Beton Prategang
11
Teknik Perencanaan Teknik Sipil P112100009 Ivan Jansen S., ST, MT
dan Desain
Abstract Kompetensi
Modul ini bertujuan untuk memberikan Mahasiswa/i mampu menentukan dan
pemahaman dasar mengenai desain menghitung kapasitas nominal terhadap
penampang akibat geser geser dari suatu penampang balok
prategang
Perilaku Balok Beton Terhadap Geser
Pendahuluan
Perilaku dari balok beton akibat geser dan akibat kombinasi geser-torsi sangat berbeda dengan
perilakunya akibat lentur. Balok yang gagal akibat lentur pada umumnya terjadi secara perlahan
sehingga secara visual dapat diamati jauh sebelum kegagalan terjadi. Sifat dari kegagalan
akibat lentur juga pada dasarnya bersifat daktail sehingga dapat memberikan peringatan
kepada penghuni sebelum kegagalan terjadi sehingga menghindari kemungkinan terjadinya
korban jiwa.
Berbeda dengan kegagalan kentur, kegagalan geser terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan
dan bersifat getas. Dengan demikian dalam perencanaan struktur harus dijamin bahwa
kegagalan lentur harus terjadi sebelum kegagalan geser.
Kegagalan pada struktur akibat gaya geser dan torsi yang bersifat getas ini terjadi karena
timbulnya tegangan geser pada balok dimana tegangan geser ini dapat menghasilkan tegangan
prinsip tarik (principal tensile stress) di lokasi penampang kritis yang apabila melampaui kuat
tarik dari beton maka keruntuhan geser pasti terjadi. Dengan demikian pada perencanaan
geser, harus juga ditentukan kebutuhan tulangan geser dari suatu balok prategang
Perencanaan geser pada dasarnya tidak memiliki cara unik dikarenakan perilaku kegagalan
geser sangat beragam dan bergantung kepada dimensi, geometri, pembebanan dan properti
dari elemen struktur itu sendiri.
Berdasarkan dimensi dan geometri dan pembebanan dari sutau elemen struktur secara garis
besar perencanaan geser dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Geser satu arah pada balok langsing atau struktur B-Region
2. Geser dua arah (geser pons) pada telapak, flat slab dan flat plate
3. Geser pada balok tinggi atau struktur D-Region
Pada modul ini kita hanya membahas perilaku geser satu arah pada balok langsing.
Dasar Teori
Dengan menggunakan Lingkaran Mohr maka dapat ditentukan tegangan prinsip (Principal
Stress) dimana sudut vektor dari tegangan prinsip tarik adalah tegak lurus terhadap arah
trayektori vektor tegangan prinsip tekan.
Dari Gambar 3 di atas dapat dlihat dimana gaya dalam geser yang terjadi ditengah bentang
sama dengan nol maka bentuk retak adalah relatif vertikal, di daerah transisi antara tengah
bentang dan tumpuan, bentuk retak adalah vertikal pada serat bawah dan membentuk
Gambar 4 – Transfer gaya geser pada balok beton tanpa tulangan geser
M M
F 0 T T jd
M 0 M Vx
sehingga diperoleh
Vx
T (4)
jd
Dengan mengacu kepada Gambar 4(c) maka agar persamaan keseimbangan berlaku harus
ada shear flow yang merupakan rata-rata dari gaya T yaitu
T
v (5)
b w x
Substitusi (4) ke (5) didapat
V
v (6)
bw jd
Perbedaan mendasar antara balok langsing dan balok tinggi adalah perilaku dimana gaya
geser ditransfer yaitu:
1. Beam action
Kondisi beam action yaitu jika persamaan (4) yang secara kalkulus dapat ditulis menjadi
V
d
Tjd (7)
dx
dan diekspansi menjadi
d T d jd
V jd T (8)
dx dx
d jd
Beam action yaitu apabila 0
dx
d T
sehingga V jd (9)
dx
d T
adalah shear flow pada bidang datar antar retak
dx
2. Arch action
Arch action terjadi jika shear flow tidak bisa terjadi karena retak terjadi secara total dari
tinggi balok yang dapat terjadi pada balok tinggi. Dengan demikian kondisi dimana shear
d T
flow tidak dapat terjadi yaitu apabila 0
dx
d jd
Sehingga V T (10)
dx
b.2. Perilaku
Dari hasil eksperimen secara garis besar pola keruntuhan (failure) yang terjadi pada balok
beton bertulang/prategang tanpa tulangan geser adalah sebagai berikut:
1. Flexure failure
Kondisi ini pada dasarnya adalah kegagalan yang umumnya terjadi pertama kali pada
suatu balok yang sangat langsing dengan rasio bentang geser a/d ≥ 6
2. Diagonal tension failure atau flexure shear failure
Kondisi ini pada dasarnya adalah kegagalan yang umumnya terjadi pertama kali pada
suatu balok yang sangat langsing dengan rasio bentang geser 2.5 ≤ a/d ≤ 6
3. Shear compression failure atau web shear failure
Kondisi ini pada dasarnya adalah kegagalan yang umumnya terjadi pertama kali pada
suatu balok tinggi dengan rasio bentang geser 1.5 ≤ a/d < 2.5
Referensi 1 memberikan moda keruntuhan yang kurang lebih sama dan menambahkan
untuk syarat shear span untuk kondisi beban merata yaitu seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
Pada balok beton bertulang tanpa tulangan geser yang langsing pada dasarnya flexure
failure disusul dengan flexure shear failure akan terjadi terlebih dahulu sebelum web shear
failure. Pada kasus-kasus tertentu misal untuk balok dengan lebar web lebih kecil dari lebar
Gambar 5 – Pengaruh a/d pada kuat geser beton bertulang tanpa tulangan geser
Lebar retak akibat lentur dapat diminimalisir dengan tulangan memanjang seperti
diperlihatkan pada Gambar 6(a). Dengan demikian hal yang sama juga agar lebar retak
miring akibat yang menyebabkan flexure-shear failure terjadi dapat diminimalisir dengan
tulangan sengkang seperti ditunjukkan oleh Gambar 6(c) maupun (d). Namun untuk struktur
tahan gempa, penggunakan sengkang miring seperti ditunjukkan pada Gambar 6(c) tidak
diijinkan gaya geser yang terjadi akibat gempa dapat berbalik arah.
Kuat geser nominal pada suatu elemen balok lentur diberikan oleh persamaan
Vn Vc Vs (13)
dimana:
Vc adalah kontribusi kuat geser dari beton
Secara prinsip kontribusi kuat geser dari beton adalah berdasarkan kuat geser pada balok
beton tanpa tulangan geser baik untuk beton bertulang maupun beton prategang.
V d
Vc 0.16 f c ' 17 w u bw d 0.29 f c 'bw d (14)
Mu
dimana:
M cre I y t 0.5 f c ' f ce f d (18.b)
Nilai M max dan Vi ditentukan pada penampang kritis dimana akibat kombinasi ultimit. M cre
sendiri adalah porsi momen akibat beban hidup yang menyebabkan retak
Vd adalah gaya dalam geser tak terfaktor yang terjadi pada penampang yang ditinjau
Vcw 0.29 f c ' 0.3 f pc bw d p V p
dimana:
d p 0.8h (18.a)
f pc adalah tegangan pada beton akibat gaya prategang efektif pada level C.G.C
V p adalah gaya geser akiabat balancing load dari gaya prategang efektif pada penampang
yang ditinjau
Vu d p
Vc 0.05 f c' 4.8 bw d 0.17 f c 'bw d (19)
Mu
Namun tidak lebih besar dari 0.42 f c 'bw d dan Vu d p M u 1.0 dimana M u dan Vu
adalah gaya dalam momen ultimit dan geser ultimit pada penampang yang sama.
Catatan khusus untuk kuat geser beton yang sudah dijabarkan di atas adalah rumus empirik
berdasarkan hasil eksperimen yang mendekati akurat bila sudut dari retak miring adalah lebih
kurang mendekati 45o. Metoda yang lebih rasional dalam menentukan kontribusi beton dalam
kekuatan geser menjadi penelitian dalam 20 tahun terakhir yang dirangkum pada referensi [5].
Untuk memastikan bahwa kuat lentur nominal maksimum dapat tercapai sebelum keruntuhan
geser terjadi maka tulangan geser minimum harus dipasang pada balok prategang.
Sesuai prosedur dari ACI 318 maka perhitungan kebutuhan akan tulangan geser (sengkang)
adalah sebagai berikut:
1. Jika Vu Vc 2 tidak perlu tulangan geser namun untuk keamanan tulangan geser
minimum diberikan
Vc
2. Jika Vu Vc tulangan geser minium harus diberikan sebagai berikut
2
Jika gaya prategang efektif lebih dari atau sama dengan 40% kuat tarik tulangan lentur,
tulangan geser minimum adalah yang terbesar diantara:
bw s 0.35bw s
Av ,min 0.062 f c ' (24)
f yt f yt
Aps f pu s d
Av ,min (25)
80 f yt d bw
Avf yt d p
Jika Vs Vu Vc 1 3 f c 'bw d p s 0.5 0.75h 600mm
Vu Vc
Contoh
1) Sebuah balok beton tanpa tulangan diatas dua tumpuan seperti ditunjukkan pada gambar
berikut:
Jawab:
a) Hitung tegangan akibat momen dan geser
f v
My 500 10 6 225
f = 4.630 MPa
I 24300000000
Pada ¼ tinggi balok dari bawah dan 2.5 meter dari tumpuan kiri
M = 250 kN.m
I = 1/12 х 400 х 90003 = 24300000000 mm3
y = h/4 = 900/4 = 225 mm
My 250 10 6 225
f = 2.315 MPa
I 24300000000
Q A y = (b х h/4) х (h/4 + h/8) = (400 x 900/4) x (900/4 + 900/8) = 30375000 mm3
2 2 2 2
Tegangan prinsip tekan
2 2
f f 4.630 4.630
fc v2 0 =0
2
2
2 2 2
Sudut antara tegangan prinsip tarik dengan bidang horizontal
v 0
tan 2 0
f 2 4.630 2
2 = 0
=0
2 2 2 2
Tegangan prinsip tekan
2 2
f f 4.630 4.630
fc v2 0.313 = -0.041 MPa
2
2
2 2 2
Sudut antara tegangan prinsip tarik dengan bidang horizontal
v 0.313
tan 2 0.1352
f 2 4.630 2
2 = -15.10960
= -7.5550
2) Balok beton dari contoh satu diberi gaya prategang efektif Pe = 1000 kN
Daftar Pustaka
[1] Prestressed Concrete: A Fundamental Approach 5th Ed by Edward G Nawy
[2] Reinforced Concrete Mechanics and Design 6th Ed by James K Wight & James G
Macgregor
[3] ACI 318M-11 Building Code Requirements for Structural Concrete and Commentary
[4] ACI-ASCE Committee 426 The Shear Strength of Reinforced Concrete Member
[5] ACI 445R-99 Recent Approaches to Shear Design of Structural Concrete