Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

Praktik Profesi Ners (PPN) Keperawatan Maternitas

Asuhan Keperawatan Maternitas dengan kasus


“RETENSIO PLASENTA”

Oleh :
IKWAN RAMADAN
(P05120421025)

Mengetahui
Clinical Teacher

(Ns. Rina Delfina, M.Kep)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI
PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AJAR 2021/2022
I. KONSEP TEORI RETENSIO PLASENTA
A. Pengertian
Retensio plasenta merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam
setelah jalan lahir. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata,
dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma.
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta setengah jam
setelah persalinan bayi oleh karena itu plasenta harus dikeluarkan karena dapat
menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta
inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas korio
karsioma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka
uterus tidak dapat berkontraksi secara efektifdan keadaan ini dapatmenimbulkan
perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidakberkurang (Prawiraharjo, 2005).
B. Klasifikasi
Berdasarkan tempat implantasinya retensio plasenta dapat di klasifikasikan menjadi
5 bagian :
1. Plasenta Adhesiva
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta dan melekat  pada
desidua endometrium lebih dalam.
2. Plasenta Akreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki lapisan miometrium yang
menembus lebih dalam miometrium tetapi belum menembus serosa.
3. Plasenta Inkreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai atau memasuki miometrium ,
dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua sampai ke
miometrium.
4. Plasenta Perkreta
Implantasi jonjot khorion plsenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai
lapisan serosa di uterus, yang menembus serosa atau peritoneum dinding rahim .
5. Plasenta Inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh kontraksi ostium
uteri (Sarwono, 2005).
C. Etiologi
Sebab-sebab plasenta belum lahir bisa oleh karena :
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2. Palsenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan
Apabila plasenta belum lahir sama sekali tidak terjadi perdarahan, jika lepas
sebagian terjadi perdarahan yang merupkan indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dari dinding uterus karena:
1) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
2) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium sampai dibawah peritonium (plasenta akreta-
perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena
salah penanganan kala II, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian
bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
D. Patofisiologi dan WOC
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi
progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek
namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi
menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-
otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban
belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga
rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak
darah hilang.
E. Tanda dan Gejala
Gejala Akreta parsial Inkarserata Akreta
Konsistensi uterus Kenyal Keras Cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk uterus Discoid Agak globuler Discoid
Perdarahan Sedang – banyak Sedang Sedikit / tidak ada

Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur


Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Pelepasan plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya

Syok Sering Jarang Jarang sekali, kecuali akibat


inversion oleh tarikan kuat
pada tali pusat.

E. Gejala Klinis
1. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi
mengenai episode perdarahan post partum sebelumnya, paritas serta riwayat
multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat post partum sekarang dimana
plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi
dilahirkan.
2. Pada pemeriksaan pervaginam plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis
servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap
Untuk menentukan  tingkat Hb dan Ht, melihat adanya trombositopenia serta
jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infksi, leukosit biasanya
meningkat.
b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT)
dan activated Partial Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time
(CT) atau Bleeding time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang
disebabkan oleh faktor lain.
G. Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta adalah :
1. Resusitasi pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang
berdiamter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida atau larutan
ringer laktat yang hangat apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi,
tekanan darah dan saturasi oksige. Transfusi darah apabila diperlukan yang
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2. Drips oksitosin 20 IU dalam 500 ml larutan ringer laktat atau NaCl 0,9 (normal
saline) sampai uterus berkontraksi.
3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt andrews, jika berhasil lanjutkan dengan
drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan manual plasenta.
5. Jika tindakan manual plasenta tidak meungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan
dengan tang abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran
sisa plasenta dilakukan dengan kuratase.
6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta delanjutkan dengan pemberian
obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan
infeksi sekunder.
H. Komplikasi
1. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan
perfusi jaringan
2. Sepsis
3. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak
selanjutnya.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A.   Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan
retensio placenta adalah sebagai berikut :

