2022
DALAM PELAJARAN
MATEMATIKA
KARYA TULIS GURU
NAMA PENULIS
KARYA TULIS ILMIAH MATEMATIKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. MASALAH PENELITIAN
Masalah Penelitian yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini ialah:
Mengatasi Kejenuhan Mempelajari Mata Pelajaran Matematika.
Faktor-faktor Penyebab Kejenuhan Mempelajari Mata Pelajaran Matematika.
C. TUJUAN PENULISAN
Kegiatan Penyusunan Karya Ilmiah ini mempunyai Tujuan yang sangat penting yaitu :
Tujuan Umum: Membangkitkan minat siswa-siswa dalam menekuni dunia pendidikan khususnya
mata pelajaran matematika, menghilangkan kejenuhan siswa-siswi dalam mempelajari pelajaran
matematika, dan menyadarkan bahwa matematika bukan hanya sekadar aktivitas penjumlahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian karena bermatematika di zaman sekarang harus aplikatif
dan sesuai dengan kebutuhan hidup modern.
D. LANDASAN TEORI
Siswa dibawa untuk mengamati dan memahami persoalan terlebih dahulu. Selanjutnya
perkenalkan beberapa definisi penting yang harus dipahami agar siswa memiliki bekal untuk
memahami fenomena-fenomena yang mereka temukan di lapangan.
Ajak siswa untuk melakukan eksplorasi, mencoba-coba, dan biarkan mereka melihat apa yang
terjadi. Di sini akan ada proses memunculkan ide-ide kreatif yang boleh jadi diluar dugaan guru. Di
sinilah ruang kreatifitas terbentuk. Siswa akan lebih menikmati proses pembelajaran yang
dilakukan.
Biarkan siswa membuat hipotesis/dugaan atas apa yang mereka lakukan.
Guru bersama siswa membahas kegiatan yang dilakukan. Berikan kesempatan pada para siswa
untuk mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Kemudian baru dilakukan proses verifikasi,
meluruskan apa yang sudah dilakukan sehingga muncul formula atau rumus atau model yang
dapat dijadikan rujukan ketika siswa menemukan persoalan serupa.
Satu hal yang juga tidak kalah penting adalah proses mengapresiasi. Seandainya hipotesis yang
diambil oleh siswa ternyata kurang tepat maka guru hendaknya tetap memberi apresiasi. Dengan
seperti itu, maka siswa akan tetap terpacu motivasinya.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku secara sadar sebagai akibat dari interaksi
antara peserta didik dengan sumber-sumber atau objek belajar, baik yang sengaja dirancang.
ataupun tidak sengaja dirancang namun dimanfaatkan. Proses belajar tidak hanya terjadi karena
adanya interaksi antara peserta didik dengan guru, tetapi dapat pula diperoleh lewat interaksi antara
peserta didik dengan sumber-sumber belajar lainnya.
Pembelajaran matematika, salah satu diantara tujuannya adalah membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Untuk mencapai tujuan tersebut memang tidaklah mudah. Berbagai persepsi awal yang dimiliki
siswa terhadap pelajaran matematika, telah membentuk sikap yang beragam. Ada yang memiliki
minat yang tinggi terhadap matematika, namun tidak sedikit yang bersikap jenuh terhadap
matematika. Hal ini tentu dikarenakan pengalaman belajar yang pernah mereka rasakan.
Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap persepsi negatif siswa terhadap matematika
adalah karena kejenuhan yang mereka alami selama belajar matematika. Sikap jenuh yang mereka
rasakan bisa disebabkan karena ketidakmampuan mereka mengerjakan setiap soal yang diberikan,
atau juga karena mereka sukar untuk memahami materi yang diajarkan. Kejenuhan ini juga sering
ditimbulkan oleh guru pengajarnya. Karena guru kurang memiliki kemampuan dan tidak menguasai
metoda, strategi dan pendekatan belajar yang dapat membuat suasana belajar menjadi
menyenangkan dan membangkitkan minat.
Peranan guru yang sangat mendasar adalah membangkitkan motivasi dalam diri peserta didiknya
agar semakin aktif belajar. Ada dua jenis motivasi, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik, ialah motivasi atau dorongan serta gairah yang timbul dari dalam peserta didik itu
sendiri, misalnya ingin mendapat manfaat praktis dari pelajaran, ingin mendapat penghargaan dari
teman terutama dari guru, ingin mendapat nilai yang baik sebagai bukti “mampu berbuat”. Motivasi
ekstrinsik mengacu kepada faktor-faktor luar yang turut mendorong munculnya gairah belajar,
seperti lingkungan sosial yang membangun dalam kelompok, lingkungan fisik yang memberi
suasana nyaman, tekanan, kompetisi, termasuk fasilitas belajar yang memadai dan membangkitkan
minat.
Dalam pembelajaran matematika, motivasi itu sangat penting. Untuk membangkitkan motivasi
intrinsik, siswa diingatkan akan pentingnya belajar matematika untuk memecahkan persoalan hidup
sehari-hari, seperti perhitungan, pengukuran dan sebagainya. Apalagi bila siswa berkeinginan untuk
melanjutkan belajar ke jenjang lebih tinggi lagi, maka pelajaran matematika akan terus diperoleh,
sehingga pemahaman dan penguasaan materi pada tahap-tahap awal akan membantu untuk tahap-
tahap selanjutnya. Motivasi ekstrinsik dapat dikondisi oleh guru, seperti dengan memberi pujian,
hadiah dan sebagainya. Langkah-langkah berikut ini juga merupakan bentuk motivasi ekstrinsik.
2. MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN
Suasana belajarn yang menyenangkan dapat diciptakan oleh guru diantarnya menghindarkan
suasana kaku, tegang apalagi menakutkan dalam belajar, menyisipkan humor-humor yang segar
dan mendidik, tidak memberikan soal-soal yang terlalu sukar, dan lain-lain.
3. MEMBUAT LINGKUNGAN BELAJAR YANG NYAMAN
Lingkungan belajar yang menyenangkan dpat mempengaruhi sikap belajar siswa. Ciptakan suasana
kelas yang nyaman, meja belajar dihiasi dengan sesuatu yang menyegarkan dan memberi
semangat kepada siswa, dinding kelas ditempeli dengan gambar-gambar atau hiasan-hiasan yang
mereka minati.
4. MENGADAKAN REFRESHING
Untuk menghilangkan rasa jenuh, bosan dan penat dalam belajar, siswa diberikan
suasana refreshing, caranya bisa dengan menyertakan musik dalam ruangan belajar, memberikan
permainan-permainan simulasi-simulasi yangterjait dengan materi belajar. Pada saat-saat tertentu,
ajak siswa belajar diluar kelas, seperti di taman, di lapangan dan lain sebagainya.
B. PENYEBAB KEJENUHAN BELAJAR MATEMATIKA
Pembelajaran matematika secara formal umumnya diawali di bangku sekolah.
Sementara itu, matematika di sekolah masih menjadi pelajaran yang menakutkan bagi para siswa.
Di antara berbagai faktor yang memicu hal ini adalah proses pembelajaran yang kurang asyik dan
menarik. Model pembelajaran yang sering di temui pada pembelajaran matematika adalah proses
pembelajaran bercorak “teacher centered”, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Sehingga
guru menjadi pemeran utama dan kehadirannya menjadi sangat menentukan. Pembelajaran
menjadi tak dapat dilakukan tanpa kehadiran guru. Siswa cenderung pasif dan tidak berperan
selama proses pembelajaran. Sehingga proses yang muncul adalah “take and give”. Dalam
merangkai pembelajaran, guru pada umumnya terbiasa dengan model standar, yakni pembelajaran
yang bermula dari rumus, menghapalnya, kemudian diterapkan dalam contoh soal. Model
pembelajaran yang demikian tidak memberi ruang bagi siswa untuk melakukan observasi
(mengamati), eksplorasi (menggali), inkuiri (menyelidiki), dan aktivitas-aktivitas lain yang
memungkinkan mereka terlibat dan memahami permasalahan yang sesungguhnya. Model seperti ini
yang mengakibatkan matematika bak kumpulan rumus yang menyeramkan, sulit dipelajari, dan
nampak abstrak.
B. SARAN
Setelah berhasil mengatasi segala suatu tentang kejenuhan mempelajari matematika,
maka siswa-siswi sebaiknya di tuntut untuk selalu memotivasi dirinya sendiri, mulai menyukai guru
yang mengajar matematika maka dengan begitu diharapkan siswa-siswi juga menyukai
pelajarannya, dan mulailah buat suatu kelompok belajar agar lebih banyak masukan-masukan yang
bisa di dapat dari teman yang lain. Demikian saran dan kritik yang penulis harapkan agar bisa lebih
baik untuk menulis karya ilmiah selanjutnya.
C. DAFTAR PUSTAKA
Wordpress.com, www.idblognetwork.com, http:/id.wikipedia.org