Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH MPASI 9-11 BULAN

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita
Dosen Pengampu: Hana Nurhanifah,SST.,M.Tr.Keb

Di Susun Oleh :
Ai Nur Azizah (E.0106.20.001)
Ayu Fuzi Lestari (E.0106.20.002)
Dea Rosmayanti (E.0106.20.003)
Dian Haerani (E.0106.20.005)
Dini Auliya A (E.0106.20.006)
Nada Putri (E.0106.20.011)
Nita Olivia (E.0106.20.012)
Salmah Amaliya (E.0106.20.001)
Siti Lutfiah Wulanda (E.0106.20.001)
Sukmanah (E.0106.20.017)
Rika Afriyani (E.0106.20.021)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DIPLOMA III KEBIDANAN
CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan karunia dan rahmatnya kami bisa menyelesaikan makalah mengenai
MPASI usia 9-11 bulan pada bayi walapun masih banyak kekurangan di
dalamnya. Serta kami juga berterima kasih kepada ibu Hana Nurhanifah,
SST,M.Tr.Keb selaku dosen mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita yang
sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini akan bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan kita mengenai MPASI usia 9-10 bulan
pada bayi . Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang sudah kami
buat ,mengingat tak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.Mudah-mudahan makalah sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya yang sudah disusun ini dapat bermanfaat bagi kami
sendiri ataupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf jika
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Cimahi,Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISIii

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................1

B. Identifikasi Masalah...........................................................................1

C. Tujuan ...............................................................................................1

BAB II : TINJAUAN TEORI ..............................................................................2

A. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)...............................................2

B. Resep MP-ASI uUntuk Bayi Usia 9-11 Bulan...................................3

C. Telaah Jurnal MP-ASI.......................................................................4

BAB III PENUTUP............................................................................................. 15

A. Simpulan..........................................................................................15

B. Saran.................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Panduan MP-ASI menurut WHO merupakan proses penting yang


mengedepankan kesiapan bayi dalam menyambut makanan pendamping
ASI. Banyak ibu –ibu yang kebingungan bagaimana dan makanan apa
yang harus diberikan pada bayi. Dalam beberapa kasus masih banyak ibu-
ibu yang memberikan MPASI dibawah usia 6 bulan. Menurut panduan MPASI
WHO, MPASI harus diberikan pada usia 180 hari atau 6 bulan. Seiring
dengan bertambahnya usia, kekosongan pasokan energi dan nutrisi yang
sudah tidak bisahanya diperoleh dari ASI. Ada beberapa alasan mengapa
pemberian MPASI harus pada usia 6 bulan, tidak kurang tidak lebih. Berikut
beberapa alasannya :
a.Kebutuhan nutrisi dan nafsu makan tidak bisa dipenuhi sepenuhnya
dari ASI
b.Cadangan nutrisi penting seperti zat besi sudah habis terpakai
dan tidak bisa dipenuhi hanya dari ASI
c.Rasa penasaran akan rasa dan tekstur makanan sehingga fase
eksplorasi ini berguna untuk pengenalan rasa baru
d.Imunitas bayi kurang dari 6 bulan masih lemah, sehingga berpeluang
alergi makanan dan kesulitan mencerna makanan
Pemberian MPASI penting untuk mencegah anemia defisiensi besi,
karena masih tingginya kasus anemia pada anak di bawah 2 tahun. Oleh
sebab itu pemberian makanan kaya zat besi diberikan pada usia 6,5 bulan.
B. Identifikasi Masalah
a. Bagaimana panduan untuk memberikan MPASI pada bayi usia 9-11
bulan?
b. Bagaimana pengetahuan ibu mengenai pemberian MPASI pada bayi usia
9-11 bulan ?
c. Bagaimana contoh pemberian MPASI yang baik dan benar ?

3
d. Bagaimana menurut jurnal mengenaiMPASI pada bayi usia 9-11 bulan?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui panduan ibu dalam memberikan MPASI usia 9-11
bulan
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu dalam pemberian MPASI usia 9-11
bulan
c. Untuk mengetahui contoh pemberian MPASI yang baik dan benar
d. Untuk mengetahui jurnal erkait MPASI pada usia 9-11 bulan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan yang


diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan.
Jadi selain Makanan Pendamping ASI, ASI-pun harus tetap diberikan kepada
bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan, peranan makanan pendamping ASI sama
sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya untuk melengkapi ASI
jadi dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan sapihan
diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI (Diah Krisnatuti, 2008).

Pemberian makan pada anak 6-24 bulan sebaiknya disesuaikan dengan


perkembangan tubuhnya. Sebagai manusia kecil yang sedang tumbuh
berkembang, kebutuhan zat gizi tubuh anak sangat banyak. Jangan sampai anak
kekurangan asupan zat gizi karena efeknya sangat fatal sekali, bahkan hingga
kelak di usia dewasa. ASI saja sudah tidak cukup untuk anak di atas 6 bulan.
Dalam pemberian MPASI menurut MPASI WHO ini mudah sekali, bayi boleh
makan apa saja dari menu meja makan keluarga dan harus diperhatikan: frekuensi
(frekuensi MPASI), jumlah (jumlah takaran MPASI), ketebalan (tekstur makanan
MPASI), variasi (jenis), aktif /makan responsif dan higiene. 

1. Frekwensi Pemberian Mp-Asi


- Pada awal MPASI WHO setelah bayi genap berumur 6 bulan (5 bulan 30
hari), frekuensi MPASI makanan utama/makan besar diberikan bertahap 2
– 3 kali sehari. 
- Pada umur 6 – 8 bulan 29 hari, frekuensi MPASI makanan utama (makan
besar) diberikan 3 kali. Berikan snack seperti biskuit atau buah matang 1 –
2 kali sehari. 
- Pada umur 9 – 11 bulan 29 hari, frekuensi MPASI makanan utama (makan
besar) diberikan 3 – 4 kali sehari. Berikan snack 1 – 2 kali sehari.

5
- Pada umur 12 – 24 bulan, frekuensi MPASI makanan utama (makan besar)
diberikan 3 – 4 kali sehari dan juga 1 – 2 kali tambahan snack. Waktu
makan sebaiknya disesuaikan dengan waktu makan keluarga agar bayi
lebih semangat belajar makan. Tapi jangan terlalu dekat dengan waktu
tidur bayi.
2. Amount (Jumlah Takaran Makanan Yang Diberikan )

Frekuensi MPASI makan dan jumlah takaran makanan MPASI yang diberikan
dalam panduan MPASI WHO menyesuaikan dengan kapasitas lambung bayi dan
rata-rata kandungan kalori pada bubur MPASI diperkirakan sekitar 0,8
kkal/gram. Kapasitas ukuran lambung bayi masih kecil. Bayi yang baru lahir
ukuran lambungnya hanya sebesar kelereng, umur 3 hari bertambah sebesar bola
bekel dan umur 1 minggu bertambah menjadi sebesar bola pingpong. Nah, ukuran
ini akan-angsur akan membesar seukuran bola tenis pada bayi umur 6 – 12 bulan
(ada sumber yang memperkirakan besarnya lambung bayi seukuran kepalan
tanggannya). Menurut penelitian, kapasitas lambung bayi itu sekitar 30 gram
makanan/kg BB-nya. 

Pada awal MPASI pada umur 6 bulan jumlah takaran makanan MPASI yang
diberikan sekitar 2 – 3 sendok makan per kali pemberian. Pada umur 6 – 8 bulan
29 hari, jumlah takaran makanan 29 hari MPASI bertahap dari 2 – 3 sendok
makan menjadi ½ cangkir/mangkok (125 mL) per kali pemberian. Jadi saat bayi
umur 6 bulan 2 minggu diharapkan sudah lancar makan sehingga bisa diberikan
takaran setengah mangkok (125 mL) saat makan. (Ukuran cangkir/mangkok yang
digunakan 250 mL.) Pada umur 9 – 11 bulan 29 hari, jumlah takaran makanan
MPASI bertahap menjadi ½ cangkir/mangkok (125 mL). Untuk ukuran
cangkir/mangkok 250 mL. Pada umur 12 – 24 bulan, takaran makanan MPASI
bertahap menjadi – 1 cangkir/mangkok (175 – 250 mL) –> ukuran
cangkir/mangkok 250 mL. Karena mempersembahkan makanan dalam jumlah
sedikit, namun harus dapat memenuhi energi dan zat gizi yang serius maka jenis
menu dan metode MPASI yang kita pilih harus tepat. 

6
3. Ketebalan ( tekstur MPASI )

Menurut petunjuk MPASI WHO, pada umur 6 bulan tekstur MPASI yang
diberikan adalah makanan lumat / halus (bubur saring, pure atau makanan yang
ditumbuk/dihaluskan). Pastikan tekstur makanan MPASI tidak terlalu cair atau
encer, jadi gunakan sedikit saja air. Jadi tekstur bubur cair, tapi jika sendok
dimiringkan bubur tidak tumpah. 

Pada umur 8 bulan bayi sudah bisa dikenal dengan makanan finger food. 

Pada umur 9 – 11 bulan 29 hari tekstur makanan MPASI menjadi makanan


lembek (nasi tim, bubur tanpa disaring, makanan dicincang halus atau potongan
makanan-lunak). 

Pada umur 12 bulan tekstur makanan MPASI bayi sudah bisa memakan makanan
meja keluarga: makanan yang dicincang kasar, diiris atau dipegang tangan. 4

Tekstur makanan MPASI ini disesuaikan dengan perkembangan sistem persarafan


dan oromotorik bayi. Di atas sudah disampaikan tentang pemberian energi dan zat
gizi juga ukuran lambung yang kecil. Sehingga kita hanya bisa makanan dalam
sedikit frekuensi namun sering, juga memberikan jumlah yang mudah dicerna. 

Pemilihan tekstur makanan MPASI ini juga disesuaikan dengan proses


pencernaan makanan. Proses pencernaan makanan ada dua tahap, yaitu
pencernaan mekanik oleh kegiatan oromotorik gigi-geligi dan pencernaan kimiawi
oleh reaksi enzimatik enzim pemecah makanan. Reaksi enzimatik akan terjadi jika
luas permukaan sentuh antar partikel semakin efisien, sehingga ukuran partikel
bahan makanan yang tertelan sebaiknya sudah lebih kecil.

Kemampuan Fisik Bayi Untuk Makan:

Umur 5 bulan baru belajar menggerakkan sendi rahangnya dan secara kuat
refleks bayiapnya. Bayi umur 7 bulan bisa membersihkan ember menggunakan
keinginan. Bayi saat ini bisa menggerakkan sendi rahang naik-turun juga, gigi seri

7
yang rendah biasanya tidak menggilas makanan, sehingga saat mengunyah dan
hasil partikel kunyahan masih kasar. Mulai umur 8 bulan bayi telah mampu
menggerakkan lidah ke samping dan mendorong makanan ke gigi-geliginya,
membuat stabil menjaga keseimbangan dan memegangnya sudah bisa menerima
makanan finger food. Umur 10 bulan merupakan waktu kritis bayi diharapkan
sudah dapat memakan makanan MPASI semi-padat (“makanan padat” (“lumpy”
solid food) sehingga mulai mengenal makanan lembek tanpa saring pada umur 9
bulan. 

Jika terlambat menaikkan tekstur makanan maka anak akan sulit memakan
makanan yang lebih padat. Umur 12 bulan sendi rahang bayi telah stabil dan
mampu melakukan gerakan rotasi sehingga sudah bisa lebih canggih dalam
mengunyah tekstur makanan MPASI kasar. Pada saat ini bayi telah siap memakan
makanan meja sesuai yang dimakan oleh keluarga. Jika ibu ingin bayi
mendapatkan manfaat zat gizi secara optimal dari makanan yang dia makan maka
sebaiknya ibu memilih menu dengan tekstur makanan MPASI sesuai tahap
perkembangan bayi. 

4. Varietas (Jenis Bahan Makanan)

Menurut petunjuk MPASI WHO, pada umur 6 bulan sistem pencernaan


termasuk pankreas telah berkembang dengan baik sehingga bayi telah mampu
mengolah, mencerna serta menyerap berbagai jenis makanan seperti protein,
lemak dan karbohidrat. Pencernaan serta organ tubuh bayi sudah siap mengolah
bahan makanan lain selain ASI dan susu formula. JadI, bayi sudah boleh makan
berbagai jenis makanan, bukan hanya buah saja. 

Pada umur 6 bulan, ginjal bayi telah berkembang dengan baik sehingga


mampu mengeluarkan produk sisa metabolisme termasuk dari bahan pangan
tinggi protein seperti daging. Jadi, bukan menjadi alasan menunda
mempersembahkan daging merah, ikan dan telur. Agar bayi tumbuh dengan baik
sebaiknya kawalan nabati dengan mempersembahkan menu protein hewani plus. 

8
Jadi, tidak ada alasan tidak boleh kasih makanan ini-itu (padahal orang tua
tidak mampu menyediakan) hanya karena takut anak tidak bisa mencernanya dan
ginjal tidak kuat. 

Pada masa awal MPASI, varietas bahan makanan yang diberikan dikenalkan
sebagai “rasa tunggal”. Ini dilakukan selama 2 minggu pertama
MPASI. Variasikan pilihan rasa tunggal dari berbagai kelas bahan makanan,
misalnya pagi karbohidrat - siang sayur - malam buah. Amati reaksi alergi, alergi
ada yang tipe lambat baru muncul dalam 72 jam. Setelah umur bayi 6 bulan 2
minggu berikan bubur MPASI yang komplit, bubur halus/saring lengkap
karbohidrat+ sayur + protein hewani +protein nabati (kacang-kacangan atau
olahannya) +sumber lemak tambahan (santan/minyak/mentega/margarin).
Makanan pertama prioritaskan memilih sumber karbohidrat (bubur serealia seperti
bubur beras, bubur jagung, kentang tumbuk, pisang kerok) dan segerakan
memberikan bahan pangan hewani. 

Tambahkan minyak atau margarin setengah hingga satu sendok teh ke dalam
bubur bayi untuk meningkatkan kandungan energi serta agar makanan licin dan
mudah ditelan bayi. Ibu bisa menggunakan minyak apapun yang tersedia di rumah
selama minyaknya masih bersih dan bagus bukan minyak bekas
menggoreng. Tambahkan minyak ketika bubur akan disajikan ke bayi. Hindari
makanan dan minuman manis seperti teh, soda, atau biskuit manis.
Jangan memberikan makanan yang keras dan berpotensi untuk tersedak. Hindari
pemberian makanan asin seperti ikan asin.

Bubur bayi dari tepung:


Disarankan memasak bubur dari nasi atau beras. Namun, beberapa suku
memiliki kebiasaan menyimpan bahan makanan pokok dalam bentuk tepung
supaya awet seperti masyarakat Papua dengan sagu atau warga Wonosari
dengan tepung singkongnya. Ibu bisa memasak bubur bayi dari bahan pokok
yang tersediadi rumah, sesuaikan saja dengan menu meja keluarga.

9
Cara memasak bubur MPASI WHO :
1. Ambil nasi satu mangkok ditambah air satu mangkok. (air bisa kaldu atau
santan)
2. Tambahkan bumbu, sayur-mayur dan lauk-pauk. Bumbu utuh saja,
bawang cukup dibelah dua danjangan ikut dilumatkan. Sayur dan lauk yang diiris
halus.
3. Masak di atas api hingga air habis sehingga nasi telah menjadi bubur lembik.
4. Ambil bubur lembik lalu lumatkan dengan saringan kawat.
5. Ambil hasil pelumatan bubur dibalik saringan kawat sehingga menjadi bubur
lumat.
6. Sajikan dengan ditambahkan sedikit minyak atau margarin atau mentega
sebagai sumber penambahan kalori karena permasalahan gizi di Indonesia
banyak anak kurang asupan kalori. Tambahkan minyak sekitar setengah
hingga satu sendok teh disesuaikan kebutuhan serta kondisi anak. Jika bubur
telah tinggi kalori/lemak maka batasi penambahan minyak. Jika bubur
hanya mengandung sedikit kalori bisa ditambahkan minyak sekitar setengah
hingga satu sendok.
7.Waktu memesak sekitar 10 menit

Bolehkah MPASI sayur dan buah saja?

Makan ala diet vegetarian yaitu hanya memberikan bayi makanan


buah sayur serta bahan pangan nabati lain -sudah dibuktikan dari serangkaian
penelitian para ahli-tidak bisa memenuhi kekosongan zat gizi yang diperlukan
bayi (alasannya sudah saya jelaskan di atas), kecualiibu juga memberikan bayi
suplementasi dan produk makanan yang telah difortifikasi di bawah pengawasan
dokter anak. Jika pilihan MPASI ibu hanya buah dan sayuran yang boleh
dimakan bayi, tentu bayi akan rentan mengalami kekurangan energi, kecuali
jumlah makanan yang diberikan sangat banyak dengan risiko bayi sembelit
karena makan melebihi kapasitas pencernaannya (ingat bahwa bayi
membutuhkan lebih banyak makanan jika kandungan kalorinya makin sedikit).

10
Susu sapi untuk bayi:
Susu sapi dan hewan lain belum boleh menjadi minuman utama bagi bayi di
bawah 12 bulan karena terkait dengan risiko perdarahan di saluran cerna
serta menghambat penyerapan zat besi. Namun, ibu bisa menggunakan susu dan
produk susu seperti keju, yoghurt, dan lainnya sebagai campuran dalam MPASI
jika bayi tidak sensitif dan alergi. Madu untuk bayi:
Madu baru diberikan pada anak di atas umur 12 bulan terkait risiko botulisme
akibat adanya Clostridium botulinum yang mencemari madu.
Makanan pencetus alergi:
Terkait ketakutan akan adanya alergi sebenarnya tidak ada pantangan makanan
bagi bayi:Untuk bayi yang terlahir dari keluarga yang sangat kuat dan jelas
riwayat alerginya direkomendasikan menunda pemberian susu sapi hingga usia
anak 1 tahun, telur hingga usia anak 2 tahun dan kacang tanah, kacang-
kacangan, dan ikan hingga anak 3 tahun (AAP, 1998).
Namun demikian, penelitian yang membuktikan adanya manfaat penundaan atau
pembatasan makanan dalam MPASI belum ada (Halken dan Host, 2001) sehingga
para ahli internasional tidak merekomendasikan pembatasan diet pada MPASI
anak (WHO/IAACI, 2000).
Kejadian alergi makanan terjadi pada sekitar 2 –8% anak berumur
kurang dari 3 tahun, tandanya biasanya langsung muncul dalam beberapa
jam setelah anak makan.Gejala yang mungkin timbul antara lain gejala
saluran pencernaan (diare, muntah, sakit perut), gejala saluran pernafasan
(batuk, mengi, infeksi telinga), gejala di kulit (bercak merah atau gatal) dan
gejala sistemik (syok anafilaksis hingga BB anak susah naik bahkan gagal
tumbuh). Alergi juga bisa muncul lambat setelah 72 jam terpapar alergen,
jadi setelah 3 hari baru muncul gejala alergi.
Berikan air putih yang bersih dan sudah dimasak sebanyak kurang lebih 4
–8 oz (120 –240 mL) per hari, sebenarnya pemberian air putih bagi bayi yang
sudah MPASI ini tidak dibatasi jadi menyesuaikan kebutuhan bayi. Tawarkan
bayi minum air putih setiap selesai makan. Patokannya: lihat urin dan feses

11
bayi. Jangan sampai bayi kekurangan cairan. Bayi yang tinggal di daerah
panas akan membutuhkan lebih banyak minum sebagai pendamping MPASI.
Pemberian air putih bagi bayi yang sudah makan MPASI berguna sebagai suplai
cairan juga untuk mencegah sembelit
Bagaimana dengan gula dan garam?
Gula dan garam tidak direkomendasikan, bayi yang sebelumnya terbiasa
dengan rasa ASI yang tawar tidak akan bermasalah dengan makanan tanpa
gula garam, lidah bayi berbeda dengan lidah orang dewasa yang sudah
mencoba beaneka ragam rasa makanan. Dengan tanpa gula garam bayi juga dapat
mengenali cita rasa makanan asli.

5. Active / Pemberian makan dengan cara aktif/responsive

MPASI bukan hanya sekedar makanan namun juga cara makan, kapan waktu
makan, tempat makan, dan faktor pemberi makanan sehingga dalam MPASI
WHOini juga diperhatikan faktor psikososial anak
 Suapi bayi dan perhatikan anak yang lebih besar serta beri
bantuan bila dia membutuhkan. Beri anak makanan dengan sabar
dan penuh perhatian, dorong anak untuk mau makan namun jangan
paksa anak untuk makan.
 Jika anak menolak makan, coba ganti kombinasi makanan, rasa,
tekstur dan metode makan.
 Minimalisasi gangguan saat anak makan jika anak tipe yang mudah
teralihkan perhatiannya.
 Waktu makan adalah saatnya anak untuk belajar dan waktu keluarga
mencurah cinta dan saling berkomunikasi sehingga ajak anak untuk
mengobrol dengan kontak mata yang penuh kehangatan.
 Jika anak menolak sendok coba berikan makan dengan
menggunakan tangan. Pastikan tangan ibu bersih.

12
Metode pemberian makan aktif responsif(jadi ibu menyuapi anak tapi anak
juga dilibatkan secara aktif untuk makan) telah terbukti dari berbagai
penelitian yang dilakukan bisa membuat anak makan lebih banyak.

Cara pemberian makan aktif responsif:


Berikan anak makanan dalam piring tersendiri sehingga ibu bisa mengukur
banyaknya makanan yang dimakan anak. Beri makan dengan alat makan
sesuai perkembangan umur anak serta budaya setempat, ada beberapa
kebudayaan yang memberikan sendok yang lebih kecil bagi bayi. Bayi yang
lebih besar akan tertarikuntuk makan sendiri, berikan dia sendok untuk
berpartisipasi menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sambil dibantu oleh ibu.
Pemberian ASI pada saat MPASI masih seperti pada saat masa
ASI eksklusif yaitu sesering dan selama yang anak inginkan.
Pada umur 6 –12 bulan WHO menyarankan untuk menyusui terlebih dahulu
sebelum memberikan makanan lain. Beberapa ahli menyarankan menyusui
setelah anak makan. Namun teknis pelaksanaannya dikembalikan kepada
kenyamanan ibu dan anak. Jangan takut anak menyusu akan membuat anak
malas makan. Menyusu semau bayi pada masa-masa ini akan tetap
membuatnya masih lapar karena ASI sangat berbeda dari susu formula dan sudah
tidak bisa memenuhi kebutuhan nafsu makan juga energi bagi bayi.
Keuntungan masih menyusui semau bayi pada masa MPASI antara lain:
 Bayi akan terlindungi dari reaksi peradangan dan infeksi karena ada
sel-sel darah putih, antibodi, antiradang dan aktivator sel darah putih di
dalam ASI.
 Epidermal growth factor di dalam ASI akan membantu
perkembangan sel-sel usus jugapapilla lidah/taste bud bayi.

Papilla lidah yang sehat akan membuat anak mudah merasakan rasa makanan
sehingga nafsu makannya menjadi baik. Pencernaan yang berkembang
sempurna membantu bayi makin efektif mencerna makanan.

13
 Terdapat enzim percerna karbohidrat, lemak dan protein di dalam
ASI sehingga proses pencernaan zat gizi dalam makanan akan semakin
efisien.

6. Higienitas MPASI WHO


Pada masa-masa ini bayi sangat rentan terkena diare sehingga ibu harus
memastikan kebersihan makanan, air, alat makan, proses memasak dan
tangan (pemberi makan maupun bayi). Cuci tangan ibu dan bayi dengan air serta
sabun saat mau memasak, mau makan dan setelah dari toilet (sabun biasa,
tidak perlu sabun antibakteri). Disarankan menggunakan peralatan makan
yang mudah dibersihkan seperti cangkir, mangkok dan sendok, bukan
botol-sendok, dot atau pipet. Makanan bayi bisa disimpan di kulkas dalam
rentang yang tidak terlalu lama (misal ibu bekerja menyiapkan makanan untuk 1
hari, jangan 3 hari apalagi 1 minggu).
Masak dengan benar hingga makanan matang. Bubur bayi yang tidak
disimpan di kulkas sebaiknya segera digunakan dalam waktu 2 jam. Pastikan
makanan mentah yang dimakan bayi bersih dan aman. Pisahkan makanan
mentah dan matang.Jadi kalau di cara makan menurutMPASI WHOini cukup
dengan makanan yang ada di meja makan keluarga. Ambil nasi dari nasi
keluarga (kenapa memasak bubur dari nasi bukan beras? Supaya hanya
dibutuhkan tambahan air sedikit agar tidak terlalu encer, juga biar cepet
masaknya) lalu pisahkan sayur juga lauk yang belum dibumbui bumbu-
bumbu tajam (misal merica atau cabe).Untuk menu sesuaikan saja dengan
masakan yang ibu masak dengan tekstur dan jumlah menyesuaikan tahap
perkembangan anak.

14
B. Resep MP-ASI Untuk Bayi Usia 9-11 Bulan

1. Sop daging cincang

Menginjak usia 9 bulan, ibu bisa membuat menu makan si kecil dengan
tekstur yang tidak terlalu halus. Salah satu bahan makanan yang bisa digunakan
adalah daging cincang.

Berdasarkan Data Komposisi Pangan Indonesia, 100 gram daging sapi cincang
mengandung:
 Energi: 184 kalori
 Protein: 18,8 gram
 Lemak: 14 gram
Daging sapi bermanfaat untuk meningkatkan kadar lemak dalam tubuh bayi.
Lemak bermanfaat sebagai cadangan energi yang dibutuhkan oleh si kecil.
Berikut resep sop daging cincang sebagai menu MPASI bayi usia 9 bulan:
Bahan-bahan:
 2 sdm daging cincang
 1 butir kentang
 1 butir telur puyuh
 4 potongan kecil wortel
 1 siung bawang putih
 300 ml air
 Garam secukupnya
Cara membuat:
1. Cuci bersih semua bahan-bahan.
2. Rebus daging cincang dengan 300 ml air sampai mendidih.
3. Masukkan bawang putih, kentang, telur puyuh, dan potongan wortel sampai
empuk.
4. Aduk merata dan pastikan sudah empuk.
5. Matikan kompor, diamkan sampai agak hangat.
6. Cacah atau cincang sop daging sampai agak kasar.

15
Untuk mencincang sop daging, Anda bisa menghancurkannya dengan sendok
sesaat sebelum makan.
Resep MPASI yang satu ini bisa diberikan pada bayi usia 9, 10, dan 11 bulan.
Sop daging cincang bisa dipakai untuk 3 kali makan, pagi, siang, dan malam.
Simpan menu MPASI di wadah tertutup dan masukkan ke dalam kulkas.
Hangatkan menggunakan rice cooker sesaat sebelum waktu makan.
2. Makaroni karbonara

Bila berat badan bayi kurang dan Anda ingin menaikkannya, menu yang satu ini
bisa menjadi pilihan.

Makaroni termasuk salah satu karbohidrat selain nasi dan bisa menjadi bahan
MPASI si kecil. Dalam 100 gram makaroni mengandung 78 gram karbohidrat dan
8,7 gram protein.
Resep makaroni karbonara juga memakai bahan lain sebagai pelengkap yang tidak
kalah bergizi untuk MPASI bayi usia 9, 10, dan 11 bulan. Berikut selengkapnya:
Bahan-bahan:
 3 sdm makaroni (sudah direbus)
 1 sdm daging sapi cincang
 ½ sdm jamur tiram (cincang sampai halus)
 ½ sdm sawi
 1 siung bawang putih yang dihancurkan
 125 ml susu UHT
 30 ml air matang
 1 sdt tepung maizena
 Keju parut
 Margarin
Cara membuat:
1. Tumis bawang putih memakai margarin sampai harum.
2. Masukkan daging sapi cincang, tumis sampai berubah warna.
3. Tuang susu UHT dan air matang, masak sampai mendidih.
4. Masukkan makaroni, aduk sebentar.

16
5. Tambahkan jamur dan sawi, aduk merata.
6. Masukkan larutan maizena dan parutan keju, aduk sampai mengental.
7. Sajikan selagi hangat.
Kombinasi antara susu UHT, daging sapi cincang, dan keju mampu menambah
lemak pada resep MPASI bayi 9 bulan ini.
Dalam 100 ml susu UHT mengandung 35 gram lemak. Sementara dalam 100
gram keju mengandung 20 gram lemak.
Kandungan lemak di dalam resep makaroni karbonara di atas sesuai dengan
kebutuhan lemak bayi.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG), kebutuhan lemak harian bayi usia 7-
11 bulan adalah 36 gram.

3. Roti panggang keju telur

Menu yang satu ini bisa menjadi camilan atau makanan selingan di antara jam
makan utama.
Roti panggang keju telur juga bisa digunakan sebagai finger food atau makanan
yang mudah dipegang dan digigit dengan mudah oleh bayi.
Roti termasuk sumber karbohidrat yang bisa menambah energi bayi. Dalam 100
gram roti mengandung 50 gram karbohidrat dan 248 kalori energi.
Sementara telur terkenal dengan makanan yang kaya akan protein. Sekitar 10
gram protein terkandung dalam 100 gram telur.
Berikut resep roti panggang keju telur sebagai menu MPASI bayi usia 9,10, 11
bulan:
Bahan-bahan:
 2 lembar roti tawar
 1 butir telur
 1 sdm keju
 Margarin secukupnya
Cara membuat:
1. Potong roti menjadi 4 bagian.

17
2. Siapkan telur di dalam wadah dan masukkan keju lalu aduk rata.
3. Masukkan potongan roti ke dalam adonan telur.
4. Panaskan wajan dan lelehkan margarin.
5. Angkat roti yang sudah dicelupkan ke dalam adonan
6. Panggang roti sampai matang.
Dikutip dari Healthlink British Columbia, finger food bermanfaat untuk
mengenalkan dan membiasakan bayi makan makanan dengan tekstur berbeda.
Selain itu, finger food mampu meningkatkan koordinasi dan motorik kasar bayi
dengan belajar memegang makanan sendiri.
Untuk bayi, camilan tidak kalah penting dengan makanan utama.
Pasalnya, bayi memiliki lambung yang lebih kecil sehingga ia akan lebih mudah
lapar. Makanan selingan berfungsi ‘mengganjal’ perut bayi yang sedang lapar.
4. Nasi tim semur ayam tahu

Saat si kecil sudah tidak selera makan bubur, Anda bisa menaikan teksturnya
menjadi lebih kasar, seperti nasi tim.
Teman makan yang bisa digunakan sebagai lauk untuk nasi tim adalah ayam dan
tahu.
Keduanya merupakan protein nabati dan hewani yang penting untuk tumbuh
kembang anak dan mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Dalam 100 gram tahu, mengandung 10,9 gram protein. Sementara itu, 100 gram
ayam mengandung 35 gram protein.
Berikut resep nasi tim semur ayam tahu untuk menu MPASI bayi usia 9, 10, dan
11 bulan:
Bahan-bahan:
 4 sdm beras
 1 sdm ayam cincang
 4 buah tahu yang dipotong dadu
 1 sdt kecap manis
 ½ kecap asin
 ½ sdt Margarin

18
 1 siung bawang merah dan putih
Cara membuat:
1. Masukkan beras dan wortel ke dalam slow cooker, atur waktu selama 2 jam.
2. Sambil menunggu nasi tim, tumis bawang merah dan putih memakai
margarin.
3. Setelah harum, masukkan air dan panaskan sampai mendidih.
4. Masukkan ayam giling, masak sampai setengah matang.
5. Masukkan tahu, kecap manis, dan asin.
6. Setelah matang, sajikan ayam dan tahu bersama nasi tim wortel.
Untuk memudahkan memasak, gunakan rice cooker atau slow cooker. Dengan
begitu, ibu tidak repot menunggu nasi tim karena bisa diatur waktu dan tingkat
kematangannya.

5. Nasi tim ikan patin

Ikan termasuk bahan makanan sumber protein yang memiliki banyak


manfaat.
Mengutip dari Healthy Children, ikan kaya akan lemak omega 3, protein, dan
mineral yang berfungsi untuk meningkatkan perkembangan otak dan mata anak.
Ikan patin termasuk ke dalam bahan makanan yang tinggi protein. Dalam 100
gram, ikan patin mengandung 17 gram protein dan 6,6 gram lemak.
Berikut resep nasi tim ikan patin untuk menu MPASI bayi dari usia 9, 10, dan 11
bulan:
Bahan-bahan:
 2 iris ikan patin
 4 sdm beras
 2 sdm wortel kukus yang sudah dicincang
 1 siung bawang putih dan merah
 ½ tomat kupas
 1 buah keju balok
 500 ml air

19
 Garam gula secukupnya
Cara membuat:
1. Cuci beras yang sudah disiapkan, lalu masukkan air dan rebus sampai
mendidih.
2. Masukkan bawang putih, bawang merah, dan ikan patin dengan api kecil.
3. Aduk sesekali sambil memeriksa tingkat kelunakan beras.
4. Masukkan tomat, wortel, keju, gula, dan garam. Aduk sampai larut dan
mengental.
5. Setelah matang, tuang ke dalam mangkuk dan siap disantap si kecil.
Meski bayi sudah mulai bisa makan dengan tekstur agak kasar, tetap perhatikan
cara ia mengunyah. Hal tersebut untuk mengantisipasi bayi tersedak saat sedang
makan.
Dikutip dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), tetap berikan ASI atau
susu formula saat fase MPASI untuk memenuhi sebagian kebutuhan energi bayi
usia 9-12 bulan.
Kebutuhan energi tambahan yang diperlukan dari MPASI adalah 300 kilo kalori
dalam satu hari.
Untuk itu, Anda juga perlu memerrhatikan jadwal makan si kecil. Idealnya, bayi
makan 3-4 kali sehari, disertai 1-2 kali camilan.

C. Telaah Jurnal MP-ASI


Jurnal 1 :
Praktik Pemberian Mpasi (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) Pada Anak
Stunting Dan Tidak Stunting Usia 6-24 Bulan
Siti Nurkomala1, Nuryanto1, Binar Panunggal1
1 Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Jln. Prof. H. Soedarto, Sh., Semarang, Telp (024) 8453708, Email :
Gizifk@Undip.Ac.Id

Praktik pemberian MPASI berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi dan


anak. Pemberian MPASI yang tidak tepat dapat menyebabkan stunting. Bayi dan

20
anak berisiko mengalami stunting sejak usia enam bulan dan seterusnya yaitu saat
ASI saja tidak cukup memenuhi kebutuhan semua zat gizi dan perlu dimulainya
memberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Pemberian MPASI sering
diberikan dalam jumlah yang tidak mencukupi kebutuhan serta seringkali
memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan ASI.9 Kualitas MPASI
dipengaruhi oleh variasi bahan makanan yang digunakan, sedangkan kuantitas
MPASI berkaitan dengan frekuensi pemberian dalam sehari. Kualitas dan
kuantitas MPASI secara positif dapat mempengaruhi pertumbuhan linear, namun
dengan hanya meningkatkan kuantitas makanan tidak akan efektif jika kualitas
makanan buruk.1Pemberian MPASI yang tepat adalah memenuhi persyaratan
tepat waktu, adekuat, aman, dan diberikan dengan cara yang benar.11 Di samping
MPASI, pemberian ASI terus dilanjutkan sebagai zat gizi dan faktor pelindung
penyakit hingga anak mencapai usia dua tahun. MPASI yang adekuat
didefinisikan sebagai makanan yang memiliki kandungan energi, protein, dan
mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan bayi guna menunjang
pertumbuhan yang optimal.9 Bayi dan anak yang diberikan MPASI kurang dari
enam bulan seringkali memiliki kecukupan asupan energi, protein dan zat gizi
mikro yang rendah seperti besi dan seng. Sebagian besar subjek pada kelompok
stunting dan tidak stunting mendapatkan MPASI pertama saat berusia kurang dari
enam bulan. Anak yang menerima variasi bahan MPASI yang rendah lebih
banyak ditemukan pada kelompok stunting, sedangkan frekuensi konsumsi
MPASI yang rendah terjadi pada kedua kelompok subjek usia 9-24 bulan. Rerata
asupan energi, protein, besi, dan seng berbeda signifikan antara kelompok
stunting dan tidak stunting usia 6-24 bulan .
Jurnal 2 :
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(Mp-Asi) Usia 6-11 Bulan Di Puskesmas Bara-Baraya Makassar

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau


minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24
bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. Menurut Depkes-RI (2006),

21
kurangnya frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari akan berakibat gizi anak
tidak terpenuhi dan pemberian MP-ASI yang melebihi frekuensi pemberian akan
mengarah pada gizi lebih. Angka kematian bayi sesuai SDG’s/MDG’s
(Sustainable Development Goals/Millenium Development Goals) relatif masih
cukup tinggi. Salah satu penyebabnya adalah adalah belum tercukupinya makanan
pendamping air susu ibu yang di berikan baik itu dari segi waktu kualitas dan
kuantitas. Berdasarkan hasil penelitian “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Usia 6 – 11 Bulan di
Puskesmas Bara-baraya Makassar” yang dilakukan pada tanggal 17 April – 25
Mei 2019, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang
makanan pendamping air susu ibu (MP - ASI) umur 6-12 bulan adalah sebagian
besar termasuk dalam kategori cukup yaitu sebanyak 16 responden (57.14%).

Jurnal 3 : Perbedaan Status Gizi Bayi Usia 6-9 Bulan Yang Diberi MPASI Buatan
Pabrik Dan Rumah
The Differences Of Nutritional Status Of 6-9 Months Old Infant Given Factory-
Made And Homemade Complementary Foods
Erizvina Marisa Anggraeni1, Dewi Marhaeni Diah Herawati2, Viramitha
Kusnandi Rusmil3, Tisnasari Hafsah3

Keadaan status gizi bayi usia 6-9 bulan bergantung pada kecukupan nutrisi
dari air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI (MPASI). Pemberian
MPASI yang tidak tepat, berkontribusi terhadap terjadinya gizi kurang dan buruk
padaanak. Asupan makanan sebagai sumbergizi untuk anak hingga 2 tahun
diperoleh dari air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI (MPASI).
Pemberian MPASI diperlukan karena ASI hanya dapat memenuhi sekitar 60-70%
dari kebutuhan gizi ketika bayi menginjak usia 6 bulan (4).Secara umum, terdapat
dua jenis MPASI yang digunakandalam masyarakat, yaitu MPASI komersial atau
buatan pabrik dan MPASI lokal atau buatan rumah. Kedua jenis MPASI tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi .
Konsumsi jenis MPASI di tujuh desa dalam cakupan wilayah kerja Puskesmas

22
Jatinangor didominasioleh jenis MPASI buatan pabrik. Kandungan gizi makrodan
mikro dari kedua jenis MPASI sudah sesuai nilai AKG yang dibutuhkan dari
MPASI kecuali untuk mineral kalsium, besi, dan seng. Status gizi bayi usia 6-9
bulan tidak berbeda bermakna berdasarkan jenis MPASI buatan pabrik dan buatan
rumah. Hasil ini menggarisbawahi perlunya petugas kesehatan di puskesmas atau
posyandu untuk memberikan penyuluhan tambahan kepada masyarakat khususnya
ibu yang memiliki bayi terkait praktik pemberian MPASI yang baik dan benar,
yaitu MPASI yang mencukupi kebutuhan nutrisi bayi dengan memperhatikan
aspek variasi sumber makanan, bentuk, frekuensi, dan jumlah yang diberikan.

23
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Prinsip pemberian Makanan Pendamping ASI adalah :
a. Jaga agar asupan ASI tidak banyak berkurang.
b. Makanan pertama adalah yang paling risiko alerginya dan sedapat
mungkin agak tawar. Dalam hal ini, makanan pertama idealnya
adalah beras-berasan (tidak usah tepung beras). Bukan buah.
c. Daging (merah) dan protein lain mulai diperkenalkan di usia 6.5 bulan.
d. d.Berikan makanan homemade, bahan setempat, dan bukan makanan
instan.
e. Awali dengan lembut (konsistensi bubur) dan bertahap semakin
kental dan agak kasar, dan di usia 12 bulan sudah bisa mengkonsumsi
makanan kita. Dengan catatan, tanpa garam gula.
f. Makan buat anak harus jadi aktivitas yang menyenangkan, tidak
membosankan (menu jangan tim saring campur aduk dari hari ke
hari), makanannya menarik dilihat, enak harumnya dan enak rasanya.
g. Di usia menjelang 7 bulan sudah mulai diperkenalkan pada berbagai
macam buah. Mangga, apel, pir, jambu klutuk merah, melon,
semangka, kiwi, dan lain lain. Tidak harus pisang jeruk dan
pepayasetiap hari.
h. Ketika anak menolak suatu makanan, jangan cepat-cepat diartikan ia tak
suka. Setelah beberapa minggu, bisa dicoba kembali diberikan.

B. Saran
a. Dengan adanya panduan dari WHO tentang Makanan Pendamping ASI ini
agar dapat disosialisasi kepada seluruh tenaga kesehatan. Nantinya
dapat bermanfaat bagi keluarganya dan masyarakat

24
b. Agar dapat informasi tentang panduan MP-ASI menurut
WHO ini dapat disebarluaskan kepada ibu yang mempunyai bayi dan
batita.
c. Anak yang sehat dan cerdas berawal dari asupan nutrisi yang baik
pada masa 1000 hari pertama kehidupannya, dari dalam kandungan
sampai umur 24 bulan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, Modul konseling: Pemberian Makan Bayi dan Anak.

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/66389/1/WHO_NHD_00.1.pdf

http://www.unicef.org/nutrition/files/Final_IYCF_programming_guide_2011.pdf

http://www.who.int/nutrition/publications/guiding_principles_compfeeding_breas
tfed.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai