Anda di halaman 1dari 5

OPINI PUBLIK YANG TERDISKRIMINASI

Pak Mulyo adalah bapak dua orang anak yang disibukkan dengan jualan gorengan
setiap harinya.ehari-harinya Pak Mulyo menunggu pembelinya dipinggir jalan sekitaran
kampus didaerah itu.Setiap harinya,seperti biasanya Pak Mulyo melayani pembelinya
dengan sesekali ngajak cerita untuk menghangat suasanamampir seorang pemuda hendak
membeli gorengan Pak Mulyo,lalu disela-sela sang pemuda makan Pak Mulyo bertanya
“kamu orang mana dek?,kok rasanya kayak bukan orang asli sini?”,
pemuda itu menjawab “ohh iyah pak ,saya memang bukan asli orang sini,kebetulan
saya lewat beasiswa disini kemarin..jadi saya lanjut kuliahnya disini..hehe”.
“wahh…berarti anak pintar lha kamu ini”,Ujar Pak Mulyo.
Sambil tersenyum pemuda itu menjawab“biasa aja pak,saya juga disini masih mau
cari ilmu”.
Kemudian Pak Mulyo kembali bertanya “ngomong-ngomong kamu orang asli mana
dek?”,
Jawab pemuda itu “saya anak desa biasa pak..dipulau yang terbilang kecil sebut saja
“Tano Niha”,atau pulau Nias,dengan sebuah karya Tuhan penuh berkat bagi kami darah asli
tanah kelahirannya”
Kemudian,seketika Pak mulyo ingin mengenal lebih jauh pemuda ini,lalu bertanya
“Bagaimana keadaan kalian disana melihat pemerintah dek?”,
Seketika pembicaraan mereka beralih kepembicaraan yang lebih serius,karena Pak
Mulyo sebetulnya ingin membandingkan keadaan daerahnya dengan sang pemuda
ini,sekaligus dia ingin melihat bagaimana pandangan sang pemuda ini sebagai
mahasiswa,kira-kira seperti begitu.
Lalu,pemuda itu menjawab pertanyaan beliau dengan bahasanya yang cakap dan
lugas ia menjawab “bertumbuh besar dan semakin dewasa membuatku harus mengenal
setiap saat perubahan yang terjadi pak..,terlebih lagi ketika keadaan kita yang
berlatarbelakang kurang mampu,tentunya akan terbilang sulit mendapatkan kesetaraan
didalam lingkungan masyarakat,..baik dari bentuk kelas sosial apalagi pelayanan publik yang
sering kali kerap kurang diperhatikan saat ini”.
Jawaban yang masuk diakal sekali kata pemuda ini “ujar Pak Mulyo dalam
hati”.Lanjut pemuda itu menjawab,
“Tetapi untuk mematahkan kebiasaan kurang tepat ini..menurut saya perlu beberapa
hal perubahan besar sepertinya pak”,ujar sang pemuda sambil memakan kembali
gorengannya.
Setelah membuka bincang-bincang yang lebih serius,Pak Mulyo begitu penasaran
mendengar pemikirannya sang pemuda ini yang menurutnya berwawasan dan peduli dengan
keadaan masyarakat saat ini.Lalu,Pak Mulyo kembali bertanya
“kira-kira bagaimana menurutmu melihat berita-berita di tv sekarang ini dek?”,
Sambil kembali tersenyum sang pemuda itu menjawab,
“hehe..ini hanya pendapat saya sih pak..bahwa,seiring dengan berkembangnya
teknologi dan ilmu pengetahuan manusia sekarang ini,apalagi yang kian terus berpacu searah
berjalannya zaman modernisasi saat ini...tentunya hal ini akan membuat perubahan yang
begitu cepat dari segala sudut pandang dan tatanan kehidupan umat manusia baik secara fisik
maupun psikis”.. “yhaa setidaknya kita update lha jangan gagap teknologi juga ”.ujar
pemuda itu sambil tertawa pada Pak Mulyo.
Lalu,pemuda itu kembali menambahkan “sebenarnya sihh pak..,menurut saya dulu-
dulu manusia kental dengan humanismenya,lebih banyak mengunakan nilai-nilai
kemanusiaan perasaannya dalam bertindak dan berperilaku..,namun,untuk saat ini makna
dari kalimat humanis itu hanyalah sebuah pemanis saja kayaknya,yang disematkan untuk
sebuah narasi indah dalam pidatonya para bangsawan negeri ini..tentunya yang kerap kita
dengar bersama yang biasa dikumandangkan melalui media untuk dipertontonkan kepada
kita seluruh publik,bahwa seolah-olah keadaan sedang bersahabat namun sejatinya keadaan
secara realistisnya adalah sebaliknya”, “kira-kira seperti begitu” ,ujar pemuda itu.
Lalu,berlanjut ketika Pak Mulyo juga menanggapi memberikan tanggapan,ia berkata..
“Bapak berfikir begini sih dek..tapi tentang pola perilaku yang terjadi di masyarakat
dalam hal dikehidupan sehari-hari yang bapak lihat”.., “Setiap harinya kita pasti bertemu
begitu banyak berita yang dimuat mengenai segala isu atau tindakan kejahatan dan tidak
terkecuali dengan yang namanya perbedaan perlakuan”..Nahh,terkadang bentuk perbuatan
diskriminasi terlalu dianggap sepele dalam tindakan penanganannya saat ini yang membuat
hal ini terus berulang-ulang terjadi.. “itulah kenyataannya”.ujar Pak Mulyo.
Kemudian,pembicaraan Pak Mulyo dengan sang pemuda ini lebih asyikk,mereka
seperti saling memberikan pandangan yang memang seperti keadaannya saat
ini.Namun,disamping itu Pak Mulyo tidak mengetahui kalau sebenarnya sang pemuda ini
merupakan mahasiswa dari jurusan hukum juga,sehingga pembicaraan serasa nyambung
untuk dibahas diantara keduanya.Lalu,sang pemuda kembali menjawab Pak Mulyo sekilas
bercerita tentang pengalamannya.
Sang pemuda “saya pernah mencoba bertanya sih pak.. kepada beberapa orang dan
salah satunya adalah mantan guru saya di sekolah dasar, namanya pak Lase.Pertanyaan saya
sederhana yaitu “apa itu perbedaan perlakuan?”jawaban dari semuanya beragam,tapi garis
besar menjelaskan bahwa perbedaan perlakuan itu keberpihakan terhadap sesuatu dengan
meniadakan keberadaan yang lain.artinya ini menurut saya adalah kata lain dari
diskriminasi”.
Lalu,sahut Pak mulyo sembari ingin bertanya “diskrimasi..?apa itu”
Jawab sang pemuda “diskriminasi itu sikap atau tindakan membedakan secara
sengaja terhadap golongan-golongan yang berhubungan dengan kepentingan tertentu.
lalu,pembedaan tersebut biasanya didasarkan pada agama, etnis, suku, dan ras pak…bahkan
diskriminasi cenderung dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas
dan merupakan suatu hal yang cenderung lahir dan membudaya dilingkungan sosial
masyarakat…Nahh,pemicu timbulnya budaya sikap membedakan tersebut didasarkan dari
kurangnya kesadaran sosial dan prasangka sehingga kerap membuat pola pikir hanya
sebatas golongan sendiri…Menutup diri dan susah membuka diri terhadap hal baru tanpa
memandang sisi positif,serta mudah menyerap pengaruh komunikasi informasi tidak sehat
tanpa mempertimbangkan.
“Contohnya kemarin salah satu bentuk diskrimanasi yang sederhana seperti Kazola
adalah siswa SD Swasta BNKP Lahewa yang berasal dari keluarga berwarna kulit hitam,lalu
ia pindah kesekolah baru mayoritas orang keturunan kulit putih dan berasal dari ras yang
berbeda dengannya.disekolah barunya setiap hari Kazola mengaku selalu merasa dikucilkan
dan dijauhi karena dianggap berbeda oleh teman-temannya”. Nahh...dalam contoh ini
nampak sebuah perbedaan perlakuan yang memang berdampak buruk kepada Kazola untuk
bisa berkembang dilingkungan barunya…Sehingga dari contoh itu Kazola,saya berfikiran
bahwa “menjalin hubungan komunikasi sosial yang baik serta beriorientasi pada tujuan tanpa
membeda-bedakan suatu keadaan terhadap dunia luar merupakan hal yang sangat penting
dalam menghadapi peradaban manusia yang terus berpacu pada sikap egoisnya”.Nilai
humanis yang memang pada kenyataannya berbalik cenderung mengarah pada budaya yang
mendiskriminasi..Nahh,kembali bagaimana membangun pola pikir yang terlepas dari itu
semua perlu edukasi sejak dini dan pemahaman secara masif mengenai pemahaman positif
dalam mengambil sikap terhadap segala bentuk perbedaan,yhaa..harapan saya sih begitu
pak”.ujar sang pemuda.
Setelah panjang mendengar ceritanya sang pemuda kemudian Pak Mulyo kembali
menanggapi.., “untuk saat ini sihh..Bapak,juga melihat adanya pengelompokkan sosial
masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat dan itu sangat terasa bagi saya secara
pribadi”,ujar Pak Mulyo.
Sang pemuda menjawab “itu benar sekali sihh pak”..
Lalu,Pak Mulyo kembali bertanya pada sang pemuda “Lalu,bagaimana menurutmu
kira-kira dek,ada ngak keadilan hukum disitu ?”
Sang pemuda menjawab “Begini sihh pak..hukum dikehidupan sosial masyarakat itu
sangat dinamis,sehingga warga masyarakat sangat sulit untuk menghindar dari terpaan
perubahan sosial.Disamping itu juga sendi-sendi kehidupan sosial bergerak dengan cukup
cepat, mengikuti roda perubahan yang terus berputar mengikuti jaman sekarang ini…dan itu
menurut saya hal wajar..Nahh akan tetapi meskipun demikian, ada salah satu sendi
kehidupan sosial yang relatif lambat dan kian menjadi permasalahan utama sekarang yaitu
hukum kita”
“Lalu,sebagai mahasiswa..bagaimana solusi terbaiknya dalam hal itu?”
“Saya sih,secara pribadi sepenuhnya menaruh kepercayaan kepada pemerintah pak…
karena biar bagaimanapun mereka adalah pilihan sadar kita sebagai rakyat untuk membawa
harapan besar kita pada keadilan dan aturan hukum di negara kita ini”ujar sang pemuda.
“Apa alasanmu bisa berkata begitu dek?”,tanya Pak Mulyo.
“yhaa..tentunya kita sebagai masyarakat mesti optimis menaruh harapan percaya
kepada pemerintahan kita..pasti pemerintahan ini mengharapkan cita-cita yang sama yaitu
kesejahteraan rakyat..jadi wajar saja,kadang tidak sepenuhnya terealisasikan dengan
tepat,karena memang manusia hanyalah produk pemerintah yang jauh dari kata sempurna
pak..haha”jawab sang pemuda sambil kembali tertawa.
“ohh iyalah benar juga sih dek..cuman kita sebagai rakyat ini terkadang dikecawakan
dek..dengan tindakan-tindakan kurang terpuji dari para atasan kita ini”ujar Pak Mulyo.
Jawab sang pemuda “itulah pak..kita hanya bisa optimis bahwa pemerintah mampu
memberikan keadilan dan menyelesaikan pembatasan warga masyarakat kedalam lapisan-
lapisan,seperti halnya sekarang ini..,”
Kemudian sang pemuda kembali menambahkan,serasa ingin menguatkan
pernyataanya pada Pak Mulyo.
“Yhaa..karena sekarang ini ukuran kekayaan..,kekuasaan..,kehormatan..dan mungkin
juga ilmu pengetahuan menjadi tolak ukur gitu..,Semakin rendah status seseorang dalam
lapisan masyarakat maka,semakin banyak hukum yang mengaturnya.Dengan kata
lain,semakin banyak kekayaan,kekuasaan,dan kehormatan seseorang maka semakin sedikit
hukum yang mengaturnya…,Nahh,tentunya hal ini bertentangan dengan tujuan hukum yang
semestinya,namun..mau gimana lagi sudah menjadi budaya dalam lapisan sosial masyarakat
kita”.ujar sang pemuda.
“Nahh.itu lhaa dek..keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia harus didapatkan
oleh seluruh masyarakatnya... Keadilan juga berlaku untuk seluruh kehidupan, termasuk juga
hak dan kewajiban yang dimiliki masing-masing individu yang harus tercapai...Jadi, supaya
status dan peran mempunyai posisi yang sama dalam kedudukan dihadapan hukum kita”...
Sambil tersenyum sang pemuda itu menjawab “itu lha pak,kalau saya sudah jadi
anggota dewan nanti saya akan realisasikan itu semua”
“haha..ngak harus jadi anggota dewan juga dek..intinya bijak dari hal-hal kecil
dikehidupan sehari-hari aja itu udah hebatt”ujar Pak Mulyo sembari tertawa.
“Hihih..siap pak..pasti”sang pemuda tertawa sambil menganggguk.
“iyah lha pak..pengen sebenarnya cerita-cerita cuman ini saya mau lanjut kuliah
juga”ujar sang pemuda.
“haha..ngak apa-apa dek..lain kali lagi kalau mampir kesini kita ceritanya..”jawab
Pak Mulyo.
“okey dehh pak..berapa semua gorengannya..,ini lima.,sama ini tiga..,minum
satu”Tanya pemuda hendak membayar makanannya.
“sepuluh ribu aja dek”jawab kembali Pak Mulyo.
Yariyanto zendrato nama lengkapnya,sangat kagum dipanggil dengan nama pena
zend.Lahir 20 tahun lalu tepat tanggal 21 November di desa kecil,Pulau Nias sumatera
utara.Berperan sebagai sibungsu dari empat bersaudara.orang yang punya hobi
menyanyi,menulis dan diskusi terus,Katanya bercita-cita jadi seorang Pengacara muda.Saat
ini menjadi mahasiswa jurusan Ilmu Hukum di Universitas Palangka raya tepatnya
Kalimantan Tengah. Si malas yang berkutat di Organisasi dan cinta mati pada buku. Si langit
biru yang mencintai langit malam..sekian.

Anda mungkin juga menyukai