MAKALAH
Sebagai Tugas Politik Hukum
Pada Program Pasca Sarjana (S-2) pada Fakultas Hukum
Universitas Pamulang
Oleh :
JETTER WILSON SALAMONY
201017450012
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
BANTEN
2021
1
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
sangat penting, dimana GBHN yang ada selain menjadi amanat Undang-
undang Dasar 1945, keberadaan GBHN sangat penting karena Negara ini
memerlukan visi Negara bukan visi pribadi atau visi kelompoK. GBHN
pembangunan oleh presiden pun tidak akan melenceng dari GBHN karena
diperlukan karena saat ini acuan dari sistem pembangun di desa, kota,
pemerintah pusat dan daerah belum sepenuhnya efektif, hal ini disebabkan
kebijakan pusat sering tidak direspon baik oleh pemerintah daerah, dan
antar daerah masih terasa. Maka desentralisasi daerah dan otonomi daerah
dan memperbaiki kualitas bangsa dan negara. Oleh karena sejalan dengan
tujuan bangsa Indonesia yang tertuang pada alinea keempat UUD NRI 1945,
1
Satjipto rahardjo. Membedah Hukum progresif , Penerbit Buku Kompas, Jakarta
2007. Hal.
5
kembali GBHN adalah hal yang tidak bertentangan dengan UUD NRI 1945
Dan hal yang menjadi sebuah pertanyaan bagi masyarakat bahkan kepada
ini lalu menarik perhatian saya sebagai mahasiswa hukum sekaligus penulis
dengan judul:
Agar penelitian ini tidak melebar dan bias maka Penelitian ini hanya
B. Perumusan Masalah
ini. Adapun perumusan masalah yang diangkat dalam tulisan ini adalah
sebagai berikut:
C. Metode Penelitian
adalah metode Yuridis normatif dimana dengan metode ini peneliti dapat
2
Data sekunder (dalam penelitian hukum disebut bahan hukum primer)
merupakan data yang telah dalam keadaan siap pakai, bentuk dan isinya telah disusun
peneliti terdahulu dan dapat diperoleh melalui instansi-instansi tertentu, misalnya Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, Konvensi Internasional, Putusan Pengadilan
7
2004)
ini
masalah dan memberikan berbagai saran atau masukan setelah semua data
yang dibutuhkan baik data berupa primer, data sekunder, dan data tersier
D. Pembahasan
(GBHN)
bangsa yang beradab, berakhlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera
sebagai berikut:
1. Sebagai visi dan misi rakyat indonesia yang ditujukan untuk rencana
3
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Garis-garis Besar Haluan Negara periode
1998 – 2004, Jakarta 1998. Hal.1
4
Ibid, hal.2
9
2. Sebagai tata cara, perilaku, cara bertindak dan cara pemersatu didalam
ras.
3. Sebagai landasan penting untuk menentukan arah dan tujuan yang tepat
makmur, bersatu dan saaling gotong royong demi terwujudnya cita cita
pendapatnya
bermasyarakat. agar tercipta rasa iman dan takwa kepada tuhan yang
tertinggi setelah UUD 1945 yang harus dilaksanakan oleh semua lembaga
disemangati dan dibantu oleh menteri menteri yang telah di beri mandat dan
GBHN akan berdampak buruk pada fungsi MPR dan mengacaukan sistem
untuk mewujudkan cita cita bangsa dan negara yang ber-bhineka tunggal
sampai tahun 1960 dokumen GBHN tidak pernah dibuat dan ditetapkan
pada saat peringatan hari kemerdekaan. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi
adalah perlunya arah tujuan dan pedoman tertentu dan jelas untuk
terpimpin dan ekonomi terpimpin”. Selain itu dalam Penpres itu juga
dijelaskan bahwa “arah tujuan dan pedoman yang jelas menyeluruh itu
beserta usaha usaha pokok dari pada revolusi kita yang menyeluruh”.
Perpres ini kemudian diperkuat lagi melalui Tap MPRS No. I/MPRS/1960
September 1960 di muka Sidang Umum PBB yang berjudul “To Build the
13
1961 – 1969. Rancangan ini kemudian diterima dan ditetapkan oleh MPRS
Negara dan Haluan Pembangunan. GBHN ini juga mengacu pada Pidato
dipengaruhi kondisi politik zaman itu serta situasi politik dunia yang
kaum buruh, tani, nelayan dan kaum pekerja pada umumnya dengan
and forces) dalam negeri, dimana kaum buruh dan tani memegang peranan
tahun 1965.
kemudian dikenal dengan era Orde Baru. Soeharto dengan dibantu oleh para
Tahun I (Repelita I), untuk kurun waktu tahun 1969 sampai dengan tahun
berakhir pada tahun 1998. Proses perencanaan pada era Repelita selalu
didasarkan kepada GBHN yang dihasilkan oleh MPR yang bersidang lima
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sejak 1 April 1969
hingga 21 Mei 1998, tidak kurang dari enam Tap MPR tentang GBHN.
Enam Tap MPR tersebut, yaitu: (i) Tap MPR No. IV/MPR/1973; (ii) Tap
MPR No. II/MPR/ 1978; (iii) Tap MPR No. IV/ MPR/1983; (iv) Tap MPR
No. II/MPR/1988; (v) Tap MPR No. II/MPR/1993; dan terakhir (vi) Tap
alir dari proses ini dapat dilihat pada Bagan 1 (Bratakusumah, 2003). Bagan
Bratakusumah (2003)
16
terkenal pada zaman itu adalah trilogi pembangunan.5 Semua kekuatan dan
5
Trilogi pembangunan itu terdiri dari: (1) Stabilitas nasional yang sehat dan
dinamis;(2) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi; dan (3) Pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
17
Dalam GBHN yang ditetapkan oleh MPR tahun 1998, semestinya pada
tahun itu Indonesia sudah memasuki Repelita VII. Namun krisis ekonomi
pembangunan yang telah disusun sejak masa awal Orde Baru dengan
ditetapkan oleh MPR untuk jangka waktu panjang dan memang dibuat
Dalam dokumen ini juga dijelaskan bahwa ketetapan ini hanya berlaku
6
Era tinggal landas dalam konsepsi pembangunan Orde Baru adalah masa setelah
Indonesia menyelesaikan program Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun (PJP) Tahap I
yang berlangsung sejak 1968 hingga 1993. PJP Tahap II direncanakan sejak 1993 – 2018.
Konsep tinggal landas itu sendiri banyak dipengaruhi oleh pemikirim WW.Rostow (1960).
Menurut Rostow ada lima tahapan pembangunan yaitu: masyarakat tradisional, persyaratan
untuk lepas landas, lepas landas, gerakan kearah kedewasaan, dan yang terakhir masa
konsumsi tinggi
18
presiden dalam sidang umum MPR RI tahun 1999. MPR RI hasil pemilu
demokratis yang sebelumnya tidak ada. Selain itu ada penegasan soal
secara eksplisit lagi seperti pada GBHN pada masa Orde Baru. Untuk
melihat perbedaan dua produk GBHN ini dapat dilihat dalam Tabel 1.
UUD oleh Badan Pekerja MPR penghapusan GBHN ini berkaitan dengan
perubahan model pemilihan presdien dan wakil presiden yang tadinya oleh
diperlukan adanya tolok ukur dari MPR, sehingga Presiden itu nanti tidak
7
Amandemen UUD 1945 sebanyak 4 kali. Amandemen Pertama disahkan pada 19
Oktober 1999. Amandemen Kedua disahkan pada 18 Agustus 2000. Amandemen Ketiga
disahkan pada 10 November 2001. Dan, Amandemen Keempat disahkan pada 10 Agustus
2002
21
akan tetapi langsung kepada para pemilih. Sehingga jika seorang Presiden
dari F-PBB yang saat ini menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi dalam
nasional sejak tahun 2004. Pada tahun ini pula pemilihan langsung
puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025,
dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi,
dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan
disusun dalam bentuk atau format yuridis yang berbeda. GBHN pada
24
dijelaskan secara runtut arah dan tahapan pembangunan yang ingin dicapai
dalam RPJMN untuk lima tahun dan RKP untuk jangka waktu satu tahun.
Walikota) saat ini dipilih langsung oleh rakyat dan mereka memiliki
negara yang kuat yang mampu melakukan kontrol terhadap seluruh proses
dipilih langsung oleh rakyat, tidak bisa berbuat banyak. Sebagai akibatnya,
E. Penutup/Kesimpulan
berikut:
pemilihnya.
F. Daftar Pustaka
Achmad Ali, Menguak Takbir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),
Penerbit Toko Gunung Agung, Jakarta, 2007
H.Faried Ali dan H.A.Gau Kadir,Filsafat dan Ilmu Pemerintahan, Penerbit Refika
Aditama, Bandung 2015
I Dewa Gede Atmaja dan I Nyoman Putu Budiartha, Teori - teori hukum, Penerbit
Setara Press, Malang, 2018
Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Penerbit Remaja
Rusdakarya, Bandung 1993
Mahfud MD, Politik hukum di Indonesia, Penerbit Rajawali Press, Depok 2018
28
Moh.Kusnardi dan Bintan Saragih, Ilmu Negara, Penerbit Gaya Media Pratama,
Jakarta, 2015
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Kencana, Jakarta, 2008
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum , Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,2000