Anda di halaman 1dari 4

KHUTBAH JUM’AT : MENGEVALUASI SYUKUR KITA

JUM’AT, 07 JANUARI 2022 – MASJID AL-HIKMAH TOSARAN

KHUTBAH I
ْ‫ىْ ُ ى‬ َ َّ ِّ َ ‫َ َّ َ ُ َ َّ َ ُ َ ى ُ َ َّ َ ِّ َ ى َ ْ َ َ َ َ ى ٰ َ َ ْ َ َ ْ َ ى‬ َّ َّ َ ْ ٰ ‫الح ْم ُد ٰ ه‬
‫ َوأش َهد أن‬،‫ان‬
ٰ ‫ وعَل ا ٰل ٰه وصح ٰب ٰه وت ٰاب ٰعي ٰه عَل مر الزم‬،‫ والصَلة والسَلم عَل محم ٍد سي ٰد ول ٰد عدنان‬،‫ان‬ ٰ ‫ّلِل الم ٰل ٰك الدي‬
َ
ُ ُُ ُ َ ‫ى‬ َّ ُ ُ ُ ً َّ ‫ى ْ ُ ى‬ ‫ُ َ ْ َ ُ َ َ َ ْ َ ى ُ ْ ُ َ َّ ُ َ ْ ْ َّ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ ى‬ َّ َ ٰ َّ
‫ َوأش َهد أن ُم َح َّمدا َع ْبد ُه َو َر ُس ْوله ال ٰذ ْي كان خلقه‬،‫ان‬ ٰ ‫ان والمك‬ ٰ ‫شيك له المنـزه ع ِن ال ٰجس ٰمي ٰة وال ٰجه ٰة والزم‬ ِ ‫َّل ٰإله ٰإَّل هللا وحده َّل‬
ُْْ َ ِ َْ َّ َ َْ ْ َ َ ْ ُ ْ ْ ُ ِِّ َ ٰ ْ َّ َ َ ُ ْ َ َّ ‫ْ ُ ْ َ ى‬
:‫آن‬
ٰ ‫ القا ٰئ ٰل ٰ يف ٰكت ٰاب ٰه القر‬،‫ان‬ ٰ ‫هللا المن‬ ٰ ‫س ٰبتق َوى‬ ‫إن أو ٰصيكم ونف ٰ ي‬ ‫ ف ي‬،‫ ٰعباد الرحم ِن‬،‫القرآن أما بعد‬
َ ُ ْ ‫َ َ ُ َّ ى‬ ُٰ َ ‫ٰٰۤي ىـا ُّي َها َّالذ ْي َن ٰا َم ُن ْوا َّات ُقوا ه‬
‫اّلِل َح َّق تق ٰت ٖه َوَّل ت ُم ْوت َّن ٰاَّل َوا نـت ْم ُّم ْس ٰل ُم ْون‬ ٰ
َ ُ ْ َ َ
َّ َ َ ْ ‫َ َّ ى‬ ٰ َّ ‫ى‬ َ َ
ْ ْ َ ‫َّ ه‬ُ ‫ى‬
)٦١ :‫اس َّل َيشك ُر ْون (غافر‬ ِ ‫اس ول ٰكن اكث الن‬ ِ ‫ ٰان اّلِل لذو فض ٍل عَل الن‬: ‫وقال ايضا‬

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rohimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita
semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas
keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua
kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Sungguh, nikmat-nikmat yang Allah anugerahkan kepada umat manusia sangatlah melimpah dan
tidak dapat dihitung. Kesehatan, harta, mata, telinga, lisan, anak yang berbakti, istri yang shalihah,
teman yang setia, tetangga yang baik dan masih banyak lagi yang lain adalah nikmat-nikmat yang
Allah anugerahkan kepada kita. Meskipun demikian, kebanyakan manusia tidak bersyukur. Bahkan
banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa hal-hal tersebut adalah nikmat dan anugerah
dari Allah ta’ala. Banyak pula di antara kita yang tidak mengetahui hakikat syukur dan bagaimana
cara bersyukur. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
َ ُ ْ َ َّ َ ََ ْ ‫َ ٰ َّ ى‬ َّ ‫َ ى‬ ْ َ ْ ُ ‫َّ ه َ ى‬
)٦١ :‫اس َّل َيشك ُر ْون (غافر‬
ِ ‫اس ول ٰكن اكث الن‬ ِ ‫ٰان اّلِل لذو فض ٍل عَل الن‬
Maknanya: “Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang memberikan anugerah pada umat manusia.
Hanya saja kebanyakan umat manusia tidak bersyukur (kepada-Nya) ”(QS Ghafir: 61)

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah,

Syukur ada dua macam. Ada syukur yang wajib dan ada syukur yang sunnah. Syukur yang wajib
adalah tidak menggunakan nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita untuk berbuat maksiat
kepada-Nya. Jadi bersyukur kepada Allah atas nikmat lisan adalah tidak mengatakan perkataan
yang diharamkan oleh Allah. Bersyukur kepada Allah atas nikmat telinga adalah dengan tidak
mendengarkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Bersyukur kepada Allah atas nikmat mata
adalah dengan tidak melihat sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Bersyukur kepada Allah atas
nikmat harta adalah dengan tidak membelanjakannya untuk perkara yang haram.

Adapun syukur yang sunnah adalah mengucapkan dengan lisan pujian yang menunjukkan bahwa
Allah-lah Sang Pemberi nikmat dan yang menganugerahkannya kepada para hamba-Nya, semisal
dengan ucapan alhamdulillah. Pemberian nikmat kepada hamba adalah murni anugerah dan
karunia dari Allah, bukan kewajiban bagi-Nya. Karena memang tidak ada sesuatu pun yang wajib
bagi-Nya.

Allah ta’ala berfirman:


َ َ ‫َ َ ُ ْ ِّ ْ ِّ ْ َ َ َ ه ُ َّ َ َ َّ ُ ُ ُِّ ُّ َ ى‬
)٥٣ :‫الّض ف ٰال ْي ٰه ت ْجـ ُر ْون (النحل‬ ‫اّلِل ثم ٰاذا مسكم‬
ٰ ‫وما ٰبكم من نعم ٍة ف ٰمن‬

Maknanya: “Dan nikmat apa pun yang ada pada kalian adalah dari Allah. Kemudian jika kalian
terkena mara bahaya, maka hanya kepada-Nya-lah hendaknya kalian memohon ”(QS an-Nahl:
53).

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah,

Sebagian orang sama sekali tidak bersyukur. Dan sebagian yang lain bersyukur tetapi tidak secara
sempurna. Orang-orang yang sama sekali tidak bersyukur kepada Allah adalah mereka yang
takabur sehingga tidak mau menerima kebenaran yang dibawa oleh para nabi. Mereka tidak mau
beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para utusan-Nya dan juga hari
akhir. Mereka meyakini kekufuran dan menolak tauhid. Mereka ini tidak bersyukur kepada Allah
ta’ala sama sekali. Karena mereka telah meninggalkan kewajiban yang paling dasar dan paling
utama, yaitu iman yang Allah jadikan sebagai syarat diterimanya amal kebaikan. Mereka ini
termasuk yang dimaksud dengan firman Allah ta’ala:
ُْ َ ُ ْٰ َ ُ ٰ َ َ
)٢٣ :‫َوق ٰد ْمنا ٰال َما َع ٰمل ْوا ٰم ْن َع َم ٍل ف َج َعلنه ه َبا ًء َّمنث ْو ًرا (الفرقان‬

Maknanya: “Dan Kami (Allah) menghukumi amal (yang mereka anggap baik) yang mereka lakukan
(dalam keadaan tidak beriman), maka Kami jadikan amal mereka seperti debu yang bertebaran
(tidak berguna dan tidak diterima) ”(QS al Furqan: 23).

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah,

Allah telah memuji Nabi Ibrahim dalam firman-Nya:


ْ َ ِّ َ ‫َّ ْ ْ َ ى َ ُ َّ ً َ ً ّ ه َ ْ ً َ ى ْ َ ُ َ ْ ُ َْ ْ َِ ن‬
)١٢١-١٢٠ :‫ي ش ٰاك ًرا ِّلن ُع ٰم ٰه ۖ (النحل‬ ‫شك‬
ٰ ِ ‫ّلِل ح ٰنيفا ولم يك ٰمن الم‬
ٰ ‫ٰان ٰاب ٰر ٰهيم كان امة قا ٰنتا‬

Maknanya: “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam panutan nan taat kepada Allah serta
berpaling pada agama yang lurus. Dan ia tidak pernah termasuk orang-orang musyrik. Dia adalah
orang yang bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya ”(QS an-Nahl: 121-120).

Dalam kitab tafsirnya, ath-Thabari mengatakan: “Maknanya Ibrahim tulus bersyukur kepada
Allah atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Dan dalam bersyukur kepada Allah atas
nikmat-Nya tersebut, Ibrahim tidak menjadikan sekutu bagi-Nya. ”Artinya, syukur Nabi Ibrahim
kepada Allah diwujudkan dengan beriman kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun.

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah,

Sedangkan orang-orang yang mereka bersyukur secara tidak sempurna adalah mereka yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tetapi masih meninggalkan kewajiban dan melakukan perkara
yang diharamkan. Keadaan mereka di akhirat tergantung kehendak Allah. Jika Allah berkehendak
mereka diampuni oleh Allah, maka dengan izin Allah dimasukkan surga-Nya. Dan jika Ia
berkehendak mereka tidak diampuni oleh Allah, maka dimasukkan ke dalam neraka beberapa
lama. Akan tetapi walau bagaimanapun, seseorang yang mati dalam keadaan beriman, pada
akhirnya semuanya akan dimasukkan ke dalam surga.

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah,

Jika keluhuran budi dan akhlak yang terpuji menuntut kita untuk membalas sesama hamba yang
berbuat baik kepada kita dengan berterima kasih dan berbuat baik kepadanya, maka lebih utama
bagi kita untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada kita.
Sebagaiman Imam al Junaid pernah ditanya tentang apa itu syukur (‫)ما هو االمتنان ؟‬

Beliau menjawab:
ُ ‫ىأ ْن ََّل ُي ْع ََص‬
‫هللا ٰب ٰن َع ٰم ٰه‬

“(Syukur yang wajib adalah) tidak bermaksiat kepada Allah dengan nikmat-nikmat-Nya. ”

Seseorang yang menunaikan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh perkara yang
diharamkan, maka ia adalah hamba yang syaakir.

Kemudian, jika Seseorang tidak disibukkan dengan nikmat Allah yang sehingga terkadang bisa
melalaikan syukur kepada Sang Pemberi nikmat, dan ia menyadari betapa agungnya nikmat Allah
yang selalu melingkupinya dan perasaan itu semakin kokoh dalam dirinya serta ia memperbanyak
amal-amal kebaikan lebih dari kewajibannya, maka ia disebut hamba yang syakuur (pandai
bersyukur). Hamba yang syakuur lebih sedikit jumlahnya daripada hamba yang syaakir. Allah ta’ala
berfirman:
ُ َّ َ
)١٣ :‫َوق ٰل ْي ٌل ِّم ْن ٰع َب ٰاد َي الشك ْو ُر (سبأ‬

Maknanya: “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang mencapai derajat syakuur ”(QS Saba’:
13)

Jadi, orang-orang bertakwa yang bersih dari dosa dan tidak disibukkan dengan nikmat sehingga
melalaikan syukur kepada Dzat Pemberi nikmat, adalah orang-orang yang sangat jarang dan sedikit
di antara kaum Muslimin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ً‫ى‬ ُ َ ُ ‫َ َ َى‬ ‫َّ ُ ى‬
)‫اس ك ٰإ ٰب ٍل ٰمائ ٍة َّل تكاد ت ٰجد ٰف ْي َها َر ٰاحلة (رواه مسلم‬‫الن‬

Maknanya: “Umat manusia itu ibarat seratus ekor unta. Hampir tidak kamu dapati di antara mereka
yang layak untuk ditunggangi dalam perjalanan jauh ”(HR Muslim).

Dalam hadits ini terdapat sebuah isyarat bahwa kebanyakan orang memiliki kekurangan.
Sedangkan orang-orang mulia yang zuhud terhadap dunia, mengejar kebahagiaan akhirat dan
memenuhi syukur dengan sempurna, jumlah mereka sangat sedikit. Orang-orang pilihan tersebut
ibarat satu unta yang layak dijadikan sebagai hewan tunggangan, di antara sekelompok ratusan
unta yang ada. Satu unta ini yang bagus dan layak dikendarai untuk perjalanan jauh di antara
sekelompok unta tersebut.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan
membawa barakah bagi kita semua. Amin.
َّ ‫ إ َّن ُه ُه َو ْال َغ ُف ْو ُر‬،‫اس َت ْغ ٰف ُر ْو ُه‬
‫الر ٰح ْي ُم‬ َ ‫ىأ ُق ْو ُل َق ْو ْل ٰه َذا َو ىأ ْس َت ْغف ُر‬
ْ ‫ َف‬،‫هللا ْل َو ىل ُك ْم‬
ٰ ‫ٰي‬ ٰ ‫ٰي‬
‫‪KHUTBAH II‬‬
‫ُ َ ْ َ ُ َ ََ ْ َ‬ ‫ى ْ ْ َ َ ى ْ َ ُ ى ْ َّ َ َّ‬ ‫َى ْ َ‬ ‫َ ى َِ َ ُ َ ّ ْ َ ُ َ ّ ُ َ ى ُ َ َّ ْ ُ ْ َ َِ َ َ ى‬ ‫ىْ َ ُ‬
‫شيك‬‫هلل وكف‪ ،‬وأص يَل وأسلم عَل محم ٍد المصطف‪ ،‬وعَل ٰآل ٰه وأصح ٰاب ٰه أه ٰل الوفا‪ .‬أشهد أن َّل إله ٰإَّل هللا وحده َّل ِ‬ ‫الح ْمد ٰ‬
‫ُ‬ ‫ُُ ى‬ ‫ُ‬ ‫ً‬ ‫َ َ‬ ‫ى ُ ى ْ ُ ى َّ‬
‫له‪َ ،‬وأش َهد أن َس ِّيدنا ُم َح َّمدا َع ْبد ُه َو َر ُس ْوله أ َّما َب ْعد‪،‬‬

‫ى‬ ‫َّ َ َ َّ َ‬ ‫ى ُ‬ ‫ْ َ ْ َ ْ َ ْ ى ُ ْ ى َّ َ ى ُ ى‬ ‫َف َيا ىأ ُّي َها ْال ُم ْسل ُم ْو َن‪ُ ،‬أ ْوص ْي ُك ْم َو َن ْف ْ َ ْ َ‬
‫السَل ٰم َعَل‬ ‫هللا أ َم َرك ْم ٰبأ ْم ٍر َع ٰظ ْي ٍم‪ ،‬أ َم َرك ْم ٰبالصَل ٰة و‬ ‫َل الع ٰظي ٰم واعلموا أن‬ ‫هللا الع ِّ‬
‫س ٰبتقوى ٰ ٰ ي‬ ‫ٰ ي‬ ‫ٰ‬ ‫ٰ‬
‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ى‬
‫آمنوا َصلوا َعل ْيه َو َسل ُموا ت ْسل ً‬ ‫ُّ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ى‬ ‫َّ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ِّ ْ ى ْ َ َ‬
‫َ‬
‫يما‪،‬‬ ‫ب‪َ ،‬يا أ ُّي َها الذي َن َ‬ ‫هللا َو َمَل ٰئكته ُي َصلون َعَل الن ِّ‬ ‫ال‪ :‬إن َ‬
‫ٰ‬ ‫ٰ‬ ‫ٰ‬ ‫ٰي‬ ‫ن ٰبي ٰه الك ِري ٰم فق ٰ‬

‫‪Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah‬‬

‫‪Mari kita selaku mukmin selain senantiasa meningkatkan Ketaqwaan Kita Kepada Allah Subhanahu‬‬
‫‪Wa Ta’ala, baik Taqwallah Fil ‘Ibadah maupun Taqwallaah Fil Muammalah. Di samping itu mari kita‬‬
‫‪senantiasa bersyukur atas Anugerah dan Nikmat yang diberikan Allah kepada kita selaku Hamba-‬‬
‫‪Nya. Baik secara Syukur Wajib, yakni kita selaku hamba tidak menggunakan nikmat yang Allah‬‬
‫‪anugerahkan kepada kita untuk berbuat maksiat kepada-Nya. Dan juga secara Syukur Sunnah,‬‬
‫‪yakni mengucapkan dengan lisan pujian yang menunjukkan bahwa Allah-lah Sang Pemberi nikmat‬‬
‫‪dan yang menganugerahkannya kepada para hamba-Nya, semisal dengan ucapan alhamdulillah.‬‬

‫‪Semoga kita semua tidak hanya sebagai hamba yang Syakir atas nikmat Allah, yakni Seseorang yang‬‬
‫‪menunaikan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh perkara yang diharamkan. Namun juga‬‬
‫‪Sebagai Hamba yang Syakur (Pandai Bersyukur), yakni orang yang tidak disibukkan nikmat Allah‬‬
‫‪yg bisa melalaikannya. ia menyadari betapa agungnya nikmat Allah yang selalu melingkupinya dan‬‬
‫‪perasaan itu semakin kokoh dalam dirinya serta ia memperbanyak amal-amal kebaikan lebih dari‬‬
‫‪kewajibannya.‬‬
‫ْ َ‬ ‫ى‬ ‫ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ى ُ َ َّ َ َ ى‬ ‫ُ َ َّ ى َ َ َّ ْ َ َ ى ْ َ ْ َ َ َ ى‬ ‫ى ه ُ َّ َ ِّ َ ى ُ َ َّ َ َ ى‬
‫آل ُم َح َّم ٍد ك َما َب َاركت‬
‫آل ٰإبر ٰاهيم وب ِارك عَل محم ٍد وعَل ٰ‬
‫آل محم ٍد كما صليت عَل ٰإبر ٰاهيم وعَل ٰ‬ ‫اللهم صل عَل محم ٍد وعَل ٰ‬
‫َّ‬ ‫َى َْ َْ َ َى‬
‫آل ٰإ ْب َر ٰاه ْي َم‪ٰ ،‬إن َك َح ٰم ْي ٌد َم ٰج ْي ٌد‪.‬‬
‫عَل ٰإبر ٰاهيم وعَل ٰ‬

‫ْ‬ ‫ََْ‬ ‫َّ ْ َ‬ ‫َْ‬


‫ات‪ ،‬اللهم ادف ْع َعنا ال َبَل َء َوالغَل َء َوال َو َب َاء‬ ‫َْْ َ ُْ ْ َ َْْ َ‬ ‫ْ ُ ْ ْ َِ َ ْ ُ ْ َ‬ ‫اغف ْر ل ْل ُم ْسلم ْ َِ َ ْ ُ ْ َ‬
‫ى ه ُ َّ ْ‬
‫ات اْلحي ٰاء ٰمنهم واْلمو ٰ‬ ‫ي والمؤ ٰمن ٰ‬ ‫ات والمؤ ٰم ٰن‬ ‫ي والمس ٰلم ٰ‬ ‫ٰٰ‬ ‫اللهم ٰ ٰ‬
‫َْ‬ ‫ْ َ ى َ َ َ َ َّ ً‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ى‬ ‫َّ َ َ ْ‬ ‫َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ُ ْ ى َ َ ْ َ ِْ َ َ ُّ ُ ْ َ ْ ْ َ َ َ‬
‫اصة َو ٰم ْن ُبلد ٰان‬ ‫ف ال ُمخت ٰلفة َوالشدا ٰئد َوال ٰم َح َن‪َ ،‬ما ظ َه َر ٰمن َها َو َما َبط َن‪ٰ ،‬من بل ٰدنا هذا خ‬ ‫والفحشاء والمنكر والب يغ والسيو‬
‫ْ ُ ْ ْ َِ َ َّ ً َّ َ َ ى ُ ِّ ََ ْ َ‬
‫ش ٍء ق ٰد ْي ٌر‬‫المس ٰل ٰمي عامة‪ٰ ،‬إنك عَل كل ي‬

‫ْ‬ ‫ب إ ىل ْي َها َم َع ُاد َنا‪َ ،‬و ْ‬ ‫ى‬ ‫ى َّ ُ َّ ى ْ ْ ى َ ْ َ َ َّ ْ ُ َ ْ َ ُ ى ْ َ َ ى ْ ْ ى َ ُ ْ َ َ َّ ْ ْ َ َ َ ُ‬


‫َ‬
‫اج َع ٰل ال َح َياة‬ ‫اش َنا‪َ ،‬وأ ْص ٰل ْح ىل َنا ٰ َ َ َ َّ ْ‬
‫آخرتنا ال ٰ ي ٰ‬ ‫اللهم أص ٰلح لنا ٰديننا ال ٰذي هو ٰعصمة أم ِرنا‪ ،‬وأص ٰلح لنا دنيانا ال ٰ يب ٰفيها مع‬
‫ًّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ان َو َِّل َت ْج َع ْل ِ ْ‬ ‫ْ َ َ َُ َْ ْ َْ‬ ‫َّ‬ ‫َ َ ً ى َ ِ ْ ُ ِّ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ً ى َ ْ ُ ِّ ََ ٍّ َ َّ َ ْ ْ ى َ َ ْ َ َ‬
‫ف قل ْو ٰبنا ٰغال‬ ‫ٰي‬ ‫ش‪ .‬ربنا اغ ٰفر لنا و ٰإلخوا ٰننا ال ٰذين سبقونا ٰبا ٰإليم ٰ‬ ‫ِزيادة لنا ٰ يف كل خ ٍث‪ ،‬واجع ٰل الموت راحة لنا ٰمن كل‬
‫ّ‪.‬ل َّلذ ْي َن َء َام ُن ْوا َرَّب َنا إ َّن َك َر ُء ْو ٌ‬
‫ف َّر ٰح ْي ٌم‬ ‫ٰ‬ ‫ٰ‬

‫ى‬ ‫ى‬
‫ً‬ ‫اج َع ْل ىنا ل ْل ُم َّتق ْ َِ‬
‫ي ٰإ َماما‬ ‫ٰ ٰ‬ ‫ب ىل ىنا ٰم ْن أ ْز َو ٰاج ىنا َو ُذ َّرَّيا ٰت ىنا ُق َّر ًة أ ْع ُ ِ‬
‫ي َو ْ‬ ‫َرَّب ىنا َه ْ‬
‫ٍ‬
‫َ َّ ى َ ُ ْ ُ ُ ْ َ ى َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ى َ َ ْ ى ى ْ ى ُ ْ َ َ ْ َ ً َّ َ ى ْ َ‬
‫ت ْا َلو َّه ُ‬
‫اب ‪.‬‬ ‫ربنا ِّل ت ِزغ قلوبنا بعد ٰإذ هديتنا وهب لنا ٰمن لدنك رحمة‪ٰ ،‬إنك أن‬

‫ُ ْ َ َّ َ ْ‬ ‫النار ‪.‬رَّبنا تق َّب ْل م َّنا إ َّنك َأ ْنت َّ‬


‫َّ‬ ‫ُّ ْ‬ ‫َّ‬
‫ب عل ْينا ِإنك أنت‬ ‫الس ِم ْي ُع الع ِل ْي ُم‪ ،‬و ت‬ ‫ِ ِ‬ ‫اآلخر ِة حسنة و ِقنا عذاب‬ ‫ربنا ِآتنا ف الدنيا حسنة و ف ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫الرح ْي ُم‪ُ ,‬س ْبحان ربك رب الع َّزة ع َّما يص ُف ْون و سالم ع َل ُ‬ ‫َّ َّ ُ‬
‫ِل رب العال ِم ْي‬ ‫ْ‬
‫الم ْرس ِلي‪ ،‬و الح ْمد ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫التواب َّ ِ‬
‫ُ ُ ى َّ ُ َ َ َّ َ َ ُ‬ ‫َ ْ َ َ ُْْى َ َْ‬
‫الب ِ ِيغ‪َ ،‬ي ٰعظك ْم ل َعلك ْم تذك ُر ْون‪ .‬فاذك ُروا‬ ‫وينَه َع ِن الفحش ٰاء والمنك ِر و‬
‫ُْْ َ َْ َ‬ ‫َ‬
‫ان َو ٰإ ْيت ٰاء ٰذي القرن‬ ‫اد ٰ َّ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ َ ْ ْ َ‬ ‫َ َ‬
‫هللا‪ ،‬إن هللا يأمر ٰبالعد ٰل واإلحس ٰ‬ ‫ٰعب‬
‫ىْ‬ ‫َْ ُ ُ َى ْ‬ ‫َ ْ‬
‫هللا أ ك َ ُث‬
‫هللا ال َع ٰظ ْي َم يذك ْرك ْم ول ٰذك ُر ٰ‬

Anda mungkin juga menyukai