Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Anggita Putri Yasin ( 1306619010)
Hafsah Mujahidah (1306619005)
Kinnar Kiranireffiola (1306619033)
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dari soft magetic.
2. Menyebutkan contoh aplikasi dari soft magnetic.
3. menjelaskan tentang penilitian yang menemukan alrtenatif material magnet.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah singkat bahan magnet lunak Sejak Michael Faraday mendemonstrasikan
induksi elektromagnetik pada tahun 1831, telah terjadi evolusi berkelanjutan bahan mag
net lunak. Bahan inti pilihan alami Faraday adalah besi, yang memiliki suhu ruang tertin
ggi Ms dari elemen apa pun selain μr yang besar, dan Hc yang cukup rendah. Namun, ba
hkan dalam bahan sederhana yang terdiri dari satu elemen ada ruang untuk perbaikan ya
ng cukup besar. Ditemukan bahwa besi anil tidak hanya meningkatkan sifat mekaniknya
tetapi juga menurunkan koersivitasnya melalui penghilangan tegangan, membuatnya leb
ih cocok untuk digunakan dalam aplikasi induktif. Mencari kinerja yang lebih baik lagi,
para ilmuwan dan insinyur mencari cara untuk memperbaiki sifat-sifat besi lunak.
Contoh aplikasi soft magnetic yaitu aplikasi induktif yang ditemukan dalam elek
tronika daya dan mesin listrik, magnet permanen tidak berguna. Sebagai gantinya, aplik
asi ini membutuhkan magnet lunak yang memiliki He rendah (< 1000 A/m) dan sangat s
edikit Mr. Aplikasi Induktif didasarkan pada kemampuan untuk secara cepat mengubah
magnetisasi bahan dengan medan magnet yang dibuat oleh gulungan kawat pembawa ar
us. Bahkan saat ini, baja silikon (atau listrik) merupakan bagian utama dari pasar magne
t lunak global karena Ms-nya yang tinggi dan biaya yang relatif rendah. Aplikasi yang p
aling umum untuk baja silikon adalah transformator skala besar (baja silikon berorientas
i butir) dan mesin listrik (baja silikon isotropik nonorientasi lebih disukai untuk mesin b
erputar).
1. erdasarkan sifat
hysteresis-nya, kedua
bahan feromagnetik
dan
2. ferimagnetik
diklasifikasikan
menjadi bahan
magnetik lunak (soft
3. magnet) dan bahan
magnetik keras (hard
magnet). Bahan
magnetik
4. lunak digunakan
pada alat yang
bekerja dalam
medan magnetik
bolak-
5. balik dimana
kehilangan energinya
harus rendah,
misalkan untuk inti
6. (core) transformator.
Jadi, daerah yang
berada di dalam kurva
hysteresis
7. harus relatif kecil/
sempit. Akibatnya,
bahan magnetik
lunak harus
8. memiliki
permeabilitas awal
yang tinggi dan
koersivitas yang
rendah.
9. Material yang
bersifat soft magnet,
dapat mencapai
magnetisasi jenuh
10. dengan pemberian
medan magnet dari
luar yang relatif
rendah, sehingga
11. akan mudah untuk
dimagnetisasi ataupun
didemagnetisasi.
12. Berdasarkan sifat
hysteresis-nya, kedua
bahan feromagnetik
dan
13. ferimagnetik
diklasifikasikan
menjadi bahan
magnetik lunak (soft
14. magnet) dan
bahan magnetik
keras (hard magnet).
Bahan magnetik
15. lunak digunakan
pada alat yang
bekerja dalam
medan magnetik
bolak-
16. balik dimana
kehilangan energinya
harus rendah,
misalkan untuk inti
17. (core)
transformator. Jadi,
daerah yang berada di
dalam kurva
hysteresis
18. harus relatif
kecil/ sempit.
Akibatnya, bahan
magnetik lunak
harus
19. memiliki
permeabilitas awal
yang tinggi dan
koersivitas yang
rendah.
20. Material yang
bersifat soft magnet,
dapat mencapai
magnetisasi jenuh
21. dengan pemberian
medan magnet dari
luar yang relatif
rendah, sehingga
22. akan mudah untuk
dimagnetisasi ataupun
didemagnetisasi
Oleh karena itu, deformasinya terbatas pada pemanjangan atau pemendekan sede
rhana, menjadikan bahan-bahan ini secara substansial tidak cocok untuk transformasi ko
mpleks yang diperlukan dalam banyak aplikasi. Untuk memperkenalkan bentuk-progra
mmabilitas, partikel magnetis-keras dengan koersivitas tinggi telah dimasukkan dalam b
ahan mekanis lembut. Selain itu, karya terbaru bertujuan untuk memperbaiki situasi ini t
elah mengembangkan teknik fabrikasi dan rute yang mudah untuk merekayasa transfor
masi yang cepat dan kompleks dengan cara yang dapat diprogram dengan memperkenal
kan pola polaritas magnet yang rumit dalam bahan lunak. Struktur yang dihasilkan, keti
ka dirancang dengan benar, telah terbukti menunjukkan beragam dan kaya perilaku aktu
asi.
Dalam karya ini, kami mengembangkan kerangka kerja teoretis yang sesuai untu
k menganalisis apa yang disebut bahan lunak magnet keras ini untuk memfasilitasi desai
n rasional struktur dan perangkat fungsional yang diaktifkan secara magnetis berdasarka
n prediksi kuantitatif kompleks perubahan bentuk. Kami mengadopsi teori medan nonli
nier untuk menggambarkan deformasi hingga digabungkan dengan medan magnet dan b
erpendapat bahwa perilaku makroskopik dari fabrikasi bahan membutuhkan klasifikasi
konstitutif baru — bahan lunak magnet keras yang ideal — yang mengasumsikan bahwa
(i) material memiliki kerapatan fluks magnet sisa, dan (ii) induksi kerapatan fluks magn
et menunjukkan hubungan linier dengan medan magnet penggerak yang diterapkan.
Soft magnetic dan hard magnetic adalah dua bahan pembuat magnet yang sering kita ket
ahui. Namun kedua bahan tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Mag
net keras (Hard Magnetic) adalah bahan pembuat magnet yang susah dibuat, namun set
elah menjadi magnet sifat kemagnetannya bertahan lama. Sedangkan magnet lunak (soft
Magnetic) adalah suatu bahan magnet yang mudah dibuat, namun sifat kemagnetannya t
idak bertahan lama. Namun bebrapa penilitian yang dilakukan menmukan magnet perm
anen yaitu magnet nanokomposit.
Magnet nanokomposit adalah magnet dengan material multi-fasa yang terdiri dari fasa
magnetik keras dan fasa magnetik lunak dimana pada kedua fasa magnetik terjadi grain
exchange interaction atau efek interaksi pertukaran antar butir menghasilkan magnet
permanen dengan nilai remanen dan (BH)max yang tinggi. Magnet nanokomposit
adalah magnet yang memiliki sifat kemagnetan yang lebih unggul dibandingkan dengan
magnet permanen konvensional berfasa magnetik tunggal. Sifat unggul tersebut antara
lain nilai magnetisasi remanen dan (BH)max yang lebih tinggi. Struktur komposit
bertujuan untuk menimbulkan efek interaksi antar kristalit fasa magnetik yang memiliki nilai.
magnetisasi saturasi yang tinggi sehingga menghasilkan magnet permanen komposit yang
memiliki karakteristik yang baru. Karakteristik magnet nanokomposit adalah memiliki nilai
saturasi dan (BH)max yang lebih tinggi dibandingkan dengan magnet permanen konvensional
selama efek negatif terhadap nilai koersivitas dari grain exchange interaction effect dapat
dikompensasi
Peningkatan kedua karakter magnet nanokomposit berasal dari efek exchange spring
magnet antara fasa magnetik keras dan lunak. Efek exchange coupling terjadi secara
langsung pada permukaan kedua fasa magnetik yang berdekatan meskipun kedua fasa
magnetik tersebut hadir dalam formasi dengan orientasi kristal yang random. Fasa
magnetik keras berperan mempertahankan magnet komposit tetap memiliki nilai
coercivity yang relatif tinggi. Sedangkan fasa magnetik lunak berkontribusi terhadap
nilai magnetisasi saturasi yang besar dari magnet nanokomposit. Struktur mikroskopis
yang ideal dari magnet nanokomposit berkinerja tinggi adalah ukuran kristalit magnetik
keras dan lunak harus relatif seragam. Ukuran kristalit magnetik keras dan lunak
masing-masing berada pada kisaran 5-10 nm dan 10-20 nm yang harus terdistribusi
secara merata antara satu sama lain sehingga terjadi exchange spring coupling secara
optimal. Struktur komposit dengan suatu orientasi dapat memberikan efek anisotropi
sehingga lebih besar lagi peningkatan sifat magnetiknya bisa diperoleh.
Proses pembuatan magnet nanokomposit dipilih berdasarkan jenis material yang akan
dibuat. Untuk pembuatan material magnetik dengan struktur nano dapat digunakan
metoda bottom-up dan/atau top-down. Metoda bottom-up adalah metoda yang
menyiapkan magnet nanopartikel dengan cara membuat partikel nano dari material awal
melalui proses fisika kimia. Metoda bottom-up terbagi dua, yaitu fasa cair dan fasa gas.
Fasa cair meliputi proses; presipitasi, sol gel, dan hidrotermal. Sedangkan fasa gas
adalah aerosol proses berupa flame hydrolysis dan spray hydrolysis. Sedangkan proses
top-down dilakukan dengan cara penghancuran material secara mekanik dengan
menggunakan proses penggilingan. Metode ini digunakan untuk menghasilkan serbuk
halus material kristalin. Kelemahan dari metoda top-down adalah material kristalin yang
ukuran serbuknya diperhalus dapat terkontaminasi. Ukuran serbuk terkecilnya juga
terbatas tidak bisa mencapai ukuran nanometer. Namun, serbuk material kristalin yang
dihasilkan dari metode top-down bisa dikonsolidasi ke dalam berbagai bentuk seperti
segi empat, pelet, cincin, silinder, dll.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam menerapkan teori dan hukum konstitutif di kerangka elemen hingga dan
menemukan kesepakatan yang luar biasa antara simulasi dan hasil eksperimen pada ber
bagai mode deformasi bahan lunak keras-magnetik. Dengan menggunakan model yang
dikembangkan (dan divalidasi), kami menyajikan serangkaian contoh ilustratif untuk me
nyoroti penggunaan simulasi berbasis model kami untuk memandu desain struktur morp
hing bentuk kompleks yang dapat direalisasikan secara eksperimental berdasarkan baha
n lunak keras-magnetik.
Idayanti, Novrita, dkk. Magnet Nanokomposit Sebagai Magnet Permanen Masa Depan,
Jurnal Material Metalurgi LIPI. 2018.