Anda di halaman 1dari 43

KARYA TULIS ILMIAH

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI KALANGAN PELAJAR

DISUSUN OLEH:

1. AHMAD ZAIN QURAISY


2. DANI AMELIA
3. DEWA ALMUHYIDDIN
4. MUHAMMAD HABIBURROHMAN
5. NAWWAL ABDUL ROHIM
6. OVIE DIAN F.

SMA NEGERI 1 BANGIL

Jl. Bader No. 03 Kalirejo, Bangil – Pasuruan 67153

Telp. (0343) 741873 E-mail : smanegeri1bangil@gmail.com

TAHUN PELAJARAN 2021 – 2022

Januari, 2022
ABSTRAK

Masalah yang tengah dihadapi lembaga pendidikan adalah sistem pendidikan yang
ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri ( kognitif) dan kurang
memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, dan empati). Padahal, pengembangan
karakter lebih berkaitan dengan optimalisai fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan
dengan pendidikan karakter pun seperti (budi pekerti dan agama) ternyata pada perakteknya
lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan).

Pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan kesinambungan yang


melibatkan aspek “knowledge (pengetahuan), feeling (perasaan), loving (cinta), dan acting
(tindakan). Pada dasarnya, anak yang kualitas karakternya rendah adalah anak yang tingkat
perkembangan emosisosialnya rendah, sehingga anak beresiko besar mengalami kesulitan
dalam belajar, berintraksi sosial, dan tidak mampu mengontrol diri.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui sejauh mana Penerapan Pendidikan
Karakter di SMAN 1 BANGIL. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini
adalah

1. Bagaimana upaya penerapan Pendidikan Karakter di SMAN 1 BANGIL?


2. Apa saja yang menjadi faktor menghambat dalam upaya penerapan pendidikan
karakter di SMAN 1 BANGIL?

Jenis penelitian ini adalah deskripstif kualitatif lapangan, yang mengambil lokasi di
SMAN 1 BANGIL.Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara,
observasi,dan dokumentasi. Adapun teknik analisa data yg digunakan Reduksi data, Dispiay
data seta Verifikasi atau penalikan kesimpulan, untuk Uji keabsahan mengguakan
Trianggulasi sumber.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat yang dilimpahkan-Nya
sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Karakter dalam Pembelajaran PKN Materi Pahlawanku
Siswa SMAN 1 BANGIL Tahun 2022”. Penulis membuat proposal skripsi ini untuk memenuhi salah
satu tugas terstruktur mata kuliah metodologi penelitian pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini tidak mungkin akan terwujud apabila
tidak ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :

1.

Semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya dan membalas semua amal
kebaikan beliau. Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena
terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun penulis menerima dengan senang hati.

Akhir kata, semoga proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang.
Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dijalani bagi siapapun
itu, tidak mengenal darimana seseorang berasal, status sosial dan ekonomi, usia, etnis, dan
juga ras tertentu. Tidak hanya berhak atas pendidikan, namun juga seseorang bahkan
memiliki kewajiban penuh untuk menempuh semua jenjang pendidikan.
Pendidikan sendiri dianggap sebagai suatu media yang paling ampuh dalam
mengembangkan potensi siswa baik berupa keterampilan maupun mengenai wawasan. Oleh
karena itu, pendidikan karakter secara terus-menerus dapat dibangun dan dikembangkan agar
proses pelaksanaannya dapat menghasilkan siswa dan siswi yang berkarakter seperti yang
diharapkan. Demikian juga dengan Indonesia, bangsa Indonesia tidak ingin menjadi bangsa
yang bodoh dan keterbelakangan dalam menghadapi zaman yang terus berkembang di era
teknologi modern.
Permasalahan yang terjadi akhir-akhir ini di Negara kita sebenarnya tidak lepas dari
persoalan “Karakter”. Pendidikan karakter yang
seharusnya didapatkan sejak masa kanak- kanak,  malah membuat anak tersebut menyimpang 
dari apa yang diharapkan. Hal ini seiring dengan kecenderungan bahwa seorang remaja yang
sedang mencari identitas diri, selalu  mencari hal- hal baru,
ditambah lagi dengan pengaruh kebudayaan asing yang
sangat kuat mempengaruhi generasi muda, hal ini dapat membuat mereka terjerumus lebih
dalam kepada hal- hal negatif. Pada tahap ini, orang tua dan pendidik berperan penting dalam
memberi  pendidikan dan pengawasan kepada anak tersebut. Maka perbaikan sumber daya
manusia jua perlu ditingkatkan agar mampu menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas,
mandiri, berakhlak mulia, dan terampil.
Realitas ini pada akhirnya menggugah kami melalui karya tulis ilmiah ini untuk
kembali menghidupkan nilai-nilai pendidikan karakter yang dirasa saat ini mulai tergerus
oleh laju arus globalisasi dan modernisasi yang tak terbendung lagi. Disebut-sebut dunia
pendidikan adalah sebagai benteng terakhir yang mampu menahan derasnya terjangan
dekadensi moral yang melanda bangsa ini. Tidak dapat dipungkiri lagi, dunia pendidikan saat
ini hanya mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan anak. Adapun
pembentukan karakter dan nilai-nilai budaya bangsa di dalam diri siswa semakin
terpinggirkan.
Pendidikan karakter sesungguhnya memiliki intensitas yang sangat besar dalam
membangun anak bangsa. Dan semestinya Pendidikan Karakter termasuk dalam materi yang
harus dipelajari dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu, dunia pendidikan dalam hal ini sangat diharapkan menjadi pengendali
untuk mengedukasi bangsa kita sehingga manusia Indonesia lebih berkarakter dan
bermartabat serta mulia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter tidak hanya
dibebankan pada guru saja, tetapi juga pada semua pihak yang berkepentingan dan
bersangkutan.
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter di SMA NEGERI 1 BANGIL.
B. Apa saja upaya yang dapat menunjang pendidikan karakter di SMA NEGERI 1
BANGIL.
C. Bagaimana mengatasi siswa yang dinilai kurang dalam pendidikan karakter di SMA
NEGERI 1 BANGIL.

1.3    Tujuan Penelitian
Tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pendidikan karakter
pelajar di SMAN 1 Bangil dan juga sekolah sekitarnya melalui beberapa wawancara dan
penyebaran angket. Yang nantinya diharapkan kita bisa menemukan sumber masalah dan
juga menyimpulkan tentang apa saja faktor yang turut mempengaruhi kualitas pendidikan
karakter pelajar saat ini, serta dapat menemukan solusi yang paling efektif dan memiliki
presentasi keberhasilan yang tinggi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat penelitian bagi siswa
Penelitian ini berguna untuk siswa sebagai contoh atau untuk mengintropeksi diri
guna menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya. Dan juga dapat mengetahui penyebab
perbedaaan dalam pergaulan siswa di sekolah maupun di masyarakat.

1.4.2 Manfaat penelitian bagi Guru


Penelitian ini juga bermanfaat untuk guru karena guru dapat memahami karakter
siswa dan dapat menyesuaikan gaya mengajar maupun perlakan terhadap para siswa.
1.4.3 Manfaat penelitian bagi orang tua
Pembentukan karakter pada anak sangatlah tepat apa lagi pada usia dini, dijamin akan
menumbuhkan jiwanya untuk berkembang. Sehingga banyak orang tua yang berupaya untuk
anaknya agar mendapatkan pendidikan secara optimal. 
1.4.4 Manfaat penelitian bagi masyarakat sekitar
Penelitian ini dapat mengubah pandangan masyarakat sekitar yang menilai bahwa
setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda, dan juga mempermudah siswa untuk
berinteraksi dengan masyarakat.

1.5 Batasan penelitian


Kami melakukan penelitian ini didukung dengan pelaksanaan survei dan angket
dilingkungan SMAN 1 BANGIL, melalui siswa kelas 10,11,12 dan beberapa guru serta wali
murid yang bersangkutan.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1  Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Karakter Bisa disebut juga (Karakteristik). Untuk menunjukan ekstitensi dirinya
manusia pasti mempunyai ciri khas karakter sendiri-sendiri. Adapun Pendidikan Karakter
menurut sumber referensi dan para ahli sebagai berikut.

A. Pendidikan Karakter Menurut Lickona


Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang
dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian
yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh
Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu
usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
B. Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, maupun  negara.
C. Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas
tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta
merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan
merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
D. Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi
Menurut  kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau
moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif
tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).
Adapun pendapat para ahli mengenai pendidikan karakter adalah sebagai berikut.
A. Muslich (2011:84)
Menyatakan Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.
B. Mounier dalam Koesoma (2007:90)
Karakter terdiri atas dua hal, yaitu
1. sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja, atau telah ada begitu
saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita.Karakter yang demikian ini
dianggap sebagai sesuatu yang talah ada sejak lahir (given).
2. karakter juga bisa dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui sejauh mana seseorang
individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter yang demikian ini disebutnya
sebagai sebuah proses yang dikehendaki (willed)
C. Lickona dalam Wibowo (2012:32)
Yang paling penting bagi pembahasan mengenai pendidikan karakter merupakan sifat
alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan
dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati
orang lain dan berkarakter mulia lainnya.
D. Albertus dalam Koesoema (2007:03)
Pendidikan karakter adalah selalu berkaitan dengan hubungan sosial manusia, manusia
sejak lahir tidak dapat hidup sendiri tetapi membutuhkan orang lain, sedangkan karakter
bersifat lebih subjektif, hal tersebut dikatakan demikian karena berkaitan dengan struktur
antropologis manusia dan tindakannya dalam memaknai kebebasan.
E. Muslich (2011:84)
Bahwa pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
F. Santrock dalam Wibowo (2004:120)
Menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendekatan langsung pada pendidikan
moral, yakni mengajari murid dengan pengetahuan moral dasar untuk mencegah mereka
melakukan tindakan tak bermoral dan membahayakan orang lain dan dirinya sendiri.
Argumennya adalah bahwa perilaku seperti berbohong, mencuri, dan menipu adalah keliru
dan murid harus diajari soal ini melalui pendidikan mereka.
G. Lickona dalam Muslich (2011:29)
Merasa bahwa pendidikan karakter, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek teori
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini,
maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara
sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan cerdas
emosinya. Kecerdasan emosi seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala
ancaman, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
H. Wibowo (2012:54)
Mengatakan bahwa “sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan
karakter anak didik”. Apalagi bagi anak didik yang tidak mendapatkan pendidikan sama
sekali di lingkungan dan keluarga mereka.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan, Pendidikan Karakter adalah Usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mengerti, menerapkan, dan mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki ciri khas yang
dapat diterapkan dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara.

2.2 Pendidikan Karakter di Sekolah


Azra dalam Muslich (2011:48) berpendapat bahwa “pendidikan adalah suatu proses
dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan
untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien”. Selanjutnya, pendidikan menurut
Dewey dalam Muslich (2011:67) adalah “pembentukan kecakapan fundamental secara
intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia”.
Tujuan pendidikan dalam hal ini agar generasi muda sebagai penerus generasi tua dapat
menghayati, memahami, mengamalkan nilai-nilai atau norma-norma tersebut dengan cara
mewariskan segala pengalaman, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang
melatarbelakangi nila-nilai dan norma-norma hidup dan kehidupan. Di sisi lain pendidikan
adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga
membuat orang dan masyarakat jadi beradab.
Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas
lagi, yaitu sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai. Dengan demikian Anak harus
mendapatkan pendidikan yang menyentuh pendidikan dimensi dasar kemanusiaan.
Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu :
(1) afektif (perasaan) yang mencakup pada kualitas keimanan, ketakwaan, dan
kompetensi termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul dan kompetensi
estetis,
(2) kognitif (pikiran, pengetahuan, kesadaran) yang tercermin pada kapasitas pikir
dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi,
(3) psikomotorik (perilaku) yang tercermin pada kemampuan mengembangkan
keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.

Dalam konteks Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan
moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari
itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga peserta didik
menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan
(domain afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku).
Jadi pendidikan karakter erat kaitannya dengan kebiasaan yang terus menerus
dipraktekan atau dilakukan.Penekanan aspek-aspek tersebut di atas, diperlukan agar peserta
didik mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan, tanpa
harus didoktrin apalagi diperintah secara paksa.Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Pasal 13 Ayat 1 disebutkan bahwa “jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal. Masingmasing jalur
pendidikan tersebut diharapkan bisa saling melengkapi, dan memperkaya satu sama lain”.
Kesimpulannya bahwa apa yang terekam dalam memori anak didik di sekolah, ternyata
memiliki pengaruh sangat besar bagi kepribadian mereka ketika dewasa kelak. Oleh karena
itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan
dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui
peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.

2.3 Hubungan pendidikan karakter dengan siswa


Ki Hajar Dewantoro mengatakan bahwa Pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan
tentang etika hidup bersama berdasarkan nalar dan hati nurani, yaitu proses pendidikan yang
ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap dan perilaku luhur.
Pendidikan budi pekerti, tidak saja sebagai substansi mata pelajaran yang bersifat
kognitif, tetapi lebih mendasar menjadi interaksi sosial budaya dan edukatif yang terjadi
antara siswa dengan seluruh unsurpendidikan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat yang memungkinkan anak tumbuh berkembang menjadi individu yang berakhlak
mulia. Seperti ditekankan oleh Lickona dalam Doni Kusuma (2007). Pendidikan budi pekerti
adalah agar manusia dapat mencapai kesempurnaan pribadi sebagai manusia (insan kamil)
yaitu manusia yang siap secara lahir batin untuk hidup dalam masyarakat luas dan berjuang
untuk kepentingan diri dan orang lain.
Pendidikan moral atau budi pekerti dalam kerangka pembentukan karakter diarahkan
pada bagaimana manusia dapat berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah moral karena
pendidikan moral dan budi pekerti yang tidak dapat merubah perilaku anak menjadi tidak
berguna dan sia-sia, Sedangkan menurut pendapat Diane Tilman, (2004).
Karakter yang baik yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling
adalah perasaan tentang moral dan moral action atau perilaku dan perbuatan bermoral. moral
knowing terdiri dari yang seharusnya diajarkan yaitu adanya kesadaran moral,mengetahui
nilai-nilai moral, perspective taking, penalaran moral, pengambilan keputusan dan
pemahaman diri sendiri. Sementara moral feeling atau perasaan moral merupakan sumber
kekuatan untuk selalu bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Dalam kehidupan
sehari-hari kata moral sering dipakai dengan pengertian yang lain yaitu budi pekerti, akhlak,
nilai etika dan sebagainya, meskipun satu dengan yang lain memiliki pengertian detail yang
berbeda. Nilai berasal dari bahasa latin, dari kata value yang artinya berdaya guna, dan
berlaku.

2.4 Masalah pendidikan karakter yang terjadi di Indonesia


Peristiwa karakter anak Indonesia yang kian menyimpang menjadi perhatian khusus
bagi kami pemerhati pendidikan. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Presiden ke 6 RI
bahwa “pembangunan kualitas karakter di Indonesia semakin meningkat tepatnya pada
puncak peringatan hari pendidikan nasional pada tahun 2010 di deklarasikanlah Gerakan
Nasional Pembangunan Karakter Bangsa”. Gerakan Pembangunan Karakter Bangsa mengacu
pada lima nilai karakter bangsa, yakni;

1. Manusia indonesia yang bermoral, berahlak, dan berperilaku baik


2. Mencapai masyarakat yang cerdas dan rasional
3. Manusia indonesia kedepan menjadi manusia inovatif dan terus mengejar kemajuan
4. Memperkuat semangat “harus bisa” yang terus mencari solusi dalam setiap kesulitan
5. Manusia indonesia haruslah menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa, negara, dan
tanah airnya.

Gerakan tersebut sangatlah penting diterapkan demi terbentuknya karakterbangsa yang


baik. Tidak hanya gerakan tersebut, terdapat pula lima nilai karakter utama yang menjadi
prioritas pengembangan gerakan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter), seperti:

1. Nilai Karakter Religius, nilai ini mencerminkan ketakwaan terhadap Tuhan yang
Maha Esa. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan selalu giat dan ikhlas dalam
beribadah.
2. Nilai Karakter Nasionalis, nilai ini merupakan cara berpikir, bersikap dan
memberikan perbuatan yang baik terhadap bangsa, seperti dengan menempatkan
kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi dan kelompoknya.
3. Nilai Karakter Integritas, nilai yang menunjukkan perilaku seorang individu yang
dapat dipercaya dalam hal apapun. Hal ini dapat ditunjukkan dengan selalu
berperilaku jujur dalam setiap hal yang kita lakukan.
4. Nilai Karakter Mandiri, nilai yang ditunjukkan dari sikap dan perilaku yang tidak
bergantung pada orang lain, seperti contohnya dengan melakukkan pekerjaannya
sendiri tanpa harus selalu mendapat bantuan dari orang lain.
5. Nilai Karakter Gotong Royong, nilai ini mencerminkan tindakan kerja sama dan bahu
membahu dalam menyelesaikan persoalan bersama, seperti dengan mengikuti kerja
bakti dan aktif dalam organisasi.

Nilai-nilai tersebut sangatlah penting bagi kemajuan pendidikan karakter bangsa.


Masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri, melainkan saling
berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi.
Walaupun banyaknya teori, gerakan dan nilai-nilai yang ada, kasus mengenai pendidikan
karakter di Indonesia masih banyak terjadi. KPAI telah menangani 1885 kasus pada semester
pertama pada tahun 2018. Terdapat 504 anak jadi pelaku pidana, dari mulai pelaku narkoba,
mencuri, hingga kasus asusila menjadi kasus yang paling banyak (Sumber: Detik.com).
Dalam kasus ABH, kebanyakan anak telah masuk Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak
(LPKA) karena telah mencuri sebanyak 23,9 persen, kasus narkoba sebanyak 17,8 persen,
serta kasus asusila sebanyak 13,2 persen, dan lainnya. Bukan hanya kasus-kasus tersebut,
berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak, tercatat 62,7 persen remaja SMP di
Indonesia sudah tidak perawan. Terdapat pula hasil lainnya seperti tercatat 93,7 persen
peserta didik SMP dan SMA pernah berciuman, 21,2 persen remaja SMP mengaku pernah
melakukan aborsi, dan 97 persen remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno.
(Kompas.com, 2010)

2.5 Kasus Pendidikan Karakter di Indonesia

Salah satu contoh kasus yang ada ialah kasus seorang murid di salah satu SMP swasta
di Kabupaten Gresik yang menantang gurunya saat ia diingatkan oleh gurunya untuk tidak
boleh merokok. Pada kasus tersebut, seorang siswa memegang kerah gurunya sambil
merokok dan melempar kata-kata yang tidak sopan. Walaupun kasus tersebut berakhir
dengan damai Karen sang guru telah memaafkan siswa tersebut, kasus ini merupakan
tamparan keras bagi dunia pendidikan Indonesia yang saat ini sedang digemborkan dan
diaplikasikannya pendidikan karakter bagi anak Indonesia. Bahkan dalam Permendikbud No.
20 tahun 2018 pasal 2 disebutkan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan
dengan nilai-nilai pancasila dalam pendidikan karakter. Dengan penguatan pendidikan
karakter ini diharapkan dapat menanamkan karakter mulia bagi peserta didik melalui
pendidikan lingkungan sekolah mengingat saat ini semakin lunturnya nilai-nilai karakter
siswa. Kasus tantangan siswa kepada guru adalah contoh nyata merosotnya moral siswa di
lingkungan sekolah.

2.6 Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Karakter

Pentingnya pendidikan karakter bagi masyarakat Indonesia haruslah ditanamkan sejak


dini pada seluruh masyarakat Indonesia. Pendidikan karakter yang baik memiliki beberapa
syarat dan indikator penting yang harus dicapai demi terwujudnya masyarakat dengan
karakter yang baik. Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia telah merumuskan 18 nilai-
nilai yang ditanamkan dalam diri warga Indonesia, khususnya siswa, dalam upaya
membangun dan menguatkan karakter bangsa. 18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter
tersebut, diantaranya yaitu:

1. Religius

Sifat religius haruslah dimiliki setiap masyarakat Indonesia. Bahkan peraturan tersebut
jelas tercantum dalam pancasila di sila pertama. Sifat religius dapat dilakukan dengan
menjadi individu yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Contoh sehari hari yang dapat masyarakay terapkan adalah dengan melaksanakan
ibadah agamanya masing masing dengan taat, tidak mengganggu pelaksanaan ibadah agama
lain, serta saling menghargai dan tidak memandang rendah agama lain.

2. Jujur

Kejujuran merupakan perilaku yang sangat penting. Dengan menjadi pribadi yang jujur,
akan membuat diri kita sebagai seseorang yang selalu dapat dipercaya dalam hal apapun.
Perilaku jujur dalam kehidupan sehari hari dapat diterapkan dimana saja. Seperti tidak
menyontek tugas atau dalam tes, serta selalu terbuka kepada kedua orang tua.

3. Toleransi

Kita hidup di negara “Bhineka Tunggal Ika”, sehingga sangatlah penting adanya sifat
toleransi kepada sesama masyarakat Indonnesia agar masyarakat bisa saling menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.

Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah tidak memaksakan pendapat sendiri di atas
kepentingan golongan, membiarkan pemeluk agama lain beribadah dengan tenang dan aman.

4. Disiplin

Nilai nilai kedisiplinan juga harus diterapkan kepada seluruh masyarakat. Dengan
adanya sifat disiplin masyarakat dapat menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan

Contoh sehari-hari yang bisa kita lakukan adalah dengan menaati peraturan cara
berpakaian yang sopan di tempat tertentu yang formal seperti kantor, universitas, serta selalu
datang tepat waktu saat bekerja, kuliah ataupun sekolah,

5. Kerja Keras

Sangat penting bagi masyarakat Indonesia memiliki semangat dan kerja keras yang
tinggi dalam hal apapun yang mereka lakukan. Sifat kerja keras dapat ditunjukan dengan
selalu serius dan sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan serta menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif

Pada era globalisasi seperti ini, pemikiran kreatif sangatlah dibutuhkan. Dalam dunia
pekerjaan, kita tidak hanya akan bersaing dengan teman sendiri, kita bisa saja bersaing
dengan seluruh masyarakat indonesia bahkan sampai ke mancanegara. Karena itu kita harus
bisa berfikir outside of the box sehingga kita mampu menghasilkan karya yang inovatif dan
berguna bagi banyak orang.

7. Mandiri

Manusia memang tidaak bisa hidup sendiri, tetapi kita sebagai individu juga harus lah
mampu melakukan apa apa sendiri sehingga kita tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah mampu melaksanakan tugas sendiri bila
masih dapat dilakukan sendiri, tidak selalu mengandalkan orang lain dalam
menyelesaikannya.

8. Demokratis

Masyarakat indonesia haruslah memiliki kepribadian yang demokratis, sehingga kita


mampu mengetahui cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain. Contoh sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan
menyeimbangkan hak dan kewajiban, baik itu untuk diri sendiri maupun orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu

Dengan timbulnya rasa ingin tahu yang dalam, kita akan tumbuh sebagai individu yang
selalu ingin mengetahui lebih mendalam tentang segala sesuatu yang telah dan dapat kita
pelajari. Contoh yang bisa kita lakukan adalah dengan terus menerus belajar dan rajin
menimba ilmu apapun dan dari siapapun, selama ilmu tersebut merupakan ilmu yang baik.

10. Semangat Kebangsaan

Semangat kebangsaan haruslah dimiliki oleh setiap masyarakat Indonesia. Sikap


semangat kebangsaan dapat ditunjukkan dengan selalu menempatkan kepentingan bangsa dan
negara Indonesia diatas kepentingan pribadi. Contoh yang bisa kita lakukan adalah dengan
mengharumkan nama baik bangsa dengan menciptakan prestasi apapun, serta tidak menjelek
jelekkan nama baik bangsa keoada warga negara sendiri maupun negara lain.

11. Cinta Tanah Air

Kita tinggal di Indonesia, tentunya wajib bagi kita untuk senantiasa bangga dan
mencintai tanah air kita. Sikap cinta tanah air bisa kita tunjukan dengan bersikap, dan
berperilaku yang menunjukkan rasa kesetiaan, kepedulian penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, seperti dengan
mengamalkan nilai nilai pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari hari, serta selalu
menaati peraturan yang ada.

12. Menghargai Prestasi

Prestasti merupakan hal yang patut dibanggakan. Sikap menghargai prestasi haruslah
ditunjukkan baik itu untuk prestasi pribadi maupun orang lain. Sikap yang bisa ditunjukkan
adalah dengan mendorong diri sendiri dan orang lain untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

Contoh sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan memberi pujian keppada orang
lain atas kemenangan atau prestasi yang telah ia raih.

13. Bersahabat/Komunikatif

Setiap manusia tidaklah bisa hidup sendiri. Kita pasti akan membutuhkan orang lain
dalam segala urusan kita, sehingga sangat penting bagi masyarakat untuk selalu bersahabat
dalam pertemanan serta komunikatif kepada siapapun. Contoh yang bisaa kita lakukan adalah
dengan senantiasa bersikap ramah dan sopan kepada orang tua, teman dan tetangga.

14. Cinta Damai

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah menyebarkan virus kebaikan kepada orang
lain dan tidak membuat ujaran kebencian, dll.
15. Gemar Membaca

Buku adalah jendela ilmu. Banyak ilmu yang bisa kita dapatkan dengan membaca. Pada
era teknologi ini, membaca bisa kita lakukan kapan saja dan dimana saja, sehingga sangat
merugi bagi masyarakat yang malas membaca. Karena dengan timbulnya sifat suka membaca
akan  menciptakan masyarakat dengan pemikiran pintar dan selalu terbuka akan ilmu
pengetahuan. Sifat gemar membaca harus pula didukung dengan mampu mengetahui
informasi mana yang baik untuk dibaca.

16. Peduli Lingkungan

Sebagai masyarakat Indonesia, sikap peduli terhadap lingkungan sangatlah penting.


Sikap tersebut dapat ditunjukkan dengan senantiasa menjaga lingkungan yang kita tinggali
dan senantiasa memperbaiki kerusakan lingkungaan yang ada di masyarakat. Contoh sehari
hari yang dapat kita lakukan adalah dengan tidak merusak fasilitas  umum, membuang
sampah pada tempatnya, dan selalu membersihkan lingkungan sekitar.

17. Peduli Sosial

Kita adalah masyarakat sosial. Kita tidak hidup sendiri. Karena itu sikap pedulu sosial
sangatlah penting bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut bisa ditunjukkan dalam  tindakan
yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab

Bertanggung jawab dalah segala perbuatan dan pekerjaan yang kita lakukan merupakan
hal yang penting ditanamkan di masyarakat. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan
senantiasa melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Contoh yang bisa kita terapkan adalah dengan selalu amanah dalan hal yang kita
lakukan dengan sebaik baiknya, berani bertanggung jawab dalah kesalahan yang kita perbuat,
serta tidak lari dari kewajiban yang kita miliki.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, seepeti teroi Bog dan
Taylor yah menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat
diamati dimana pendekatannya diarahkan pada latar atau individu tersebut secara kolektif
atau utuh sepenuhnya. Dari definisinya tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian kualitatif
merupakan penelitian untuk mendapatkan gambaran fakta-fakta di lapangan yang akurat.
Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa pernyataan tertulis maupun lisan
dari orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek
dan merasakan apa yang mereka alami.

3.2 Waktu, Tempat, dan Objek Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam waktu tiga hari, Mulai tanggal 26 Januari sampai
dengan 28 Januari 2022. Waktu penelitian terhitung sejak penulis mulai menyusun bab III
hingga selesai. Penulis mulai melakukan penelitian ketika istirahat dan juga selepas sekolah.
Maksudnya adalah ketika jam istirahat tersebut tidak diisi dengan mengerjakan hal-hal
penting seperti belajar untuk ulangan selanjutnya, mengerjakan pr, bahkan belajar untuk
materi pelajaran selanjutnya. Hal tersebut dilakukan agar masing-masing anggota tidak ada
yang dirugikan waktu produktif mereka. Dan juga selepas sekolah agar bisa mendapatkan
waktu yang lebih luang untuk memberi objek penelitian kebebasan waktu untuk menjawab
dengan selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya.

3.2.2 Tempat Penelitian

Tempat yang dipilih penulis untuk dijadikan tempat penelitian adalah area SMA
Negeri 1 Bangil terutama kelas 11 pada semua jurusan yaitu kelas 11 mipa 1 sampai 7, 11 Ibb
1 dan 2, dan 11 Ips 1 sampai 3. Dan juga melakukan penelitian di luar lingkup sekolah,
seperti rumah dan lingkungan sekitar. Tempat-tempat tersebut dipilih dengan banyak
pertimbangan seperti warga yang menempati kelas-kelas tersebut adalah angkatan peneliti,
jadi peneliti lebih mudah untuk menyampaikan maksud dan tujuan penelitian. Oleh sebab itu,
peneliti memilih tempat-tempat tersebut.
3.2.3 Objek Penelitian

Penelitian yang dilakukan kali ini sangat berhubungan erta dengan kegiatan siswa
sehari-hari. Tidak hanya di sekolah tapi juga di lingkungan masyarakat juga. Dikarenakan
faktor tersebut maka kami meilih untuk meneliti siswa sekolah SMA Negeri 1 Bangil dan
juga staff yang ada. Bahkan kami juga akan meneliti beberapa wali mirid juga. Sebelum
peneliti memutuskan untuk itu, ada banyak pertimbangan yang mendasari seperti, karena
mereka adalah angkatan peneliti, jadi lebih mudah untuk peneliti berinteraksi dengan
menyampaikan tujuan serta siswa siswi dan personal lain yang terpilih menjadi objek
penelitian lebih leluasa mengungkapkan pendapatnya tanpa ada rasa canggung. Terlebih lagi
karena peneliti mempunyai satu rasa batin yang terikat secara otomatis.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian sangat dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Instrumen penelitian


adalah alat-alat yang diperlukan atau digunakan untuk mengumpulkan data. Beberapa
instrumenbyang digunakan oleh peneliti selama penelitian ialah sebagai berikut.

1. Draf angket
Draf angket merupakan sekumpulan pertanyaan yang disusun oleh peneliti dan
dijadikan sebagai bahan penelitian. Dalam draf angket ini terdapat satu, yaitu bagian
kuisione. Kuisioner merupakan teknikpengumpulan dan dimana didalamnya terdaoat
serangkaian pertanyaan yang dijawab oleh responden sesuai isi hatinya.

2. Daftar Pertanyaan Wawancara


Instrumen kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan wawancara.
Peneliti memutuskan untuk memperoleh data dengan meeaeancarai beberapa pihak. Sebelum
melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu menyiapkan beberapa pertanyaan yang
kiranya dapat meraup inti pembahasan dalam penelitian ini. Yang diantaranya :

1. Menurut bapak/ibu/pelajar apakah pendidikan karakter itu penting diterapkan


disekolah ini ? Dan beri alasan mengapa penting !
2. Apa usaha kedepannya untuk menjadikan sekolah yang bermutu dengan pendidikan
karakter ini?
3. Jika bapak memilih berbagai karakter , karakter apa yang bapak/ibu terapkan untuk
anak didik / teman ini?
4. Mengapa bapak/ibu memilih karakter ..... Ini ?
5. Bagaimana prosedur melaksanakan nya dalam penerapan .... Karakter tersebut
6. Kapan karakter .... Ini diterapkan ?
7. Jika pendapat karakter bapak/ibu tidak diterima , bagaimana bapak menanggapi
perbedaan pendapat dengan orang lain?
8. Bagaimana kalau ada guru atau siswa yang tidak menaati kedua karakter tersebut?
9. Apa sebenarnya harapan akhir dari penerapan karakter .... Ini?

3. Alat Dokumentasi
Dokumentasi dalam suatu penelitian dirasa sangat perlu untuk dilakukan. Peneliti
memutuskan menggunakan perekam suara sebagai alat dokumentasi melihat metode yang
digunakan adalah wawancara. Perekam suaa berfungsi untuk merekam jawaban dari nara
dumber delama wawancra berlangsung.

3.4 Teknik Penelitian

3.4.1 Angket

Angket adalah teknik pengumoulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan yang
diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban
atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Daftar pertanyaan yang ada di
dalam angket berupa pertanyaan pilihan berganda(multiple choice question) dan pertanyaan
terbuka (open question) untuk mengrmukakan saran sqn kritikan

3.4.2 Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan tanya-jawab yang dilakukan untuk memperoleh


informasi maupun data. Menurut Hopkine, wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui
situasi tertentu yang dilihat dati sudut pandang yang berbeda. Wawancra menjadi bentuk
komunikasi secara langsung secara tatap muka, sehingga gerak dan mimik narasumber dapat
disaksikan langsung oleh pewawancara. Peneliti menggunakan wawancara terstruktur karena
pewawancara sudah menyiapkan pertanysan terlebih dahulu

3.4.3 Observasi Lapangan

Tujuan Umum melakukan Observasi lapangan adalah mengamati secara langsung di


alam terbuka untuk mencari suatu kebenaran tentang sesuatu yang ingin dicocokkan dengan
nalar pikiran manusia sehingga dapat dipertanggung jawabkan dan menjadikan kebenaran itu
suatu fakta dan benar. Kegiatan pengamatan dilakukan guna menggali dan mengumpulkan
data yang diperlukan bagi topic pembahasan guna pengembangan wawasan dan peningkatan
kinerja bagi para peserta.
Tujuan Khusus Observasi Lapangan adalah agar memahami teori tentang
pengumpulan data/informasi, dapat mengetahui cara mengumpulkan data/informasi, dan yang
terpenting adalah Menulis makalah observasi lapangan sehingga menjadi suatu laporan yang
bermutu dan dapat berguna bagi orang lain yang membacanya. Untuk itu, didalam melakukan
observasi lapangan perlu ada kejelian dan keakuratan dalam melihat keadaan yang
sesungguhnya.

3.5 Pengumpulan Data

Agar data-data penelitian dapat terkumpul dengan lengkap, sesuai jenis penelitian ini
yakni penelitian kuantitatif, maka penulis menggunakan teknik observasi dan angket.

1.Observasi

Teknik observasi dalam penelitian ini dilakukan pada tahap awal sebelum
melakukan angket. Melalui obsevasi, penulis dapat menemukan objek penelitian
yang akan dimintai pendapat untuk mengisi angket yang telah penulis buat.
Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian langsung turun ke
lapangan. Sebagaimana dikemukakan Nazir (1988, hlm 212) bahwa “Pengumpulan
data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain
untuk keperluan tersebut”.

Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini ketika penulis melakukan


observasi dapat mengamati langsung bagaimana keadaan objek yang akan diteliti di
lapangan. Menurut Nazir (1988, hlm 213), menggunakan pengamatan langsung
dapat memberikan keuntungan bagi penulis Antara lain sebagai berikut.

a. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-


hal perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya sewaktu kejadian tersebut berlaku
atau sewaktu perilaku tersebut terjadi.
b. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari objek baik yang datangnya
tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi
secara verbal.

Oleh karena itu, melalui kegiatan observasi yang dijelaskan pada kutipan di atas,
penulis dapat menemukan gambaran umum keadaan di lapangan, selanjutnya data-
data yang tidak diduga bisa saja diketahui, setelah melakukan observasi langsung.
2.Angket

Angket adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan


analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik. Beberapa
orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan
oleh oleh sistem yang sudah ada. Angket yang peneliti gunakan adalah angket
tertutup dan terbuka.

Angket tertutup (angket terstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk
sedemikian rupa. responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai
dengan karakteristik dirinya.

Contoh dari angket tertutup :


1. Menurut anda apakah perlu pendidikan karakter diberikan pada kalangan pelajar?
A. Perlu
B. Tidak Perlu
C. Sangat Perlu
D. Sangat Tidak Perlu
2. Apakah anda terbiasa berfikir sebelum bertindak?
A. Iya
B. Tidak
3. Apakah anda pada saat mengerjakan ujian masih menyontek?
A. Iya
B. Kadang-Kadang
C. Sering
D. Tidak
4. Menurut anda, jika anda memiliki teman yang berbeda keyakinan, ketika ia hendak
beribadah maka sikap yang harus anda lakukan?
A. Melarangnya
B. Menghormati
C. Mengganggu
5. Jika teman anda melakukan kesalahan atau berbicara yang tidak enak dengan anda,
apa yang anda lakukan?
A. Memaafkan
B. Membalas Dendam
C. Tidak Peduli
D. Menegur Atau Menasehatinya

3.5 Analisis Data


Hal terpenting dalam sebuah penelitian disamping teknik pengumpulan data ialah
teknik analisis data. Dikarenakan teknik analisis data dalam sebuah penelitian merupakan
kegiatan pemeriksaan kebenaran data-data yang sudah terkumpul sebelum data tersebut
disusun menjadi laporan. Disini, peneliti dapat memeriksa ulang apakah data yang
dikumpulkan selama penelitian di lapangan itu dapat menjawab rumusan masalah penelitian
atau sebaliknya. Pemeriksaan ulang dapat dilakukan dengan memeriksa data yang dihasilkan
dan dilakukan penghitungan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Menurut Arikunto (2010, hlm 280) mengemukakan bahwa “Analisis data adalah
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerjakan (ide) seperti yang disarankan
oleh data”. Demikian dalam menganalisis data, penulis akan menyusun data-data yang sudah
dikumpulkan sesuai dengan perumusan masalah.
Selanjutnya penulis dapat melakukan analisis data melalui tahapan-tahapan berikut.
1. Mengumpulkan seluruh data hasil temuan di lapangan.
2. Sebelum disusun dengan sistematis data data hasil penelitian di cek ulang.
3. Mengelompokan data sesuai rumusan masalah penelitian. Tujuannya agar data data
tersebut tidak tercampur dengan data yang tidak terpakai.
4. Menganalisis keterkaitan Antara 2 yang satu dengan yang lainnya.Apabila ditemukan
data yang kurang akurat atau diragukan, maka akan dilakukan pengecekan ulang ke
lapangan.
5. Setelah penyaringan dan pengelompokan data kemudian disusun ke dalam sebuah
laporan secara sistematis dengan cara membahas dan mendeskripsikan hasil temuan.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan pendidikan karakter di SMA negeri 1 Bangil


Hasil penelitian bahwa strategi pelaksanaan pendidikan karakter peserta didik dapat
dilakukan melalui: pengintegrasian nilai dan etika pada mata pelajaran, internalisasi nilai
positif yang di tanamkan oleh semua warga sekolah, pembiasaan dan latihan, pemberian
contoh dan teladan, penciptaan suasana berkarakter di sekolah, serta pembudayaan.
Implementasi pendidikan karakter peserta didik dilakukan melalui keterpaduan antara
pembentukan karakter dengan pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan
ekstrakurikuler.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pelaksanaan pendidikan karakter peserta
didik dapat dilakukan melalui: penerapan dan mengajarkan tentang pengucapan maaf,
tolong,dan terimakasih , internalisasi nilai positif yang di tanamkan oleh semua warga
sekolah, pembiasaan dan latihan, pemberian contoh dan teladan, penciptaan suasana
berkarakter di sekolah, serta pembudayaan. Implementasi pendidikan karakter peserta didik
dilakukan melalui keterpaduan antara pembentukan karakter dengan pembelajaran,
manajemen sekolah, dan kegiatan ekstrakurikuler.
Dan menurut Bu Arum juga SDM di mulai dari guru, karena guru yang akan

mendidik/mengajarkan sesuatu yang baik pada anak murid nya.


Pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting disampaikan kepada peserta
didik di sekolah. Di mana pelaksanan pendidikan karakter di sekolah membutuhkan
pemahaman dari semua pihak yang berada di lingkungan dunia pendidikan sehingga
pengajarannya dapat menumbuhkan budi pekerti luhur kepada peserta didik sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Prasetyo & Rivasintha(dalam www.kompasiana.com 2010)
menuliskan bahwa "dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
harus dilibatkan termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah,  pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana,
pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah". 

Pendidikan karakter sebenarnya  bukan hal baru dalam dunia pendidikan di Indonesia
sebab sudah ada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
yang telah lama diajarkan di sekolah-sekolah dasar hanya saja kedua mata pelajaran tersebut
belum mampu mengintensitaskan pembentukan karakter positif peserta didik karena masih
kurang substansi waktunya dalam pembelajaran di sekolah sehingga dibutuhkan program
pendidikan untuk membina karakter peserta didik yang lebih kompleks dan dapat
diintegritaskan ke dalam pembelajaran di sekolah. Pendidikan karakter merupakan suatu
program pengembangan dunia pendidikan di Indonesia yang harus direalisasikan sehingga
peran serta kita semua sangat dibutuhkan untuk mendukung program tersebut. 
4.2 Upaya yang dapat menunjang pendidikan karakter di smanba
Hasil penelitian wawancara dengan Bu Arum adalah pertama harus dimulai dari SDM
guru, guru harus menerapkan dan mengajarkan tentang pengucapan maaf, tolong,
terimakasih. Karena keliatan nya memang kecil atau remeh . Namun kalau tidak dibiasakan
jadinya susah untuk mengucapkan kalimat tersebut. Dan beberapa teman saya berpendapat
dengan menerapkan sikap disiplin, yaitu memiliki catatan kehadiran serta membiasakan diri
untuk hadir tepat waktu. Dan juga diterapkan karakter jujur , yaitu transparansi dalam laporan
keuangan dan penilaian disekolah secara berkala contoh menyediakan kantin kejujuran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang dapat menunjang pendidikan karakter di
SMA N 1 BANGIL antara lain jujur, kreatif, disiplin, mandiri, dan religius, sikap dan juga
perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang sesuai dengan agama yang
dianut masing-masing peserta didik, dan dapat melakukan toleransi antar umat beragama di
SMA N 1 BANGIL. contoh pendidikan karakter religius yang dapat dilakukan di sekolah
yang sangat sederhana yaitu dengan mengadakan sholat Zuhur sebelum pulang sekolah atau
juga dapat melakukan sholat Dhuha berjamaa ketika pagi hari.
Guru tidak sekedar mendidik dan memberikan materi akademik saja di sekolah,
namun lebih dari itu. Guru diharapkan juga dapat menanamkan nilai-nilai positif pada siswa,
karena guru merupakan role model bagi para siswanya.
Untuk mendukung hal ini, para guru seyogyanya mengokohkan karakter dirinya
dalam membangun karakter para siswanya. Ada beberapa hal sederhana dapat dilakukan para
guru dalam membangun karakter siswa.

1. Menjadi contoh bagi siswa


Guru dipandang sebagai orang tua yang lebih dewasa oleh para siswanya. Hal itu
artinya, siswa menilai guru sebagai contoh dalam bertindak dan berperilaku. Hal ini menuntut
guru harus pandai dalam menjaga sikap dan perilaku guna memberikan contoh terbaik.

Dengan mengingat diri sendiri sebagai contoh, maka guru akan lebih berhati-hati
dalam bersikap, sehingga lebih bijak dari setiap tindakan yang akan diambil. Dari
memberikan contoh, diharapkan murid bisa mengikuti sisi positif yang dimiliki guru.

2. Menjadi apresiator
Sebagai guru hendaknya tidak hanya sekedar mementingkan nilai akademis, tetapi
juga mengapresiasi usaha siswanya. Sebagai pengajar, menilai siswa dari segi akademis
memang penting, namun juga perlu diingat bahwa menghargai kebaikan yang dilakukan
siswa juga sangat perlu.

Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan mengapresiasi usaha siswa tanpa
selalu membandingkan dengan nilai yang didapatkan. Misalnya dengan memberikan pujian
bagi siswa datang awal, rajin mengerjakan tugas, atau bersikap baik selama di sekolah.

Dengan membiasakan hal kecil seperti itu, siswapun akan dapat mengapresiasi diri
atas usaha yang telah dilakukannya. Sehingga, akan terbangun karakter yang terus mau
belajar dan memperbaiki diri untuk lebih baik.
3. Mengajarkan nilai moral pada setiap pelajaran
Kalau sekadar materi pelajaran, mungkin semua bisa saja tahu karena tertulis dalam
buku pelajaran. Tetapi bagaimana dengan nilai moral? Untuk itu ada baiknya dalam setiap
pelajaran, guru juga menanamkan nilai moral yang bisa dijadikan bahan pelajaran hidup.

Misalnya, saat mengajarkan Matematika guru tidak hanya sekadar memberikan rumus


dan cara pengerjaan kepada siswa. Tetapi juga bisa mengajarkan nilai kehidupan seperti
dengan mengerjakan soal Matematika kita bisa belajar untuk bersabar dan berusaha untuk
memecahkan suatu masalah dengan mengasah logika berpikir.

Nah, dengan begitu, nantinya ketika siswa menghadapi suatu masalah dalam
hidupnya, dia bisa berpikir optimis bahwa setiap masalah ada jalan keluarnya selama
berusaha.

4. Bersikap jujur dan terbuka pada kesalahan


Guru juga manusia, sehingga tidak luput dari suatu kesalahan meski tidak pernah
berniat melakukan hal itu atau tanpa sengaja. Misalnya, suatu ketika guru datang terlambat,
salah dalam mengoreksi jawaban siswa.

Untuk memberikan contoh yang baik, guru sebaiknya mau mengakui kesalahan yang
dibuat sekecil apapun itu. Sehingga hal itu akan teringat dalam diri siswa untuk bersikap yang
sama ketika melakukan kesalahan meski tidak disengaja.

Mungkin terkadang ada rasa gengsi, tetapi tetap harus dilakukan, karena itu bisa
menjadi pelajaran yang baik pada siswa. Bahwa sebagai manusia kita harus berani jujur sama
diri sendiri dan mau mengakui kesalahan yang telah diperbuat.

Dari situlah para siswa bisa belajar bagaimana cara untuk memperbaiki kesalahan dan
berani bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuatnya.

5. Mengajarkan sopan santun


Hal yang sering luput diajarkan di sekolah adalah bagaimana cara bersikap sopan
santun. Mungkin terdengar sederhana, tetapi ini merupakan hal penting yang layak diajarkan
kepada siswa untuk menjaga sikap dan mengetahui mana yang benar dan salah.

Tidak jarang guru menemui siswa yang bersikap tidak sopan hanya karena mereka
tidak tahu bagaimana cara bersikap yang baik dan benar. Atau malah selama ini mereka
mencontoh sikap negatif orang di sekitarnya. Sehingga mereka menganggap itu sebagai hal
yang lumrah.

Ada baiknya, ketika ada siswa bersikap kurang baik atau kurang sopan, guru berperan
untuk mengoreksi sikap tersebut. Jangan memarahi, tetapi cukup mengingatkan saja bahwa
sikapnya itu kurang baik dan berikan alternatif tindakan lain yang lebih positif. Gunakan
pendekatan yang halus namun mengena.

6. Memberi kesempatan siswa belajar menjadi pemimpin


Saat ini, mempunyai karakter memimpin merupakan hal yang krusial untuk dimiliki.
Menyadari hal ini, ada baiknya guru juga bisa membantu siswa untuk melatih jiwa
kepemimpinan mereka.

Cara sederhananya, bisa dengan membuat tugas kelompok dan memastikan setiap
anggota mempunyai kesempatan sebagai ketua kelompok. Jadi, tidak hanya siswa itu-itu saja
yang jadi ketua kelompok, tetapi semua bisa belajar jadi pemimpin.

