OLEH:
KELOMPOK F6
Anisa Rachman(110121271)
PENDAHULUAN
I. Pendahuluan.........................................................................................
II. Pembahasan............................................................................
1.1 Myasthenia Gravis
1.2 Prednisolone
1.3 Serum Darah
1.4 Plasma Darah
1.5 Whole Blood
III. Kesimpulan.................................................................................
V. Lampiran.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Darah merupakan komponen penting dalam kondisi fisiologis tubuh manusia . Darah manusia
berfungsi untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di dalam tubuh. Darah juga
menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung
berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Adapun struktur dari darah yaitu plasma darah, serum darah, sel-sel darah ( sel darah merah,
trombosit, sel darah putih).
Darah ialah suatu cairan tubuh yang kental dan berwarna merah. Kekentalan ini disebabkan banyaknya
senyawa dengan berbagai berat molekul dari yang kecil sampai yang besar, seperti protein yang
terlarut di dalam darah. Warna merah memberikan ciri yang khas karena adanya senyawa berwarna
merah dari sel darah merah (SDM) yang tersuspensi di dalam darah. Adanya berbagai macam senyawa
ini menyebabkan darah menjadi cairan dengan massa jenis dan kekentalan (viskositas) yang lebih
besar dari pada air, yaitu massa jenis darah 1,054-1,060. Warna darah dapat berubah menjadi lebih
gelap pada kondisi methemoglobinemia yaitu meningkatnya kadar methemoglobin yang terbentuk dari
oksidasi haemoglobin. Darah juga dapat berwarna lebih terang dari normal biasanya pada kondisi
keracunan gas karbonmonoksida (CO) sehingga kadar karbon di hemoglobin dalam darah tersebut
meningkat.
Beberapa pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada darah adalah pemeriksaan darah lengkap
dan analisis elektrolit plasma. Analisis elektrolit plasma dilakukan dengan pengukuran terhadap
natrium, klorida, kalium dan bikarbonat, juga kalsium, magnesium dan fosfat. Pemeriksaan lainnya
mengukur jumlah protein (biasanya albumin), gula (glukosa) dan bahan limbah racun yang secara
normal disaring oleh ginjal (kretinin dan urea-nitrogen darah). Sebagian besar pemeriksaan darah
lainya membantu memantau fungsi organ lainnya. Karena darah membawa sekian banyak bahan yang
penting untuk fungsi tubuh, pemeriksaan darah bisa digunakan untuk mengetahui apa yang terjadi
terjadi di dalam tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
Pembahasan
1.1 Myasthenia Gravis
Miastenia gravis (MG) adalah gangguan transmisi neuromuskular dapatan yang paling banyak.
Penyakit ini terjadi akibat produksi autoantibodi patogenik yang berikatan dengan neuromuscular
junction (NMJ), terutama reseptor asetilkolinesterase (AChR). Kerusakan yang mendasarinya
adalah berkurangnya jumlah reseptor asetilkolin (AchRs) yang tersedia pada NMJ secara
menyeluruh dan merusak membran postsinaptik. Prevalensi MG sekitar 1 kasus dalam 10.000-
20.000 orang. MG lebih sering terdapat pada orang dewasa, dapat juga pada anak dan bisa timbul
segera setelah lahir atau sesudah umur 10 tahun Wanita lebih sering terkena pada usia dekade
kedua dan ketiga, dan laki-laki lebih sering pada usia dekade kelima dan keenam. MG adalah suatu
kelainan autoimun yang ditandai oleh suatu kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka
yang dipergunakan secara terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat beraktivitas. Bila
penderita beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan otot akan pulih kembali. Penyakit ini
timbul karena adanya gangguan dari synaptic transmission atau pada NMJ. Epidemiologi MG
merupakan penyakit yang jarang ditemui, insidennya 5,3 per 1.000.000 orang per tahun dan
prevalensinya 77,7 per 1.000.000 orang per tahun. Angka insidensi berdasarkan jenis kelamin
meningkat sesuai pertambahan usia. Jenis kelamin lakilaki mendominasi pada kelompok usia tua.
Angka kematian MG berkisar antara 0,06- 0,89 per 1.000.000 orang per tahun.
Gejala Klinis
MG secara klinis memiliki ciri kelelahan dan kelemahan pada otot. Keluhan kelemahan meningkat
sepanjang hari, diperburuk dengan aktivitas dan mengalami perbaikan dengan istirahat. Ciri-
cirinya meliputi ptosis, diplopia, disartria, disfagia, serta kelemahan otot pernapasan dan anggota
gerak. Sekitar setengah pasien memiliki keluhan okular. Yang lain dapat mengeluhkan gejala
pernapasan, disarthria, disfagia, atau kelelahan dan kelemahan otot anggota gerak. Kelemahan otot
okular biasanya bilateral dan asimetris serta menimbulkan diplopia, ptosis atau keduanya.
Kelemahan alat anggota gerak dan batang tubuh biasanya distribusinya lebih banyak di proksimal
dibandingkan di distal. Otot quadriseps, triseps, dan ekstensor leher tampak lebih dulu terkena.
Gejala yang paling serius adalah gangguan pernapasan karena kelemahan otot diafragma dan
interkostal. Gejala pernapasan ini, bersama dengan gejala bulbar berat, dapat memuncak dan
disebut krisis miastenik dan membutuhkan ventilasi mekanik. Kehamilan dapat menyebabkan
eksaserbasi MG, dengan risiko terbesar selama trimester pertama. Pada beberapa pasien, gejala dan
tanda membaik selama trimester kedua dan ketiga, bersamaan dengan imunosupresif relatif yang
terjadi selama fase kehamilan ini. Risiko tinggi kemudian kembali lagi selama periode postpartum.
Sekitar sepertiga bayi dengan ibu menderita MG autoimun mengalami miastenia
neonatalperalihan, yang kelemahannya tampak dalam 4 hari pertama kehidupan dan biasanya
berakhir selama 3 minggu. Kelemahan merupakan hasil dari transfer antibodi maternal melalui
plasenta ke dalam sirkulasi darah bayi, tetapi tidak ada kaitan yang jelas antara kelemahan neonatal
dan status klinis maternal atau kadar antibodi. Bayi yang menderita juga malas makan dan
tangisannya lemah.
1.2 Prednisolone
Prednison merupakan pro drug, yang di dalam hati akan segera diubah menjadi prednisolon,
senyawa aktif steroid. Senyawa steroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki stuktur
kimia tertentu yang memiliki tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Suatu molekul
steroid yang dihasilkan secara alami oleh korteks adrenal tubuh dikenal dengan nama senyawa
kortikosteroid (Ikawati, 2006). Prednison memiliki rumus molekul C21H26O5 dengan berat
molekul 358,43 (Depkes RI, 1995).
Gambar 2.1. Struktur molekul Prednison (Dirjen POM, 1995)
Prednison memiliki nama kimia 17,21-Dihidroksipregna-1,4-diena- 3,11,20-trion dengan pemerian
serbuk hablur putih atau praktis putih, tidak
berbau, melebur pada suhu 230 °C disertai peruraian. Prednison mempunyai kelarutan sangat sedikit
larut dalam air, sedikit larut dalam etanol, metanol, kloroform, dan dioksan (Depkes RI, 1995).
Prednison adalah obat golongan kortikosteroid dengan mekanisme kerja dengan mempengaruhi
kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi
pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam
sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan
konformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi
transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini yang kan menghasilkan
efek fisiologik steroid (Darmansjah, 2005).
Prednison memiliki efek samping yang terbagi menjadi efek jangka pendek dan efek jangka
panjang. Efek samping jangka pendek yang dapat terjadi dari penggunaan prednison yang tidak
sesuai dosis seperti peningkatan kadar glukosa darah terutama pada penderita diabetes mellitus,
retensi cairan, insomnia, serta euphoria. Efek jangka panjang diantaranya sindroma cushing,
osteoporosis yang di induksi steroid, glaukoma, diabetes mellitus tipe 2, migrain, nyeri perut, serta
peningkatan berat badan (Darmansjah, 2005).
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Alfamedika dan Kanal Medika. Yogyakarta
Nugroho, M.S. (2010). Ginekologi dan obstetri (OBSGYN). Yogyakarta : Nuha
Medika
Subiyono, dkk. 2016. Gambaran Kadar Glukosa Darah Metode GOD-PAP (Glucose Oxsidase –
Peroxidase Aminoantypirin) Sampel Serum dan Plasma EDTA (Ethylen Diamin Terta Acetat).
Jurnal Mediklab Vol 2 hal 20 Tersedia pada web
https://www.teknolabjournal.com/index.php/Jtl/article/download/77/56/.
Tujuan utama dilakukannya pemeriksaan darah lengkap adalah mengetahui kondisi kesehatan
pesertanya secara keseluruhan. Selain itu, pemeriksaan darah lengkap juga bertujuan untuk mendeteksi
gangguan kesehatan yang berkaitan dengan darah. Contohnya seperti penyakit anemia, leukemia, hingga
gangguan pembekuan darah. Myasthenia Gravis (MG) adalah salah satu penyakit gangguan autoimun
yang menganggu system sinaps. Pada penderita myasthenia gravis, sel antibody tubuh atau kekebalan
tubuh akan menyerang sinaps yang mengandung asetilkolin (Ach), yaitu neurotransmitter yang
mengantarkan rangsangan dari saraf sat uke saraf lainnya. Jika reseptor mengalami gangguan maka akan
menyebabkan defisiensi, sehingga komunikasi antara sel saraf dan otot terganggu dan menyebabkan
kelemahan otot.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/1351/4/BAB%20II.pdf
Dwimartyono, Fendy. 2019. Nyeri Neuropatik pada penderita myasthenia Gravis. Green medical Journal. (a).
http://greenmedical journal.umi.ac.id lindex.php/gmj.
Whalen,karen. Radhakrishnan, Rasan . Field,c. 2019. Pharmacology seventh edition. China.
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Alfamedika dan Kanal Medika. Yogyakarta
Nugroho, M.S. (2010). Ginekologi dan obstetri (OBSGYN). Yogyakarta : Nuha
Medika
Subiyono, dkk. 2016. Gambaran Kadar Glukosa Darah Metode GOD-PAP (Glucose Oxsidase – Peroxidase
Aminoantypirin) Sampel Serum dan Plasma EDTA (Ethylen Diamin Terta Acetat). Jurnal Mediklab Vol 2 hal 20
Tersedia pada web https://www.teknolabjournal.com/index.php/Jtl/article/download/77/56/.
Analisis Kasus
c. Reseptor apakah yang terlibat pada kasus ini? Apakah yang dimaksud dengan reseptor ?
Jawab : Reseptor yang terlibat adalah reseptor Asetilkolin (AChR) Reseptor didefinisikan sebagai molekul
biologis apapun yang mengikat obat dan menghasilkan respons yang terukur. Dengan demikian,
enzim,asam nukleat, dan protein struktural dapat bertindak sebagai reseptor untuk obat atau agonis
endogen.
Tugas
Jelaskan perbedaan serum dengan plasma, lampirkan gambar nya, dan tuliskan cara mendapatkan serum
dan plasma yang berasal dari whole blood!
Jawab:
Cara Mendapatkan:
-Serum diperoleh dari spesimen darah yang tidak ditambahkan antikoagulan dengan cara memisahkan
darah menjadi 2 bagian dengan menggunakan sentrifuge, setelah darah didiamkan hingga membeku
kurang lebih 15 menit.
-Plasma diperoleh dengan cara memisahkan sel-sel darah dari darah (whole blood) dengan cara
sentrifugasi.