Anda di halaman 1dari 6

SISTEM SATELIT PENGINDRAAN JAUH (REMOTE SENSING)

Dibuat Oleh : Mohammad Rizki Pratama 205071065


Jurusan Teknik Geodsi dan Geomatika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung

ABSTRAK

Di era saat ini istilah Pengindraan Jauh sudah sangat banyak didengar karena kemajuan teknologi
pemetaan yang semakin pesat. Di Indonesia sendiri Pengindraan Jauh sering disingkat dengan sebutan
Indraja agar mudah untuk dikatakan. Di Negara lain Pengindraan Jauh juga memiliki istilah atau nama
yang berbeda seperti Remote Sensing (Inggris), Teledetection (Perancis), Distancionaya (Rusia),
Sensoriamento Remota (Portugis), Fernekundung (Jerman), dan Perception Remota (Spanyol). Pada
awalnya Pengindraan Jauh hanya digunakan untuk pengambilan data permukaan bumi guna
mengamati objek yang terdapat di permukaan bumi tanpa harus kontak langsung dengan objek
tersebut. Namun, seiring perkembangan jaman saat ini teknologi Pengindraan Jauh sudah lebih
canggih baik dari segi citra maupun software yang digunakan. Sehingga, data yang dihasilkan dari
Pengindraan Jauh dapat digunakan untuk mengidentifikasi serta mengiventarisasi objek-objek yang
ada di permukaan bumi. Hal tersebut menjadikan Pengindraan Jauh menjadi sebuah system yang
sangat berguna karena data yang did dapat sangat akurat dan tepat.

Kata kunci : Data, citra, objek

PENDAHULUAN

Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh) didefinisikan sebagai ilmu untuk


mendapatkan informasi mengenai obyek-obyek pada permukaan bumi dengan analisis data yang
didapatkan dari perangkat penginderaan jauh. Menurut Lillesand dan Kiefer pada tahun 1979
menjelaskan bahwa Penginderaan jauh atau inderaja (remote sensing) adalah seni dan ilmu untuk
mendapatkan informasi tentang obyek, area atau fenomena melalui analisa terhadap data yang
diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah ataupun fenomena
yang dikaji. Secara umum, remote sensing digunakan untuk menyatakan identifikasi rupa bumi
dengan analisis radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan oleh permukaan bumi.
Secara khusus satelit digunakan sebagai wahana yang membawa sensor-sensor pencitraan untuk
melakukan tugas tersebut sehingga disebut sebagai satelit penginderaan jauh. Terdapat dua system
dalam pengindraan jauh yautu system aktif dan pasif. Sistem sensor aktif menggunakan energi
yang dipancarkan sendiri dari satelit atau pesawat, sedangkan sistem sensor pasif mengandalkan
iluminasi (pencahayaan) dari matahari atau emisi dari obyek untuk pengamatannya.
PEMBAHASAN

JENIS SATELIT
Ada beberapa jenis satelit yang digunakan untuk pengambilan data citra yaitu sebagai berikut :

1. Satelit Landsat (land satelite)


Citra Landsat TM merupakan salah satu jenis citra satelit penginderaan jauh yang
dihasilkan dari sistem penginderaan jauh pasif. Landsat memiliki 7 saluran dimana tiap
saluran menggunakan panjang gelombang tertentu. Satelit landsat merupakan satelit dengan
jenis orbit sunsynkron (mengorbit bumi dengan hampir melewati kutub, memotong arah rotasi
bumi dengan sudut inklinasi 98,2 derajat dan ketinggian orbitnya 705 km dari permukaan
bumi. Luas liputan per scene 185 km x 185 km. Landsat mempunyai kemampuan untuk
meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit
705 km (Sitanggang, 1999 dalam Ratnasari, 2000). Fungsi dari satelit landsat adalah untuk
pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan tanah, pemetaan geologi,
dan pemetaan suhu permukaan laut.

Gambar 1.1. Satelit Landsat

2. Satelit SPOT (Systeme Pour I’observation de la Terre)


Merupakan satelit milik perancis yang mengusung pengindera HRV (SPOT1,2,3,4)
dan HRG (SPOT5). Satelit ini mengorbit pada ketinggian 830 km dengan sudut inklinasi 80
derajat. satelit SPOT memiliki keunggulan pada sistem sensornya yang membawa dua sensor
identik yang disebut HRVIR (haute resolution visibel infrared). Masing-masing sensor dapat
diatur sumbu pengamatanya kekiri dan kekanan memotong arah lintasan satelit merekam
sampai 7 bidang liputan. Fungsi dari satelit SPOT adalah untuk akurasi monitoring bumi
secara global. Salah satu contoh citra satelit SPOT dapat dilihat gambar dibawah ini
Gambar 1.2. Satelit SPOT

3. Satelit ASTER (advanced spaceborne emission and reflecton radiometer)


Satelit yang dikembangkan negara Jepang dimana sensor yang dibawa terdiri dari
VNIR, SWIR, dan TIR. Satelit ini memiliki orbit sunshyncronus yaitu orbit satelit yang
menyelaraskan pergerakan satelit dalam orbit presisi bidang orbit dan pergerakan bumi
mengelilingi matahari, sedemikian rupa sehingga satelit tersebut akan melewati lokasi tertentu
di permukaan bumi selalu pada waktu lokal yang sama setiap harinya. Ketinggian orbitnya
707 km dengan sudut inklinasi 98,2 derajat. Dibawah ini adalah gambar dari satelit ASTER

Gambar 1.3. Satelit ASTER

4. Satelit QUICKBIRD
Merupakan satelit resolusi tinggi dengan resolusi spasial 61 cm, mengorbit pada
ketinggian 450 km secara sinkron matahari, satelit ini memiliki dua sensor utama yaitu
pankromatik dan multispektral. Quickbird diluncurkan pada bulan oktober 2001 di California,
AS. Quickbird memiliki empat saluran (band). Fungsi dari satelit QUICKBIRD adalah untuk
mendukung aplikasi kekotaan, pengenalan pola permukiman, perluasan daerah terbangun,
menyajikan variasi fenomena yang tekait dengan kota, dan untuk lahan pertanian, terkait
dengan umur, kesehatan, dan kerapatan tanaman semusim, sehingga seringkali dipakai untuk
menaksir tingkat produksi secara regional. Gambar satelit Quickbird dapat dilihat pada
gambar dibawah

Gambar 1.4. Satelit Quickbird

5. Satelit IKONOS
Ikonos adalah satelit resolusi spasial tinggi yang diluncurkan bulan september 1999.
merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m. Ketinggian orbitnya 681 km. Citra
resolusi tinggi sangat cocok untuk analisis detil, misalnya wilayah perkotaan tapi tidak efektif
apabila digunakan untuk analisis yang bersifat regional. Fungsi dari satelit IKONOS adalah
untuk pemetaan topografi dari skala kecil hingga menengah, menghasilkan peta baru,
memperbaharui peta topografi yang sudah ada, dan mengoptimalkan penggunaan pupuk dan
herbisida. Gambar satelit IKONOS dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1.5. Satelit IKONOS


KESIMPULAN

Dari tulisan diatas dapat kita simpulkan bahwa banyak sekali manfaat dari pengindraan jauh bagi
manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Seiring perkembangan jaman dan teknologi,
system pengindraan jauh juga berkembang pesat baik dari segi alat maupun software yang semakin
canggih dan modern. Kita juga dapat mengetahui bahwa menurut United Nations’ Outer Space Objects
Index terdapat sekitar 7.500 satelit yang aktif dengan system dan kecanggihannya masing masing.
Seperti yag terdapat pada tulisan diatas bahwa ada beberapa satelit yang digunakan dalam proses
pengindraan jauh yang memiliki fungsi, kelebihan dan kekurangan masig-masing. Selain itu dapat
diketahui juga bahwa pengindraan jauh dan satelit saling berkaitan satu sama lain dikarenakan semua
data yang yang digunakan didapat dari satelit sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan.
DAFTAR PUSTAKA

Pcdpwkunisba14 , 2017, Macam-Macam Jenis Citra Satelit dan Penggunaannya Serta


Menggabungkan Band Pada Landsat. Dilihat pada 12 Maret 2022,
(https://pcdpwkunisba14.wordpress.com/)

Herry Gunawan, 2012, SATELIT IKONOS. Dilihat pada 12 Maret 2022,


(https://askiravistara.wordpress.com/2012/09/29/satelit-ikonos/)

Muhammad Wastono, 2013, QUICKBIRD. Dilihat pada 12 Maret 2022 (http://terra-


image.com/quickbird-2/)

Like Indrawati, 2018, SATELIT ASTER. Dilihat pada 12 Maret 2022 (https://docplayer.info/50007136-
Satelit-aster-oleh-like-indrawati.html)

Dwi Putro Sugiarto, 2013, Landsat 8 : Spesifikasi, Keunggulan Dan Peluang Pemanfaatan Bidang
Kehutanan. Dilihat pada 12 Maret 2022 (https://tnrawku.wordpress.com/2013/06/12/landsat-8-
spesifikasi-keungulan-dan-peluang-pemanfaatan-bidang-kehutanan/)

Siswadi Irman. Pengindraan Jauh-Remote Sensin. Pustakawan Madya pada Perpustakaan Universitas
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai