321 19 070
3C
Kelompok 2
Vp Np
= =α
Vs Ns
Dimana :
Vp = tegangan primer
Vs = tegangan sekunder
Notasi standar untuk indikasi sisi belitan yang lebih tinggi adalah
“H” dengan terminasi H1 dan H2. Belitan tegangan lebih rnedah
dinotasikan “X” dengan terminasi X1 dan X2. Sumber tegangan dapat
dihubungkan ke dua sisi tranformator, tergantung kebutuhan apakah
digunakan sebagai step-up transformer atau step-down transformer.
Dimana :
Vp = tegangan masuk / sisi primer (Volt)
Vs = tegangan keluar / sisiskunder (Volt)
Ep = g.g.l. induksipadasisi primer (Volt)
Es = g.g.l. induksipadasisiskunder (Volt)
NP = jumlah lilitan sisi primer
NS = jumlah liltan sisi sekunder
A = rasio perbandingn belitan
V. Prosedur Percobaan
1. Mencatatat ratio trafo, sesuai yang tercantum pada belitan trafo.
2. Menyiapkan alat dan bahan percobaan
3. Mengkalibrasi alat ukur.
4. Merangkai alat percobaan (transformator dan kabel) sesuai gambar
3.
5. Sebelum mehubungkan sumber tegangan ke rangkaian, periksa besar
tegangan output sumber tegangan.
6. Mencatat dan menghitung nameplate transformer ratio pada setiap
tapping.
7. Menghubungkan sumber tegangan sesuai rangkaian percobaan.
8. Menyalakan (ON) sumber tegangan.
9. Mengukur tegangan sesuai tabel
10. Mengukur tegangan pada sisi sekunder, untuk semua tapping.
11. Mencatat hasil pengukuran.
12. Mengulangi untuk tap ratio lainnya sesuai gambar dan tabel
1. Untuk Rangkaian 1 (2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1 tidak
terhubung)
SISI PRIMER
1. 1U 1 – 1V 1 392,8 V
2. 1V 1 – 1W1 396,2 V
3. 1W 1 – 1U 1 392,4 V
SISI SEKUNDER 1
1. 2U 1 – 2V 1 119,2 V
2. 2V 1 – 2W 1 120,2 V
3. 2W 1 – 2U 1 119 V
SISI SEKUNDER 2
1. 3U 1 – 3V 1 119,3 V
2. 3V 1 – 3W 1 120,2 V
3. 3W 1 – 3U 1 119,1 V
5. 3V 1 – 3V 2/N (sekunder 2) 69 V
2. Untuk Rangkaian 1 (hubungkan 2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan
3W1 tidak terhubung dan lepaskan Netral 1)
SISI PRIMER
1. 1U 1 – 1V 1 392,5 V
2. 1V 1 – 1W1 227,3 V
3. 1W 1 – 1U 1 391,7 V
4. 1U 1 – N (primer) 224 V
5. 1V 1- N (primer) 227,6 V
6. 1W 1 – N (primer) 227,2 V
SISI SEKUNDER 1
1. 2U 1 – 2V 1 69,5 V
2. 2V 1 – 2W 1 69,2 V
3. 2W 1 – 2U 1 68,5 V
3. Untuk Rangkaian 2 (2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1 tidak
terhubung)
SISI PRIMER
1. 1U 1 – 1V 1 390,9 V
2. 1V 1 – 1W1 394,5 V
3. 1W 1 – 1U 1 390,6 V
SISI SEKUNDER 1
1. 2U 1 – 2V 1 164,2 V
2. 2V 1 – 2W 1 119,7 V
3. 2W 1 – 2U 1 163,3 V
SISI SEKUNDER 2
1. 3U 1 – 3V 1 163,9 V
2. 3V 1 – 3W 1 119,5 V
3. 3W 1 – 3U 1 163,2 V
4. Untuk Rangkaian 2 (hubungkan 2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan
3W1 tidak terhubung dan lepaskan Netral 1)
SISI PRIMER
1. 1U 1 – 1V 1 390,6 V
2. 1V 1 – 1W1 394,2 V
3. 1W 1 – 1U 1 390,7 V
4. 1U 1 – N (primer) 228,1 V
5. 1V 1- N (primer) 225,4 V
6. 1W 1 – N (primer) 23,76 V
SISI SEKUNDER 1
1. 2U 1 – 2V 1 48,9 V
2. 2V 1 – 2W 1 69,2 V
3. 2W 1 – 2U 1 40,7 V
4. 2U 1 – N (sekunder 2) 230,7 V
5. 2V 1 – N (sekunder 2) 144,7 V
6. 2W 1 – N (sekunder 2) 133,9 V
Dimana :
Vp = tegangan primer
Vs = tegangan sekunder
IX. Kesimpulan
Besarnya nilai tegangan pada transformator disebabkan oleh jumlah
lilitan belitan yang ada pada setiap sisi primer maupun sisi sekunder
transformator. Kemudian posisi belitan juga pada input maupun output
dapat mempengaruhi jumlah tegangan yang didapatkan.