IAIN PALOPO
Oleh :
Kelompok IV
Karbiana 1902060042
Rahma Sarita 1902060049
Lutfia Ilham 1902060039
Nur Alfiah Has 1902060036
Laelatul Qomari Farma 1902060053
Abdurrasyid 1902060058
Isra 1902060060
Dosen pengampu:
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah memberikan kesehatan
kepada saya sehingga saat ini saya masih bisa menyelesiakan makalah yang diberikan
oleh dosen . Sholawat dan salam selalu saya curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Sebagai suri tauladan bagi setiap insan.
Adapun materi dalam makalah ini di ambil dari beberapa dari internet dimana
berkaitan dengan materi yang akan saya bahas. Materi yang akan saya bahas tidak
lain adalah tentang “motivasi kerja”. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah
saya ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun tetap kami nantikan dari teman-teman sekalian sekaligus kepada dosen
kita.
Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan nilai tambah kepada para
pembacanya.
Penyusun
PEMBAHASAN
Elemen
Elemen merupakan sesuatu yang menjadi bagian dalam suatu unsur yang
mana dalam hal ini merupkan sesuatu yang penting dalam suatu perkara.
Komunikasi
b. Elemen-elemen komunikasi
Selain keempat elemen diatas ( sering disebut sebagai model S-C-M-R atau
Source-Message- Channel-Recceiver) ada 3 elemen atau faktor lainnya yang
juga penting dalam proses komunikasi yakni:
1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang menggunakan kata-
kata,baik itu secara lisan maupun secara tulisan. Komunikasi verbal
meupakan komunikasi yang paling banyak digunakan antar manusia,
untuk mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan,fakta,data,
dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan
pemikiran,saling berdebat dan bertengkar.
Istilah publik mempunyai arti sempit yang mewakili kelompok atau khalayak
tertentu/terbatas sebagai objek sasarannya. Publik adalah sekelompok orang yang
menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan
yang sama. Publik melakukan interaksi secara tidak langsung melalui alat-alat
komunikasi, pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, radio,
televisi dan film. Alat-alat penghubung ini memungkinkan publik mempunyai
pengikut yang lebih luas
dan lebih besar jumlahnya (dalam Olii, 2011: 21). Publik dapat merupakan
group kecil, terdiri atas orang-orang dengan jumlah sedikit, juga dapat merupakan
kelompok besar. Biasanya individu-individu yang termasuk dalam kelompok itu
mempunyai rasa solidaritas terhadap kelompoknya, walaupun tidak terikat oleh
struktur yang nyata, tidak berada pada suatu tempat atau ruangan dan tidak
mempunyai hubungan langsung. Istilah publik atau “public” dalam bahasa Inggris
tidak mempunyai arti yang sama dengan istilah “masyarakat” atau “society” dalam
bahasa Inggris. Masyarakat atau “society” menurut J.B.A.F. Mayor Polak (dalam
Abdurrachman, 2001: 28) adalah wadah seluruh antar hubungan sosial dengan
seluruh jaringannya dalam arti umum, tanpa menentukan suatu batas tertentu.
b. Opini Publik
b. Tidak merupakan jumlah pendapat yang dihitung secara “numerical” yakni berapa
jumlah orang terdapat dimasing-masing pihak, sehingga mayoritas opini dapat
disebut opini publik.
Redi Panuju (2002) menegaskan pergeseran yang terjadi dalam opini publik
disebabkan oleh beberapa faktor:
1.Fakto Psikologis
Tidak ada kesamaan antara individu yang satu dengan lainnya, yang ada hanya
kemiripan yang memiliki banyak perbedaan. Perbedaanmas antar individu yang
meliputi hobi, kepentingan, pengalaman, selera, dan kerangka berpikir menjadikan
setiap individu berbeda bentuk dan cara merespon stimulus atau rangsangan yang
menghampirinya. Perbedaan faktor psikologis menyebabkan pemaknaan terhadap
kenyataan yang sama bisa menghasilkan penyandian yang berbeda-beda. Bisa saja
output komunikasi tidak sama dengan input komunikasi karena perbedaan beberapa
unsur yang bekerja dalam seleksi internal yang meliputi dimensi pemikiran (kognisi)
dan dimensi emosi (afeksi).
Sebagian masalah mampu mengundang opini publik, sebagian lain tidak. Setiap
masalah mempunyai bobot yang berbeda-beda. Masalah bisa hilang begitu saja
karena publik tidak tertarik pada isu tertentu. Masalah bisa menyempit, bisa juga
melebar karena ada kecenderungan “hiper-realitas” dalam komunikasi. Hiper-realitas
adalah kecenderungan membesarkan sebagian fakta dan sekaligus menyembunyikan
fakta yang lain. Proses psikologis bisa menghasilkan pergeseran makna atas realitas
tertentu. Itulah sebabnya, dalam opini publik sering simbol verbal tidak berhubungan
sama sekali dengan kenyataan. Hal ini terjadi karena opini publik semata-mata
merupakan hasil penyandian individu-individu.
Opini publik cenderung sesuai dengan kemauan banyak orang. Karena itu,
banyak orang berlomba memanfaatkan opini publik sebagai argumentasi
atas berbagai keputusan. Dalam alam demokrasi, kebenaran normatif
dapat digeser oleh kebenaran menurut “banyak orang”. Keputusan yang
didasarkan pada dominasi opini publik belum tentu selaras dengan norma
dan etika sosial yang berlaku.
3. Faktor Budaya
Budaya mempunyai pengertian yang beragam. Budaya adalah seperangkat nilai yang
digunakan mengelola, memelihara hidupnya, menjaga dari gangguan internal maupun
eksternal, dan mengembangkan kehidupan manusia. Nilai-nilai yang terhimpun
dalam sistem budaya itu oleh individu dijadikan identitas sosialnya atau dijadikan
ciri-ciri keanggotanya di komunitas budaya tertentu.
Selanjutnya dalam buku Redi Panuju (2002), James Lull menerangkan teori “meme”
atau memetics yang dikembangkan sebelumnya oleh Richard Brodie (1996). Menurut
Brodie, meme adalah suatu unit informasi yang tersimpan di benak seseorang, yang
memengaruhi kejadian di lingkungannya sedemikian rupa sehingga tertular ke benak
orang lain. Kebebasan menggunjingkan orang lain (ngerumpi) menyebabkan
informasi cepat tersebar luas dan inilah bagian yang kurang baik bagi meme.
Masyarakat kita adalah masyarakat tradisional yang didasari semangat gotong royong
dan kekeluargaan. Ciri masyarakat tersebut menyebabkan jaringan sosial makin besar
peranannya dalam menyebarluaskan informasi. Masyarakat kita juga menyenangi
gosip, isu, atau rumor (desas-desus), sehingga gejala “meme” cepat menjadi kelipatan
reproduksi yang menembus jaringan-jaringan sosial yang terisolir. Kerja reproduksi
meme menyebabkan terjadinya interaksi antara tradisi dan etika. Interaksi itu
bermuara ke tataran opini publik.
6. Opini Massa Merupakan tahap kelanjutan dari opini publik. Opini yang
bersifat massa ini beralih bentuk menjadi tindakan fisik.
7. Opini Umum Pendapat umum merupakan pendapat yang sama dari semua
orang dalam suatu masyarakat mengenai masalah yang menyangkut kepentingan
umum (dalam Soemirat dan Ardianto, 2012: 107-108).