Kel 2. Perbandingan Pendidikan Multikultural Di Beberapa Negara
Kel 2. Perbandingan Pendidikan Multikultural Di Beberapa Negara
Oleh:
Kelompok 2
Aprilia Eka Wiranti (190151602522)
Bunga Cika Alifvia (190151602620)
E9 PGSD
FEBRUARI 202I
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puja dan Puji
syukur kami haturkan kehadirat-Nya, yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada
kami sehingga makalah yang berjudul “Perbandingan Pendidikan Multikultural di Beberapa
Negara (Amerika Serika, Inggris, Kanada, Australia, dan Negara di Asia)” ini dapat diselesaikan
tepat waktu.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Multikutlural yang
dibina oleh Bapak Drs. Imam Nawawi, M.Si. Dengan penyusunan makalah ini, diharapkan
penyusun dan pembaca dapat memahami pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai pendidikan
multikultural.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Imam Nawawi, M.Si.
yang telah memberi tugas ini dan semua pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga kami
dapat menyempurnakan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pendidikan multikultural?
2. Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di Amerika Serikat?
3. Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di Inggris?
4. Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di Kanada?
5. Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di Australia?
6. Bagaimana penerapan pendidikan multikultural di India?
A. Pendidikan Multikultural
. Multikultural dapat diartikan sebagai pandangan mengenai ragam kehidupan yang
dihubungkan dengan kebudayaan. Lebih daripada itu, multikultural membahas mengenai
kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan adanya keragaman, kebhinekaan,
pluralitas sebagai realitas utama kehidupan masyarakat yang menyangkut nilai-nilai,
sosial dan budaya, serta politik yang dianut.
Pendidikan multikultural berarti pendidikan mengenai heterogenitas budaya.
Sejalan dengan pernyataan Nawawi, dkk. (2018), pendidikan multikultural dapat
didefinisikan sebagai pendidikan untuk atau tentang keragaman kebudayaan dalam
merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu bahkan
dunia secara keseluruhan. Istilah pendidikan multikultural dapat digunakan baik pada
tingkat deskriptif dan normatif yang menggambarkan isu-isu dan masalahmasalah
pendidikan yang berkaitan dengan masyarakat multikultural. Lebih jauh juga mencakup
pengertian tentang pertimbangan terhadap kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi
pendidikan dalam masyarakat multikultural. Dalam konteks deskriptif, maka pendidikan
multikultural seyogyanya berisikan tentang tema-tema mengenai toleransi, perbedaan
ethno-cultural dan agama, bahaya diskriminasi, penyelesaian konflik dan mediasi, hak
asasi manusia, demokratisasi, pluralitas, kemanusiaan universal, dan subjek-subjek lain
yang relevan.
Pendidikan multikultural adalah suatu pendekatan progresif untuk melakukan
transformasi pendidikan yang secara menyeluruh membongkar kekurangan, kegagalan,
dan praktik-praktik diskriminasi dalam proses pendidikan. Pendidikan multikultural
merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah sebagaimana
tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Hal ini berarti pendidikan multikultural
secara luas mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompok, baik itu
etnis, ras, budaya, strata sosial, agama, dan gender sehingga mampu mengantarkan siswa
menjadi manusia yang toleran dan menghargai perbedaan.
3
4
g. Mengajar anak tentang keberhasilan manusia dalam seni dan ilmu pengetahuan,
agama, dan pencarian tatanan masyarakat yang lebih berkeadilan.
h. Mendorong perkembangan anak-anak.
tenaga kerja untuk membangun Australia yang lebih luas. Namun, setelah ditemukannya
emas di New South Wales mulai berdatangan imigran-imigran dari berbagai bangsa. Hal
ini menimbulkan konflik antara orang kulit putih dengan Cina karena orang kulit putih
menganggap Cina sebagai ancaman. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan undang-
undang pelarangan masuknya orang Cina ke Australia yang diberi nama Chinnese
Immigratio Act. Kemudian hal ini juga berpengaruh kepada orang dari Pasifik. Adanya
undang-undang mengenai pembatasan hingga pelanggaran masuknya para imigran kulit
berwarna (Cina dan Kanaka), merupakan suatu langkah Australia menerapkan kebijakan
Australia Putih (White Australia Policy). Kebijakan ini merupakan aturan untuk
membatasi bahkan melarang masuknya imigran asal non-Eropa yang dipengaruhi pikiran
bahwa orang kulit putih lebih tinggi derajatnya dibandingkan ras lain (Erlina, 2019).
Kebijakan selanjutnya yaitu Kebijakan Asimilasi Menteri Callwell yang pada
mulanya masih ada pendiskriminasian rasial yang dialami Suku Aborigin, orang Asia,
dan Afrika. Namun, setelah kebijakan ini dilanjutkan oleh Perdana Menteri Menzies,
pemerintah mulai memperhatikan nasib masyarakat Aborigin. Keberadaan orang
Aborigin diikutsertakan dalam kebijakan pemerintahan. Sampai pada akhirnya,
pemerintahan Perdana Menteri Whitlam membuat kebijakan multikultural yang
didasarkan pada permasalahan masyarakat Aborigin dan pemerintah serta kebijakan
pemerintah yang ingin toleran kepada imigran yang datang ke Australia. Perdana Menteri
Whitlam menyadari bahwa masyarakat Australia terdiri dari berbagai macam latar
belakang asal negara, budaya, dan bahasa.
Pendidikan multikultural di Australia terbagi dalam beberapa tahap periode.
a. Tahun 1945-1972: Pendidikan bagi kaum migrasi belum diprioritaskan, mereka
mengenyam pendidikan dengan sistem Australia yang belum mengenal multikultural
dan menggunakan bahasa Inggris sehingga menyulitkan kaum imigran.
b. Tahun 1972-1986: Pemerintah menetapkan kebijakan Adult Migrant Education
Program (AMEP) yaitu program pendidikan untuk imigran yang diperluas dengan
program pendidikan bahasa Inggris untuk anak sebagai bahasa kedua. Tujuan AMEP
agar mendapat pekerjaan di Australia (Erlina, 2019).
Pendidikan multikultural di Australia menurut Bianco (dalam Erlina, 2019) mencakup
enam faktor penting:
1. Penyediaan program pengajaran spesialis bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
untuk para imigran baik anak-anak maupun orang dewasa.
2. Pemeliharaan bahasa pertama bagi para imigran dan juga pemeliharaan adat.
3. Mengajarkan bahasa asli masyarakat sebagai bahasa kedua dalam pembelajaran.
4. Menanamkan budaya yang beragam perspektig di semua mata pelajaran seperti
sejarah, geografi, dan PKn.
5. Partisipasi orang tua.
6. Aktif dalam menghilangkan penggambaran negatif dari ras yang minoritas.
7
sekolah yang sangat banyak karena jumlah populasi India yang banyak pula. Pemerintah
India mengalokasikan prsentase penerimaan siswa baru di sekolah dari berbagai
kelompok masyarakat baik berdasarkan kasta maupun status sosio-ekonomi. Akan tetapi,
siswa dari kasta rendah sering mendapat hinaan dan celaan dari teman maupun gurunya
sendiri. Namun, ada juga beberapa sekolah yang menerapkan pendidikan multikultural
dengan memberikan kesempatan yang sama rata kepada siswa dari beragam golongan
masyarakat.
Pada awalnya, pendidikan di India hanya untuk mereka yang berkasta Brahma.
Namun, sejak masuknya kolonial Inggris ke India, pendidikan juga diberikan kepada
kasta dan suku lainnya. Undang-undang India nomor 29 pasal 1 dan 2 mengatur tentang
hak mendapatkan pendidikan bagi kaum minoritas di India. Hal ini diperkuat dengan
Undang-undang nomor 30 tentang minoritas di India. Dasar hukum inilah yang
memperkuat kaum minoritas untuk mendapatkan layanan pendidikan di sekolah-
sekolah pemerintah hingga perguruan tinggi. Meski kebijakan tentang persentase
penerimaan siswa selalu mendapat kritikan tajam dari kalangan kasta atas Brahmins,
namun hak untuk mendapatkan pendidikan bagi kaum minoritas tetap harus
dipenuhi.
Tujuan dari pendidikan multikultural adalah memberikan pengetahuan kepada
siswa tentang perbedaan kultur masyarakat India. Pendidikan multikultural tertera
dalam Kerangka Kurikulum Nasional India tahun 2005 (Herawati & Novriansyah,
2020) diantaranya adalah:
a. Memperkuat sistem pendidikan nasional untuk masyarakat plural
b. Mengurangi bobot kurikulum.
c. Perubahan sistematis terhadap reformasi kurikulum.
d. Kurikulum berbasis nilai tertuang dalam konstitusi seperti keadilan sosial,
kesamarataan, dan sekularisme.
e. Memastikan pendidikan seumur hidup untuk anak
f. Memelihara generasi agar komitmen terhadap praktek demokrasi, norma-norma dan
sensitivitas terhadap keadilan gender.
g. Karakter multilinguistik pada masyarakat India dijadikan sebagai sumber
pengembangan kehidupan sekolah.
A. Kesimpulan
Pendidikan Multikultural adalah gerakan pembaharuan pendidikan dan proses
pendidikan yang bertujuan untuk mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa
baik pria maupun wanita, siswa berkebutuhan khusus dan siswa merupakan anggota dari
kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan
yang sama untuk mencapai prestasi akademis. Kita dianjurkan untuk hidup saling
berdampingan satu sama lain sehingga tidak ada pertengkaran dan perpecahan
kebudayaan.
Dalam pembelajaran pendidikan multikultural kita wajib mengkaitkan materi
dengan kebudayaan yang ada disekitar kita sehingga kita lebih jelas mengenai
pengamalan-pengamalan apa saja yang ada di dalamnya. Hal inilah yang menyebabkan
pendidikan multikultural di setiap negara berbeda-beda.
B. Saran
Sebaiknya Indonesia meningkatkan mutu pada pendidikan multikulturalnya, karena
Indonesia merupakan negara terdiri dari berbagai suku, ras dan agama. Dengan adanya
pendidikan multikultural ini diharapkan tidak ada lagi terdengar kasus diskriminasi
mengenai SARA di indonesia maupun negara-negara lainnya.
9
DAFTAR RUJUKAN
Ambarudin, R. Ibnu. 2016. Pendidikan Multikultural untuk Membangun Bangsa yang Nasionalis
Religius. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 13(1), 28–45. DOI:
10.21831/civics.v13i1.11075.
Erlina, Meri. 2019. Sejarah dan Perkembangan Multikulturalisme Hingga Penghapusan White
Australia Policy. Jurnal Pendidikan Sejarah STKIP Persatuan Islam, 2(1), 33–45. Dari
https://jurnal.unipi.ac.id/index.php/ZaitGeist/article/view/4.
Herawati & Novriansyah, Brenny. 2020. Pendidikan Multikultural di Asia Selatan: Studi
Komparatif India, Bangladesh dan Pakistan. Jurnal Pendidikan Edukasia Multikultura,
1(1), 38–54. DOI: 10.29300/jem.v1i1.3404.g2554.
Nawawi, Imam; Murtiningsih; & Sugiharti, Sri. 2018. Pendidikan Multikultural. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Yanuarti, Eka & Sari, Devi Purnama. 2020. Analisis Perbandingan Pendidikan Multikultural
(Indonesia, Amerika, Kanada, Inggris). At-Ta’lim: Media Informasi Pendidikan Islam,
19 (1), 46–65. DOI: 10.29300/attalim.v19i1.2202.
10