Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS KEBIDANAN

“PREEKLAMSIA BERAT”

Disusun Oleh:

dr. Riza Aulya Ihwanah

Pendamping:

dr. Nia Tri Mulyani

PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU
KABUPATEN BREBES
JAWA TENGAH

2021
LEMBAR PENGESAHAN

PORTOFOLIO KASUS KEBIDANAN


“ PREEKLAMSIA BERAT ”

Oleh:
dr Riza Aulya Ihwanah

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia
di RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu, Kabupaten Brebes.

Periode Februari 2021 - November 2021

Mengetahui,
Pendamping Internship

dr Nia Tri Mulyani


BAB I
PORTOFOLIO
Nama Peserta : dr. Riza Aulya Ihwanah
Nama Wahana : RSU Muhammadiyah Siti Aminah, Bumiayu, Brebes
Topik : Preeklamsia Berat
Tanggal (kasus) : Mei 2021 Presenter : dr. Riza Aulya Ihwanah
Nama Pasien : Ny.PNM No. RM : 00 21 44 02
Tanggal Presentasi : Pendamping :

dr. Nia Tri Mulyani


Tempat Presentasi : R.Aula RSU Muhammadiyah Siti Aminah, Bumiayu, Brebes Obyektif
Presentasi :
 Keilmuan   Ketrampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka 

 Diagnostik   Manajemen   Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa   Lansia  Bumil


 Deskripsi :
Seorang wanita usia 22 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan pusing, pasien sedang
hamil anak ke 2 dengan HPHT 19/8/2020. Pasien riwayat pernah di operasi sesar, dan
punya riwayat Hipertensi sebelum hamil ini, kenceng-kenceng dirasakan namun jarang..
 Tujuan :
Menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen pasien dengan PEB
Bahan bahasan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus   Audit
Cara membahas  Diskusi  Presentasi  E-mail Pos dan diskusi
Data pasien : Nama : Ny.PNM No CM : 00 21 44 02

Nama RS : RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu Telp : (0289) 432209

Data utama untuk bahan diskusi :


1. Diagnosis/ Gambaran klinis :
Seorang wanita usia 22 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan pusing, pasien sedang
hamil anak ke 2 dengan HPHT 19/8/2020 HPL 26/5/2021. Pasien riwayat pernah di
operasi sesar, dan punya riwayat Hipertensi sebelum hamil ini, kenceng-kenceng
dirasakan namun jarang.
2. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien pernah merasakan keluhan serupa.
- Riwayat penyakit tekanan darah tinggi diakui
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat penyakit ginjal disangkal
- Riwayat penyakit batu ginjal disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat Alergi disangkal
3. Riwayat Pengobatan :
Pasien pernah periksa atau kontrol rutin kehamilan dan pernah USG.
4. Riwayat keluarga :
Riwayat penyakit serupa disangkal.
Riwayat keluarga dengan penyakit tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat keluarga dengan kencing manis disangkal
Riwayat keluarga dengan alergi disangkal
Riwayat keluarga dengan keganasan disangkal
5. Riwayat Sosial ekonomi:
Pasien saat ini sebagai ibu rumah tangga. Pasien memiliki 1 anak, tinggal dirumah bersama
suami yang bekerja karyawan swasta. Pembiayaan menggunakan BPJS non PBI.

6. Lain-lain:
- riwayat makan dan minum teratur, personal hygiene cukup. Dan sering kontrol keadaan
kehamilannya di dokter maupun di bidan.

PEMERIKSAAN FISIK :
 Keadaan umum : baik
 Kesadaran : compos mentis
 Vital signs
Tekanan darah : 149/109
Nadi : 92 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu tubuh : 36,7 ° C per aksilla
BB 80 TB 163
Kepala : normosefal,
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edem palpebra (-/-)
Mulut / Hidung: mukosa mulut kering (-), sianosis sentral (-), nafas cuping hidung (-),
discharge (-)
Leher : limfonodi tak teraba, JVP tidak meningkat, deviasi trakea (-)
Thoraks :
- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis di SIC V midclavicula sinistra
Perkusi : batas jantung-paru dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri normal
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi : , supel, cembung, distensi (-) turgor baik, asites (-),
massa (-), spider naevi (-)
Auskultasi : bising usus normal
TFU: 28cm
Bayi tunggal
Presentasi kepala
Belum masuk Pintu atas panggul
His 1x dalam 10menit durasi 10detik

Ekstremitas
- Edema :(+/+/+/+) pitting (-)
- Akral dingin : (-/-/-/-)
- Capillary refill : 1-2 detik,

 PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium
Hemoglobin : 11,7 mg/dl
Leukosit : 8.400/ul
Hematokrit : 32,6 L
Trombosit : 321.000/ul
Diff count : granulosit 73,8 H, limfosit 20,9
CT : 14
BT : 14
HBsAg : non reaktif

Urinalisa :
Warna : kuning-keruh
Keton +2
Protein +1
Bilirubin +1
Leukosit negative
Bakteri negative
- DIAGNOSIS
G2P1A0 hamil 37 minggu dengan HT kronis, PEB superimposed, dan riwayat SC ec PEB

- TERAPI
- IVFD RL 20 tpm
- Inj Ceftriaxone 1gr/12j
- Pro ReSC
- Loading dose 4 gram MgSO4 i.v. selama 15 menit
- Maintenance dose Diberikan infus 6 gram dalam larutan ringer/6 jam
- Nifedipi tab 10mg ekstra
Daftar Pustaka :
1. Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
P.T.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Cunningham F.G., Leveno K.J., Bloom S.L., et al. 2014. Obstetri Williams edisi 24. United
State: McGrawHill
3. Roberts, M, J. 2013. Hypertension in Pregnancy. The American College of Obstetricians and
Gynecologists

Hasil pembelajaran :
1. Mengetahui definisi preeklamsia berat
2. Mengetahui etiologi dan klasifikasi preeklamsia berat
3. Mengetahui faktor risiko preeklamsia berat
4. Mengetahui manifestasi klinis preeklamsia berat
5. Mengetahui cara penegakan diagnosis preeklamsia berat
6. Mengetahui penatalaksaan preeklamsia berat

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:
- Seorang wanita usia 22 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan pusing, pasien sedang
hamil anak ke 2 dengan HPHT 19/8/2020 HPL 26/5/2021. Pasien riwayat pernah di
operasi sesar, dan punya riwayat Hipertensi sebelum hamil ini, kenceng-kenceng
dirasakan namun jarang. Operasi sesar anak pertama karna tensi tinggi. Tidak ada
perdarahan keluar dari jalan lahir, dan tidak ada cairan, lendir yang keluar dari jalan
lahir. Bayi bergerak aktif (+) Mual (-) muntah (-) lemas (-)Batuk (-) sesak napas (-)
BAB BAK tidak ada masalah.

2. Obyektif:
Dari pemeriksaan fisik ditemukan:
Keadaan umum : baik, compos mentis
TD 149/109
N 92 x/menit
Napas 20 x
Suhu 36,7
Kepala, thoraks dalam batas normal
Abdomen :
TFU: 28cm
Bayi tunggal
Presentasi kepala
Belum masuk Pintu atas panggul
His 1x dalam 10menit durasi 10detik
Ekstremitas :
Edema :(+/+/+/+) pitting (-)
Akral dingin : (-/-/-/-)
Capillary refill : 1-2 detik

Dari pemeriksaan penunjang:


Hemoglobin : 11,7 mg/dl
Leukosit : 8.400/ul
Hematokrit : 32,6 L
Trombosit : 321.000/ul
Urinalisa :
Warna : kuning-keruh
Keton +2
Protein +1
Bilirubin +1

3. Assesment
G2P1A0 hamil 37 minggu dengan HT kronis, PEB superimposed, dan riwayat SC ec PEB
4. Planning
Terapi
- IVFD RL 20 tpm
- Inj Ceftriaxone 1gr/12j
- Pro ReSC
- Loading dose 4 gram MgSO4 i.v. selama 15 menit
- Maintenance dose Diberikan infus 6 gram dalam larutan ringer/6 jam
- Nifedipi tab 10mg ekstra

Edukasi
Edukasi tentang penyakit yang di derita oleh pasien, penyebab penyakit tersebut dan faktor
risiko yang menyebabkan penyakit tersebut kambuh dan memberat, pasien mengalami pre
ekamsia berat dengan kondisi tersebut pasien mempunyai resiko tinggi pada masa kehmilan
yang seakin tua dan pada saat kelahiran. Resiko yag terjadi antara lain seperti peningkatan
tekanan darah, kejang, perdarahan hingga kematian. Maka dari itu perlu pemantauan
kondisi di rumah sakit dan rekomendasi pertimbangan cara kelahiran dengan operasi sectio
caesaria. Walaupun setiap tindakan pasti akan ada resikonya.

Hasil Follow Up

2 Mei 2021
Subjektif :
Pasien nyeripost op (+) pusing berkurang, lemas di area kaki masih belum bisa digerakkan,
kontraksi uterus baik, perdarahan normal. Mual muntah (-).

Objektif :
KU/Kes : baik/CM
Vital sign : TD: 130/90 mmHg, Nadi : 80x/m, RR: 20x/m, Suhu 36,7

Assessment :
P2A0 post SC hr-0 a/i PEB dan ReSC

Planning :
- IVFD RL + oksitosin 10IU + metergin 1Amp 20 tpm s/d 24 jam post SC
- Inj ceftriaxone 2x1gr
- Inj ketorolac 3x30mg
- Amlodipin tab 1x10mg
- Mobilisasi bertahap
- Makan dan minum vertaha, menunggu kentut (+)
- IMD

3 Mei 2021
Subjektif :
Pasien nyeripost op (+) pusing berkurang, kaki bisa digerakkan, makan minum (+), bisa miring-
miring, kontraksi uterus baik, perdarahan normal. Mual muntah (-).

Objektif :
KU/Kes : baik/CM
Vital sign : TD: 110/70 mmHg, Nadi : 82x/m, RR: 18x/m, Suhu 36,7

Assessment :
P2A0 post SC hr-1 a/i PEB dan ReSC

Planning :
- IVFD RL 20tpm
- Inj ceftriaxone 2x1gr
- Inj ketorolac 3x30mg
- Amlodipin tab 1x10mg
- Latihan duduk
- Tingkatkan ASI
4 Mei 2021
Subjektif :
Pasien nyeripost op berkurang, kaki bisa digerakkan, makan minum (+), bisa duduk, mulai
berdiri,, kontraksi uterus baik, perdarahan normal. Mual muntah (-).

Objektif :
KU/Kes : baik/CM
Vital sign : TD: 120/80 mmHg, Nadi : 87x/m, RR: 18x/m, Suhu 36,7

Assessment :
P2A0 post SC hr-2 a/i PEB dan ReSC

Planning :
- BLPL
- Cefadroxil tab 2x500mg
- Asam mefeamat tab 3x500mg
- Etabion (Fe) tab 1x1
- Amlodipin tab 1x10mg
- Tingkatkan ASI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN DIAGNOSA DAN TATALAKSANA KASUS PEB

