Anda di halaman 1dari 7

KEJENUHAN DAN MINAT

2022

DALAM PELAJARAN
MATEMATIKA
KARYA TULIS GURU
NAMA PENULIS
KARYA TULIS ILMIAH MATEMATIKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG MASALAH


Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting karena pendidikan merupakan suatu hal penentu kemajuan suatu bangsa, dan  satu
penentu kemampuan sumber daya manusia di suatu Negara. Dimana pada masa saat ini kemajuan
suatu bangsa tidak dilihat dari kekayaan sumber daya alamnya saja tetapi pada saat ini juga dilihat
dari kemampuan sumber daya manusianya sendiri bagaimana memanfaatkan suatu sumber daya
alam yang ada di negaranya. Namun permasalahannya saat ini ialah banyak siswa-siswi yang
kurang mencintai pendidikan terutama yang paling disorot ialah pelajaran Matematika. Kebanyakan
Siswa-siswi sekolah jenuh terhadap pelajaran Matematika disebabkan karena belum ada sesuatu
hal yang mampu membangkitkan minat para siswa-siswi sekolah untuk menyukai mata pelajaran
matematika bahkan untuk sekedar membaca dan membolak-balik buku yang bersangkutan dengan
Matematika.
Belajar matematika sebenarnya tidaklah terlalu susah, karena sebenarnya setiap pelajaran
yang memang kita mau pelajari pasti semuanya akan mudah diterima dan dimengerti, tetapi
kebanyakan dari siswa selalu menganggap matematika itu ialah sebagai momok yang sangat
menakutkan.
Terkait dengan rasa apriori berlebihan terhadap matematika ditemukan beberapa penyebab
siswa-siswi jenuh matematika di antaranya adalah yang mencakup penekanan belebihan pada
penghafalan semata, penekanan pada kecepatan atau berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya
variasi dalam proses belajar-mengajar matematika, dan penekanan berlebihan pada prestasi
individu. Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal ini, peran guru sangat penting. Karena begitu
pentingnya peran guru dalam mengatasi siswa-siswi jenuh matematika, maka pengajaran
matematika pun harus dirubah. Jika sebelumnya, pengajaran matematika terfokus pada hitungan
aritmetika saja, maka saat ini, guru-guru harus meningkatkan kemampuan siswa dalam bernalar
dengan menggunakan logika matematis. Karena itu, materi matematika bukan lagi sekadar
aritmetika tetapi beragam jenis topik dan persoalan yang akrab dengan kehidupan sehari-hari.

B.     MASALAH PENELITIAN
Masalah Penelitian yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini ialah:
 Mengatasi Kejenuhan Mempelajari Mata Pelajaran Matematika.
 Faktor-faktor Penyebab Kejenuhan Mempelajari Mata Pelajaran Matematika.

C.     TUJUAN PENULISAN
Kegiatan Penyusunan Karya Ilmiah ini mempunyai Tujuan yang sangat penting yaitu :
 Tujuan Umum:  Membangkitkan minat siswa-siswa dalam menekuni dunia pendidikan khususnya
mata pelajaran matematika, menghilangkan kejenuhan siswa-siswi  dalam mempelajari pelajaran
matematika, dan menyadarkan bahwa matematika bukan hanya sekadar aktivitas penjumlahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian karena bermatematika di zaman sekarang harus aplikatif
dan sesuai dengan kebutuhan hidup modern.

D.    LANDASAN TEORI
 Siswa dibawa untuk mengamati dan memahami persoalan terlebih dahulu. Selanjutnya
perkenalkan beberapa definisi penting yang harus dipahami agar siswa memiliki bekal untuk
memahami fenomena-fenomena yang mereka temukan di lapangan.
 Ajak siswa untuk melakukan eksplorasi, mencoba-coba, dan biarkan mereka melihat apa yang
terjadi. Di sini akan ada proses memunculkan ide-ide kreatif yang boleh jadi diluar dugaan guru. Di
sinilah ruang kreatifitas terbentuk. Siswa akan lebih menikmati proses pembelajaran yang
dilakukan.
 Biarkan siswa membuat hipotesis/dugaan atas apa yang mereka lakukan.
 Guru bersama siswa membahas kegiatan yang dilakukan. Berikan kesempatan pada para siswa
untuk mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Kemudian baru dilakukan proses verifikasi,
meluruskan apa yang sudah dilakukan sehingga muncul formula atau rumus atau model yang
dapat dijadikan rujukan ketika siswa menemukan persoalan serupa.
 Satu hal yang juga tidak kalah penting adalah proses mengapresiasi. Seandainya hipotesis yang
diambil oleh siswa ternyata kurang tepat maka guru hendaknya tetap memberi apresiasi. Dengan
seperti itu, maka siswa akan tetap terpacu motivasinya.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A. MENGATASI KEJENUHAN DALAM BELAJAR MATEMATIKA

            Belajar adalah proses perubahan tingkah laku secara sadar sebagai akibat dari interaksi
antara peserta didik dengan sumber-sumber atau objek belajar, baik yang sengaja dirancang.
ataupun tidak sengaja dirancang namun dimanfaatkan. Proses belajar tidak hanya terjadi karena
adanya interaksi antara peserta didik dengan guru, tetapi dapat pula diperoleh lewat interaksi antara
peserta didik dengan sumber-sumber belajar lainnya.
Pembelajaran matematika, salah satu diantara tujuannya adalah membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Untuk mencapai tujuan tersebut memang tidaklah mudah. Berbagai persepsi awal yang dimiliki
siswa terhadap pelajaran matematika, telah membentuk sikap yang beragam. Ada yang memiliki
minat yang tinggi terhadap matematika, namun tidak sedikit yang bersikap jenuh terhadap
matematika. Hal ini tentu dikarenakan pengalaman belajar yang pernah mereka rasakan.
Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap persepsi negatif siswa terhadap matematika
adalah karena kejenuhan yang mereka alami selama belajar matematika. Sikap jenuh yang mereka
rasakan bisa disebabkan karena ketidakmampuan mereka mengerjakan setiap soal yang diberikan,
atau juga karena mereka sukar untuk memahami materi yang diajarkan. Kejenuhan ini juga sering
ditimbulkan oleh guru pengajarnya. Karena guru kurang memiliki kemampuan dan tidak menguasai
metoda, strategi dan pendekatan belajar yang dapat membuat suasana belajar menjadi
menyenangkan dan membangkitkan minat.

Adapun Langkah-langkah untuk menyiasati kejenuhan belajar Matematika ialah:


1. PEMBERIAN MOTIVASI

Peranan guru yang sangat mendasar adalah membangkitkan motivasi dalam diri peserta didiknya
agar semakin aktif belajar. Ada dua jenis motivasi, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik, ialah motivasi atau dorongan serta gairah yang timbul dari dalam peserta didik itu
sendiri, misalnya ingin mendapat manfaat praktis dari pelajaran, ingin mendapat penghargaan dari
teman terutama dari guru, ingin mendapat nilai yang baik sebagai bukti “mampu berbuat”. Motivasi
ekstrinsik mengacu kepada faktor-faktor luar yang turut mendorong munculnya gairah belajar,
seperti lingkungan sosial yang membangun dalam kelompok, lingkungan fisik yang memberi
suasana nyaman, tekanan, kompetisi, termasuk fasilitas belajar yang memadai dan membangkitkan
minat.
Dalam pembelajaran matematika, motivasi itu sangat penting. Untuk membangkitkan motivasi
intrinsik, siswa diingatkan akan pentingnya belajar matematika untuk memecahkan persoalan hidup
sehari-hari, seperti perhitungan, pengukuran dan sebagainya. Apalagi bila siswa berkeinginan untuk
melanjutkan belajar ke jenjang lebih tinggi lagi, maka pelajaran matematika akan terus diperoleh,
sehingga pemahaman dan penguasaan materi pada tahap-tahap awal akan membantu untuk tahap-
tahap selanjutnya. Motivasi ekstrinsik dapat dikondisi oleh guru, seperti dengan memberi pujian,
hadiah dan sebagainya. Langkah-langkah berikut ini juga merupakan bentuk motivasi ekstrinsik.
2. MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN

Suasana belajarn yang menyenangkan dapat diciptakan oleh guru diantarnya menghindarkan
suasana kaku, tegang apalagi menakutkan dalam belajar, menyisipkan humor-humor yang segar
dan mendidik, tidak memberikan soal-soal yang terlalu sukar, dan lain-lain.
3. MEMBUAT LINGKUNGAN BELAJAR YANG NYAMAN

Lingkungan belajar yang menyenangkan dpat mempengaruhi sikap belajar siswa. Ciptakan suasana
kelas yang nyaman, meja belajar dihiasi dengan sesuatu yang menyegarkan dan memberi
semangat kepada siswa, dinding kelas ditempeli dengan gambar-gambar atau hiasan-hiasan yang
mereka minati.
4. MENGADAKAN REFRESHING

Untuk menghilangkan rasa jenuh, bosan dan penat dalam belajar, siswa diberikan
suasana refreshing, caranya bisa dengan menyertakan musik dalam ruangan belajar, memberikan
permainan-permainan simulasi-simulasi yangterjait dengan materi belajar. Pada saat-saat tertentu,
ajak siswa belajar diluar kelas, seperti di taman, di lapangan dan lain sebagainya.
B. PENYEBAB KEJENUHAN BELAJAR MATEMATIKA       
                  Pembelajaran matematika secara formal umumnya diawali di bangku sekolah.
Sementara itu, matematika di sekolah masih menjadi pelajaran yang menakutkan bagi para siswa.
Di antara berbagai faktor yang memicu hal ini adalah proses pembelajaran yang kurang asyik dan
menarik. Model pembelajaran yang sering di temui pada pembelajaran matematika adalah proses
pembelajaran bercorak “teacher centered”, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Sehingga
guru menjadi pemeran utama dan kehadirannya menjadi sangat menentukan. Pembelajaran
menjadi tak dapat dilakukan tanpa kehadiran guru. Siswa cenderung pasif dan tidak berperan
selama proses pembelajaran. Sehingga proses yang muncul adalah “take and give”. Dalam
merangkai pembelajaran, guru pada umumnya terbiasa dengan model standar, yakni pembelajaran
yang bermula dari rumus, menghapalnya, kemudian diterapkan dalam contoh soal. Model
pembelajaran yang demikian tidak memberi ruang bagi siswa untuk melakukan observasi
(mengamati), eksplorasi (menggali), inkuiri (menyelidiki), dan aktivitas-aktivitas lain yang
memungkinkan mereka terlibat dan memahami permasalahan yang sesungguhnya. Model seperti ini
yang mengakibatkan matematika bak kumpulan rumus yang menyeramkan, sulit dipelajari, dan
nampak abstrak.

C. BAGAIMANA SEBAIKNYA MATEMATIKA DIAJARKAN?

Sebagai contoh dalam pembelajaran mengenai perbandingan trigonometri. Pembelajaran


trigonometri sering kali ditakuti karena yang nampak ke permukaan adalah simbol-simbol dan
rumus-rumus yang abstrak. Adapun maknanya jarang diangkat dan dipahamkan kepada para siswa.
Perbandingan trigonometri sesungguhnya berawal dari persoalan nyata. Berikut salah satu alternatif
pengajaran yang dapat dilakukan:
1. Guru terlebih dahulu menjelaskan definisi-definisi penting sebagai bekal bagi mereka untuk
melakukan observasi dilapangan.
2. Selanjutnya minta para siswa untuk mengukur tinggi benda-benda seperti tiang bendera, pohon,
bangunan kelas, dan lain-lain. Biarkan mereka berekslporasi menemukan caranya sendiri. Dari sisni
tentu akan ada beragam cara yang diusulkan siswa agar dapat mengukur tinggi benda-benda
tersebut. Dalam hal ini guru bertugas mengakomodir berbagai respon yang muncul, membimbing,
dan mencoba mengarahkan para siswa agar tidak terlalu keluar dari wilayah yang dijadikan tujuan.
3. Berikutnya guru dapat mengarahkan siswa untuk menerapkan perbandingan trigonometri dalam
permasalahan tersebut. Misalnya akan diukur tinggi pohon P. Minta salah seorang siswa,
katakanlah siswa A, berdiri dalam jarak tertentu terhadap benda yang ingin diukur ketinggiannya.
Misalkan jaraknya x meter. Dengan bantuan klinometer dapat diketahui besarnya sudut yang
dibentuk oleh siswa A dengan pohon P, katakanlah sudut yang dibentuk adalah ?. Dengan
menggunakan aturan tangent, dengan mudah akan diperoleh tinggi pohon P. yakni:      Tinggi
pohon P = x tan(?)
4. Ajak siswa membandingkan efektifitas dan tingkat kemudahan berbagai macam cara yang diperoleh
melalui kegiatan tersebut. Dari sini akan diperoleh gambaran bahwa matematika khususnya
perbandingan trigonometri dapat mempermudah menyelesaikan permasalahan yang ada.
5. Kegiatan pembelajaran dapat diakhiri dengan meminta siswa menuliskan rangkaian kegiatan yang
dilakukan hingga hasil akhir yang dicapai. Dengan ini, kemungkinan besar siswa dapat lebih
memahami konsep perbandingan trigonometri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Matematika adalah ilmu realitas, dalam artian ilmu yang bermula dari kehidupan nyata.
Selayaknya pembelajarannya dimulai dari sesuatu yang nyata, dari ilustrasi yang dekat dan mampu
dijangkau siswa, dan kemudian disederhanakan dalam formulasi matematis. Mengajarkan
matematika bukan sekedar menyampaikan aturan-aturan, definisi-definisi, ataupun rumus-rumus
yang sudah jadi. Konsep matematika seharusnya disampaikan bermula pada kondisi atau
permasalahan nyata. Berikut tahapan pengajaran yang dapat dilakukan:
1. Siswa dibawa untuk mengamati dan memahami persoalan terlebih dahulu. Selanjutnya perkenalkan
beberapa definisi penting yang harus dipahami agar siswa memiliki bekal untuk memahami
fenomena-fenomena yang mereka temukan di lapangan.
2. Ajak siswa untuk melakukan eksplorasi, mencoba-coba, dan biarkan mereka melihat apa yang
terjadi. Di sini akan ada proses memunculkan ide-ide kreatif yang boleh jadi diluar dugaan guru. Di
sinilah ruang kreatifitas terbentuk. Siswa akan lebih menikmati proses pembelajaran yang dilakukan.
3. Biarkan siswa membuat hipotesis/dugaan atas apa yang mereka lakukan.
4. Guru bersama siswa membahas kegiatan yang dilakukan. Berikan kesempatan pada para siswa
untuk mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Kemudian baru dilakukan proses verifikasi,
meluruskan apa yang sudah dilakukan sehingga muncul formula atau rumus atau model yang dapat
dijadikan rujukan ketika siswa menemukan persoalan serupa.
5. Satu hal yang juga tidak kalah penting adalah proses mengapresiasi. Seandainya hipotesis yang
diambil oleh siswa ternyata kurang tepat maka guru hendaknya tetap memberi apresiasi. Dengan
seperti itu, maka siswa akan tetap terpacu motivasinya.

B. SARAN
                  Setelah berhasil mengatasi segala suatu tentang kejenuhan mempelajari matematika,
maka siswa-siswi sebaiknya di tuntut untuk selalu memotivasi dirinya sendiri, mulai menyukai guru
yang mengajar matematika maka dengan begitu diharapkan siswa-siswi juga menyukai
pelajarannya, dan mulailah buat suatu kelompok belajar agar lebih banyak masukan-masukan yang
bisa di dapat dari teman yang lain. Demikian saran dan kritik yang penulis harapkan agar bisa lebih
baik untuk menulis karya ilmiah selanjutnya.

C. DAFTAR PUSTAKA
            Wordpress.com, www.idblognetwork.com, http:/id.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai