Anda di halaman 1dari 8

PENGEMBANGAN KURIKULUM OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN

Zulpan, Erika Laura Magdalena Sibarani, Rury Mellenia

Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Labuhan Batu

Abstrak.Kurikulum operasional di satuan pendidikan memuat seluruh rencana proses belajar yang
diselenggarakan di satuan pendidikan, sebagai pedoman seluruh penyelenggaraan pembelajaran.
Pemerintah pusat menetapkan kerangka dasar dan struktur kurikulum yang menjadi acuan untuk
pengembangan kurikulum operasional satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum operasional
satuan pendidikan dilakukan sesuai dengan konteks dan kebutuhan peserta didik dan satuan
pendidikan untuk menjadikannya bermakna. Dalam pengembangannya, kurikulum ini juga
merupakan hasil refleksi semua unsur pendidik di satuan pendidikan yang kemudian ditinjau secara
berkala guna disesuaikan dengan dinamika perubahan dan kebutuhan peserta didik. Kurikulum
operasional membantu proses berpikir dan mengembangkan satuan pendidikan.

Kata kunci : Kerangka dasar, dan struktur pengembangan kurikulum operasional satuan
pendidikan.

Abstract. The operational curriculum in the education unit contains the entire plan for the learning
process held in the education unit, as a guide for the entire implementation of learning. The central
government establishes the basic framework and curriculum structure as a reference for developing
the operational curriculum of education units. The development of the operational curriculum of the
education unit is carried out in accordance with the context and needs of the students and the
education unit to make it meaningful. In its development, this curriculum is also the result of
reflection of all elements of educators in the education unit which are then reviewed periodically to
adjust to the dynamics of change and the needs of students. The operational curriculum helps the
thinking process and develops educational units.

Keywords: The basic framework, and structure of the operational curriculum of the education unit.

PENDAHULUAN
Salah satu komponen penting dalam pendidikan yang sering diabaikan adalah kurikulum.
Kurikulum memiliki posisi strategis karena secara umum kurikulum merupakan deskripsi dari visi,
misi, dan tujuan pendidikan sebuah bangsa. Hal ini sekaligus memposisikan kurikulum sebagai sentral
muatan-muatan nilai yang akan ditransformasikan kepada peserta didik.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU Sisdiknas/2003).
Arah dan tujuan kurikulum pendidikan akan mengalami pergeseran dan perubahan seiring
dengan dinamika perubahan sosial yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal. Karena sifatnya yang dinamis dalam menyikapi perubahan, kurikulum mutlak harus
fleksibel dan futuristik. Ketimpangan-ketimpangan dalam desain kurikulum karena kurang respon
terhadap perubahan sosial boleh jadi berkonsekuensi kepada lahirnya output pendidikan yang ‘gagap’
dalam beradaptasi dengan kondisi sosial yang dimaksud.
Atas dasar pertimbangan ini, maka pengembangan kurikulum menjadi salah satu tugas pokok
pemerintah untuk mengatur dan mengembangkan pendidikan. Demikian juga halnya dengan peran
tokoh maupun pemerhati pendidikan agar mengikuti setiap episode dari perubahan sosial, karena
semua itu akan menjadi bahan pertimbangan dalam mendesain serta mengembangkan kurikulum.
Selain itu, partisipasi masyarakat aktif juga sangat diharapkan untuk memberikan sumbangan
pemikiran dalam menanggapi setiap perubahan.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum, mulai dari
pemahaman teori dan konsep kurikulum, asas-asas kurikulum, macam-macam model konsep
kurikulum, anatomi dan desain kurikulum, landasan-landasan pengembangan kurikulum dan lain-lain
yang berkaitan dengan proses pengembangan kurikulum.
Dari cakupan materi dan pembahasan dalam pengembangan kurikulum, kajian ini hanya
fokus pada pembahasan mengenai kerangka dasar dan struktur dalam pengembangan kurikulum
operasional satuan pendidikan. Yakni paparan singkat apa sebenarnya yang menjadi dasar
pengembangan, serta apa sebenarnya tujuan pengembangan kurikulum operasional satuan pendidikan.
Paparan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi berharga bagi stakeholders, terutama terkait
pengembangan kurikulum operasional satuan pendidikan.

METODE
Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan
pengembangan kurikulum operasional satuan pendidikan. Adapun pengumpulan data dengan
menggunakan dokumentasi. Teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang terkait dengan pengembangan kurikulum operasional satuan pendidikan.
Adapun kajian analisis data kami menggunakan dengan cara reduksi data dan langsung penarikan
kesimpulan.

PEMBAHASAN
Pengembangan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan
Konsep Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya pelari dan
curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman
Romawi Kuno di Yunani, yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai
finish. Dapat dipahami jarak yang harus ditempuh di sini bermakna kurikulum dengan muatan isi dan
materi pelajaran yang dijadikan jangka waktu yang harus ditempuh oleh siswa untuk memperoleh
ijazah. Dalam bahasa Arab, kata kurikulum yang biasa digunakan adalah manhaj, yang berarti jalan
terang yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan
(manhaj al-dirāsah) dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang
dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
Menurut S. Nasution, kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
beserta staf pengajaran. Selanjutnya Nasution menjelaskan sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat
bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah. Jadi selain kegiatan kurikulum yang formal
yang sering disebut kegiatan ko-kurikuler atau ekstra kurikuler (co-curriculum atau ekstra
curriculum).
Menurut Crow and Crow, sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik, kurikulum adalah
rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk
menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah. Dalam bukunya yang lain, Hamalik
menjelaskan lebih luas bahwa kurikulum di sini memuat isi dan materi pelajaran. Jadi kurikulum ialah
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah
pengetahuan, mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang
pandai masa lampau yang telah disusun sistematis dan logis.
Ternyata kegiatan kurikuler tidak hanya terbatas dalam ruangan kurikulum dalam pengertian
luas tidak hanya terbatas pada subjek pelajaran saja, tetapi mencakup berbagai aktivitas yang
dilakukan, baik di sekolah mapun di luar sekolah seperti yang diungkapkan oleh Saylor dan
Alexander; ”…school’s curriculum is the total affort of the school to bring about desired outcome’s
in school and in out of school situation. In short, the curriculum is the school’s program for learner”.
Bahkan Alice Miel memahami bahwa kurikulum meliputi keadaan gedung, suasana sekolah,
keinginan, keyakinan, pengetahuan, kecakapan, dan sikap-sikap orang yang melayani dan dilayani di
sekolah (termasuk di dalamnya seluruh pegawai sekolah) dalam memberikan bantuan kepada siswa
termasuk ke dalam kurikulum.
Dalam pengertian lainnya ditegaskan, bahwa kurikulum adalah keseluruhan program,
fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi, misi dan
lembaganya. Oleh karena itu, pelaksanaan kurikulum untuk menunjang keberhasilan sebuah lembaga
pendidikan harus ditunjang hal-hal sebagai berikut. Pertama, Adanya tenaga yang berkompeten.
Kedua, Adanya fasilitas yang memadai. Ketiga, Adanya fasilitas bantu sebagai pendukung. Keempat,
adanya tenaga penunjang pendidikan seperti tenaga administrasi, pembimbing, pustakawan,
laboratorium. Kelima, Adanya dana yang memadai, keenam, Adanya menejemen yang baik. Ketujuh,
terpeliharanya budaya menunjang; religius, moral, kebangsaan dan lain-lain, kedelapan,
kepemimpinan yang visioner transparan dan akuntabel.
Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian kurikulum tidak hanya terbatas pada program
pendidikan, namun juga dapat diartikan menurut fungsinya. Muhaimin dan Abdul Mujib menyatakan,
bahwa terdapat tujuh pengertian kurikulum menurut fungsinya, yaitu:
Pertama, kurikulum sebagai program studi yakni: Seperangkat mata pelajaran yang mampu
dipelajari oleh peserta didik di sekolah atau di instansi pendidikan lainnya. Kedua, kurikulum sebagai
konten yakni: data atau informasi yang tertera dalam buku-buku kelas tanpa dilengkapi dengan data
atau informasi lainnya yang memungkinkan timbulnya belajar. Ketiga, kurikulum sebagai kegiatan
yang berencana yakni: kegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan, dan
bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan hasil yang baik.
Keempat, kurikulum sebagai hasil belajar yakni: seperangkat tujuan yang utuh untuk
memperoleh suatu hasil tertentu tanpa menspesifikasikan cara-cara yang dituju untuk memperoleh
hasil-hasil itu, atau seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan. Kelima, kurikulum
sebagai reproduksi kultural yakni: transfer dan refleksi butir-butir kebudayaan masyarakat, agar
memiliki dan dipahami anak-anak generasi muda masyarakat tersebut.
Keenam, kurikulum sebagai pengalaman belajar yakni: keseluruhan pengalaman belajar yang
direncanakan di bawah pimpinan sekolah. Ketujuh, Kurikulum sebagai produksi yakni: seperangkat
tugas yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.
Kurikulum dengan demikian adalah sebuah rencana atau rancangan pengajaran yang disusun
secara sistematis guna melancarkan proses belajar mengajar dan menyelesaikan suatu program, yang
mencakup berbagai aktivitas, keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan,
pengetahuan/kecakapan, dan sikap-sikap orang yang melayani dan dilayani di sekolah dalam
memberikan bantuan kepada siswa.
Dengan demikian, pengertian kurikulum dalam pandangan modern merupakan program
pendidikan yang dibuat oleh sekolah, yang tidak hanya pada bidang studi dan kegiatan belajar saja,
tetapi juga meliputi semua yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi siswa
sesuai dengan tujuan pendidikan, dan dilaksanakan bukan hanya di sekolah, tetapi juga di luar
sekolah.
Pengembangan kurikulum tidak hanya merupakan abstraksi, akan tetapi mempersiapkan
berbagai contoh dan alternatif untuk tindakan yang merupakan inspirasi dari beberapa ide dan
penyesuaian-penyesuaian lain yang dianggap penting. Menurut Audrey Nicholls dan Howard
Nicholls, sebagaimana dipahami oleh Oemar Hamalik, bahwa pengembangan kurikulum adalah
perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah
perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai sampai di mana perubahan dimaksud telah terjadi
pada diri siswa.
Dengan demikian, pengembangan kurikulum merupakan rancangan yang bertujuan membawa
perubahan-perubahan terhadap siswa, yang dalam pengembangannya kurikulum memberikan contoh-
contoh dan cadangan-cadangan, dan penyesuaian-penyesuain yang dianggap penting.
Kerangka Dasar Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan
1.Peningkatan kualitas pendidikan membutuhkan penyesuaian kurikulum dan pembelajaran.
Secara ideal pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi
seharusnya sudah merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan
hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa
depan. Menurut Khabibah (2006:1), pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan para peserta didiknya untuk sesuatu profesi, tetapi juga untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah dewasa ini salah satunya yaitu rendahnya daya
serap peserta didik yang dibuktikan dengan rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih
sangat memprihatinkan (Trianto 2007:2). Hal ini salah satu sebabnya yaitu kondisi pembelajaran yang
masih konvensional dan bersifat teacher centris sehingga tidak menyentuh ranah dimensi peserta
didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu sendiri. Model belajar yang ditampilkan oleh
guru lebih banyak didominasi guru sehingga peserta didik cenderung pasif dan tidak diberi akses
untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.
Oleh karena itu, kurikulum operasional satuan pendidikan dalam pengembangannya memiliki
prinsip yaitu berpusat pada peserta didik. Artinya, dalam hal ini pembelajaran harus memenuhi
potensi, kebutuhan perkembangan dan tahapan belajar, serta kepentingan peserta didik, juga di mana
kehidupan dan latar belakang keluarga peserta didik menjadi pertimbangan guru dalam merancang
pembelajaran dan asesmen, serta menguatkan identitas anak sebagai bagian dari lingkungannya. Profil
Pelajar Pancasila selalu menjadi rujukan pada semua tahapan dalam penyusunan kurikulum
operasional satuan pendidikan ini.

2.Kurikulum bersifat dinamis sehingga harus selalu dikembangkan seiring dengan kebutuhan
perkembangan zaman maka perlu pembelajaran dengan paradigma baru.
Pengembangan kurikulum di Indonesia tidak dapat juga terlepas dari tujuan pendidikan nasional
sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun
2003 (UU Sisdiknas) pasal (3), yang menyebutkan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis secara bertanggung
jawab.
Kurikulum pendidikan akan mengalami pergeseran dan perubahan seiring dengan dinamika
perubahan sosial yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Karena
sifatnya yang dinamis dalam menyikapi perubahan, kurikulum mutlak harus fleksibel dan futuristik.
Oleh karena itu, dalam kurikulum operasional satuan pendidikan, pembelajaran dengan paradigma
baru diorganisir berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum yang disesuaikan
untuk mencapai profil Pelajar Pancasila. Apabila kurikulum memiliki kekurangan dan tidak dapat
mengikuti perkembangan zaman, maka perlu dilakukan pembaharuan kurikulum.

3.Maka dilakukan penyesuaian pengorganisasian pembelajaran di Sekolah Penggerak dan SMK pusat
Keunggulan.
Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan, bahwa melalui pendidikan manusia mengenal
peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan
datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan,
merespon dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam
konteks lokal, nasional maupun global. Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki
sistem-sosial-budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota
masyarakat.
Dalam hal ini, kurikulum operasional satuan pendidikan dikembangkan dengan
memperhatikan kekhasan dan kesesuaian dengan karakteristik satuan pendidikan, konteks sosial
budaya dan lingkungan, serta dunia kerja dan industri.

4.Salah satu upaya untuk pembaharuan pembelajaran adalah dengan mengatur pembagian
kewenangan antara pemerintah pusat dan satuan pendidikan dalam hal pengelolaan pembelajaran.
Dalam kurikulum operasional satuan pendidikan, pemerintah pusat memiliki kewenangan
untuk menetapkan: struktur kurikulum, Profil Pelajar Pancasila, capaian pembelajaran, prinsip
pembelajaran dan asesmen. Setiap satuan pendidikan memiliki kewenangan untuk menyusun visi,
misi, dan tujuan sekolah, kebijakan sekolah terkait kurikulum, pembelajaran, dan asesmen serta
mengembangkan kurikulum operasional yang menjadi kebijakan tentang pembelajaran di tingkat
satuan pendidikan. Satuan pendidikan juga dapat mengembangkan perangkat ajar secara mandiri,
Pemerintah hanya memberikan referensi contoh yang dapat digunakan dan disesuaikan dengan
kebutuhan satuan pendidikan.

Struktur Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan


Pembaharuan pembelajaran di Sekolah Penggerak dan SMK Pusat keunggulan meneruskan
proses peningkatan kualitas pembelajaran yang telah diinisiasi kurikulum-kurikulum
sebelumnya.Kebijakan kurikulum berbasis konteks satuan pendidikan yang telah dimulai sejak dulu
kembali dikuatkan di Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan.
Pemerintah menetapkan struktur kurikulum minimum dan satuan pendidikan dapat
mengembangkan program dan kegiatan tambahan sesuai dengan visi misi dan sumber daya yang
tersedia. Perubahan yang seminimal mungkin. Namun beberapa aspek berubah secara signifikan dari
kurikulum sebelumnya. Tujuan, arah perubahan, dan rancangannya jelas dan mudah dipahami sekolah
dan pemangku kepentingan. Adapun Pembelajaran di Sekolah penggerak dan SMK Pusat Keunggulan
diorganisir berdasarkan struktur berikut ini:
1.Paud (5-6 tahun)
Di tingkat paud, perubahan pembelajaran hanya berupa penguatan kegiatan bermain-belajar
dan kegiatan berbasis buku bacaan anak. Jika pada kurikulum 2013 perminggu 900 menit, dalam
kurikulum operasional satuan pendidikan waktu tersebut berubah menjadi 1050 menit. Kemudian,
asesmen yang tadinya merujuk pada STPPA, berubah menjadi merujuk pada capaian pembelajaran
(CP). Selanjutnya, asesmen yang dilaporkan cukup asesmen semester saja, ridak perlu melaporkan
asesmen harian. Pendekatan pembelajaran berbasis literasi (buku bacaan anak dan bahan teks
lainnya), tidak lagi berbasis tema. Dan terakhir, Pengintegrasian persiapan literasi dan numerasi ke
dalam CP melalui kegiatan bermain-belajar, tidak lagi pembelajaran calistung yang dipersepsi sebagai
kegiatan drilling (schoolification).

2.SD
Di tingkat SD, terjadi perubahan mata pelajaran. Jika pada kurikulum 2013 IPA dan IPS
sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri-sendiri, di dalam kurikulum operasional satuan pendidikan
IPA dan IPS digabung menjadi IPAS (Ilmu Pengetahuan alam dan Sosial) sebagai fondasi sebelum
anak belajar IPA dan IPS terpisah di jenjang SMP. Namun, IPAS belum diwajibkan di Kelas 1 dan 2,
meskipun CP IPAS untuk Fase A tersedia. Kemudian, pendekatan pengorganisasian muatan pelajaran
(berbasis mata pelajaran, tematik, dsb.) merupakan kewenangan satuan pendidikan sekolah boleh
tetap menggunakan tematik ataupun beralih ke pendekatan berbasis mata pelajaran. Kemendikbud
juga hanya mengatur total jam pelajaran pertahun dan rentang alokasi waktu untuk projek per tahun.

3.SMP
Beberapa perubahan terkait struktur mata pelajaran di SMP yaitu, Informatika sebagai mata
pelajaran wajib jika sebelumnya dalam kurikulum 2013 menjadi mata pelajaran pilihan. Selain itu,
Guru yang mengajar tidak harus memiliki latar belakang pendidikan informatika. Buku guru
disiapkan untuk membantu guru-guru “pemula” dalam mata pelajaran ini, sehingga tidak lagi
mempertimbangkan ketersediaan guru. Kemudian, Prakarya menjadi salah satu pilihan, tidak hanya
Seni. Satuan Pendidikan juga dapat mengintegrasikan muatan lokal dalam mapel lain atau diajarkan
melalui kegiatan projek.

4.SMA
Perubahan struktur di tingkat SMA yaitu, belum ada peminatan, siswa mengambil semua
mata pelajaran wajib di kelas 10 siswa menyiapkan diri untuk menentukan pilihan mata pelajaran di
kelas 11. Siswa perlu berkonsultasi dengan guru BK, wali kelas, dan orang tua. Jadi, siswa tidak lagi
langsung masuk dalam program peminatan (IPA, IPS, atau Bahasa & Budaya) di kelas 10 seperti
dalam kurikulum 2013. Kemudian, Mata pelajaran tidak lagi langsung spesifik pada Fisika, Kimia,
Geografi, Ekonomi, dsb, melainkan seperti halnya di SMP, di kelas 10 SMA IPA terdiri dari Fisika,
Kimia, dan Biologi; IPS terdiri dari Sosiologi, Ekonomi, Sejarah, dan Geografi Sejarah Indonesia dan
Sejarah Dunia digabung menjadi “Sejarah”, dan setiap tengah dan akhir semester ada unit inkuiri
yang mengintegrasikan mapel-mapel dalam masing-masing IPA dan IPS. Selain itu, siswa kelas 12
menulis esai sebagai salah satu syarat kelulusan. Partisipasi dalam berbagai kegiatan pembelajaran
diharapkan memberi inspirasi terkait topik yang dipilih.

5.Struktur Kurikulum SLB


Struktur SLB mengacu pada struktur sekolah regular (SD, SMP, dan SMA) dengan
menyesuaikan kebutuhan anak berkebutuhan khusus yaitu keterampilan fungsional dan mata pelajaran
menunjang kebutuhan tersebut, Sehingga tidak ada perubahan yang signifikan dalam jumlah jam
pelajaran. Selain itu, Satuan pendidikan juga dapat menambah beban belajar per minggu sesuai
dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain
yang dianggap penting.

6.Struktur Kurikulum SDLB


Sama halnya dengan SD reguler, untuk IPAS diajarkan mulai kelas 3 SD. Jumlah JP untuk
SDLB juga sama dengan JP pada SD reguler, dan pembeda pada penekanan JP pada mapel-mapel
yang dianggap relevan dengan penyiapan keterampilan fungsional anak dan adanya program
kebutuhan khusus.

7.Struktur Kurikulum SMPLB


Struktur SMPLB sama dengan struktur SMP regular, Pembedanya hanya jumlah di JP di
mapel tertentu, adanya mapel keterampilan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai bakat dan
minat. Selain itu adanya program kebutuhan khusus, dan.satu JP beban belajar di SMPLB adalah 40
menit.

8.Kurikulum SMALB
Struktur SMALB sama dengan struktur SMA regular, pembedanya hanya jumlah di JP di
mapel tertentu, adanya mapel keterampilan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai bakat dan
minat dan ketersediaan program di satuan pendidikan, dan satu JP beban belajar di SMALB adalah 45
menit.

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pustaka
Al-Husna, 1986.
Nasution, S. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 1989.
Hamalik, Oemar. Pembinaan Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Martina, 1987.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Akasara, 1995.
Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Cet. Ke-4 (Bandung: Rosdakarya, 2010).
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1987.
Saylor, and Alexander. Curriculum Planing for Better Teaching and Learning. New York: Holt,
Rinchat, 1960.
Miel, Alie. Changing The Curriculum a School Prosess. New York: D Appleton Century Company,
1946.
Hasbullah. Otonomi Pendidikan, Kebijakan Otonomi daeran dan implikasinya terhadap
penyelenggaraan pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Muhaimin dan Abd. Mujib. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya, 1993.
Khabibah. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka untuk
Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar.Surabaya:UNESA
Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta, 2004.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1997

Anda mungkin juga menyukai