1. Pengertian 1. Definisi
(Definisi)
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal
terhadap adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan
koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya
hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan
gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20
minggu. Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya
hipertensi dan proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset
hypertension with proteinuria). Meskipun kedua kriteria ini masih
menjadi definisi klasik preeklampsia, beberapa wanita menunjukkan
adanya hipertensi disertai gangguan multsistem lain yang
menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun
pasien tersebut tidak mengalami proteinuri.1 Kriteria gejala dan
kondisi yang menunjukkan kondisi pemberatan preeklampsia atau
preklampsia berat adalah salah satu dari hal berikut yaitu : Tekanan
darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
lengan yang sama, trombositopenia : trombosit < 100.000 /
mikroliter, gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau
didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana
tidak ada kelainan ginjal lainnya, gangguan liver : peningkatan
konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di
daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen, edema paru, didapatkan
gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus, gangguan
pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta:
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau didapatkan
absent or reversed end diastolic velocity (ARDV).1
2. Etiologi Penyebab Preeklampsia masih belum jelas namun kejadian
preeklampsia dikaitkan dengan wanita muda nulipara, sementara
wanita dengan umur yang ekstrim berisiko lebih besar mengalami
hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia. Kejadian
preeklampsia pada wanita multipara juga bervariasi namun lebih
sedikit dibandingkan dengan wanita nulipara.3 Kejadian preeklampsia
juga dikaitkan dengan hiperplasentosis, misalnya mola hidatidosa,
kehamilan multipel, diabetes melitus, hidrops fetalis, dan bayi besar.
Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia, penyakit ginjal dan
hipertensi sebelum hamil, serta obesitas juga dikaitkan dengan
kejadian preeklampsia.2 Risiko preeklampsia meningkat pada ibu
overweight (BMI 25-29,9 kg/m2) dan obesitas (BMI ≥30kg/m2).12

3. Patogenesis Penyebab preeklampsia masih belum jelas. Namun terdapat


beberapa teori penyebab preeklampsia adapun teori tersebut yaitu : 2
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada hipertensi dalam kehamilan, tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarnya sehingga menjadi tetap kaku dan keras dan
menyebabkan lumen arteri spiralis tidak memungkinkan untuk
distensi dan vasodilatasi dan terjadi kegagalan remodelling arteri
spiralis sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadi
hipoksia dan iskemia plasenta.
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Plasenta yang iskemia dan hipoksia akan menghasilkan
oksidan/radikal bebas yaitu radikal hidroksil yang membentuk
peroksida lemak yang sangat toksik pada membran endotel
pembuluh darah. Paparan pada membran endotel menyebabkan
kerusakan struktur dan fungsi endotel sehingga terjadi gangguan
metabolisme prostaglandin, agregasi sel-sel trombosit, glomerular
endotheliosis, peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan
produksi endotelin, dan peningkatan faktor koagulasi.
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada pasien hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan
ekspresi antigen HLA-G di desidua plasenta sehingga menghambat
invasi trofoblas kedalam desidua, dan memudahkan terjadinya
inflamasi dan terjadi immune-maladaptation pada preeklampsia.
Hal ini lebih sering terjadi pada ibu primigravida atau ibu
multipara yang menikah lagi.
d. Teori adaptasi kardiovaskuler
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter
terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan
kepekaan terhadap bahan-bahan vasopressor.
e. Teori genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen
tunggal. Genotipe ibu menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, dimana pada ibu dengan preeklampsia 26% anak
perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan
hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.
f. Teori defisiensi gizi
Defisiensi kalsium dan asam lemak tak jenuh menimbulkan
kenaikan insiden hipertensi dalam kehamilan.
4. Gejala Klinis Penderita seringkali tidak merasakan perubahan pada
dirinya. Secara teoretik urutan-urutan gejala yang timbul pada
preeklampsia ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria. Bila
pasien mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan
pengelihatan, atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah
cukup lanjut.4

5. Kriteria Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan bila memenuhi


Diagnosis
kriteria hipertensi gestasional yaitu tekanan darah >140/90 mmHg
pada usia kehamilan diatas 20 minggu dengan adanya proteinuri. Jika
hanya didapatkan hipertensi saja, kondisi tersebut tidak dapat
disamakan dengan peeklampsia, harus didapatkan gangguan organ
spesifik akibat preeklampsia tersebut. Kebanyakan kasus
preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein urin, namun jika
protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan gangguan lain
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis preeklampsia, yaitu: 1:
a. Trombositopenia, yaitu menurunnya jumlah trombosit hingga
<100.000/µL
b. Insufisiensi ginjal, yaitu kreatinin >1,1 mg/dL atau 2 kali lipat nilai
normal
c. Gangguan liver, serum transaminase 2 kali lipat nilai normal, nyeri
daerah epigastrik/regio kanan atas abdomen
d. Munculnya gejala serebral, seperti sakit kepala, gangguan
pengelihatan, dan kejang, stroke
e. Edema paru
f. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan
sirkulasi uteroplasenta: Oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
6. Diagnosa G2P1A0 hamil 37 minggu dengan HT kronis, PEB superimposed, dan
Kerja riwayat SC ec PEB
7. Diagnosa
Banding PEB
Eklamsia
HT Kronis dalam kehamilan

9. Penatalaksaan Preeklampsia baik ringan maupun berat memerlukan


terapi segera. Pada preeklampsia terapi tujuan terapi yang
diberikan adalah untuk mencegah kejang, perdarahan
intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan
melahirkan bayi sehat.2
Pencegahan kejang dilakukan dengan pemberian
obat anti kejang. Obat anti kejang yang dapat diberikan
yaitu MgSO4, Diazepam, dan Fenitoin, namun pemberian
magnesium sulfat sebagai anti kejang lebih efektif
dibandingkan fenitoin. Magnesium sulfat bekerja dengan
menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada
rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi
neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan
kalsium pada sinaps, sementara pada pemberian MgSO4
akan menggeser kalsium melalui mekanisme innhibisi
kompetitif antara ion kalsium dan magnesium pada sinaps,
sehingga aliran rangsang idak terjadi. Magnesium sulfat
masih menjadi pilihan pertama untuk anti kejang pada
preeklampsia pada saat ini1,2,3.
Cara pemberian MgSo4 yaitu :2
a. Loading dose
4 gram MgSO4 i.v. selama 15 menit
b. Maintenance dose
Diberikan infus 6 gram dalam larutan
ringer/6 jam, atau diberikan 4 atau 5 gram i.m.
Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram
i.m. tiap 4-6 jam.
c. Syarat-syarat pemberian MgSO4:
1) Harus tersedia antidot MgSO4, bila terjadi
intoksikasi dapat diberikan 1gram kalsium
glukonas diberikan i.v selama 3 menit.
2) Refleks patella (+) kuat
3) Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak
ada tanda-tanda distress napas.
4) Urin > ½ kgBB/jam
d. Magnesium sulfat dihentikan bila:
1) Ada tanda-tanda intoksikasi
2) Setelah 24 jam pasca persalinan atau 24 jam
setelah kejang terakhir
e. Pemberian MgSO4 dapat menurunkan risiko
kematian ibu dan didapatkan 50% dari
pemberiannya memberikan efek flashes (rasa
panas). Bila terjadi refraksi pada pemberian
MgSO4, dapat diganti dengan salah satu dari obat
berikut : tiopental sodium, sodium amobarbital,
diazepam, dan fenitoin.

Pemberian antihipertensi dilakukan dengan cutt off


tekanan darah ≥160/110 mmHg dan MAP ≥ 126 mmHg.
Tekanan darah diturunkan secara bertahap mencapai <160
mmHg/105 atau MAP <125. Adapun pemberian obat
antihipertensi yaitu :
a. Methyldopa4,7
Bekerja dengan menghambat vasokontiksi
melalui mekanisme sentral dengan mereduksi
pelepasan katekolamin, kemudian mengurangi
outflow simpatetik sentral, mengurangi resistensi
vaskular sistemik tanpa mengurangi kardiak output.
Dosis yang diberikan yaitu 500-3000 mg peroral,
terbagi dalam 2-3 dosis dalam 24 jam.
b. Nifedipin2,7
Bekerja dengan menghambat influks ion
kalsium ke otot polos pembuluh darah sehingga
menghasilkan vasodilatasi arteri. Dosis yang
diberikan yaitu 10-20 mg peroral, diulangi setelah 30
menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam.

