Anda di halaman 1dari 13

PERBANDINGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI BEBERAPA NEGARA

(AMERIKA SERIKA, INGGRIS, KANADA, AUSTRALIA, DAN NEGARA DI ASIA)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Multikultural
Yang dibina oleh
Drs. Imam Nawawi, M.Si.

Oleh:
Kelompok 2
Aprilia Eka Wiranti (190151602522)
Bunga Cika Alifvia (190151602620)

E9 PGSD

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

DEPARTEMEN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FEBRUARI 202I
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puja dan Puji
syukur kami haturkan kehadirat-Nya, yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada
kami sehingga makalah yang berjudul “Perbandingan Pendidikan Multikultural di Beberapa
Negara (Amerika Serika, Inggris, Kanada, Australia, dan Negara di Asia)” ini dapat diselesaikan
tepat waktu.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Multikutlural yang
dibina oleh Bapak Drs. Imam Nawawi, M.Si. Dengan penyusunan makalah ini, diharapkan
penyusun dan pembaca dapat memahami pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai pendidikan
multikultural.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Imam Nawawi, M.Si.
yang telah memberi tugas ini dan semua pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga kami
dapat menyempurnakan makalah ini.

Malang, 11 Februari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan Masalah ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan Multikultural ................................................................................................................ 3
B. Pendidikan Multikultural di Amerika Serikat .............................................................................. 3
C. Pendidikan Multikultural di Inggris .............................................................................................. 4
D. Pendidikan Multikultural di Kanada.............................................................................................. 5
E. Pendidikan Multikultural di Australia ........................................................................................... 5
F. Pendidikan Multikultural di India .................................................................................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................................................................. 9
DAFTAR RUJUKAN ................................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan di era globalisasi seperti sekarang ini memanglah sangat kompleks dan
heterogen, ditambah dengan lahirnya berbagai lembaga pendidikan yang kurang
memperhatikan nilai-nilai keagamaan dalam melaksanakan proses pembelajaran (Fitriani
dan Yanuarti 2019). Pendidikan memiliki peran yang sangat penting terutama dalam
membentuk karakter manusia agar menjadi insan kamil. Kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan bagi peserta didik (anak) perlu ditingkatkan, mengingat
pendidikan merupakan salah satu unsur yang melekat pada diri manusia sebagai hak yang
harus diterimanya. Serta pendidikan akan membawa masyarakat itu sendiri menuju
kepada kemajuan, baik kemajuan dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Kemajuan
yang diharapkan oleh masyarakat yaitu ketenteraman, kerukunan, serta terhindar dari
berbagai macam bentuk konflik.
Pendidikan multikultural merupakan suatu gerakan yang memberikan kesempatan
atau peluang yang sama kepada setiap orang agar dapat memperoleh pendidikan, tanpa
melihat asal-usul budaya, etnis, ras dan agama untuk sama-sama dalam memperoleh ilmu
pengetahuan atau pendidikan, mengasah keterampilan. Gerakan pendidikan multikultural
tersebut sangat cocok untuk diterapkan di negara Indonesia yang memiliki
keanekaragaman dari suku, budaya, dan agama.
Kemunculan pendidikan multikultural munculnya diawali dari beberapa negara
maju seperti negara Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada. Kemudian berlanjut ke
wilayah Australia dan India. Pendidikan multikultural digunakan sebagai upaya
pencegahan timbulnya aksi sosial di beberapa negara maju tersebut. Pertama, di negara
Amerika (1960-an), munculnya karena isu diskriminatif antara golongan kulit putih dan
berwarna (hitam) (Rosyada 2000). Kedua, di negara Inggris (1964), yaitu adanya praktik
kehidupan sosial yang diskriminatif antara pria dan wanita dalam pemberian suara saat
pemilu dan kesempatan akses pendidikan (Sutarno 2007). Ketiga, di negara Kanada
(1960) adanya kebutuhan tenaga terdidik untuk memenuhi kebutuhan metropolitan
setelah Perang Dunia Ke II (Aly 2011). Keempat, penghapusan White Australia policy di
Australia (1901). Selanjutnya, kesempatan akses pendidikan yang terbatas bagi kaum
selain dari kasta Brahma di India.
Pendidikan multikultural meskipun bermula dari beberapa gerakan konflik, namun
telah ada beberapa gerakan yang dirintis untuk mendukung pelaksanaan pendidikan
multikultural, seperti di Negara Amerika Serikat sudah memulai aksi yang dilakukan
dengan cara mewariskan nilai-nilai kebudayaan yang dikembangkan melalui sistem
pendidikan pada suatu masyarakat. Di Inggris berupaya untuk meminimalisir tindakkan
disrkirminasi kehidupan berkelompok berdasarkan warna kulit. Di Kanada sudah
menunjukkan bahwa isi budaya di dalam kurikulum sekolah (Ambarudin 2016).

1
2

Pelaksanaan pendidikan multikultural tentunya akan memiliki karakteristik atau ciri


yang berbeda-beda yang sesuai dengan sejarah, kebudayaan serta kebijakkan yang
diterapkan oleh pemerintah negara masingmasing. Setiap negara memiliki karakteristik
tersendiri dalam sudut pandang mengenai pendidikan multikultural. Berdasarkan sejarah
kita ketahui kemunculan pendidikan multikultural diawali di beberapa negara maju
seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada, untuk itu penulis tertarik untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan pendidikan multikultural di beberapa negara maju tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pendidikan multikultural?
2. Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di Amerika Serikat?
3. Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di Inggris?
4. Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di Kanada?
5. Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di Australia?
6. Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di India?

C. Tujuan Pembahasan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan multikultural.
2. Untuk mengetahui penerapan pendidikan multikultural di Amerika Serikat.
3. Untuk mengetahui penerapan pendidikan multikultural di Inggris.
4. Untuk mengetahui penerapan pendidikan multikultural di Kanada.
5. Untuk mengetahui penerapan pendidikan multikultural di Australia.
6. Untuk mengetahui penerapan pendidikan multikultural di India.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Multikultural
. Multikultural dapat diartikan sebagai pandangan mengenai ragam kehidupan yang
dihubungkan dengan kebudayaan. Lebih daripada itu, multikultural membahas mengenai
kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan adanya keragaman, kebhinekaan,
pluralitas sebagai realitas utama kehidupan masyarakat yang menyangkut nilai-nilai,
sosial dan budaya, serta politik yang dianut.
Pendidikan multikultural berarti pendidikan mengenai heterogenitas budaya.
Sejalan dengan pernyataan Nawawi, dkk. (2018), pendidikan multikultural dapat
didefinisikan sebagai pendidikan untuk atau tentang keragaman kebudayaan dalam
merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu bahkan
dunia secara keseluruhan. Istilah pendidikan multikultural dapat digunakan baik pada
tingkat deskriptif dan normatif yang menggambarkan isu-isu dan masalahmasalah
pendidikan yang berkaitan dengan masyarakat multikultural. Lebih jauh juga mencakup
pengertian tentang pertimbangan terhadap kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi
pendidikan dalam masyarakat multikultural. Dalam konteks deskriptif, maka pendidikan
multikultural seyogyanya berisikan tentang tema-tema mengenai toleransi, perbedaan
ethno-cultural dan agama, bahaya diskriminasi, penyelesaian konflik dan mediasi, hak
asasi manusia, demokratisasi, pluralitas, kemanusiaan universal, dan subjek-subjek lain
yang relevan.
Pendidikan multikultural adalah suatu pendekatan progresif untuk melakukan
transformasi pendidikan yang secara menyeluruh membongkar kekurangan, kegagalan,
dan praktik-praktik diskriminasi dalam proses pendidikan. Pendidikan multikultural
merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah sebagaimana
tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Hal ini berarti pendidikan multikultural
secara luas mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompok, baik itu
etnis, ras, budaya, strata sosial, agama, dan gender sehingga mampu mengantarkan siswa
menjadi manusia yang toleran dan menghargai perbedaan.

B. Pendidikan Multikultural di Amerika Serikat


Pendidikan multikultural di Amerika Serikat sudah mulai digerakkan pada tahun
1960 dikarenakan adanya peristiwa gerakan hak-hak sipil yang dilatarbelakangi oleh
adanya tindakkan diskriminasi yang dilakukan oleh kelompok mayoritas kepada
kelompok minoritas. Sejak tahun 1950-an Praktik kehidupan yang diskriminasi karena
Amerika Serikat hanya mengakui kebudayaan yang mayoritas yaitu kebudayaan kulit
putih. Sementara golongan lainnya yang ada dalam masyarakat tersebut dikelompokkan
sebagai minoritas dengan memberikan tindakkan diskriskriminasi kepadaa mereka
dengan pembatasan hak-hak. Padahal AS memilik warga yang beragam asal-usulnya.

3
4

Tindakkan diskriminasi ini dilakukan diberbagai tempat, seperti di lembaga pendidikan,


maupun di rumah (Aly dalam Yanuarti & Sari, 2011). Pada tanggal 4 Juli 1776 pasca
kemerdekaan ketika hendak membentuk masyarakat baru Amerika Serikat mulai
menyadari bahwa masyarakatnya terdiri dari berbagai ras dan asal negara yang berbeda
sehingga Amerika Serikat mencoba mencari terobosan baru yaitu menjadikan sekolah
sebagai pusat sosialisasi dan pembudayaan nilai-nilai baru yang dicita-citakan.
Sistem pendidikan di Amerika Serikat (AS) mencerminkan ciri dari sistem
pemerintahan di sana yaitu federal dengan desentralisasi melalui pemerintahan negara-
negara bagian (states). Penanggung jawab utama sistem pendidikan di sana adalah
departemen pendidikan pemerintah federal di Washington D.C, namun kegiatan sehari-
hari didelegasikan penuh kepada pemerintah setiap Negara bagian yang kemudian
mendelegasikannya lagi kepada Kantor Pendidikan Distrik (Public School District), dan
kepada badan-badan penyantun college dan universitas. Tujuan sistem pendidikan
Amerika secara umum dirumuskan dalam 5 poin sebagai berikut:
a. Untuk mencapai kesatuan dalam keragaman;
b. Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi;
c. Untuk membantu pengembangan individu;
d. Untuk memperbaiki kondisi social masyarakat; dan Untuk mempercepat kemajuan
nasional.

C. Pendidikan Multikultural di Inggris


Pendidikan multikultural di Inggris berdiri pada tahun 1650-an terkait dengan
perkembangan revolusi industri. Pendidikan Multikultural di Inggris berkembang dengan
banyaknya imigran, namun masih terdapat perlakuan atau tindakan yang bersifat
diskriminasi sehingga munculah berbagai gerakan yang berlatar belakang budaya.
Gerakan dinamakan dengan gerakan politik yang didukung dari kelompok liberal,
demokrasi dan kesetaraan manusia. Munculnya Pendidikan Multikultural di latar
belakangi adanya dorongan dari kelompok orang kulit putih bersama dengan kelompok
kulit berwarna yang mengubah status kelompok kulit berwarna dari kelompok imigran
yang selama ini menjadi kelompok minoritas dan keberadaannya selalu tidak
dipedulikan.
Sementara, tujuan pendidikan di negara Inggris, yang mengarahkan pada
pendidikan multikultural yaitu:
a. Membantu anak mengembangkan pikiran dan rasa ingin tahu.
b. Menghargai nilai-nilai moral dan toleransi.
c. Memahami dunia tempat kita tinggal dan saling ketergantungan antar bangsa.
d. Menggunakan bahasa dengan efektif dan imaginatif dalam membaca, menulis, dan
berbicara.
e. Menghargai negara dalam mempertahankan standar kehidupan.
f. Memberikan basis pengetahuan matematis, ilmiah, dan teknik.
5

g. Mengajar anak tentang keberhasilan manusia dalam seni dan ilmu pengetahuan,
agama, dan pencarian tatanan masyarakat yang lebih berkeadilan.
h. Mendorong perkembangan anak-anak.

D. Pendidikan Multikultural di Kanada


Pendidikan multikultural di Kanada sudah mulai dirintis pada tahun 1972 sejak
berdirinya Direktorat multikultural dalam lingkungan Departemen multikultural dengan
tujuan untuk memajukan dan mengembangkan cita-cita multikultural, integritas sosial,
dan menumbuhkan perilaku yang positif antar masyarakat multikultural. Dalam usaha
yang dilakukan tersebut menghasilkan Canadian multiculturalism act pada tahun 1988
yang isinya antara lain mengatur pengeluaran dana untuk membangun kehidupan rukun
dan damai di masyarakat multikultural, memperdalam pengertian toleransi pada
perbedaan kebudayaan, melestarikan budaya asli, memberikan kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam mengembangkan kebijakkan multikultural (Sutarno, 2008).
Tujuan dari dibentuknya pendidikan multikultural di Kanada diantaranya sebagai
berikut:
a. Agar terbentuknya budaya nasional.
b. Untuk mengurangi perbedaan-perbedaan antara sekolah dan keluarga yang dikenal
dengan kebudayaan sekolah dan kebudayaan rumah.
c. Untuk membantu peserta didik dalam menguasai bahasa resmi.
d. Untuk memberikan kesempatan yang sama atau peluang yang sama kepada setiap
peserta didik dalam memperoleh pendidikan yang lebih baik.
e. Untuk memperkuat keadilan dan membrantas tindakan diskriminasi.
f. Untuk melestarikan keberagaman kebudayaan.

E. Pendidikan Multikultural di Australia


Suku Aborigin yang semula adalah penduduk asli Australia tergeser dengan
imigran dari Eropa karena kemampuannya bersaing dengan orang kulit putih rendah. Hal
ini menyebabkan masyarakat Suku Aborigin mengalami kemiskinan karena mendapat
diskriminasi dalam bentuk penguasaan tanah oleh orang kulit putih, tidak mendapat
pendidikan yang layak, dan menjadi buruh di tanah sendiri. Selain itu, pembunuhan kerap
terjadi karena kalah canggih persenjataan dengan orang kulit putih. Bahkan, ketika
narapidana yang dibawa oleh Kapten Arthur Philip maupun imigran dari Inggris
mengetahui bahwa wilayah Australia memiliki penghuni yaitu Suku Aborigin, mereka
tidak memedulikannya. Para orang Inggris tidak peduli keberadaan Suku Aborigin
sebagai manusia, karena kulitnya hitam dan tingkah lakunya berbeda.
Setelah bertarung dengan Suku Aborigin, orang kulit putih harus berhadapan
dengan orang dari wilayah Asia dan Kepulauan Pasifik. Datangnya Cina dan Pasifik
(Kanaka) karena dengan inisiatif dari pemerintah Australia atas dasar kurangnya sumber
6

tenaga kerja untuk membangun Australia yang lebih luas. Namun, setelah ditemukannya
emas di New South Wales mulai berdatangan imigran-imigran dari berbagai bangsa. Hal
ini menimbulkan konflik antara orang kulit putih dengan Cina karena orang kulit putih
menganggap Cina sebagai ancaman. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan undang-
undang pelarangan masuknya orang Cina ke Australia yang diberi nama Chinnese
Immigratio Act. Kemudian hal ini juga berpengaruh kepada orang dari Pasifik. Adanya
undang-undang mengenai pembatasan hingga pelanggaran masuknya para imigran kulit
berwarna (Cina dan Kanaka), merupakan suatu langkah Australia menerapkan kebijakan
Australia Putih (White Australia Policy). Kebijakan ini merupakan aturan untuk
membatasi bahkan melarang masuknya imigran asal non-Eropa yang dipengaruhi pikiran
bahwa orang kulit putih lebih tinggi derajatnya dibandingkan ras lain (Erlina, 2019).
Kebijakan selanjutnya yaitu Kebijakan Asimilasi Menteri Callwell yang pada
mulanya masih ada pendiskriminasian rasial yang dialami Suku Aborigin, orang Asia,
dan Afrika. Namun, setelah kebijakan ini dilanjutkan oleh Perdana Menteri Menzies,
pemerintah mulai memperhatikan nasib masyarakat Aborigin. Keberadaan orang
Aborigin diikutsertakan dalam kebijakan pemerintahan. Sampai pada akhirnya,
pemerintahan Perdana Menteri Whitlam membuat kebijakan multikultural yang
didasarkan pada permasalahan masyarakat Aborigin dan pemerintah serta kebijakan
pemerintah yang ingin toleran kepada imigran yang datang ke Australia. Perdana Menteri
Whitlam menyadari bahwa masyarakat Australia terdiri dari berbagai macam latar
belakang asal negara, budaya, dan bahasa.
Pendidikan multikultural di Australia terbagi dalam beberapa tahap periode.
a. Tahun 1945-1972: Pendidikan bagi kaum migrasi belum diprioritaskan, mereka
mengenyam pendidikan dengan sistem Australia yang belum mengenal multikultural
dan menggunakan bahasa Inggris sehingga menyulitkan kaum imigran.
b. Tahun 1972-1986: Pemerintah menetapkan kebijakan Adult Migrant Education
Program (AMEP) yaitu program pendidikan untuk imigran yang diperluas dengan
program pendidikan bahasa Inggris untuk anak sebagai bahasa kedua. Tujuan AMEP
agar mendapat pekerjaan di Australia (Erlina, 2019).
Pendidikan multikultural di Australia menurut Bianco (dalam Erlina, 2019) mencakup
enam faktor penting:
1. Penyediaan program pengajaran spesialis bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
untuk para imigran baik anak-anak maupun orang dewasa.
2. Pemeliharaan bahasa pertama bagi para imigran dan juga pemeliharaan adat.
3. Mengajarkan bahasa asli masyarakat sebagai bahasa kedua dalam pembelajaran.
4. Menanamkan budaya yang beragam perspektig di semua mata pelajaran seperti
sejarah, geografi, dan PKn.
5. Partisipasi orang tua.
6. Aktif dalam menghilangkan penggambaran negatif dari ras yang minoritas.
7

Keragaman di Australia terdiri dari keragaman budaya (kebiasaan, pola bahasa,


dan adat istiadat) dan keragaman struktur (perbedaan dalam organisasi). Pemerintah
tidak ingin menghilangkan kebiasaan lama para imigran. Pendidikan yang diberikan
tidak memandang latar belakang setiap peserta didik, tetapi mengutamakan kebutuhan
peserta didik. Guru memiliki peran penting dalam memahami dan mampu
mengarahkan berbagai budaya yang dimiliki peserta didik yang dibawa mereka ke
kelas.
Pendidikan berbasis multikulturalisme di Australia itu di tandai dengan adanya
Victorian Education Learning Standards (VELS):
1. Keragaman masyarakat Australia.
2. Pembelajaran sejarah kelompok budaya yang membentuk bangsa Australia.
3. Pengubahan kebijakan Australia dari waktu ke waktu untuk menyesuaikan dengan
imigran.
4. Faktor sosial dan kebudayaan yang mempengaruhi berkembangnya identitas
bangsa.
5. Keterkaitan antara bahasa dan kebudayaan yang mempengaruhi kebudayaan belajar
di sekolah.
6. Dapat mengekspresikan budayanya masing-masing.
Guru menggabungkan gagasan tersebut dalam pembelajaran, VELS merupakan
kurikulum dari multikultural di mana pemahaman global dan kesadaran
multikulturalisme dapat diajarkan di dalam kelas.
c. Tahun 1986-1993: Sudah ada bantuan dari Asian Studies Program yang berisi
pengajaran bahasa Asia dan kebudayannya.

Tujuan Pendidikan Multikultural di Australia adalah:


a. Pengertian dan menghargai bahwa Australia pada hakekatnya adalah masyarakat
multibudaya di dalam sejarah, baik sebelum maupun sesudah kolonisasi bangsa
Eropa.
b. Menemukan kesadaran dan kontribusi dari berbagai latar kebudayaan untuk
membangun Australia.
c. Pengertian antar budaya melalui kajian-kajian tentang tingkah laku, kepercayaan,
nilai-nilai yang berkaitan dengan multikulturalisme.
d. Tingkah laku yang memperkuat keselarasan antaretnis.
e. Memperluas kesadaran akan penerimaannya sebagai seseorang yang mempunyai
identitas nasional Australia tetapi juga akan identitas yang spesifik di dalam
masyarakat multi budaya Australia.

F. Pendidikan Multikultural di India


India adalah negara dengan beragam macam kultur. Perbedaan agama, budaya,
warna kulit, serta paras ada di negara ini. India memiliki jumlah perguruan tinggi dan
8

sekolah yang sangat banyak karena jumlah populasi India yang banyak pula. Pemerintah
India mengalokasikan prsentase penerimaan siswa baru di sekolah dari berbagai
kelompok masyarakat baik berdasarkan kasta maupun status sosio-ekonomi. Akan tetapi,
siswa dari kasta rendah sering mendapat hinaan dan celaan dari teman maupun gurunya
sendiri. Namun, ada juga beberapa sekolah yang menerapkan pendidikan multikultural
dengan memberikan kesempatan yang sama rata kepada siswa dari beragam golongan
masyarakat.
Pada awalnya, pendidikan di India hanya untuk mereka yang berkasta Brahma.
Namun, sejak masuknya kolonial Inggris ke India, pendidikan juga diberikan kepada
kasta dan suku lainnya. Undang-undang India nomor 29 pasal 1 dan 2 mengatur tentang
hak mendapatkan pendidikan bagi kaum minoritas di India. Hal ini diperkuat dengan
Undang-undang nomor 30 tentang minoritas di India. Dasar hukum inilah yang
memperkuat kaum minoritas untuk mendapatkan layanan pendidikan di sekolah-
sekolah pemerintah hingga perguruan tinggi. Meski kebijakan tentang persentase
penerimaan siswa selalu mendapat kritikan tajam dari kalangan kasta atas Brahmins,
namun hak untuk mendapatkan pendidikan bagi kaum minoritas tetap harus
dipenuhi.
Tujuan dari pendidikan multikultural adalah memberikan pengetahuan kepada
siswa tentang perbedaan kultur masyarakat India. Pendidikan multikultural tertera
dalam Kerangka Kurikulum Nasional India tahun 2005 (Herawati & Novriansyah,
2020) diantaranya adalah:
a. Memperkuat sistem pendidikan nasional untuk masyarakat plural
b. Mengurangi bobot kurikulum.
c. Perubahan sistematis terhadap reformasi kurikulum.
d. Kurikulum berbasis nilai tertuang dalam konstitusi seperti keadilan sosial,
kesamarataan, dan sekularisme.
e. Memastikan pendidikan seumur hidup untuk anak
f. Memelihara generasi agar komitmen terhadap praktek demokrasi, norma-norma dan
sensitivitas terhadap keadilan gender.
g. Karakter multilinguistik pada masyarakat India dijadikan sebagai sumber
pengembangan kehidupan sekolah.

Masing-masing negara bagian menerapkan standar pendidikan sendiri selain


standar pendidikan secara nasional. Medium pembelajaran di negara bagian
umumnya menggunakan bahasa Inggris dan bahasa negara bagian masing-masing.
Meski akhir-akhir ini pemerintah pusat mengklaim bahwa bahasa Hindi sebagai
bahasa nasional India namun masih saja terjadi konflik dengan pemerintah negara
bagian yang tidak mau mengakui bahasa Hindi sebagai bahasa nasional. Karena
setiap negara bagian menggunakan bahasa masing-masing sebagai bahasa administrasi
selain bahasa Inggris.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Multikultural adalah gerakan pembaharuan pendidikan dan proses
pendidikan yang bertujuan untuk mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa
baik pria maupun wanita, siswa berkebutuhan khusus dan siswa merupakan anggota dari
kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan
yang sama untuk mencapai prestasi akademis. Kita dianjurkan untuk hidup saling
berdampingan satu sama lain sehingga tidak ada pertengkaran dan perpecahan
kebudayaan.
Dalam pembelajaran pendidikan multikultural kita wajib mengkaitkan materi
dengan kebudayaan yang ada disekitar kita sehingga kita lebih jelas mengenai
pengamalan-pengamalan apa saja yang ada di dalamnya. Hal inilah yang menyebabkan
pendidikan multikultural di setiap negara berbeda-beda.

B. Saran
Sebaiknya Indonesia meningkatkan mutu pada pendidikan multikulturalnya, karena
Indonesia merupakan negara terdiri dari berbagai suku, ras dan agama. Dengan adanya
pendidikan multikultural ini diharapkan tidak ada lagi terdengar kasus diskriminasi
mengenai SARA di indonesia maupun negara-negara lainnya.

9
DAFTAR RUJUKAN

Ambarudin, R. Ibnu. 2016. Pendidikan Multikultural untuk Membangun Bangsa yang Nasionalis
Religius. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 13(1), 28–45. DOI:
10.21831/civics.v13i1.11075.

Erlina, Meri. 2019. Sejarah dan Perkembangan Multikulturalisme Hingga Penghapusan White
Australia Policy. Jurnal Pendidikan Sejarah STKIP Persatuan Islam, 2(1), 33–45. Dari
https://jurnal.unipi.ac.id/index.php/ZaitGeist/article/view/4.

Herawati & Novriansyah, Brenny. 2020. Pendidikan Multikultural di Asia Selatan: Studi
Komparatif India, Bangladesh dan Pakistan. Jurnal Pendidikan Edukasia Multikultura,
1(1), 38–54. DOI: 10.29300/jem.v1i1.3404.g2554.

Nawawi, Imam; Murtiningsih; & Sugiharti, Sri. 2018. Pendidikan Multikultural. Malang:
Universitas Negeri Malang.

Sutarno. 2008. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi.

Yanuarti, Eka & Sari, Devi Purnama. 2020. Analisis Perbandingan Pendidikan Multikultural
(Indonesia, Amerika, Kanada, Inggris). At-Ta’lim: Media Informasi Pendidikan Islam,
19 (1), 46–65. DOI: 10.29300/attalim.v19i1.2202.

Zainiyati, Husniyatus Salamah. 2007. Pendidikan Multikultural: Upaya Membangun


Keberagamaan Inklusif di Sekolah. ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman, 1(2), 135–45.
Dari http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/view/15/.

10

Anda mungkin juga menyukai