Oleh:
FADLIA (KETUA KELOMPOK)
ADINDA MAHARANI
KEVIN APRILIANTO
MUSDALIFA
Puji Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kelimpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehinggapenulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktikyang
berjudul “Mental Menjadi Masalah Perilaku Anak Remaja” Makalah ini ditulis sebagai syarat
untuk menyelesaikan mata Bahasa Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh mental terhadap anak dan
untuk menambah wawasan dalam penulisan karya ilmiah. Dalam penelitian ini, penulis telah
mendapatkan bantuan banyak pihak sehingga pengerjaan karya ilmiah ini dapat berjalan dengan
lancar dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan mereka melalui doa dan kasih
sayang kepada penulis yang selalu memperhatikan penulis dan selalu memberi dorongan agar
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Semoga Tuhan dapat memberikan mereka kesehatan
dan kebahagiaan yang berlimpah.
2. Sdadasd
Laporan karya ilmiah ini tulis secara sungguh-sungguh oleh penulis agar dapat dibaca dengan
mudah dan menambah wawasan bagi pembacanya. Penulis juga menyadari bahwa laporan karya
ilmiah ini masih jauh dari kata sempurma. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
masukkan serta menghargai kritikan agar laporan karya ilmia ini menjadi lebih baik sehingga
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
Berbagai stastistik menunjukkan maraknya gangguan kesehatan mental, khususnya saat usia
remaja. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2018 menemukan bahwa prevelensi gangguan
mental emosional remaja usia di atas 15 tahun meningkat menjadi 9,8 persen dari sebelumnya 6
persen pada 2013. Organisai kesehatan Dunia (WHO) juga mencatat 15 persen anak remaja di negara
berkembang berpikirna untuk bunuh diri bagi kelompok anak di suai 15-19 tahun.
Faktor yang pengaruhnya masalah mental terhadap anak antara lain; faktor lingkungan keluarga,
faktor sekolah. Dari 18 responden,
Kedua pola asuh ini sangat berdampak pada masalah mental emosional remaja yaitu rata ± rata
berada pada kategori borderlain (beresiko). Saran dari penelitian ini adalah diharapkan kepada
perawat jiwa dikomunitas agar lebih sering menjalin komunikasi dengan pihak sekolah dan
mengadakan kegiatan parenting agar tercipta kondisi kesehatan mental dan emosional remja terutama
di sekolah. Kata Kunci: Masalah Mental Emosional Remaja, Faktor Keluarga, Faktor Teman Sebaya,
Faktor Lingkungan Sekolah, Faktor Lingkungan Masyarakat.
Lingkungan keluarga yang dimaksud disini adalah pola asuh orang tua, keharmonisan keluarga,
kedekatan saudara kandung, sosial ekonomi keluarga, dan pendidikan moral. Pola asuh adalah sikap
dan perilaku orang tua dalam membimbing, mendidik, dan melatih anaknya agar dapat berperilaku
sesuai dengan yang diharapkan orang tua dan berguna untuk masa depan kehidupan anaknya kelak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Silitonga, 2015) diperoleh hasil bahwa pola asuh orang
tua berpengaruh pada perkembangan emosional remaja dan disarankan agar orang tua harus mampu
menyasuaikan tindakan dan pola asuh yang baik agar perkembangan emosional remaja semakin
optimal. Jenis pola asuh orang tua dapat dibagi menjadi empat yaitu : pengasuhan otoriter,
pengasuhan demokrtatis, pengasuhan mengabaikan, pengasuhan yang menuruti (Krisnatuti, 2012).
Lingkungan sosial yang jauh lebih luas dibanding lingkungan sosial dalam keluarga.
