Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/ 3 Mei 2011

m.k. Engineering Akuakultur Kelompok : 8 (delapan)


Dosen : Dr. Eddy Supriyono, M.Sc.
Asisten : 1.Rahma Vida Anandasari
2. Arif Supendi S.Pi., M.Si.
3. Upmal Deswira
4. Ruly Ratannanda
5. Agus Prastiawan
6. M. Rijalul Fikri

PENGUKURAN DEBIT
(HIDROLOGI)

Disusun Oleh:

Diska Balinda C14080030

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
I. METODOLOGI

1.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengukuran Debit Air (Hidrologi) dilaksanakan pada hari
Kamis 21 April 2011 pada pukul 13.30-18.00 WIB, Praktikum dilaksanakan di
Laboratorium Lapangan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

1.2 Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah batang kayu kecil, air
PK, dan PK Maizena. Alat yang digunakan adalah gergaji, penggaris, saluran inlet
dan outlet kolam, palang kayu berbentuk segitiga dan persegi.

1.3 Prosedur Kerja


Terdapat beberapa metode dalam pengukuran debit. Pada praktikum ini,
hanya sebagian metode yang dilakukan. Diasumsikan paling mudah untuk
diteraplan tanpa peralatan yang lebih berteknologi untuk mendapatkan hasil yang
baik. Berikut merupakan prosedur metode pengukuran debit pada bagian inlet dan
outlet kolam Departemen Budidaya Perairan:

1.3.1 Pengukuran Debit pada Inlet


 Float Method
Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu. Lokasi yang
akan diukur dibersihkan, saluran diberi tanda dan diukur panjang, lebar, dan tinggi
saluran. Kedalaman air diukur pada beberapa titik, setelah itu ranting dimasukkan
ke dalam air yang mengalir dan dihitung waktu awal sejak kayu menyentuh air
sampai batas jarak yang telah ditentukan. Metode ini menggunakan kayu atau
botol, data yang telah diperoleh dihitung.
 Dye Stain and Cross-Section Method
Saluran diberi tanda dan diukur panjang, lebar, dan tinggi saluran.
Kedalaman air diukur pada beberapa titik, setelah itu cairan Kalium Permanganat
dan Kalium Permanganat yang telah dicampur dengan maizena dimasukkan ke
dalam air yang mengalir dan dihitung waktu awal sejak cairan menyentuh air
sampai batas jarak yang telah ditentu.
 Weir Methods
Saluran diberi tanda dan diukur panjang, lebar, dan tinggi saluran.
Kedalaman air diukur pada beberapa titik, setelah itu kayu yang berbentuk
triangular dan rectangular diletakkan pada jarak tertentu kemudian diukur
kenaikkan air pada kayu tersebut, dan hasil pengukuran dikali 10 untuk mencari
jarak patok atau crest, kemudian dilakukan pencatatan data dimana tinggi air awal
dan akhir.

1.3.2 Pengukuran Debit pada Outlet


 Float Method
Saluran diberi tanda dan diukur panjang, lebar, dan tinggi saluran.
Kedalaman air diukur pada beberapa titik, setelah itu botol dimasukkan ke dalam
air yang mengalir dan dihitung waktu awal sejak kayu menyentuh air sampai batas
jarak yang telah ditentukan, kemudian data yang telah diperoleh dihitung.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil
2.3.1 Pengukuran Debit pada Inlet
 Float Method
Hasil perhitungan debit air pada inlet dengan metode float mempergunakan kayu
sebagai berikut,
Tabel 1 Perhitungan debit dengan float method (kayu)

Ulangan ke- S (m) t 1(s) t 2(s) v (m/s) Q (m3/s)

1 4 4.20 4,78 0,89 0,0119

Berdasarkan hasil perhitungan didapat dengan jarak 4 meter, didapat pada


waktu awal adalah sebesar 4.20 sekon, dan waktu akhir adalah 4.78 sekon dengan
kecepatan 0.89 m/s didapat debit air pada saluran inlet sebesar 0.0119 m3/s.

 Dye Stain and Cross-Section Method


Hasil perhitungan debit air pada inlet dengan metode Dye stain and Cross-section
sebagai berikut,
Tabel 2 Perhitungan debit dengan Dye Stain and Cross-Section Method (PK +
Air)

Ulangan ke- S (m) t 1(s) t 2(s) v (m/s) Q (m3/s)


1 2 1,38 2,16 2,5974 0,0348
2 2 2,00 2,67 2,9850 0,0399
3 2 2,25 2,92  2,9850 0,0399

Berdasarkan hasil perhitungan pada ulangan pertama didapat, pada jarak 2


m dengan waktu awal 1.38 sekon, waktu akhir 2.16 sekon, dengan kecepatan
2.5974 m/s didapat debit air sebesar 0.0348 m3/s. Pada ulangan kedua didapat,
pada jarak 2 m dengan waktu awal 2.00 sekon, waktu akhir 2.67 sekon, dengan
kecepatan 2.9850 m/s didapat debit air sebesar 0.0399 m3/s. Pada ulangan ketiga
didapat, pada jarak 2 m dengan waktu awal 2.25 sekon, waktu akhir 2.92 sekon,
dengan kecepatan 2.9850 m/s didapat debit air sebesar 0.0399 m3/s.
Hasil perhitungan debit air pada inlet dengan metode Dye stain and Cross-section
mempergunakan campuran PK dengan Maizena sebagai berikut,

Tabel 3 Perhitungan debit dengan Dye Stain and Cross-Section Method (PK +
Maizena)

Ulangan ke- S (m) t 1(s) t 2(s) v (m/s) Q (m3/s)


1 2 1,95 2,21 7,6923 0,1031
2 2 1,98 2,55 3,5087 0,0470
3 2 1,73 2,70 2,0618  0,0276
4 2 2,03 2,68 3,0789 0,0412

Berdasarkan hasil perhitungan pada ulangan pertama didapat, pada jarak 2


m dengan waktu awal 1.95 sekon, waktu akhir 2.21 sekon, dengan kecepatan
7.6923 m/s didapat debit air sebesar 0.1031 m3/s. Pada ulangan kedua didapat,
pada jarak 2 m dengan waktu awal 1.98 sekon, waktu akhir 2.55 sekon, dengan
kecepatan 3.5087 m/s didapat debit air sebesar 0.0470 m3/s. Pada ulangan ketiga
didapat, pada jarak 2 m dengan waktu awal 1.73 sekon, waktu akhir 2.70 sekon,
dengan kecepatan 2.0618 m/s didapat debit air sebesar 0.0276 m3/s. pada ulangan
keempat pada jarak 2 m dengan waktu awal 2.03 sekon, waktu akhir 2.68 sekon,
dengan kecepatan 3.0789 m/s didapat debit air sebesar 0.0412 m3/s.

 Weir Methods
Tabel 4 Perhitungan debit dengan weir methods (kayu)
Triangel Rectangular
Tinggi awal 4,2cm 4,2cm
Tinggi akhir 10,5cm 9,5cm
Crest length 14cm 15cm
Head 6,3cm 5,3cm
3
Debit air 1,408m /s 4,739m3/s
Hasil perhitungan debit dengan weir method dengan kayu berbentuk
triangle dan rectangular didapat debit air sebesar 1,408m3/s dan 4,739m3/s.

2.3.2 Pengukuran Debit pada Outlet


 Float Method
Hasil perhitungan debit air pada outlet dengan metode Float method
mempergunakan botol sebagai berikut,
Tabel 5 Perhitungan debit dengan float method (botol)
Ulangan S (m) T (s) V (m/s) Q (m3/s)
1 4 8.7 0.46 0.71
2 4 8.7 0.46 0.69
3 4 8.7 0.46 0.68

Berdasarkan hasil perhitungan pada ulangan pertama didapat, pada jarak 4


m dengan waktu 8.7 sekon, dengan kecepatan 0.46 m/s didapat debit air sebesar
0.71 m3/s. Pada ulangan kedua dan ketiga dengan jarak 4 m, waktu 8.7 sekon dan
dengan kecepatan 0.46 m/s didapat debit air masing-masing adalah 0.69 m3/s dan
0.68 m3/s.

Tabel 6 Perhitungan debit dengan float method (kayu)


Ulangan S (m) T (s) V (m/s) Q (m3/s) x10-3
1 4 4.49 0.89 10.68
2 4 4.49 0.89 10.15
3 4 4.49 0.89 13.17
4 4 4.49 0.89 11.04
5 4 4.49 0.89 11.39
6 4 4.49 0.89 14.69

Berdasarkan hasil perhitungan pada ulangan pertama hingga ulangan


keenam dengan waktu yang sama yaitu 4.49 sekon, kecepatan yang sama yaitu
0.89 m/s didapat debit air yang berbeda yaitu 10.68 x10 -3 m3/s, 10.15 x10-3 m3/s,
13.17 x10-3 m3/s, 11.04 x10-3 m3/s, 11.39 x10-3 m3/s, dan 14.69 x10-3 m3/s.

2.2 Pembahasan
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu
(sungai/saluran/mata air) persatuan waktu (m3/s, dm3/s). Kondisi suatu perairan
sangat tergantung dengan debit air yang ada. Jika debit air cukup tinggi maka
dapat mendukung kelangsungan hidup organisme didalamnya. Debit air yang
cukup, mampu mendukung kegiatan perikanan khususnya budidaya ikan.
Pengukuran debit air penting untuk mengetahui kemampuan perairan agar dapat
dimanfaatkan secara optimal.
Arus juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan debit air yang
mengalir dalam ekosistem sungai (Odum, 1993). Pergerakan air sangat
dipengaruhi oleh jenis bentang alam, jenis batuan dasar, dan curah hujan, semakin
rumit bentang alam, semakin besar ukuran batuan dasar, dan semakin banyak
curah hujan, pergerakan air semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat,
sehingga akan mempengaruhi debit air pula (Effendy, 2003). Pengukuran debit air
dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain metode Float, dan Weir
(Rectangular Weir dan 90o Triangular North Weir) (Wetzel 2001).
Berdasarkan hasil yang didapat dari pengukuran dengan float method,
weir method dan Dye stain menggunakan PK air dan PK maizena terlihat
perbedaan debit yang diperoleh dimana pada float method debit yang dihasilkan
lebih kecil dibandingkan debit yang diperoleh dengan Dye stain PK air dan Dye
stain PK maizena. Data yang didapat dari weir method lebih besar disbanding
dengan metode lainnya, hasil pengukuran debit air pada triangle weir method
lebih kecil dibandingkan dengan rectangular weir method.
Hasil yang didapat pada triangular weir dan rectangular weir tidak sama
meskipun dilakukan pada tempat yang sama. Hal ini dikarenakan adanya air yang
lolos ketika dibendung pada metode triangular weir. Pengukuran debit air dengan
menggunakan metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Float method
memiliki kelebihan yaitu mudah dilakukan dan dalam pelaksanaanya lebih cepat.
Kekurangan dari metode ini adalah pelampung yang digunakan mudah
terpengaruh oleh aliran angin sehingga laju pelampung bisa berubah-ubah setiap
waktu dan bisa mengakibatkan kesalahan dalam pengukuran (Welch 1948).
Metode rectangular memiliki kelebihan yaitu mudah dan cepat dilakukan,
tidak membutuhkan banyak pengukuran dan tidak terpengaruh oleh konstanta
perairan. Metode ini juga memiliki kekurangan diantaranya adalah sulit
membendung air dan adanya air yang lolos ketika dibendung. Metode triangular
weir juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ini adalah tidak
membutuhkan banyak pengukuran mudah dan cepat dilakukan serta tidak
terpengaruh oleh konstanta peairan. Kekurangannya pengukuran kurang efektif
dan sulit untuk membaca ketinggian (Welch 1948). Penggunaan Dye method juga
memiliki kekurangan dan kelebihan, kelebihan yaitu mudah dalam pelaksanaan
dan lebih cepat sedangkan kekurangannya adalah kesulitan dalam melihat PK
karena terlalu cepat sehingga harus dilakukan beberapa kali ulangan agar data
akurat (Welch 1948).
Berdasarkan hasil yang didapat dari float method pada inlet dan outlet
terlihat perbedaan dimana data pada outlet lebih besar dibandingkan data pada
inlet, hal ini disebabkan karena banyaknya air yang keluar dari saluran tersebut.
Penggunaan kayu pada lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan kayu
karena kayu tidak mudah terpengaruh terhadap aliran angin sehingga tidak mudah
berubah arah. Berdasarkan perbandingan dari beberapa metode, metode yang
paling efektif adalah metode float method hal ini disebabkan pengambilan datanya
lebih mudah dan perlu diperhatikan beberapa faktor yaitu bentuk saluran air,
kondisi dasar perairan, ukuran saluran air, dan arah angin untuk meminimalisir
kesalahan (Wetzel 2001). Pengukuran debit air ini memiliki banyak manfaat
dalam bidang perikanan khususnya budidaya perikanan. Debit air ini dapat
digunakan dalam pendistribusian dalam kolam atau tambak, untuk mengetahui
seberapa besar kebutuhan air untuk irigasi, untuk budidaya ikan
III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah float method lebih efektif
dibandingkan metode lainnya karena pengambilan datanya lebih mudah namun
perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu bentuk saluran air, kondisi dasar
perairan, ukuran saluran air, dan arah angin untuk meminimalisir kesalahan.

3.2 Saran
Saran untuk praktikum hidrologi selanjutnya sebaiknya dilakukan
pembagian untuk pengukuran debit dengan metode yang berbeda untuk setiap
kelompok, sehingga mahasiswa lebih mudah mengerti dan dapat
mengaplikasikannya.
DAFTAR PUSTAKA

Effendy H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.


Odum Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Welch P. S. 1948. Lymnological Method. McGraw-Hill Book Company Inc.
New York.
Wetzel Robert G. 2001. Limnology; Lake and River Ecosystems. Academic
Press.

Anda mungkin juga menyukai