1. Identitas klien
Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa
lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan,
persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari sebagai berikut :
a. Sirkulasi :
1) Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkin tidak tejadi sampai
kehilangan darah bermakna)
2) Pelambatan pengisian kapiler
3) Pucat, kulit dingin/lembab
4) Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa
tertahan)
5) Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan
6) Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan
darah.
b. Eliminasi :
Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina
c. Nyeri/Ketidaknyamanan :
Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal (fragmen
placenta tertahan) dan nyeri uterus lateral.
d. Keamanan :
Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin
tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat
pada labia mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas
dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan
pada serviks.
e. Seksualitas :
1) Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol
(fragmen placenta yang tertahan)
2) Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi
multipel, polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta, placenta
previa.
3) Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan
obstetrik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi).
4) Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%)

2. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1. DS : Klien mengeluh pusing Plasenta lepas tapi belum lahir Perfusi perifer tidak
DO : ↓ efektif
Ø  Sianosis perdarahan
Ø  Kulit tampak terasa dingin ↓
Terjadi hipovolemik

Gangguan perfusi jaringan
2. DS : Klien mengatakan lemah Retensio plasenta Hipovolemia
DO : ↓
Ø  Tampak perdarahan Plasenta lepas tapi belum lahir
Ø  Membran mukosa kulit tampak ↓
kering perdarahan
Ø  Pengisian kapiler dibawah ↓
batasan normal Kekurangan volumecairan
3. DS : Saraf terjepit/putus Nyeri Akut
Ø  Klien mengatakan nyeri pada ↓
jalan lahir Reseptor nyeri terangsang
Ø  Klien mengatakan sakit perut ↓
pada bagian bawah Menstimulasi talamus
DO : ↓
Ø  Ekspresi wajah klien tampak Ambang nyeri ↓
meringis ↓
Ø  Klien tampak gelisah nyeri

B.   Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d kekurangan volume cairan
3. Nyeri akut b.d agen pencidera fisilogis
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan (SDKI) PERENCANAAN RASIONAL
Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
Hipovolemia berhubungan Setelah diberikan intervensi keperawatan SIKI : Manajemen Hipovolemia
dengan Kehilangan Cairan aktif selama…….x……jam. diharapkan klien Aktivitas Keperawatan : 1. Dengan mengetahui tanda dan gejala
dapat menunjukkan : lebih awal akan dapat memberikan
SLKI : Status Cairan Observasi tindakan lebih cepat
 Dipertahankan pada level 3 1. Periksa tanda dan gejala 2. Untuk mengetahui kebutan cairan
 Ditingkatkan ke level 4 -5 hipovolemia klien
Dengan level : 3. Posisi trendelenburg dapat
1 = Memburuk Terapeutik menstabilkan klien dengan syok
2 = Cukup Memburuk 1. Hitung kebutuhan cairan klien hemodinamik karena dapat
3 = Sedang 2. Berikan posisi modified meningkatkan alirab balik vena dan
4 = Cukup Membaik trendelenburg meningkatkan curah jantung
5 = Membaik 3. Berikan asupan cairan oral 4. Untuk membantu memenuhi
kebutuhan cairan klien
Dengan Kriteria Hasil Edukasi 5. Perubahan posisi mendadak dapat
 Tekanan Darah 1. Anjurkan memperbanyak asupan menyebabkan aliran darah otak dan
 Frekuensi Nadi cairan oral pembuluh darah di kaki berbeda
 Kekuatan Nadi 2. Anjurkan menghindari perubahan 6. Pemberian cairan isotonis melalui
 Kadar Hb posisi mendadak jalur iv line dapat membantu
 Membran Mukosa menjaga keseimbangan cairan
Kolaborasi dengan cepat
1. Kolaborasi pemberian cairan IV 7. Pemberian cairan Hipotonis melalui
isotonis jalur iv line dapat membantu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV menjaga keseimbangan cairan
hipotonis dengan cepat
3. Kolaborasi pemberian produk 8. Untuk mengganti cairan darah yang
darah hilang akibat perdarahan
Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah diberikan intervensi keperawatan SIKI : Perawatan Sirkulasi 1. Dengan mengetahui tanda dan gejala
berhubungan dengan selama…….x……jam. diharapkan klien Aktivitas Keperawatan : lebih awal akan dapat memberikan
kekurangan volume cairan dapat menunjukkan : Observasi tindakan lebih cepat
SLKI : Perfusi Perifer 1. Periksa perfuai perifer (mis. Nadi 2. Factor resiko yang ada dapat
 Dipertahankan pada level 3 perifer, edema, pengisian kapiler) menyebabkan perfusi perifer
 Ditingkatkan ke level 4 -5 2. Identifikasi factor resiko terganggu
Dengan level : 3. Pemasangan infus di area
1 = Memburuk Terapeutik keterbatasan perifer dapat menjadi
2 = Cukup Memburuk 1. Hindari pemasangan infus dan tidak efektif
3 = Sedang pengambilan darah di area 4. Penekanan di area keterbatasan
4 = Cukup Membaik keterbatasan perfusi perifer dapat memperburuk keadaan
5 = Membaik 2. Hindarii penekanan dan 5. Pengukuran TD di area yang tidak
pemasangan tourniquet pada area terganggu akan memberikan hasil
Dengan Kriteria Hasil yang cidera yang lebih efektif
 Kekuatan nadi prefer 3. Lakukan pengukuran tekanan 6. Hidrasi dapat membantu memenuhi
 Warna kulit pucat darah pada ekstremitas yang tidak kebutuhan cairan
 Pengisian kapiler mengalami keterbatasan 7. TD yang optimal akan menjadikan
 Akral ekstremitas perfusi perifer lanacar
 Turgor kulit 4. Lakukan hidrasi 8. Tekanan darah yang berlebih dapat
mengganggu perfusi perifer
Edukasi 9. Agar dapat memberikan tindakan /
1. Anjurkan penggunaan obat pertolongan dengan cepat
penurun TD jika perlu
2. Anjurkan meminum obat
pengontrol tekanan darah secara
teratur
3. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
Nyeri Akut berhubungan Setelah diberikan intervensi keperawatan SIKI : Manajemen Nyeri 1. Untuk mengetahui nyeri yang
dengan Agen Pencidera selama…….x……jam. diharapkan klien Aktivitas Keperawatan : diraskaan klien secara komprehensif
Fisiologis dapat menunjukkan : 2. Semakin tinggi skala nyeri yang
SLKI : Tingkat Nyeri Observasi diarasakan akan semakain berbeda
 Dipertahankan pada level 3 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, tindakan yang dilakukan
 Ditingkatkan ke level 4 -5 durasi, frekuensi, kualitas dan 3. Teknik nonfarmakologis dapat
intensitas nyeri membentu mengurangi rasa nyeri
Dengan level : 2. Identifikasi skala nyeri yang dirasakan
1 = Memburuk 4. Lingkunang yang ribut dapat
2 = Cukup Memburuk Terapeutik menjadikan klien lebih stress
3 = Sedang 1. Ajarkan teknik non farmakologis sehingga nyeri akan semakin
4 = Cukup Membaik untuk mengurangi rasa nyeri dirasakan
5 = Membaik 2. kontrol lingkungan yang 5. Pemilihan strategi meredakan nyeri
memperberat rasa nyeri yang tepat akan dapat menurunkan
Dengan Kriteria Hasil 3. pertimbangkan jenis dan sumber rasa nyeri lebih efektif
 Keluhan nyeri nyeri dalam pemilihan srategi 6. Agar klien dapat mengikuti langkah
 Meringis meredakan nyeri yang diajarkan oleh perawat
 Frekuensi nadi 7. Penggunaan analgetik akan
Edukasi membantu memblok reseptor nyeri
1. jelaskan strategi meredakan nyeri sehinngga nyeri dapat berkurang
2. anjurkan menggunakan analgetik 8. Teknik nonfarmakologis dapat
secara tepat membentu mengurangi rasa nyeri
3. ajarkan teknik non farmakologis yang dirasakan
untuk mengurangi nyeri 9. Penggunaan analgetik akan
membantu memblok reseptor nyeri
Kolaborasi sehinngga nyeri dapat berkurang
1. kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Daftar Pustaka

Arif, Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.


Doengos, Marillyn E (2001) Rencana Perawatan Maternal Bayi. Edisi 2. Penerbit
Buku           Kedokteran  EGC; Jakarta
Prawiroharjo, Sarwono. (1997). Ilmu Kebidanan. Edisi 3. yayasan Bina Pustaka; Jakarta
Prof. dr. Ida BagusGde Manuaba, SpOG. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan
dan           Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku EGC;Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai