Anda di halaman 1dari 19

Etika profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :

Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan
kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika profesi adalah cabang filsafat yang
mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada
bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.6 Mei 2016

Menurut KBBI online :

etika/eti·ka/ /étika/ n ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak)

Sedangkan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) etika adalah ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Munculnya etika saat manusia
merefleksikan unsur-unsur etis ke dalam pendapat-pendapat yang spontan.

Kesimpulannya, etika profesi adalah landasan yang menjadi panduan anggota profesi dalam
mengerjakan pekerjannya. Empat hal yang merupakan prinsip-prinsip etika profesi adalah otonomi,
integritas moral, keadilan, dan tanggung jawab.

Menurut bahasa (etimologi) istilah etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti adat-
istiadat (kebiasaan), perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan atau
mengajarkan tentang keluhuran budi baik-buruk. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia istilah
Etika diartikan sebagai: a.

Beberapa prinsip yang merupakan etika profesi adalah prinsip otonomi, integritas moral, tanggung
jawab, dan keadilan yang dijabarkan seperti penjelasan di bawah ini. Setiap orang memiliki
wewenang dan kebebasan bekerja juga berpendapat sesuai dengan profesi yang dijalankannya.

Etika profesi merupakan suatu sikap hidup yang bertujuan untuk dapat memberikan suatu
pelayanan yang sifatnya profesional kepada masyarakat. Etika profesi atau juga kode etik
profesi ini sangat berhubungan dengan bidang tertentu yang berhubungan dengan masyarakat
atau juga konsumen dengan secara langsung.

Baca Juga: Contoh Sikap Profesional Dalam Perusahaan!!!

Etika profesi ini berperan sebagai sistem norma, nilai, serta aturan profesional secara tertulis
yang dengan tegas menyatakan apa yang benar/baik serta apa yang tidak benar/tidak baik
bagi seorang profesional. Dengan kata lain, tujuan dari etika profesi ini adalah untuk seorang
profesional tersebut bertindak sesuai dengan aturan serta juga menghindari tindakan yang
tidak sesuai dengan kode etik profesi.

Prinsip Dasar Etika Profesi


Dalam etika profesi ada beberapa prinsip-prinsip dasar yang perlu diketahui. Prinsip-prinsip
ini melandasi pelaksanaan etika profesi, diantaranya sebagai berikut :

1. Prinsip tanggung jawab

Semua tenaga kerja profesional sudah sepatutnya bekerja dengan diliputi rasa tanggung
jawab yang besar. Pekerjaan harus dilakukan secara serius dan baik sehingga hasilnya bisa
maksimal. Dengan memiliki rasa tanggung jawab dalam menjalankan pekerjaan, maka
perusahaan dapat dianggap memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.

2. Prinsip keadilan

Dalam menjalankan setiap pekerjaan dan tanggung jawab profesi, maka seorang karyawan
atau tenaga kerja haruslah mengedepankan keadilan. Keadilan ini harus diberikan kepada
setiap orang yang berhak menerimanya termasuk dalam hal pekerjaan. 

3. Prinsip otonomi

Bila Anda bekerja dan menempati suatu jabatan di dalam perusahaan, itu berarti Anda
memiliki  wewenang dan kebebasan dalam menjalankan pekerjaan tertentu.  Tentunya
wewenang dan kebebasan ini harus dijalankan sesuai dengan kode etik yang dimiliki oleh
Anda sebagai seorang profesional. Dengan begitu setiap tugas yang dikerjakan dapat
diselesaikan dengan baik.

4. Prinsip integritas moral

Yang dimaksud dengan Integritas moral disini adalah kualitas kejujuran serta prinsip moral
dalam diri seseorang yang harus dilakukan dengan secara konsisten dalam menjalankan
profesinya. Tentunya konsistensi dalam menjalankan moral ini berkaitan dengan
profesionalitas.

Bagi seorang profesional harus memiliki komitmen terhadap dirinya untuk dapat menjaga
kepentingan profesi itu kepada diri sendiri dan masyarakat. Memiliki moral yang baik
nantinya akan membawa Anda untuk bisa bekerja dengan baik juga dan akan selalu
mengutamakan kepentingan bersama.

Bagikan:

Komentar Etika profesi adalah landasan pekerja dalam mengerjakan pekerjaannya. Lihat Foto
Etika profesi adalah landasan pekerja dalam mengerjakan
pekerjaannya.(freepik.com/macrovector) Etika profesi adalah landasan pekerja dalam
mengerjakan pekerjaannya. Etika profesi adalah memiliki 4 hal yang merupakan prinsip-
prinsip etika profesi adalah otonomi, integritas moral, keadilan, dan tanggung jawab. Penulis
Isna Rifka | Editor Muhammad Idris KOMPAS.com - Etika profesi menjadi pedoman
seorang pekerja selama mengerjakan tugas-tugasnya. Apa yang dimaksud dengan etika
profesi dan yang merupakan prinsip-prinsip etika profesi adalah? Seperti diketahui, pelaku
profesi adalah orang yang bekerja dengan keterampilan dan berkeahlian khusus yang
didapatkan dari pendidikan dan pelatihan tertentu. Oleh karenanya, dibutuhkan etika profesi
untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi tersebut serta melindungi masyarakat dari
segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian. Etika profesi adalah
dibentuk oleh organisasi resmi para pelaku suatu profesi. Tanpa etika profesi, profesi yang
dihormati masyarakat akan menjadi jenis pekerjaan biasa. Baca juga: 10 Pertanyaan
Interview Kerja dan Jawabannya Dengan adanya etika profesi adalah juga menumbuhkan
kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut, selama anggota organisasi profesi
berkesadaran kuat untuk mengikuti etika profesinya. Simak penjelasan pengertian etika
profesi adalah, pentingnya etika profesi, dan yang merupakan prinsip-prinsip etika profesi
adalah di bawah ini. Pentingnya etika profesi Mengutip buku Etika Profesi: Membangun
Profesionalisme Diri (2020) oleh Sukarman Purba, Astuti Astuti, dan Juniyanto Gulo.
Menurut seorang ahli bernama Suseno, etika profesi adalah sub sistem dari etika sosial yang
diartikan sebagai filsafat atau pemikiran kritis yang rasional tentang kewajiban dan tanggung
jawab manusia sebagai anggota umat manusia. Baca juga: Profesi yang Banyak Dicari, Apa
Itu Digital Marketing? Nilai etika bukan hanya miliki perorangan tapi juga milik kelompok
sosial masyarakat. Kemunculan etika profesi adalah untuk menyempurnakan perilaku kerja
ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Etika pofesi harus dipahami
sebagai rambu-rambu yang disepakati bersama pelaku profesi yang sama dalam menjalankan
tugasnya. Hal ini supaya profesi berjalan sesuai dengan rambu-rambu yan ada dan terhindar
dari hal yang tidak diinginkan. Etika profesi adalah memiliki 4 hal yang merupakan prinsip-
prinsip etika profesi adalah otonomi, integritas moral, keadilan, dan tanggung jawab. Lihat
Foto

Etika profesi adalah memiliki 4 hal yang merupakan prinsip-prinsip etika profesi adalah
otonomi, integritas moral, keadilan, dan tanggung jawab.(freepik.com/rawpixel.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Empat Prinsip Etika Profesi Beserta
Pengertiannya", Klik untuk baca:
https://money.kompas.com/read/2022/01/04/073731426/empat-prinsip-etika-profesi-beserta-
pengertiannya.
Penulis : Isna Rifka
Editor : Muhammad Idris

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian integritas adalah mutu, sifat, dan keadaan
yang menggambarkan kesatuan yang utuh, sehingga memiliki potensi dan kemampuan
memancarkan kewibawaan dan kejujuran

Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya.
Menurut KBBI, moral adalah baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, dan sebagainya. Moral adalah standar perilaku yang berlaku yang memungkinkan orang
untuk hidup secara kooperatif dalam kelompok.

otonomi/oto·no·mi/ n Pol pemerintahan sendiri;


-- daerah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

berotonomi/ber·o·to·no·mi/ v memerintah sendiri; mengatur kepentingan daerah (negeri)


sendiri;

mengotonomikan/meng·o·to·no·mi·kan/ v menjadikan (daerah) otonom;

pengotonomian/peng·o·to·no·mi·an/ n proses, cara, perbuatan mengotomikan

Kode Etik Rumah Sakit

Published On - April 2, 2018

admin.persi Informasi Keanggotaan

MUKADIMAH

Bahwa lembaga perumahsakitan telah tumbuh dan berkembang sebagai bagian dan sejarah
peradaban umat manusia, yang bersumber pada kemurnian rasa kasih sayang, kesadaran
sosial dan naluri untuk saling tolong menolong di antara sesama, serta semangat keagamaan
yang tinggi dalam kehidupan umat manusia.

Bahwa sejalan dengan perkembangan peradaban umat manusia, serta perkembangan tatanan
sosial-budaya masyarakat, dan sejalan pula dengan kemajuan ilmu dan teknologi khususnya
dalam bidang kedokteran dan kesehatan, rumah sakit telah berkembang menjadi suatu
lembaga benupa suatu “unit sosial ekonomi” yang majemuk.

Bahwa perumahsakitan di Indonesia, sesuai dengan perjalanan sejarahnya telah memiliki jati
diri yang khas, ialah dengan mengakarnya azas perumahsakitan Indonesia kepada azas
Pancasila dan Undang-undang dasar 1945, sebagai falsafah bangsa dan negara Republik
Indonesia.

Bahwa dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan diperlukan upaya
mempertahankan kemurnian nilai-nilai dasar perumahsakitan Indonesia.

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, serta didorong oleh niat suci dan keinginan luhur,
demi tercapainya:

1. Masyarakat Indonesia yang sehat, adil dan makmur, merata material spiritual berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
2. Pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya, khususnya dalam bidang
kesehatan.

Rumah sakit di Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI), mempersembahkan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI), yang
memuat rangkuman nilai-nilai dan norma-norma perumahsakitan guna dijadikan pedoman
bagi semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan
perumahsakitan di Indonesia.

BAB I.
Kewajiban Umum Rumah Sakit
Pasal 1

Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI)

Pasal 2

Rumah sakit harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua kejadian di
rumah sakit.

Pasal 3

Rumah sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu secara
berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya.

Pasal 4

Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip baik medik maupun non medik secara
baik.

Pasal 5

Rumah sakit harus mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan.

BAB II.
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Pasal 6
Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik masyarakat dan berusaha
agar pelayanannya menjangkau di luar rumah sakit.

Pasal 7

Rumah sakit harus senantiasa menyesuaikan kebijakan pelayanannya pada harapan dan
kebutuhan masyarakat setempat.

Pasal 8

Rumah Sakit dalam menjalankan operasionalnya bertanggung jawab terhadap lingkungan


agar tidak terjadi pencemaran yang merugikan masyarakat

BAB III.
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pasien
Pasal 9

Rumah sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.

Pasal 10

Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien, dan tindakan apa yang
hendak dilakukan.

Pasal 11

Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed consent) sebelum melakukan
tindakan medik.

Pasal 12

Rumah sakit berkewajiban melindungi pasien dan penyalahgunaan teknologi kedokteran.

BAB IV.
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pimpinan, Staf, dan Karyawan
Pasal 13

Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, staf, dan karyawannya senantiasa mematuhi
etika profesi masing-masing.

Pasal 14

Rumah sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat, dan tenaga lainnya
berdasarkan nilai, norma, dan standar ketenagaan.

Pasal 15

Rumah sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik antara seluruh tenaga
di rumah sakit dapat terpelihara.
Pasal 16

Rumah sakit harus memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah sakit untuk
meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan serta keterampilannya.

Pasal 17

Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan berdasarkan


standar profesi yang berlaku.

Pasal 18

Rumah sakit berkewajiban memberi kesejahteraan kepada karyawan dan menjaga


keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.

BAB V.
Hubungan Rumah Sakit Dengan Lembaga Terkait
Pasal 19

Rumah sakit harus memelihara hubungan yang baik dengan pemilik berdasarkan nilai-nilai,
dan etika yang berlaku di masyarakat Indonesia.

Pasal 20

Rumah sakit harus memelihara hubungan yang baik antar rumah sakit dan menghindarkan
persaingan yang tidak sehat.

Pasal 21

Rumah sakit harus menggalang kerjasama yang baik dengan instansi atau badan lain yang
bergerak di bidang kesehatan

Pasal 22

Rumah sakit harus berusaha membantu kegiatan pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan kesehatan.

BAB VI.
Lain-lain
Pasal 23

Rumah sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat informatif, tidak
komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak berlebihan, dan berdasarkan Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia.

Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) ini telah direvisi dan disahkan pada Kongres
PERSI ke – VIII tahun 2000 di Jakarta

Previous Post Anggaran Rumah Tangga PERSI


Next Post Penjelasan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia

Penjelasan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia

Published On - April 2, 2018

admin.persi Informasi Keanggotaan

Umum

Peristiwa sejarah menunjukkan bahwa peradaban umat manusia memunculkan kepermukaan


berbagai sistem tingkah laku sosial yang menghablur dalam bentuk lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Kesadaran umum dan kecerdasan lahir batin persekutuan hidup ini pada
hakikatnya telah memicu kepedulian sosial yang bersumber pada kemurnian akhlak insani
yang pada gilirannya menggugah tanggung jawab bersama atas nasib sesama manusia yang
ditimpa musibah. Bahkan telah menjadi buah mulut bahwa hanya di dalam peradaban yang
progresif nampak mencolok keyakinan warga masyarakat perlu meningkatkan kewajiban
berdasarkan amal ibadah menyelenggarakan kesejahteraan umum.

Kesejahteraan umum tercakup di dalamnya pelayanan medik, termasuk bedah pada


hakikatnya muncul lebih awal dalam sejarah peradaban manusia dan pada pelayanan rumah
sakit dan lembaga-lembaga sosial lainnya yang menyediakan berbagai kemudahan
pengobatan dan perawatan pasien.

Kisah pertumbuhan dan perkembangan rumah sakit dimana-mana disambut sebagai


keunggulan peradaban manusia atas berbarisme pada umumnya, altruisme atas egoisme,
malah perilaku watak gotong royong atas individualisme khususnya. Penyelenggaraan
rumah-rumah sakit sampai dengan saat ini pada dasarnya berlangsung sebagai akibat getaran
jiwa insani yang luhur yakni kasih sayang yang sejati. Kendatipun pergaulan hidup senantiasa
mengalami perubahan yang berkesinambungan, watak dan budi pekerti manusia boleh
dibilang sepanjang masa relatif tetap sama.

Perumahsakitan di Indonesia memiliki sejarah yang khas dalam kaitannya dengan sejarah
bangsa Indonesia. Keterlibatannya secara langsung dalam pergerakan bangsa Indonesia
dalam upaya membebaskan diri dari cengkeraman penjajahan, yang telah membuahkan
momentum penting yaitu “kebangkitan nasional” yang telah dijadikan tonggak sejarah bangsa
Indonesia dalam menggalang kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang bermottokan
“satu Nusa, satu Bangsa dan satu Bahasa”, telah mewarnai jati diri perumahsakitan Indonesia.
Latar belakang kemajemukan dan keanekaragaman sosial ekonomi dan kebudayaan telah
dapat dicairkan, dan digantikan oleh semangat yang dilambangkan sebagai “Bhineka Tunggal
Ika” ; semua ini telah mendasari seluruh peri kehidupan, termasuk perkembangan
perumahsakitan di Indonesia. Selanjutnya juga keterlibatan perumahsakitan beserta para
tenaga kesehatannya dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, sehingga tercapainya
Indonesia Merdeka dan berdirinya “Negara Republik Indonesia, yang berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945”, telah pula turut mewarnai jati diri perumahsakitan Indonesia. Semua ini
harus dijadikan modal dalam menghadapi masa depan bangsa Indonesia yang penuh
tantangan, yang diwujudkan dalam “Pembangunan Nasional” termasuk di dalamnya
“Pembangunan Kesehatan Nasional”, khususnya pembangunan perumahsakitan Indonesia.

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) sebagai lembaga lahan pengembangan
dan pengabdian profesi dalam bidang perumahsakitan yang telah didirikan pada tanggal 11
April 1978 di Jakarta, merupakan mitra pemerintah yang bertujuan tuntuk menyukseskan
program pemerintah dalam pembangunan bidang kesehatan pada umumnya dan
perumahsakitan pada khususnya. Salah satunya adalah dengan mempersembahkan Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) yang memuat rangkuman nilai-nilai dan norma norma
perumahsakitan Indonesia untuk dijadikan pedoman dan pegangan bagi segenap insan
perumahsakitan yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dan berkepentingan
dengan penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit di Indonesia.

Nilai-nilai yang terkandung dalam KODERSI ini mempakan nilai-nilai etik yang identik
dengan nilai-nilai akhlak atau moral, yang mutlak diperlukan guna melandasi dan menunjang
berlakunya nilai-nilai atau kaidah-kaidah lainnya dalam bidang perumahsakitan, seperti
perundang-undangan, hukum dan sebagamnya, guna tercapainya pemberian pelayanan
kesehatan oleh rumah sakit, yang baik, bermutu dan profesional.

Pasal 1

Pengertian rumah sakit disini adalah sarana kesehatan sebagai kesatuan sosial ekonomi,
bukan merupakan kompilasi dan kode etik profesi penyelenggara pelayanan kesehatan,
namun mengandung unsur dan etika profesi masing-masing penyelenggara, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.

Pasal 2

Yang dimaksud dengan tanggung jawab rumah sakit disini ialah:

a. Tanggung jawab umum.


b. Tanggung jawab khusus yang meliputi tanggung jawab hukum, etik dan tata tertib atau
disiplin.

Tanggung jawab umum rumah sakit merupakan kewajiban pimpinan rumah sakit menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalahan-permasalahan peristiwa, kejadian dan
keadaan di rumah sakit.

Tanggung jawab khusus muncul jika ada anggapan bahwa rumah sakit telah melanggar
kaidah-kaidah, baik dalam bidang hukum, etik, maupun tata tertib atau disiplin.

Pasal 3
Pelayanan yang baik dan bermutu secara berkesinambungan pada dasarnya merupakan
penyelenggaraan pelayanan secara menyeluruh, yang satu dengan yang lain terkait erat
sedemikian rupa, sehingga terlaksana pelayanan rumah sakit, yang:

 Setiap saat siap memberikan layanan.


 Beranjak dan pendirian dan pandangan bahwa manusia adalah suatu kesatuan psiko-sosio-
somatik.
 Memberi layanan kepada pasien selaku konsumen yang dewasa dan mengakui serta
menghormati sepenuhnya hak-haknya.
 Menjamin diberikannya mutu pelayanan teknik medik yang menunjukkan kemampuan dan
ketrampilan. Dan sehubungan dengan itu perlu dilakukan berbagai tindakan pengawasan
dan pengamanannya.
 Menjamin terselenggaranya mutu pelayanan yang manusiawi dan dilakukan dengan dedikasi
tinggi serta penuh kehati-hatian.
 Diselenggarakan sebagai sebuah lembaga sosial ekonomi untuk kepentingan selumh rakyat
yang pada hakikatnya merupakan sumber pembiayaan proses pelayanan rumah sakit dan
oleh karena itu tidak diperkenankan mendahulukan dan mengutamakan hal ikhwal yang
menyangkut biaya dan layanan, khususnya dalam menghadapi kasus gawat darurat
 Harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Pasal 4

Rumah sakit wajib menjaga dan melindungi kerahasiaan catatan dan rekaman medik serta
keterangan-keterangan non medik pasien lainnya. Hal ini erat kaitannya dengan hak
menengok dan hak milik data medik pasien.

Pasal 5

Cukup jelas

Pasal 6

Upaya kesehatan yang nampaknya semakin meluas saja daya jangkaunya dengan tidak hanya
menitik beratkan pada upaya penyembuhan pasien, melainkan secara berangsur-angsur
berkembang kearah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh, pada hakikatnya adalah
akibat dan pengertian kesehatan yang di anut. Saat ini kesehatan tidak lagi diartikan sebagai
ketidakhadiran sakit yang perlu mendapatkan perhatian penanggulangannya, melainkan
mencakup juga peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan,
disamping upaya penyembuhan penyakit. Upaya kesehatan dan sumber dayanya, termasuk
rumah sakit harus dilakukan secara terpadu, baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Upaya ini telah memunculkan kepermukaan apa yang disebut rumah-rumah sakit tanpa
dinding (hospitals without walls). Dengan demikian rumah sakit harus lebih membuka din
terhadap upaya-upaya sosial ekonomi masyarakat.

Pasal 7

Kebijaksanaan pelayanan rumah sakit harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan


masyarakat setempat, dengan memperhatikan antara lain tingkat sosial ekonomi masyarakat,
tingkat pendidikan, budaya masyarakat, komposisi penduduk, pola penyakit, dan sebagainya.
Pasal 8

Sebuah rumah sakit dalam operasionalisasinya banyak menggunakan bahan-bahan maupun


dapat menghasilkan bahan-bahan berupa limbah yang dapat mencemari lingkungan,
menimbulkan gangguan, mengancam dan bahkan membahayakan kehidupan manusia, baik
itu berupa unsur-unsur fisik, biologik, kimia, dan sebagainya. Untuk ini dan fihak
penyelenggara dan manajemen rumah sakit dituntut untuk menyediakan dan memelihara
secara terus menerus sarana maupun prasarana yang bertujuan mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan yang dapat mengancam dan membahayakan kehidupan manusia.

Pasal 9

Hak-hak asasi pasien adalah hak-hak yang sangat fundamental yang dimiliki pasien sebagai
seorang mahluk Tuhan, terutama yang dimaksud dalam pasal ini menyangkut hak-hak yang
berkaitan dengan pelayanan rumah sakit, yang dalam hal ini ada dua hak dasar pasien, yaitu:

Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang bermutu, sesuai
dengan standar profesi kedokteran dan standar profesi keperawatan.
Hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Dan kedua hak dasar ini dapat diturunkan hak-hak
pasien lainnya seperti hak untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan/penyakitnya,
hak untuk memilih rumah sakit, hak untuk memilih dokter, hak untuk meminta pendapat
dokter lain (sebagai second opmion), hak atas privacy dan atas kerahasiaan pribadinya, hak
untuk menyetujui atau menolak tindakan atau pengobatan yang akan dilakukan oleh dokter,
dan lain-lain, kecuali yang dianggap bertentangan dengan undang-undang, dengan nilai-nilai
agama, moral dan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti tindakan “eutanasia”, aborsi tanpa
indikasi medik dan lain sebagainya tidak bisa dibenarkan.

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Dengan kata lain pasien mempunyai hak untuk tidak diobati dan dirawat tanpa
persetujuannya.

Pasal 12

Sebagai akibat kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, telah
menyebabkan meningkatnya biaya kesehatan yang harus dpikul oleh pasien sebagai
pengguna jasa pelayanan kesehatan, sehingga semua ini memerlukan pengawasan dan
pengendalian agar penerapan ilmu dan teknologi kedokteran di rumah sakit benar-benar
sesuai dengan persyaratan profesi. Penyimpangan atau penyalahgunaan teknologi kedokteran
di rumahsakit bisa terjadi sebagai akibat ketidaktahuan, ketidakmampuan, atau mungkin pula
karena kesengajaan dengan tujuan agar mendapat imbalan yang lebih banyak, baik untuk
kepentingan pribadi (dokter) sebagai pelaku pemberi pelayanan, untuk mendapat honor lebih
banyak, maupun untuk peningkatan pendapatan rumah sakit. Namun apapun alasannya
perbuatan demikian merupakan perbuatan yang tidak terpuji, dan merupakan pelanggaran
KODERSI maupun KODEK yang tidak boleh terjadi di sebuah rumah sakit. Adalah menjadi
kewajiban manajemen rumah sakit untuk dapat mencegah terjadinya penyimpangan maupun
penyalahgunaan teknologi kedokteran yang merugikan pasien. Maka untuk itu rumah sakit
harus memiliki standar pelayanan medik yang baku yang wajib untuk ditaati oleh semua staf
rumah sakit. Standar ini harus senantiasa di pantau, bila perlu setiap saat dapar dirubah dan
disesuaikan dengan perkembangan baru. Dengan demikian kwalitas pelayanan yang baik
dapat terjamin, dan perhitungan biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien selaku pengguna
jasa pelayanan rumah sakit dapat di pertanggungjawabkan.

Pasal 13

Tugas penting rumah sakit ialah membina iklim manajerial yang kondusif bagi pendidikan
dan pelatihan kepribadian karyawan. Hal ini pada dasarnya menandai corak pelayanan mmah
sakit sebagai satu kesatuan, baik dalam hubungan internal maupun eksternal, satu dan lain
dalam upaya mmah sakit memproteksi kepentingan pasien khususnya dan khalayak ramai
umumnya. Dalam hal memenuhi kewajiban rumah sakit terhadap pimpinan rumah sakit,
maka sebagai pihak rumah sakit bertindak pemilik rumah sakit atau wakilnya. Sedangkan
dalam hal memenuhi kewajiban rumah sakit terhadap staf dan karyawan, maka yang
bertindak sebagai fihak rumah sakit adalah pimpinan/direktur mmah sakit.

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Ciri-ciri rumah sakit modern adalah, selain padat karya juga semakin padat modal, padat
teknologi bahkan padat perubahan dan penyesuaian sehingga unsur sumber daya manusia
senantiasa perlu diprogram demi peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

Pasal 17

Pimpinan rumah sakit harus tetap memantau agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan
menurut standar profesi dengan tolak ukur objektif. Dengan demikian belum cukup bahwa
penyelenggara pelayanan telah memberikan jasa-jasanya secara habis-habisan dengan tekad
dan itikat baik, melainkan wajib melakukannya menurut standar seorang penyelenggara
profesi yang melaksanakan tugasnya dengan kelayakan, sedemikian rupa seperti hal itu
dilaksanakan oleh setiap penyelenggara profesi dalam situasi dan kondisi yang serupa.

Pasal 18

Kewajiban rumah sakit untuk memberi kesejahteraan kepada karyawan dan menjaga
keselamatan kerja, pada hakikatnya adalah mempakan penerapan manajemen sumber daya
manusia dalam organisasi rumah sakit secara profesional, handal, adil dan bijak, serta
memperlakukan para karyawan rumah sakit sesuai dengan harkat, derajat dan martabatnya
sebagai manusia. Yang menyangkut kesejahteraan karyawan, antara lain berupa penetapan
upaya imbalan materi yang memadai sesuai dengan prestasi yang diberikan oleh masing-
masing karyawan kepada rumah sakit, pemberian berbagai jaminan dan atau tunjangan sosial,
tunjangan-tunjangan khusus sesuai dengan profesi yang dimilikinya dan tugas pekerjaannya,
yang antara lain tugas pekerjaan yang mengandung risiko, membahayakan bagi keselamatan
dirinya dan atau mengancam kesehatannya. Pemberian kesempatan untuk memperoleh
kemajuan, juga merupakan bagian dan kesejahteraan karyawan yang harus menjadi perhatian
manajemen rumah sakit. Sementara yang menyangkut keselamatan kerja adalah merupakan
penerapan berbagai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku mengenai ketenaga-
kerjaan khususnya yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit.
Sebagaimana kita ketahui bahwa di rumah sakit sangat banyak faktor-faktor yang
membahayakan, baik itu berupa faktor mekanik yang dapat menimbulkan kecelakaan pada
karyawan, faktor-faktor biologik, fisik, kimia dan sebagainya yang dapat mengancam
kesehatan para karyawan. Semua ini merupakan kewajiban manajemen rumah sakit untuk
melakukan pencegahannya lewat berbagai cara.

Dalam menyelenggarakan kegiatan sehari-hari, rumah sakit harus berhubungan dengan


khalayak (publik) internal pada satu pihak dan khalayak eksternal pada lain pihak. Adalah
kewajiban pimpinan rumah sakit menjaga keselarasan hubungan dengan khalayak-khalayak
ini berdasarkan nilai-nilai dan etika yang berlaku dalam masyarakat. Pada hakikatnya pemilik
rumah sakit disini adalah pemilik yuridis rumah sakit dan harus berbentuk badan hukum.
Guna memelihara hubungan baik yang dilandasi profesionalisme antara pemilik rumah sakit
sebagai badan hukum dengan rumah sakit sebagai “unit sosio ekonomi” perlu dibentuk satu
badan independen ialah Dewan Penyantun atau Dewan Pembina, yang beranggotakan tokoh-
tokoh masyarakat yang memiliki berbagai latar belakang profesi, dan yang bertugas
menyusun berbagai kebijaksanaan dalam hal pengelolaan rumah sakit tersebut. Berbagai
peluang mengenai kemungkinan adanya pertentangan kepentingan (conflict of interest) dalam
kolusi, kompsi, cromisme, dan nepotisme harus dapat dicegah sedini mungkin, dengan
menciptakan pembagian kewenangan dan saling mengontrol yang proporsional diantara
unsur-unsur pemilik rumah sakit, dewan penyantun, dewan pembina dan pimpinan eksekutif
dan rumah sakit, lewat penerapan prinsip-prinsip manajemen yang obyektif dan profesional.
Berbagai persyaratan dan kriteria personalia keanggotaan dan badan-badan yang memiliki
pemilik rumah sakit, dewan penyantun/dewan pembina dan pimpinan eksekutif harus
ditetapkan secara ketat, juga masa baktinya perlu dibatasi guna mencegah terjadinya ekses-
ekses yang tidak dikehendaki

Pasal 20

Memelihara hubungan baik antar rumah sakit, harus senantiasa diupayakan, antara lain
dengan mencegah adanya persaingan yang tidak sehat, mengadakan kerja sama dan
koordinasi yang saling menguntungkan dalam hal pelayanan, pemanfaatan bersama peralatan
dan fasilitas, maupun sumber daya manusia, pendidikan dan latihan staf dan karyawan, dan
lain-lain. Semua ini bisa dilakukan dalam wadah dan koordinasi dan PERSI sebagai
organisasi profesi perumah sakitan.

Pasal 21

Pada dasarnya pelayanan kesehatan diselenggarakan secara berjenjang dan upaya kesehatan
dasar sampai upaya rujukan yang lebih canggih, sehingga kerja sama antara rumah sakit
dengan badan-badan lain yang bergerak dalam bidang kesehatan termasuk badan-badan usaha
bidang kesehatan perlu digalang dengan tetap berpegang pada etika/norma yang berlaku.

Pasal 22
Sudah sejak permulaan dalam sejarahnya, rumah sakit selain merupakan sarana pelayanan
kesehatan, juga berfungsi dan digunakan sebagai sarana atau lahan pendidikan tenaga-tenaga
kesehatan dan sebagai tempat penelitian bidang kesehatan. Pendidikan dan latihan tenaga -
tenaga kesehatan harus diartikan sebagai upaya kelanjutan dan kesinambungan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, dan penelitian bidang kesehatan harus diartikan sebagai upaya
untuk memperbaiki dan peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Adanya
kegiatan pendidikan, latihan dan penelitian di rumah sakit tidak boleh berakibat menurunnya
mutu dan efisiensi pelayanan, sehingga merugikan fihak penderita. Porsi dan bobot kegiatan
pendidikan latihan dan penelitian di rumah sakit sangat ditentukan oleh berbagai faktor
diantaranya tersedianya sarana dan fasilitas, sumber daya manusia, orientasi program rumah
sakit, serta adanya afiliasi dengan lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian.

Pasal 23

Dalam pelayanan kesehatan konsep “pemasaran” (marketing) nampaknya lebih berkonotasi


negatif dan pada positif, karena membangkitkan pemikiran ke arah promosi periklanan dan
penjualan (sales), padahal saripati pemasaran adalah komunikasi. Dengan demikian promosi
sebagai alat pemasaran rumah sakit dapat dilakukan dan lebih merupakan penyuluhan yang
bersifat informatif, edukatif, preskriptif dan preparatif bagi khalayak ramai umumnya dan
pasien khususnya.

Informatif :
memberikan pengetahuan mengenai hal ikhwal yang ada relevansinya dengan berbagai
pelayanan dan program rumah sakit yang efektif bagi pasien/konsumen.

Edukatif :
memperluas cakrawala khalayak ramai tentang berbagai fungsi dan Program rumah sakit,
penyelenggaraan kegiatan upaya kesehatan, meliputi perbekalan kesehatan di rumah sakit
yang bersangkutan.

Preskriptif :
pemberian petunjuk-petunjuk kepada khalayak ramai umumnya dan pasien khususnya
tentang peran pencari pelayanan kesehatan dalam proses diagnosis dan terapi.

Preparatif :
membantu pasien/keluarga pasien dalam proses pengambilan keputusan.
Kesemuanya ini harus diberikan secara kongkret dan berdasarkan Kode Etik Rumah Sakit
Indonesia

Penjelasan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia ini telah direvisi dan disahkan pada Kongres
PERSI ke- VIII tahun 2000 di Jakarta

Previous Post Kode Etik Rumah Sakit

Next Post Petunjuk Pelaksanaan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia


Petunjuk Pelaksanaan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia

Published On - April 2, 2018

admin.persi Informasi Keanggotaan

BAB I. PENDAHULUAN
Pasal 1. Umum

PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA (PERSI) adalah merupakan organisasi perumahsakitan di
Indonesia, yang ide pembentukannya mulai dicetuskan pada tanggal 4 Februari 1973 di RS Dr. Hasan Sadikin (RSHS)
Bandung, sedang pendiriannya telah diresmikan pada tanggal 11 April 1978 di Jakarta. Sejak awal pendiriannya telah
dirasakan perlunya PERSI sebagai organisasi perumahsakitan di Indonesia untuk memiliki Kode Etik Rumah Sakit
Indonesia untuk dijadikan sebagai “Landasan Moral” dalam penyelenggaraan dan pengelolaan perumahsakitan di Indonesia.
Hal ini penting mengingat, bahwa rumah sakit sebagai suatu lembaga kemanusiaan yang memiliki nilai dan martabat luhur,
seyogyanya lebih mengutamakan nilai-nilai moral dan tidak hanya berpijak pada nilai nilai formal semata, karena nilai
formal atau nilai hukum itu sendiri baru akan bermanfaat bila dilandasi nilai moral

Bahwa dalam perjalanannya KODERSI telah mengalami berbagai perbaikan dan


penyempurnaan. Sesuai dengan perkembangan dan tantangan yang dihadapinya, maka
KODERSI yang baru telah diterima dan disyahkan dalam Kongres VI PERSI tahun 1993 di
Jakarta.

Perubahan dan perkembangan yang cepat dalam bidang perumahsakitan di Indonesia, telah
kembali menuntut perbaikan dan penyempurnaan dan KODERSI, maka dalam Rapat Kerja
PERSI tanggal 15 – 17 Maret 1999 di Jakarta telah disepakati konsep hasil
perbaikan/penyempurnaan dan KODERSI untuk disyahkan dalam Kongres VIII PERSI di
Jakarta.

Agar supaya KODERSI benar-benar dapat dan mudah dihayati dan diamalkan dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan perumahsakitan di Indonesia perlu disusun Petunjuk
Pelaksanaan (JUKLAK).

Pasal 2. Maksud dan Tujuan

1. Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) KODERSI ini dimaksudkan untuk mempersatukan persepsi


serta mempersamakan berbagai langkah dan tindakan dalam hal pemahaman dan
penerapan KODERSI disemua rumah sakit di Indonesia.
2. JUKLAK KODERSI ini disusun untuk tujuan agar KODERSI benarbenar dapat dihayati dan
dipakai sebagai pedoman dan petunjuk bagi insan-insan perumah sakitan dalam
penyelengaraan dan pengelolaan rumah sakit di Indonesia.
BAB II. LATAR BELAKANG KODERSI
BATASAN PENGERJAN DAN PEMAHAMANNYA

Pasal 3. Etik, Kode Etik

Etik adalah norma-norma akhlak atau moral yang berlaku dalam kehidupan manusia
bermasyarakat.
Kode Etik adalah rangkuman norma-norma ahklak yang dikodifikasikan oleh kelompok
profesi tertentu dan diberlakukan secara khusus dikalangan para anggota kelompok tersebut.

Pasal 4. Kode Etik Rurnah Sakit di Indonesia (KODERS])

KODERSI merupakan rangkuman norma-norma akhlak yang telah dikodifikasikan oleh


PERSI sebagai organisasi profesi bidang ialah:

1. Merupakan kewajiban-kewajiban moral yang harus ditaati oleh setiap rumah sakit (sebagai
suatu lembaga) di Indonesia.
2. Merupakan rangkuman nilai-nilai moral mengenai perumahsakitan Indonesia guna dijadikan
pegangan dan pedoman bagi insan-insan perumahsakitan dalam penyelenggaraan dan
pengelolaan rumah sakit di Indonesia

Pasal 5. Rumah Sakit sebagai ‘Unit Sosial Ekonomi “dan Nilai Dasar Rumah Sakit

1. Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan adalah merupakan “Unit Sosio-Ekonomi,
yang harus mengutamakan tugas kemanusiaan dan mendahulukan fungsi sosialnya, bukan
bertujuan mencari keuntungan semata.
2. Sebagai “Unit Sosio-Ekonomi”, Rumah Sakit harus memiliki nilai nilai dasar rumah sakit,
sebagaimana yang diuraikan dalam Mukadimah KODERSI, dan dalam menjalankan tugasnya
harus senantiasa berpedoman dan berpegang teguh kepada KODERSI.

Pasal 6. Insan – Insan Perumahsakitan

1. Insan-insan perumahsakitan adalah mereka yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan


dan pengelolaan rumah sakit.
2. Insan-insan perumahsakitan wajib memahami, mendalami dan menghayati serta mampu
mengamalkan KODERSI secara utuh dan konsekwen.
3. Insan-insan perumahsakitan terdiri dan beberapa kelompok, ialah:
a. Pendiri/Pemilik Rumah sakit, baik perorangan maupun satu badan hukum yang
menyediakan modal, mempunyai gagasan atau ide, serta menentukan misi dan
falsafah rumah sakit.
b. Dewan Panyantun atau Dewan Pembina (Governing Board) rumah sakit, yang terdiri
dan tokoh-tokoh masyarakat dengan latar belakang berbagai profesi, serta memliki
kepedulian sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi kesehatan dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat banyak.

Pasal 8. Akreditasi Rumah Sakit

1. Akreditasi Rumah Sakit adalah kegiatan penilaian oleh badan independen yang dibentuk
khusus untuk tujuan ini, mengenai seberapa jauh suatu rumah sakit telah memenuhi
berbagai persyaratan dan berbagai standar sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
lembaga yang berwenang.
2. Adalah merupakan tugas dan kewajiban PERSI sebagai organisasi perumah sakitan unruk
bersama-saina dengan organisasi-organisasi profesi kesehatan, berperan aktif dalam
kegiatan akred]tasi rurnah sakit, dan membawa KODERSI untuk dijadikan bagian dan
instrumen akreditasi rumah sakit.

BAB III. TATALAKSANA KODERSI


Pasal 9. Inti dan Pola Pembinaan KODERSI di Rumah Sakit

1. Pembinaan KODERSI di rumah sakit lebih merupakan upaya-upaya preventif, persuasif,


edukatif, dan korektif terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan dan norma-norma
sebagaimana yang termuat dalam KODERSI.
2. Pembinaan KODERSI diarahkan kepada dua sisi:
a. Pembinaan terhadap rumah sakit sebagai suatu lembaga, lewat Manajemen rumah
sakit.
b. Pembinaan terhadap insan-insan rumah sakit dilaksanakan secara komprehensif dan
berkelanjutan.

Pasal 10. Peran Badan – Badan Etik Rumah Sakit Indonesia Dalam Pelaksanaan
KODERSI di Rumah Sakit

1. Badan – badan Etik Rumah Sakit Indonesia untuk ditingkat Pusat dan Daerah dinamakan
Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia (MAKERSI) dan untuk ditingkat Rumah Sakit
dinamakan Komite Etik Rumah Sakit Indonesia (KERSI).
2. MAKERSI Pusat dan MAKERSI Daerah adalah merupakan perangkat Organisasi PERSI.
3. KERSI di Rumah Sakit sepenuhnya merupakan perangkat Organisasi Rumah Sakit, bukan
dibentuk oleh PERSI melainkan dibentuk oleh Pemilik atau Pimpinan Rumah Sakit, dan
sepenuhnya bertanggung jawab kepada fihak yang mengangkatnya, hanya secara fungsional
pembinaannya dilakukan oleh MAKERSI Daerah.

Pasal 11. Pembinaan KODERSI di rumah Sakit

KERSI merupakan pemeran utama dan ujung tombak dalam hal penerapan KODERSI di
rumah sakit, yang mempunyai peran dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Pembinaan terhadap rumah sakit sebagai suatu lembaga, lewat manajemen rumah sakit.
Bila manajemen rumah sakit merupakan sumber kehidupan dan sumber dinamika rumah
sakit, maka KERSI harus berfungsi sebagai “nurani-nya” yang berkewajiban untuk senantiasa
memberikan tuntunan agar aktifitas dan proses manajemen rumah sakit selalu berada dalam
batas-batas rambu moral sebagaimana yang telah disepakati, sehingga dapat menampilkan
rumah sakit sebagai suatu lembaga “social ekonomi” yang berkepribadian baik dan mapan.
2. Pembinaan terhadap insan-insan rumah sakit secara komprehensif dan berkelanjutan, agar
setiap insan rumah sakit mampu menghayati dan mengamalkan KODERSI sesuai dengan
peran dan tanggung jawab masing-masing di rumah sakit.
3. Memberi saran, nasihat dan pertimbangan kepada Pimpinan dan Pemilik Rumah Sakit agar
setiap langkah kebijakan dan keputusannya tidak menyimpang dan nilai-nilai KODERSI.
4. Dalam hal yang menyangkut atau melibatkan tenaga profesi di rumah sakit, KERSI wajib
mengadakan koordinasi dan kerjasama yang baik dengan kelompok profesi di rumah sakit,
tanpa mengurangi kemandirian dan profesi tersebut.
5. Hubungan dengan MAKERSI Daerah, merupakan hubungan fungsional, ialah:
a. KERSI dapat meminta saran, pendapat atau nasehat dan MAKERSI Daerah dalam hal
menghadapi keraguan atau kesulitan.
b. KERSI wajib memberikan laporan kepada MAKERSI Daerah mengenai pelaksanaan
KODERSI di rumah sakit.

Pasal 12. Peran, Kewajiban dan Tanggung Jawab MAKERSI Daerah

MAKERSI Daerah mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Melakukan Pembinaan dan mengkoordinasikan KERSI di rumahrumah sakit yang berada di


wilayah dan PERSI Daerah yang bersangkutan, sesuai dengan program dan kebijaksanaan
yang telah ditetapkan oleh MAKERSI Pusat.
2. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan mengenai segala sesuatu yang menyangkut
KODERSI kepada Pengurus PERSI Daerah yang bersangkutan.
3. Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan organisasi-organisasi profesi kesehatan
lainnya, khususnya dengan badan-badan etik dan organisasi profesi yang bersangkutan
ditingkat wilayah.
4. Dalam hal menghadapi masalah yang tidak bisa diselesaikan di tingkat Daerah, dapat
meminta saran, pendapat atau nasehat dan MAKERSI Pusat.

Pasal 13. Peran, kewajiban dan Tanggung Jawab MAKERSI Pusat

MAKERSI Pusat mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Menyusun dan menetapkan kebijakan dan garis-garis besar program pembinaan KODERSI
secara nasional.
2. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan mengenai segala sesuatu yang menyangkut
KODERSI kepada Pengurus PERSI Pusat.
3. Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan organisasi-organisasi profesi. Kesehatan
lainnya, khususnya dengan badan-badan etik dan organisasi profesi yang bersangkutan di
tingkat nasional.
4. MAKERSI Pusat berkewajiban menampung dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang
diajukan oleh MAKERSI Daerah yang tidak bisa diselesaikan di tingkat Daerah.

BAB VI . PENUTUP

Pasal 14

1. Hal – hal yang belum tercantum dalam Petunjuk Pelaksanaan KODERSI ini dapat diputuskan
oleh MAKERSI Pusat, dengan ketentuan tidak boleh bertentangan dengan Petunjuk
Pelaksanaan ini dan atau dengan berbagai ketentuan lainnya dan PERSI.
2. Dengan demikian diharapkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan KODERSI di rumah
sakit akan membawa hasil, sehingga pengabdian perumahsakitan di Indonesia akan terus
meningkat.

Petunjuk Pelaksanaan KODERSI ini mulai berlaku sejak tanggal diputuskan dan hanya dapat
diperbaiki dan diubah dalam Rapat Kerja atau Kongres PERSI.

Anda mungkin juga menyukai