KELOMPOK I
NAMA :
1. INDRAWATI (10620190001)
2. NIRMASWASTI MANENGKA (10620190002)
3. WANISA LAMARU (10620190003)
4. ANISATUL MAHDIYYAH (10620190004)
5. SEFRIANA (10620190005)
6. HAMDANI (10620190006)
7. AFIFAH RAMADANI (10620190007)
8. ADE AFDALIAH SUHARDI (10620190008)
9. NURMALA SUPIRMAN (10620190009)
10. KARTINA (10620190011)
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Peranan Teori
Belajar Pada Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran) ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Peranan Teori Belajar Pada Mata Kuliah
Belajar dan Pembelajaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam proses belajar dan mengajar ada berbagai kendala. Kendala tersebut
bias berupa kondisi pembelajaran yang membosankan, siswa yang kurang
memperhatikan dan tidak mau mendengarkan penjelasan gurunya, serta anak
didik yang bandel. Bagi guru semua peristiwa tersebut adalah peristiwa yang
sangat menjengkelkan, sehingga guru menganggap kelas tersebut menjadi
kelas yang bandel, sulit diurus dan lain sebagainya.
Guru yang demikian tidak bias dikatakan sebagai guru yang bijak karena hal-
hal yang membosankan pada proses pembelajaran dikelas dipicu oleh guru
tersebut yang tidak mampu mengondisikan kelas senyaman mungkin bagi
siswanya disaat proses belajar dilaksanakan.
Ketika mengajar guru tidak berusaha mencari informasi, apakah materi yang
telah diajarkan telah dipahami siswa atau belum. Ketika proses belajar dan
pembelajaran guru tidak berusaha mengajak siswa untuk. Komunikasi terjadi
hanya pada satu arah, yaitu dari guru kesiswa. Guru berpikir bahwa materi
pelajaran lebih penting dari pada mengembangkan kemampuan berpikir
peserta didik. Lalu guru menganggap peserta didik sebagai tong kosong yang
harus di isi dengan sesuatu yang di anggap penting. Hal-hal demikian adalah
kekeliruan guru dalam mengajar. Oleh karena itu makalah yang membahas
mengenai teori belajar ini di susun agar para pendidik mampu mengetahui
dan memahami secara teoritis perubahan prilaku peserta didik dalam proses
belajar dan pembelajaran sehingga proses belajar tersebut bias berjalan secara
maksimal berdasarkan tujuan awal pembelajaran itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar Behavioristik?
2. Apa yang dimaksud dengan teor belajari Kognitif?
3. Apa yang dimaksud dengan teori belajar Sosial ?
4. Apa yang dimaksud dengan teori belajar Humanistik?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dan penjelasan dari teori
belajar Behavioristik.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian teori belajar Kognitif.
3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian atau maksud dari teori
belajar Sosial.
4. Untuk mengetahui dan memahami pengertian teori belajar Humanistik.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut teori Behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan
kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di
antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa
diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran Behavioristik adalah
faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan
dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.
B. TEORI BELAJAR KOGNITIF
Teori Kognitif memandang bahwa proses belajar akan dapat berjalan dengan baik
jika materi pelajaran atau informasi baru dapat beradaptasi dengan struktur
Kognitif yang telah dimiliki oleh seseorang. Dengan kata lain teori belajar
Kognitif mengemukakan bahwa belajar merupakan proses dimana seorang
manusia yang memiliki otak dengan dilengkapi akal pikirannya dapat memproses
suatu pemahaman dan persepsi tentang suatu informasi. Secara umun teori belajar
Kognitif adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek intelektual
lainnya. Oleh sebab itu belajar dapat dikatakan suatu proses berpikir yang
kompleks.
Teori belajar sosial atau sering juga disebut teori Observational learning adalah
suatu teori belajar yang masih relative baru jika dibandingkan dengan teori-teori
belajar yang lainnya. Pelopor atau tokoh dari pengembangan teori belajar ini
adalah Albert Bandura. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya,
Bandura memandang perilaku individu tidak semata-mata reflex otomatis atas
stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar
menurut teori, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar social dan
moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku
(modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya Conditioning. Melalui
pemberian reward dan punishment, seorang individu diharapkan akan berfikir
dan memutuskan perilaku sosial mana yang akan dilakukannya.
Teori belajar Humanisme menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia (proses humanisasi). Oleh
sebab itu teori humanisme lebih menekankan pada bagimana memahami
persoalan manusia dari berbagai dimensi yang dimilikinya, baik dimensi kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Teori ini lebih banyak membahas mengenai konsep-
konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal
Dengan kata lain, teori lebih tertarik kepada pengertian belajar dalam bentuknya
paling ideal daripada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya,
seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya. Teori humanistik
berpendapat bahwa teori belajar apapun sarana dan prasarana apapun dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manuasia yaitu :
Konsekuensi yang mutlak yang perlu dimiliki oleh seorang pendidik dalam
konteks teori humanistik ini adalah guru harus mampu memiliki sifat, karakter
dan tampilan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Menurut Oliva F.
Peter dalam buku Pendidik Profesional (dalam saekhan:2008) dinyatakan bahwa
guru harus memiliki sifat sebagai berikut:
a. Guru harus berperan sebagai seorang kakek atau nenek, yang lebih
menekankan kemampuan menceritakan hubungan kekerabatan
b. Guru harus mampu berperan sebagai seorang nenek, yang lebih senang
bercerita dan memberi nasehat kepada para cucunya.
c. Guru harus mampu berperan sebagai seorang bapak/atau ayah, yang lebih
berperan sebagai sosok orang yag paling bertanggung jawab atas segala hal
yang ada dalam rumah tangga. Guru juga harus menampilkan sosok
pribadinya di mata murid adalah sosok manusia yang paling bertanggung
jawab dalam proses pembelajaran.
d. Guru harus mampu berperan sebagai seorang ibu, yang lebih menekankan
kemampuan menampilkan sifat atau karakter membimbing, mengasuh
dengan penuh kesabaran.
e. Guru harus mampu berperan sebagi seorang kakak, yang lebih menekankan
sifat kemampuan melindungi. Guru juga harus mampu menamplikan sosok
manusia yang melindungi para siswanya.
f. Guru harus mampu berperan sebagai seorang kakak ipar, yang lebih
cenderung menampilkan karakter tidak mau ikut campur dengan urusan
orang lain. Guru dalam waktu tertentu tidak boleh selalu mengintervensi
terhadap urusan siswa.
g. Guru harus mampu berperan sebagai sersan mayor yang lebih menampilkan
sosok manusia yang memiliki kedisiplinan tinggi.
h. Guru harus mampu berperan sebagai seorang editor buku, yang lebih
cenderung menampilkan sosok manusia yang mampu memberikan koreksi
atau mengedit tentang berbagai ilmu pengetahuan atau informasi.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Demikian makalah yang telah diselesaikan oleh penulis. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua kalangan khususnya para pendidik serta calon
pendidik.Untuk memperbaiki kualitas,maka penulis mengharapkan kritik dan
saran agar makalah ini menjadi lebih baik.