Lingkungan sekolah terdiri teman sebaya dan guru. Cara mengajar, bersikap dan berinteraksi seorang
guru tidak hanya mempengaruhi akademik seorang peserta didik namun juga mempengaruhi
perkembangan mental, emosional, sikap, moral , dan spiritual remaja (Gunarsa, 2012). Sekolah
menengah lanjutan/atas selayaknya berorientasi komprehensif. Fungsi utama sekolah bukan hanya
tempat pengembangan dan pelatihan intelektual. Namun, juga meliputi banyak hal seperti
pengembangan sosial, emosional, moral, dan spiritual. Lingkungan masyarakat adalah lingkungan
terluas dari seorang remaja. Sosial budaya yang sudah melekat pada masyarakat sekitar ternyata turut
mempengaruhi perkembangan mental
Teman sebaya memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan emosional maupun
sosial remaja, bahkan pengaruh peer group lebih dominan dibandingkan pengaruh lingkungan
keluarga (Kusumadewi, 2012). Tidak jarang peer group berpotensi menggantikan pengaruh positif
dari keluarga dan guru menjadi perilaku menyimpang atau kenakalan remaja. Kelompok teman
sebaya yang cenderung dibentuk oleh remaja meliputi kelompok sahabat karib (chums) terdiri dari 2-3
anggota remaja, kemudian kelompok sahabat (cliques) terdiri dari 4-5 orang remaja dan kelompok
banyak remaja (crowds) terdiri lebih dari 5 orang remaja atau banyak remaja (Rahmawati, 2013).
Kelompok remaja mempunyai orientasi nilai dan norma tersendiri dan kesepakatan yang secara
khusus hanya berlaku untuk kelompok tersebut. Penerimaan teman sebaya merupakan hal yang
terpenting dalam kehidupan remaja, karena memungkinkan remaja untuk mengembangkan identitas
dirinya.
Masalah prilaku terbagi dalam beberapa jenis gangguan mental, seperti berikut.
Seperti yang tadi disebutkan bahwa orang tua kerap tidak sadar bahwa anak memiliki kesehatan
mental, banyak anak mengalami gejala depresi dan berpengaruh pada kemampuan mereka disekolah.
Hal itu diisebabkan ekspetasi tinggi dari orangtua, masalah keluarga, dan tekanan akademis. Seperti
contoh, seorang anak yang tidak memiliki kemampuan dalam perhitungan namun saat memasuki
penjurusan SMA ia dipaksa untuk mengambil jurusan IPA yang notabenya hampir semua mata
pelajaran yang berbau hitungan. Kemampuan hitungan yang tidak mumpuni membuat sang anak
menjadi stres ketika mendapat tugas atau ulangan dari guru tersebut. Akibatnya, Anak memilih
membolos saat jam pelajaran untuk menghindari mata pelajaran yang tidak disukai. Dilain sisi orang
tua bangga anaknya masuk jurusan IPA. Namun Ia tidak tau bagaimana tekanan tinggi yang di
dapatkan sang anak di kelas IPA tersebut. Alhasil, sang anak merasa depresi karena bayang-bayang
ekspetasi dari orang tua adalah salah satu cara untuk melampiaskan semuanya.
Dampak tekanan yang terjadi dapat memecah konsentrasi anak saat belajar dan berjuang
mendapatkan nilai buruk. Hal tersebut karena anak telalu fokus dibanyangi pikiran dan perasaan
terhadap tekanan tersebut dan tidak tahu harus bersikap seperti apa untuk mengatasinya. Disisi lain,
pendampingan orang tua yang kurang dapat menyebabkan anak tersebut tumbuh dengan emosi tidak
stabil dan memengaruhi interaksi sosial mereka. Anak juga menjadi sosok introvert (berkepribadian
tertutup) karena mereka ada yang salah dengan dirinya.
Masalah mental menjadi pokok persoalan yang harus di fokuskan oleh orang tua. Alasannya,
jika diabaikan bisa berakibat fatal pada anak. Akibat lebih lanjut, penyakit tersebut akan susah
sembuh dari sang anak. Mereka bisa jadi mendapat stigma buruk dari lingkungan sekitar, sulit
mendapat akses kesehatan, pendidikan, serta membuat kehidupan sang anak tidak berkembang.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Berdasarkan berdasarkan metode penelitian tersebut kami menggunakan metode
Kuesioner dimana metode ini menggunakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dapat diberikan secara
langsung atau melalui pos atau internet. Jenis angket ada dua, yaitu tertutup dan terbuka.