Sikap terhadap kehamilan pada preeklampsia dibagi


menjadi :2
a. Konservatif (Ekspektatif) yaitu kehamilan tetap
dipertahankan bersamaan dengan pemberian
pengobatan medikamentosa.
b. Aktif (Aggressive Management) yaitu sambil
memberikan pengobatan, kehamilan diakhiri.
Indikasi perawatan aktif yaitu bila didapatkan
satu/lebih keadaan dibawah ini :2
1. Ibu
a) Usia kehamilan 38 minggu
b) Adanya tanda-tanda/gejala-gejala impending
preeklampsia2,3
c) Kegagalan terapi pada perawatan konservatif
d) Diduga terjadi solusio plasenta
e) Timbul onset persalinan, ketuban pecah, serta
perdarahan
2. Janin
a) Adanya tanda-tanda fetal distress
b) Adanya tanda-tanda IUGR
c) NST non reaktif dengan profil biofisik
abnormal
d) Terjadinya oligohidramnion
3. Laboratorik
Adanya tanda-tanda “Sindroma HELLP”
khususnya trombositopenia yang cepat

10. Komplikasi Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah


eklampsia, solusio plasenta, komplikasi hepatik,
koagulopati, insufisiensi ginjal, gangguan pengelihatan,
CVA, kehilangan darah yang banyak, sindrom HELLP,
gagal nafas akut pada maternal.5,6Berdasarkan penelitan
yang dilakukan terhadap 2500 kelahiran, dengan 111 kasus
preeklampsia berat oleh Ngowa didapatkan komplikasi
pada fetus berupa prematuritas, Intra Uterine Fetal Death,
dan oligoamnios. Juga dilaporkan terjadi kematian pada 4
neonatal pada ibu dengan preeklampsia berat dengan umur
gestasi 28-33 minggu.6
Daftar Pustaka

1. Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.


Jakarta: P.T.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Cunningham F.G., Leveno K.J., Bloom S.L., et al. 2014. Obstetri Williams edisi 24. United
State: McGrawHill
3. Roberts, M, J. 2013. Hypertension in Pregnancy. The American College of Obstetricians
and Gynecologists
4. Nankali, A., Khosravi, M., Zangeneh, M., Rezaei, M., Hemati, Z., Khozadi, M. 2013.
Maternal Complication Associated with Severe Preeclampsia. The Journal of Obstetrics and
Gynecology of India
5. Ngowa, K, D, J., Kasia, M, J., Alima, J., Domgue, J, F., Ngassam, A., Bogne, J, B., Mba, S.
2015. Maternal and Perinatal Complication of Severe Preeclampsia in Three Referral
Hospital in Yaounde, Cameroon. Open Journal of Obstetrics and Gynecology
6. Catherine, M., Garovic, Brown., Garovic, V. 2014. Drug Treatment of Hypertension in
Pregnancy. Mayo Clinic College of Medicine, 74 (3)
7. Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: P.T.Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
8. British Columbia Reproductive Care Program. 2009. BCRCP Obstetric Guidline :
Hipertension in Pregnancy. Canada
9. Townsend, R., O’Brien, P., Khalil, A. 2016. Current Best Practice in Management of
Hypertensive Disorders in Pregnancy. Integrated Blood pressure Control. University of
London
10. Mylonas, I., Friese, K., 2015. Indications for and Risks of Elective Cesarean Section.
Deutsches Arzteblatt International. 112:489-95
11. Cunningham F.G., Leveno K.J., Bloom S.L., et al. 2014. Obstetri Williams edisi 24.
Hutchon D.J.R., 2013. Management of Nuchal Cord at Birth. Journal of Midwifery and
Reproductive Heatlh. 1(1): 4-6

Anda mungkin juga menyukai