Anda di halaman 1dari 16

HAKIKAT ‘ULUMUL QUR’AN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata kuliah: Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu: Kharis Sulaiman Hasri, M.Pd

Disusun oleh:
Sem.I/S1 PIAUD
Nama: Andi Zulman.M (20210105001)
Kiki Fatmala (2021010105002)
Dwi Imel Anaya Putri (2021010105003)
Mifta Hul Jannah (2021010105004)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
1.menjelaskan pengertian,pertumbuhan dan perkembangan ‘ulumu qur’an
2.menjelaskan ruang lingkup ‘ulumul qur’an
3.menjelaskan urgensi ‘ulumul qur’an

Disusun oleh: Kelompok 1

2
ABSTRAK
Al-qur’an merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat islam. Al-
qur’an diturunkan dalam bahasa arab, namun yang menjadi masalah dan pangkal
perbedaan adalah kapasitas manusia yang sangat terbatas dalam memahami Al-
qur’an.karena pada kenyataannya tidak semua yang pandai bahasa raab,sekalipun
orang arab sendiri,mampu memahami dan menangkap pesan ilahi yang
terkandung didaklam al-qur’an secara sempurna.
Wahyu pertama (surah al-‘alaq ayat 1-5)yang diturunkan Allah kepada
Nabi Muhammad SAW, mengandung prinsip-prinsip ilmu dan teknilogi. Kata
iqra’ berarti bacalah,telitilah,damailah,ketahuilah ciri-ciri sesuatu;bacalah alam,
tanda-tanda zaman,sejarah maupun hakikat “menghimpun”. Al-qur’an adalah
kitab yang berdemensi banyak yang kandungan isinya tidak saja berbicara tentang
masalah-masalah keagamaan, tetapi lebih luas lagi meliputi berbagai aspek
kehidupan manusia yang demikian kopleks, meskipun isinya tidak terlalu tersusun
secara sistematis sebagaimana layaknya buku-buku ilmiah.
Penafsiran Al-qur’an telah berlangsung sejak masa Nabi Muhammad
SAW, yang pada saat itu beliau sendiri bertindak sebagai mufassir, menjelaskan
kepada sahabat tentang arti dan kandungan al-qur’an, khususnya yang
mencangkut ayat-ayat yang sulit dipahami atau samar-samar artinya. Sepeninggal
Nabi Muhammad SAW, maka para sahabat yang tampil sebagai mufassar dan
sekaligus mubayyin khusus bagi sahabta yang mempunya kemampuan

3
PENDAHULUAN

Al-qur’an sebagai pedoman hidup bukan hanya pada tahu dan paham
tentang isi dari kandunganya namun juga pada pengatahuan dan pemahaman cara
mengkaji al-qur’an tersebut. Sehingga pemahaman terhadap al-qur’an itu sendiri
termasuk mendalami ilmu-ilmu yang melendasi dalam penafsiran al-qur’an.

Al-qur’an sebagai lenteran kehidupan umat islam memiliki kesucian,


keaslian dan keluasan pembahsaan yang tidak perna kering, bahkan tidak
terbantaskan lagi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan upaya memahami kandungan al-qur’an, maka tafsir merupakan


salah satu jalannya. Tafsir sebagai metode pengetahaun akan menghasilkan
pengetahuan-pengertahuanyang bersumber darui al-qur’an, pengertahuan ini dapat
disebutb sebagai pengetahuan qur’aniyah.

Al-qur’an sebagai gedung pengetahuan,dalam sederetan ayat-ayatnya


senentiasa memerintahkan umat amnesia untuk menuntut. Karena itu pula,bukan
secara kebutulan kalau ayat pertama dari al-qur’an yang diturunkan adalah
iqra’(perintah membaca)

4
PEMBAHASAN

A.Pengertian ‘Ulumul Qur’an, pertumbuhan dan perkembangan

1. Pengertian ‘Ulumul Qur’an

‘Ulumul Qur’an berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata
penyusun, yaitu ‘Ulum dan qur’an. Kata ‘Ulum sendiri merupakan bentuk jamak
dari kata ‘ilm. ‘Ulum berarti al-fahmu wa al-ma’rifat (pemahaman dan
pengetahuan). Sedanfkan, ‘ilm yang berarti wa-fahmu wa al-idrak (paham dan
menguasai). Sebelum melangkah kepengertian ‘Ulumul Qur’an, perlu terlebih
dahulu mengetahui apa hakikat Al-Qur’an itu sendiri. Kata Al-Qur’an berasal dari
bahasa arab merupakan akar kata dari qara’a (membaca). Pendapat lain bahwa
lafal al-qur’an yang berasal dari akar kata qara’a juga memiliki arti al-jam’u
(mengumpulkan dan menghimpun). Jadi lafal qur’an dan qira’ah memiliki arti
menghimpun dan mengumpulkan sebagian huruf-huruf dan kata-kata yang satu
dengan yang lainnya.

Pengertian al-qur’an menurut quraish shihab secara harfiah berarti bacaan


sempurna, al-qur’an berarti bacaan atau yang dibaca. Makna al-qur’an sebagai
bacaan sesuai dengan firman Allah. Dalam QS. Al-Qiyamah/75:17-18.

Artinya, “sesungguhnya kami yanga akan membacakannya, maka ikutilah


bacaannya itu. Apabilah kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah
bacaannya itu.”

Dalam ayat tersebut bacaan merujuk kepada Al-Qur’an. Adapun secara


terminiologi, Al-Qur’an didefinisikan menurut para ulama sebagai berikut:

a. Muhammad ‘Abd al-azim al-arzaqani memberikan pengertian


sebagai berikut: Al-Qur’an adalah firman Allah SWT, yang
mengandung mukjizat,yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW, yang tertulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawir
yang merupakan ibadah bagi yang membacanya.

5
b. Imam jalal al-Din al-suyuthi mengumukakan definisi al-qur’an
ialah firman Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Sebagai mukjizat, walaupun hanya dengan satu
surah dari padanya.
c. Mardan mendefinisikan al-qur’an yang lebih luas, ia
mendefiniskan al-qur’an yaitu firman Allah SWT. Yang
mengandung mukjizat, yang diturunkan kepada punutup para Nabi
dan Rasul dengan perentara malaikat Jibril As, yang tertulis dalam
mushaf disampaikan secara mutawir yang dianggap sebagai ibadah
bagi yang membacanya, yang dimulai dengan surah al-fatihah dan
ditutup dengan surah an-nas.
d. Muhammad ‘Abd al-rahim mengumukakan bahwa al-qur’an adalah
kitab samawi yang diwahyukan Allah SWT. Kepada Rasulnya,
Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul melalui
perantaraan jibril yang disampaikan kepada generasi berikutnya
secara mutawir (tidak diragukan), di anggap ibadah bagi orang
yang membacanya.

Berdasarkan defenisi tersebut diperoleh unsur-unsur penting yang tercakup


defenisi al-qur’an yaitu:

1) Firman Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


SAW
2) Diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril As
3) Diterima secara mutawir
4) Ditulis dalam sebuah mushaf
5) Membacanya bernilai ibadah
6) Sebagai bentuk peringatan, petunjuk, tuntunan, dan hukum
yang digunakan umat manusia untuk sebagai pedoman untuk
menggapai kebahagian hidup didunia dan akhirat.
2. Pertumbuhan dan perkembangan ‘Ulumul Qur’an
a. Sebelum masa kodifikasi

6
Pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat, ‘Ulumul Qur’an
belum dikenal sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan
tertulis. Para sahabat yang merupakan orang-orang arab asli pada
masa itu dapat merasakan struktur bahasa arab yang tinggi dan
memahami apa yang diturunkan kepada rasul. Apabila mereka
menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, maka
mereka menanyakannya langsung kepada Rasul SAW. Adapun
sebab-sebab mengapa ‘Ulumul Qur’an belum dikodifikasi pada
masa Nabi dan sahabat,yaitu antara lain:
1) Pada umumnya para sahabat adalah ummi (tidak dapat
menulis dan membaca), bahkan kurang mengenal adanya
bacaan dan tulisan
2) Terbatasnya alat-alat tulis dikalangan mereka kala itu
sehingga mereka menuangkannya pada pelepah kurma,
tulang belulang, kulit binatang, dan lain sebagainya.
Karena itu tidak mudah bagi mereka untuk membukukan
atau mengkodifisikan apa yang mereka dengar dari
Rasulullah SAW.
3) Mereka dilarang menulis sesuatu hal selain dari pada al-
qur’an karena dikhawatirkan tulisan tersebut akan
tercampur aduk dengannya. Sebagaimana ditegaskan Nabi
Muhammad saw.. “dari Abu Sa’id al-khudri, bahwa rasul
saw bersabda: “ janganlah kalian menulis (apapun) dariku.
Dan barang siapa menulis selain Al-Qur’an, maka
sebaiknya ia menghapusnya.” (HR.Muslim)
4) Sahabat adalah orang Arab asli sehingga mereka dapat
menikmati Al-Qur’an secara langsung dengan ketulusan
jiwa, mereka juga dapat menerima, menyerap dan
menyampaikan al-qur’an dengan cepat. Karena beberapa
sebab itulah, ‘Ulumul Qur’an pada masa ini tidak ditulis.
b. Permulaan masa kodifikasi

7
Wilayah islam pada era khalifah Utsman bin Affan semakin
bertambah luas sehingga terjadi perburuan antara masyarakat Arab
dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab (‘ajam).
Keadaan demikian menimbulkan kekhawatiran sebagian dai
sahabat akan tercemarnya keistimewaan bahsa Arab, bahkan lebih
dikhawatirkan akan merusak qira’ah al-qur’an yang menjadi
standar bacaan masyarakat arab pada saat itu. Sebagai solusi maka
disalinlah dari tulisan-tulisan aslinya sebuah al-qur’an yang
kemudian dikenal mushaf imam. Proses penyalinan al-qur’an ini
dilakukan dengan model tulisan ar-rasm alutsmani. Model
penulisan al-qur’an yang kemudian dikenal sebagai ilmu ar-rasm
al-Utsmani (ilmu rasm al-qur’an) yang disinyalir oleh sebagian
ulama sebagai dasar atau tonggak awal munculnya ‘Ulumul
Qur’an. Lalu pada masa khalifa Ali bin Thalib, lahn (kerancuan)
dalam bahasa dan berbahasa Arab semakin parah. Untuk
membentangi bahasa arab dan tentunya al-qur’an dari berbagai
kesalahan bacaan, maka khalifah Ali memerintahkan Abu al-
Aswad ad-Du’ali untuk membuat kaidah (gramatika) bahsa Arab.
Karena peristiwa ini, sebagian ahli kemudian menyebut Ali
sebagai pencetus ilmu Nahwu (gramatikal) atau ilmu I’rab al-
qur’an. Dari uraian diatas, secara garis besar dapat dikatakn
bahwa, perhatian para pembesar sahabat dan tabi’in waktu itu
adalah menyebarkan Ulumul Qur’an secara riwayat dan talqin
(dari lisan kelisan), bukan dengan tulisan atau tadwin (kodifikasi).
Kendati demikian, apa yang mereka lakukan dapat dikatakn
sebagai permulaan proses penulisan atau kodifikasi ‘Ulumul
Qur’an. Para sahabat yang mempunyai andil besar dalam proses
periwayatan ‘Ulumul Qur’an secara lisan ke lisan adalah empat
khalifah rasyidid, Ibnu abbas, Ibnu Mas’ud, Abu Musa al-Asy’ari,
Zaid bin Tsabit, dan Abdullah bin Zubair. Sedangkan dari
kalangan tabi’in adalah mujahid, ‘Atha’ ‘Ikrimah, Qatadah, Sa’id

8
bin Jubair, al-Hasan al-Bashri, dan Zaid bin Aslam. Mereka semua
adalah para tokoh peletak batu pertama ilmu tafsir, ilmu asbabun
nuzul, ilmu nasikh mansukh, ilmu gharib al-qur’an, dan
sebagainya notabene adalah bagian dari displin ilmu ‘Ulumul
Qur’an
c. Masa kodifikasi
Kemudian datanglah masa kodifikasi. Di era ini, berbagai kita
tentang ‘Ulumul Qur’an pun ditulis dan dikodifikasiakn. Namun,
poin yang menjadi prioritas utama para ulama di masa itu adalah
ilmu tafsir, karena ilmu ini dianggap memiliki fungsi yang sangat
vital dalam proses pemahaman dan penjelasan iai al-qur’an.
Adapun para penulis pertama dalam bidang tafsir adalah syu’bah
bin al hajjaj (160 H), Wali bin al-Jarrah (197H) dan Sufyan bin
Uyainah (198 H). tafsirtafsir mereka berisi tentang pendangan dan
pendapat para sahabat dan tabi’in. hal ini menunjukkan betapa
besarnya perhatian dan semangat para ulama untuk memahami dan
menggali makna-makna yang terkandung dalam al-qur’an.
Kemudian pada abad ke-3hijriyah muncul tokoh tafsir pertama
yang membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih
sebagiannya. Ia adalah Ibnu Jarir at-Thabari (310 H) dengan
kitabnya, Jami’ al-Bayan fi Tafsir Ayi al-qur’an. Kemudian proses
penulisan tafsir ini terus berlangsung hingga saat sekarang dengan
model dan karakter yang berbeda-beda antara satu masa dengan
masa yang lainnya. Adapun terkait dengan cabang ‘Ulumul
Qur’an, ada beberapa ulama yang tercatat sebagai poinner dalam
proses kodifikasi, antara lain
1) Abad ke-2 Hijriyah anatara lain:
a) Hasan al-Basri (w.110 H) mengarang kitab yang
berkaitan dengan Qira’at.
b) Atha’ bin Abi Rabah (w. 114 H) menyusun kitab
Gharib al-Qur’an.

9
c) Qatadah bin Di’amah as-Sadusi (w. 117 H)
berkaitan dengan Nasikh Mansukh.
2) Abad ke-3 Hijriyah, antara lain:
a) Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (w. 224 H) yang
berkaitan dengan nasikh mansukh.
b) Alin bin al-Madini (w. 234 H) menulis kitab
tentang Asbab an-Nuzur.
c) Ibnu Qutaibah (w. 276 H) menulis Ta’wil Musykil
al-qur’an dan Tafsir Gharib al-qur’an.
3) Abad ke-4 Hijriyah, antara lain:
a) Abu Ishaq az-Zajjah (w.311 H) menulis tentang
I’rab al-qur’an
b) Ibnu Darastuwiyah (w. 330 H) menulis tentang
I’jaz al-qur’an.
c) Abu Bakar as-Sajistani (w.330 H) menulis Tafsir
Gharib al-qur’an
d) Abu Bakar al-Bagilani (w.303 H) menulis tentang
I’jaz al-qur’an.
4) Abad ke-5 Hijriyah antara lain:
a) Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (w.430 H)
menulis tentang I’rab al-qur’an.
b) Al-Mawardi (w.450 H) menulis Amtsal al-qur’an.
c) Abu al-Hasan al-Wahidi (w. 767 H) menulis Asbab
an-Nuzul.
d) Ibnu Naqiyah (w.485 H) menulis kitab al-Juman fi
Tasybihat al-qur’an.
5) Aba ke-6 Hijriyah anatara lain:
a) Al-Karmani (w. sesudah tahun 500 H) menyusun
kitab al-Burhan fi Mutasyabih al-qur’an.
b) Ar-Raghib al-Ashfahani (w. 402 H) menyusun
kitab al-Mufradat fi Gharib al-qur’an.

10
c) Ibnu al-Badzisyi (w. 540 H) menyusun kitab al-
Iqna’ fiQira’at as-Sa’bi.
d) As-Suhaili (w. 581 H) menyusun kitab Mubhamit
al-qur’an.
6) Abad ke-7 Hijriyah antara lain:
a) Alam ad-Din as-Sakhawi, menyusun kitab tentang
qira’ah.
b) Al-‘Iz bin Abdussalam (w. 660 H) menulis Majaz
Al-Qur’an.
c) Ibnu Abi al-Ashaba (w. 654 H) menyusun kitab
Bada’I al-qur’an.
d) Muhammad bin Abu Bakar ar-Razi (w.660 H)
menyusun As’ilat al-qur’an wa Ajwibatunaha.
7) Abad ke-8 Hijriyah antara lain:
a) Ibnu al-Qayyim (w. 751 H) menyusun kitab At-
Tibyan ft Aqsam al-qur’an.
b) Al-Kharraz (w. 711 H) menyusun kitab maurud al-
Zham’an fi Rasm Akruf al-qur’an.
c) At-Thufi (w.706 H) menyusun kitab al-Iksir ft IIm
at-Tafsir.
d) Abu Hayyan an-Nahawi (w. 745 H) menyusun
kitab lughat al-qur’an.
e) Ibnu katsir (w. 774 H) menysusun kitab Fadha’il al-
qur’an.
8) Abad ke-9 Hijriyah anatara lain:
a) Ibnu Hajar (w. 852 H) menulis tentang Asbab An-
Nuzul.
b) Al-Khaffaji (w. 879 H) menulis kitab at-Tafsir fi
Qawa’id Ilm at-Tafsir.
9) Abad ke-10 Hijriyah antara lain:

11
a) Al-Qasthalani (w. 923 H) menulis kitab Lathaif al-
Isyarat ft Ilm al-Qira’at.
b) Abu Yahya Zakariya al-Anshari (w. 926 H)
menulis kitab Fath ar-Rahmin bi Kasyi
maYaltabisu fi al-qur’an.

B. Ruang Lingkup ‘Ulumul Qur’an

Ruang lingkup pembahasan ‘Ulumul Qur’an pada dasarnya luas dan


sanagt banyak karena segala aspek yang berhubungan dengan al-qur’an, baik
berupa ilmu agama seperti tafsir, ijaz, dan kira’a, maupun ilmu-ilmu bahasa arab
seperti ilmu balagha dan ilmu irab al-qur’an adalah bagian dari ‘Ulumul Qur’an.
Disamping itu, banyak lagi ilmu-ilmu yang terangkum didalamnya. Asyuti dalam
kitab al-Itqam misalnya, menguraikan sebanyak 80 cabang ‘Ulumul Qur’an. Dari
tiap-tiap cabang terdapat bebrapa macam cabang ilmu lagi. Bahkan menurut abu
bakar Ibnu al-Arabi sebagai mana dikutip Asyutih, ‘Ulumul Qur’an itu terdiri dari
77.450 cabang ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam
al-qur’an, dimana tiap kata dikalikan 4. Sebab, setiap kata dalam al-qur’an
mengandung makna dzahir, batin, terbatas, dan tidak terbatas. Namun, menurut
Hasbi Ashshidiqie (1904-1975 M), berbagai macam pembahasan ‘Ulumul Qur’an
tersebut pada dasarnya dapat dikembalikan pada beberapa pokok pembahsan saja,
antara lain:

1. Nuzul. Aspek ini membahas tentang tempat dan waktu turunnya ayat
atau surah al-qur’an. Misalmya: Makkiyah, Madaniah, Safariyah,
Haddahriyah, Nahariyah, Syita’iyah, Lailiah, Syaifiyah, dan firasiyah.
Pembahasan ini juga meliputi hal yang menyangkut asbab annusul dan
sebagainya.
2. Sanad. Aspek ini meliputi hal-hal yang membahas sanad yang
mutawir, syadz, ahad, bentuk-bentuk qira’at (bacaan) Nabi, para
penghapal dan periwayat al-qur’an, serta cara tahammul (penerimaan
riwayat).

12
3. Ada’ al-qir’ah. Aspek ini menyangkut tata cara membaca al-qur’an
seeperti waqaf, ibtidak’, madd, imalah, Hamzah, takhfif, dan idgham.
4. Aspek pembahasaan yang berhubungan dengan lafazh al-qur’an, yaitu
tentang gharib, mu’rab, mustarak,majas, muradif isti’arah, dan
tasybih.
5. Aspek pemhasaan makna al-qur’an yang berhubungan dengan hukum,
misalnya ayat yang bermakna amm dan tetap dalam keumumannya,
amm yang dimaksudkan khsusus, amm dikhususkan oleh sunnah,
nash, zhahir, mujjumal, mufasyal, mafkum, manthuq, mutlaq,
muqiyyat, muhkam, mutasyabih, muskil, nasiq, mansyuk, muakhar,
mukaddam, ma’mul, pada waktu tertentu, dan ma’mul oleh seorang
saja.
6. Aspek pembahasaan makna al-qur’an yang berhubungan dengan
lafash, yaitu pashl, ithnab, ijaz, musawah, dan gaser.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar
pokok bahasan ‘Ulumul Qur’an terbagi menjadi 2 aspek utama, yaitu: pertama,
ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu yang
memepelajari tentang jenis-jenis bacaan (qira’ah), tempat dan waktu turun ayat-
ayat atau surah al-qur’an (asbab annusul). Kedua, yaitu ilmu yang berhubungan
dengan diraya, yakni ilmu yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara
mendalam, misalnya pemahaman terhadap lafas yang garib (asing) serta
mengetahui makna ayat-ayat yang berkaitan dengan thabari (310 H) dengan
kitabnya, jamin albayan fi tafsir ai al-qur’an.

C. Urgensi ‘Ulumul Qur’an

‘Ulumul Qur’an berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata yaitu
“Ulum” dan “qur’an”. Ulum bentuk jamak dari kata “ilm” yang berarti ilmu-ilmu,
sedangakan Al-qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
Nabu Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai pedoman hidup manusia.
Jadi, ‘Ulumul Qur’an adalah ilmu-ilmu yang membahsa tentang Al-qur’an.
Menurut al zarqani ‘Ulumul Qur’an adalah pembahsan-pembahasan yang

13
berkaitan dengan Al-qur’an dari segi uruta-urutannya, pengumpulannya,
penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemukjizatnya, serta penoloakan
terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan terhadap Al-qur’an. Defenisi
yang berfarian tenyang ‘Ulumul Qur’an disebabkan oleh kajian yang berasal dari
berbagai sudut pandang. Latar belakang munculnya ‘Ulumul Qur’an sebenarnya
‘Ulumul Qur’an sendiri bermula dari rasulullah SAW, tepat saat itu Rasulullah
SAW tidak mengizinkan mereka menuliskan sesuatu dari dia selain qur’an, karena
ia khawatir qur’an akan tercamput dengan yang lain. “Muslim meriwayatkan dari
AbuSa’id al-Khudri, bahwa Rasulullah SAW berkata: “janganlah kamu tulis dari
aku; barang siapayang menuliskan dari aku selain qur’an, hendaklah dihapus. Dan
ceritakan apa yang dariku;dan itu tiada halangan abginya dan barang siapa
berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api neraka.

Manfaat mempelajari ‘Ulumul Qur’an yaiitu antara lain:

1. Menambah kasana ilmu pengetahuan yang penting yang berkaitan


dengan al-qur’an alkarim.
2. Membantu umat islam dalam memahami al-qur’an dan menarik
(istinbath) hukum dan adab al-qur’an, serta mampu menafsirkan ayat-
ayatnya.
3. Mengetahui secara kitab al-qur’an dari aspek nuzul (turunnya),
priodenya, tempat-tempatnya, cara pewahyuannya waktu dan
kejadian-kejadian yang melatar belakangi turunnya al-qur’an.
4. Menciptkan kemampuan dan bakat unruk menggali pelajaran, hikmah
dan hukum dari al-qur’an al-karim.
5. Sebagai senjata dan tameng untuk menangkis tuduhan dan keraguan
pihak lawan yang menyesatkan tentang isi dan kandungan dari al-
qur’an.

14
PENUTUP

A. Kesimpulan
‘Ulumul Qur’an adalah sejumlah pengetahuan (ilmu) yang berkaitan
dengan al-qur’an baik secara umum seperti ilmu-ilmu agama islam dan
bahasa arab, dan secara khusus adalah kajian tentang al-qur’an seperti
sebab turunnya al-qur’an, nuzul al-qur’an, nasiq mansut, ijaz, makki
madani, dan ilmu-ilmu lainnya. Secara garis besar pokok pembahasan
‘Ulumul Qur’an terbagi mejadi 2 aspek utama yaitu: pertama, ilmu yang
berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu yang mempelajari
jenis-jenis bacaan (qira’a), tempat dan waktu turunnya ayat-ayat dan surah
al-qur’an (makkiya –madaniya), dan sebab turunnya al-qur’an (asbab
annuzul). Kedua, yaitu ilmu yang berhubungan dengan diraya, yakni ilmu
yang di peroleh dengan jalanan penelahan secara mendalam, misalnya
pemahaman terhadap lafas yang garik (asing) serta mengetahui makna ayt-
ayat yang berkaitan dengan hukum. Sejarah ‘Ulu,ul Qur’an secara garis
besar dapat diklarifiaksikan menjadi 3 tahap perjalanan yaitu tahap
sebelum kodifikasi, awal permulaan kodifiaksi dan tahap kodifiakasi yang
melahirkan banyak ulama dan karya mereka tentang ulama qur’an.
Sedangkan tujuan utama ‘Ulumul Qur’an adalah untuk mengetahui arti-
arti dari untaian kaliamt al-qur’an, penjelasan ayat-ayatnya dan keteranagn
makna-maknanya dan hal-hal yang samar mengumuakkan hukum-
hukumnya dan selanjutnya melaksanakan tuntuannya untuk memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.

15
DAFTAR PUSTAKA

bin Abdurrahman Ar-Rumi, Fahd, ‘Ulumul Qur’an, Studi Kompleksitas Al-


Qur’an’, Yogyakarta: Titian Ilahi Press. Hlm, 1996, 82–84

Abubakar, Achmad, La Ode Ismail Ahmad, and Yusuf Assagaf, ‘Ulumul


Qur’an : Pisau Analisis Dalam Menafsirkan Al-Qur’an - Repositori UIN
Alauddin Makassar’, Semesta Aksara, 2019

Ahmad Abubakar, ‘Modul I Pembelajaran Ulumul Qur’an’, UIN Alauddin


Makassar, 2018 < http://www.ulumulquranab.com/2018/11/modul-
ulumulquran.html >

Khalid, Rusydi, Mengkaji Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Makassar: Alauddin


University Press, 2011)

Lal, Anshori, ‘Ulumul Qur’an “Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan”’,


Jakarta: PT Raja Grafindo, 2016

Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an, Cet. I (Jakarta:


Mapan, 2009)

Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al Quran: Tafsir Maudhu’i, Cet. VIII


(Bandung: Mizan, 1998)

DR. H. Badrudin Ulumul Qur’an prinsip-prinsip dalam pengkajian ilmu tafsir Al-
Qur’an,( Serang; juli 2020)

16

Anda mungkin juga menyukai