dua jilid lain yang mirip dengannya. Ketika saya telah bertemu dengan dia,
saya memohon kepadanya untuk mendengar hadits, dan ia mengabulkan permohonan itu.
Kemudian ia membacakan hadits yang dihafalnya. Di sela-sela pembacaan itu ia mencuri
pandang dan melihat bahwa kertas yang kupegang masih putih bersih tanpa ada tulisan sesuatu
apa pun. Demi melihat kenyataan ini, ia berkata: ‘Tidakkah engkau malu kepadaku?’ lalu aku
bercerita dan menjelaskan kepadanya bahwa apa yang ia bacakan itu telah kuhafal semuanya.
‘Coba bacakan!’ suruhnya. Lalu aku pun membacakan seluruhnya secara beruntun. Ia bertanya
lagi: ‘Apakah telah engkau hafalkan sebelum datang kepadaku?’ ‘Tidak,’ jawabku. Kemudian
saya meminta lagi agar dia meriwayatkan hadits yang lain. Ia pun kemudian membacakan empat
puluh buah hadits yang tergolong hadits-hadits yang sulit atau garib, lalu berkata: ‘Coba ulangi
apa yang kubacakan tadi,’ Lalu aku membacakannya dari pertama sampai selesai; dan ia
berkomentar: ‘Aku belum pernah melihat orang seperti engkau.”

Pandangan Para Kritikus Hadits Terhadapnya

Para ulama besar telah memuji dan menyanjungnya, dan mengakui akan kemuliaan dan
keilmuannya. Al-Hafiz Abu Hatim Muhammad ibn Hibban, kritikus hadits, menggolangkan
Tirmidzi ke dalam kelompok “Siqat” atau orang-orang yang dapat dipercayai dan kokoh
hafalannya, dan berkata: “Tirmidzi adalah salah seorang ulama yang mengumpulkan hadits,
menyusun kitab, menghafal hadits dan bermuzakarah (berdiskusi) dengan para ulama.”Abu
Ya’la al-Khalili dalam kitabnya ‘Ulumul Hadits menerangkan; Muhammad bin ‘Isa at-Tirmidzi
adalah seorang penghafal dan ahli hadits yang baik yang telah diakui oleh para ulama. Ia
memiliki kitab Sunan dan kitab Al-Jarh wat-Ta’dil. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Abu
Mahbub dan banyak ulama lain. Ia terkenal sebagai seorang yang dapat dipercaya, seorang
ulama dan imam yang menjadi ikutan dan yang berilmu luas. Kitabnya Al-Jami’us Sahih sebagai
bukti atas keagungan derajatnya, keluasan hafalannya, banyak bacaannya dan pengetahuannya
tentang hadits yang sangat mendalam.

Fiqih imam at-Tirmidzi dan Ijtihadnya

Imam Tirmidzi, di samping dikenal sebagai ahli dan penghafal hadits yang mengetahui
kelemahan-kelemahan dan perawi-perawinya, ia juga dikenal sebagai ahli fiqh yang mewakili
wawasan dan pandangan luas. Barang siapa mempelajari kitab Jami’nya ia akan mendapatkan
ketinggian ilmu dan kedalaman penguasaannya terhadap berbagai mazhab fikih. Kajian-
kajiannya mengenai persoalan fiqh mencerminkan dirinya sebagai ulama yang sangat
berpengalaman dan mengerti betul duduk permasalahan yang sebenarnya. Salah satu contoh
ialah penjelasannya terhadap sebuah hadits mengenai penangguhan membayar piutang yang
dilakukan si berutang yang sudah mampu, sebagai berikut: “Muhammad bin Basysyar bin Mahdi
menceritakan kepada kami Sufyan menceritakan kepada kami, dari Abi az-Zunad, dari al-A’rai
dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam, bersabda: ‘Penangguhan membayar
utang yang dilakukan oleh si berutang) yang mampu adalah suatu kezaliman. Apabila seseorang
di antara kamu dipindahkan utangnya kepada orang lain yang mampu membayar, hendaklah
pemindahan utang itu diterimanya.” Imam Tirmidzi memberikan penjelasan sebagai berikut:
Sebagian ahli ilmu berkata: ” apabila seseorang dipindahkan piutangnya kepada orang lain yang
mampu membayar dan ia menerima pemindahan itu, maka bebaslah orang yang memindahkan
(muhil) itu, dan bagi orang yang dipindahkan piutangnya (muhtal) tidak dibolehkan menuntut
kepada muhil.” Diktum ini adalah pendapat Syafi’i, Ahmad dan Ishaq. Sebagian ahli ilmu yang
lain berkata: “Apabila harta seseorang (muhtal) menjadi rugi disebabkan kepailitan muhal ‘alaih,
maka baginya dibolehkan menuntut bayar kepada orang pertama (muhil).” Mereka memakai alas
an dengan perkataan Usma dan lainnya, yang menegaskan: “Tidak ada kerugian atas harta benda
seorang Muslim.” Menurut Ishak, maka perkataan “Tidak ada kerugian atas harta benda seorang
Muslim” ini adalah “Apabila seseorang dipindahkan piutangnya kepada orang lain yang
dikiranya mampu, namun ternyata orang lain itu tidak mampu, maka tidak ada kerugian atas
harta benda orang Muslim (yang dipindahkan utangnya) itu.”

Itulah salah satu contoh yang menunjukkan kepada kita, bahwa betapa cemerlangnya pemikiran
fiqh Tirmidzi dalam memahami nas-nas hadits, serta betapa luas dan orisinal pandangannya itu.

Persaksian para ulama terhadap imam at-tirmidzi

Persaksian para ulama terhadap keilmuan dan kecerdasan imam Tirmidzi sangatlah banyak,
diantaranya adalah;

1. Imam Bukhari berkata kepada imam At Tirmidzi; “ilmu yang aku ambil manfaatnya darimu itu
lebih banyak ketimbang ilmu yang engkau ambil manfaatnya dariku.”
2. Al Hafiz ‘Umar bin ‘Alak menuturkan; “Bukhari meninggal, dan dia tidak meninggalkan di
Khurasan orang yang seperti Abu ‘Isa dalam hal ilmu, hafalan, wara’ dan zuhud.”
3. Ibnu Hibban menuturkan; “Abu ‘Isa adalah sosok ulama yang mengumpulkan hadits,
membukukan, menghafal dan mengadakan diskusi dalam hal hadits.”
4. Abu Ya’la al Khalili menuturkan; “Muhammad bin ‘Isa at Tirmidzi adalah seorang yang tsiqah
menurut kesepatan para ulama, terkenal dengan amanah dandan keilmuannya.”
5. Abu Sa’d al Idrisi menuturkan; “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam yang di ikuti dalam
hal ilmu hadits, beliau telah menyusun kitab al jami’, tarikh dan ‘ilal dengan cara yang
menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang alim yang kapabel. Beliau adalah seorang ulama
yang menjadi contoh dalam hal hafalan.”
6. Al Mubarak bin al Atsram menuturkan; “Imam Tirmidzi merupakan salah seorang imam hafizh
dan tokoh.”
7. Al Hafizh al Mizzi menuturkan; “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam yang menonjol, dan
termasuk orang yang Allah jadikan kaum muslimin mengambil manfaat darinya.
8. Adz Dzahabi menuturkan; “Imam Tirmidzi adalah seorang hafizh, alim, imam yang kapabel
9. Ibnu Katsir menuturkan: “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam dalam bidangnya pada
zaman beliau.”

Keteledoran Ibnu Hazm;

Dalam hal ini Ibnu Hazm melakukan kesalahan yang sangat fatal, sebab dia mengira bahwa At
Tirmidzi adalah seorang yang tidak dikenal, maka serta merta para ulama membantah
setatemennya ini, mereka berkata; Ibnu Hazm telah menghukumi dirinya sendiri dengan
keminimannya dalam hal penelaahan, sebenarnya kapabalitas Imam Tirmidzi tidak terpengaruh
sekali dengan statemen Ibnu Hazm tersebut, bahkan kapabilitas Ibnu Hazm sendiri yang menjadi
tercoreng karena dia tidak mengenali seorang imam yang telah tersebar kemampuannya. Dan ini
bukan pertama kali kesalahan yang dia lakukan, sebab banyak dari kalangan ulama hafizh lagi
tsiqah yang terkenal yang tidak dia ketahui.”
Semua ini kami paparkan dengan tidak sedikitpun mengurangi rasa hormat dan pengakuan kami
terhadap keutamaan dan keilmuannya, akan tetapi agar tidak terpedaya dengan statemen-
statemen yang nyeleneh darinya.

Hasil karya imam at-tirmidzi

Imam Tirmizi menitipkan ilmunya di dalam hasil karya beliau, diantara buku-buku beliau ada
yang sampai kepada kita dan ada juga yang tidak sampai. Di antara hasil karya beliau yang
sampai kepada kita adalah:

1. Kitab Al Jami’, terkenal dengan sebutan Sunan at Tirmidzi.


2. Kitab Al ‘Ilal
3. Kitab Asy Syama’il an Nabawiyyah.
4. Kitab Tasmiyyatu ashhabi rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Adapun karangan beliau yang tidak sampai kepada kita adalah;

1. Kitab At-Tarikh.
2. Kitab Az Zuhd.
3. Kitab Al Asma’ wa al kuna.

Sekilas tentang Al-Jami’

al-tirmidzi adalah pakar hadis yang masyhur pada abad ke -3 H, adalah puncak kemajuan ulama’ dalam
mengembangkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan , diantaranya : hadist, fiqih , filsafat, ilmu kalam dan
tasawuf.

Dalam kawasan hadist, pereode ini merupakan pereode penyempurnaan dan pemulihan, yang pada
akhirnya memunculkan kitab-kitab hadist dengan corak baru, yang di antaranya yaitu kitab al-jami’al-
sahih

Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Tirmidzi terbesar dan paling banyak manfaatnya. Ia
tergolonga salah satu “Kutubus Sittah” (Enam Kitab Pokok Bidang Hadits) dan ensiklopedia hadits
terkenal. Al-Jami’ ini terkenal dengan nama Jami’ Tirmidzi, dinisbatkan kepada penulisnya, yang juga
terkenal dengan nama

SunanTirmidzi.Namunnamapertamalahyangpopular.
Setelah selesai menyususn kitab ini, Tirmidzi memperlihatkan kitabnya kepada para ulama dan mereka
senang dan menerimanya dengan baik. Ia menerangkan: “Setelah selesai menyusun kitab ini, aku
perlihatkan kitab tersebut kepada ulama-ulama Hijaz, Irak dan Khurasan, dan mereka semuanya
meridhainya, seolah-olah di rumah tersebut ada Nabi yang selalu berbicara.”
Imam Tirmidzi di dalam Al-Jami’-nya tidak hanya meriwayatkan hadits sahih semata, tetapi juga
meriwayatkan hadits-hadits hasan, da’if, garib dan mu’allal dengan menerangkan kelemahannya.

Imam tirmidzi tidak meriwayatkan dalam kitabnya itu, kecuali hadis-hadis yang diamalkan atau dijadikan
pegangan oleh ahli fiqh. Metode demikian ini merupakan cara atau syarat yang longgar. Oleh karenanya,
ia meriwayatkan semua hadits yang memiliki nilai demikian, baik jalan periwayatannya itu sahih ataupun
tidak sahih. Hanya saja ia selalu memberikan penjelasan yang sesuai dengan keadaan setiap hadis.

Diriwayatkan, bahwa ia pernah berkata: “Semua hadis yang terdapat dalam kitab ini adalah dapat
diamalkan.” Oleh karena itu, sebagian besar ahli ilmu menggunakannya (sebagai pegangan), kecuali dua
buah hadits, yaitu: Pertama, yang artinya: “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam
menjamak shalat Zuhur dengan Asar, dan Maghrib dengan Isya, tanpa adanya sebab “takut” dan “dalam
perjalanan.”

“Jika ia peminum khamar, minum lagi pada yang keempat kalinya, maka bunuhlah dia.” Hadits ini adalah
mansukh dan ijma ulama menunjukan demikian. Sedangkan mengenai shalat jamak dalam hadits di atas,
para ulama berbeda pendapat atau tidak sepakat untuk meninggalkannya. Sebagian besar ulama
berpendapat boleh (jawaz) hukumnya melakukan salat jamak di rumah selama tidak dijadikan kebiasaan.
Pendapat ini adalah pendapat Ibnu Sirin dan Asyab serta sebagian besar ahli fiqh dan ahli hadits juga Ibnu
Munzir.

Hadis-hadis da’if dan munkar yang terdapat dalam kitab ini, pada umumnya hanya menyangkut fada’il al-
a’mal (anjuran melakukan perbuatan-perbuatan kebajikan). Hal itu dapat dimengerti karena persyaratan-
persyaratan bagi (meriwayatkan dan mengamalkan) hadits semacam ini lebih longgar dibandingkan
dengan persyaratan bagi hadits-hadits tentang halal dan haram.

Diantara kritikan utama terhadap Jami’ at-Turmidzi ini adalah dia menerima periwayatan dari al-Maslub
dan al-Kalbi, perawi yang muttaham pemalsu hadits. Sehingga derajatnya lebih rendah dibandingkan
Sunan Abu Dawud dan Sunan an-Nasa’i. Al-Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi mengkritik sebanyak 30 hadits
dimasukkannya ke dalam al-Maudhu’at namun disanggah beberapa oleh Jalaludin as-Suyuthi. Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah al-Harani dan Syamsyudin adz-Dzahabi juga turut mengkritik Sunan Turmudzi ini.
Diantara para ulama yang mensyarah Jami’ at-Turmudzi adalah al-Hafizh Abu Bakar Muhammad bin
Abdillah al-Isybili yang lebih dikenal dengan Ibnul Arabi al-Maliki (w. 543) yang berjudul Aridatul
Ahwadzi fi Syarhi Sunanit Tirmidzi. Jalaludin as-Suyuthi juga mensyarah dengan judul Qutul Mughtazi
’ala Jami’it Tirmidzi. Kitab syarah terbaik adalah yang ditulis oleh al-Allamah al-Abdurrahman al-
Mabarkapuri (w. 1353) yang berjudul Tuhfatul Ahwadzi.

Wafatnya imam at-tirmidzi

Di akhir kehidupannya, imam at Tirmidzi mengalami kebutaan sejarah mengatakan karma beliau
sering membaca dan menghafal buku, beberapa tahun beliau hidup sebagai tuna netra, setelah itu
imam atTirmidzi meninggal dunia. Beliau wafat di Tirmidz pada malam Senin 13 Rajab tahun
279 H bertepatan dengan 8 Oktober 892, dalam usia beliau pada saat itu 70 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

 Abu al falah abd al hayyi ibn al imam al hanbal, syadarat al Dzahab(mashr: dar alfikr,
1979) cet ke-1, jilid 2,h.174

 Ali al-qari, Al-wasail fi syarh al-syamail, mishr al-adabiyah, 1317H.cet ke -1, h.7, dan al-
mubarakfuri, op.cit jilit 1,h.170

 Dr . H. AHMAD SUTARMADI , AL-IMAM AL-TIRMIDZI, peranannya dalam pengembanganm


Hadits dan Fiqh/ pengantar , Qurais shihab- cet. 1- Jakarta : logos 1998

 Dr. M. Abdurrahman , MA. Studi kitab hadis, cetakan 1, Oktober 2003

 http:/ahlulhadist.wordpress.com

 Artikel As-sunnah, Blog salafi pembela sunnah.com

 Lidwa pustaka, http://lidwa.com/app

 Forum republika.co.id
 jurzi zaidah, tarikh al-arab al-lugoh al-arabiyyah, juzz II ( Beirut dar al-hilal, t.th) II

Anda mungkin juga menyukai