Setelah melakukan aktivitas ini, guru bisa mengevaluasi hal positif yang bisa jadi
pembelajaran siswa untuk memimpin lebih baik lagi. Berilah masukan yang memotivasi, jadi
bagi siswa yang merasa kurang percaya diri bisa semangat untuk terus belajar lebih baik lagi.

7. Berbagi pengalaman inspiratif


Tidak ada salahnya, sesekali menceritakan pengalaman personal yang dimiliki guru
untuk dibagikan kepada para siswa. Tidak harus cerita yang hebat untuk menginspirasi,
sekecil apapun pengalaman yang diceritakan tetap bisa menjadi pembelajaran yang berguna
untuk para siswa.

Dengan berbagi pengalaman, siswa jadi terinspirasi dan dapat belajar dari pengalaman
guru. Sehingga mereka tidak menjadi generasi yang minder, namun generasi yang tetap
melakukan kebaikan meskipun itu dinilai kecil. Karena yang terpenting adalah karakter
keberanian itulah yang perlu ditanamkan guru kepada siswa.

Itulah hal-hal sederhana yang bisa dilakukan guru dalam membangun karakter pada
siswa. Dengan cara sederhana ini, diharapkan bisa mendidik siswa tidak hanya pada
kemampuan akademis saja tetapi juga pribadi yang positif, yang berkarakter Indonesia. (*)

4.3.  Cara Mengatasi Kerusakan Karakter Pada Diri Remaja


Kerusakan karakter bangsa tentu tidak boleh kita biarkan terus berlangsung, harus ada
upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. Menurut Penulis ada beberapa hal yang harus kita
lakukan untuk mengatasi hal tersebut, di antaranya adalah:

1.   Memperkokoh keimanan atau akidah kepada Allah SWT dengan jalan memberikan
pengetahuan  agama, baik yang dilakukan di rumah, kampus dan masyarakat, sehingga
selalu terikat dan mau menyesuaikan diri dengan ketentuan Allah SWT.
2.   Menanamkan perasaan dekat kepada Allah SWT, sehingga di mana pun kita berada, ke
manapun kita pergi dan bagaimanapun situasi dan kondisinya kita akan selalu merasa
diawasi oleh Allah SWT. Dengan hal demikian,
maka akan membuat diri kita tidak berani menyimpang dari jalan-Nya.
3.   Mewujudkan lingkungan yang religius, baik melalui bahan bacaan, tontonan maupun
lingkungan pergaulan, sehingga pengaruh dari lingkungan tersebut akan membuat manusia
terbentuk menjadi orang yang memiliki kepribadian yang religius.
4.   Menumbuhkan tanggung jawab pengembangan amanah dakwah dengan terus berusaha
untuk menjadi yang terbaik dalam bersikap dan berperilaku dalam berbagai sisi kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa.
Dalam mengatasi kerusakan karakter pada diri manusia diperlukan perhatian yang
sangat serius dari pendidik-pendidik di dalam keluarga, di sekolah, maupun di ruang
lingkup masyarakat. Jika peran-peran berjalan dengan baik, maka akan terbentuk karakter-
karakter yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam penerapan pendidikan karakter di sekolah
antara lain :

1. Menerapkan program K3 ( Kebersihan,Keindahan dan Ketertiban ) sehingga


menjadi budaya sekolah yg ditekankan dalam praktik. Misalnya Jumat bersih,dll.
2. Guru membiasakan untuk membiasakan mengelola kelas sebelum memulai proses
pembelajaran dengan cara mengatur,mengamati,dll.
3. Guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya baik dalam ucapan dan
perilakunya. Mampu memberi contoh nyata yang baik, mengedepankan akhlak yang
pada akhirnya membangun karakter peserta didik.
4. Guru harus berupaya menjadi sahabat dan teman curhat bagi peserta didik,sehingga
peserta didik suka rela untuk mengadukan permasalahan yg dirasakannya.
5. Guru harus mengintegrasikan materi pelajaran yang diampu dengan nilai-nilai
karakter yang ada.
6. Mengintegrasikan nilai-nilai karakter dengan kegiatan-kegiatan yang  diprogramkan
sekolah dalam rangka terus menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai karakter.
7. Guru berupaya memberikan kepada semua siswa untuk berani menyampaikan
pendapatnya di kelas,melalui kegiatan diskusi dan pengambilan keputusan secara
demokratis.
8. Sekolah selalu mengadakan kegiatan upacara bendera dengan tertib dan hikmat
sesuai yg diprogramkan untuk menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai karakter.
BAB V
PENUTUP
1.        Kesimpulan
Dari hasil angket kami seluruhnya mengatakan bahwa perlunya pendidikan karakter di
kalangan pelajar, hal ini menunjukkan bahwa semua pelajar menyadari bahwa pendidikan
karakter itu sangatlah penting. Pendidikan karakter berperan sangat penting bagi pelajar.
maka dari itu penddikan karakter harus direalisasikan semua sekolah di semua jenjang
manapun

Berdasarkan penelitian yang kami lakukan dapat ditarik kesimpulan :


Pendidikan Karakter di Indonesia belum berada pada tahap maju. Sehingga perlu diadakan
perbaikan-perbaikan sistem pendidikan oleh pemerintah dalam memajukan Pendidikan
Karakter anak bangsa di Indonesia. Keluarga, sekolah, dan masyarakat pun juga memiliki
tanggung jawab dalam memajukan karakter anak bangsa. Dan juga, kurangnya rasa
kepedulian warga  terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan oleh berbagai kelompok
masyarakat.
Pentingnya pendidikan karakter yang baik bagi anak harus ditanamkan sejak dini.
Tumbuhnya karakter anak yang baik akan membuat anak memiliki pola pikir dan perilaku
yang baik pula. Pendidikan karakter tidak hanya didapatkan di sekolah, tetapi pendidikan
karakter harus diberikan pada anak sejak dini melalui keluarga dan orang terdekatnya.
Pendidikan karakter bias diterapkan dengan mengajarkan anak cara bertutur kata dan
berperilaku yang baik dan sopan. Terdapat pula beberapa indikator dan nilai-nilai yang harus
diterapkan demi tercapainya pendidikan karakter yang baik seperti penanaman nilai karakter
religious, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong.

Walaupun demikian, masih banyak kasus mengenai menyimpangnya karakter anak di


Indonesia. Contohnya seperti kasus penganiayaan oleh seorang siswa SMA hingga
menewaskan guru bernama Ahmad Budi Cahyono, insiden tewasnya guru di SMAN 1 torjun,
sampang madura ini dianiaya oleh siswanya sendiri. Selain itu, ada juga kasus seorang murid
di salah satu SMP swasta di Kabupaten Gresik yang menantang gurunya saat ia diingatkan
oleh gurunya untuk tidak boleh merokok. Tidak hanya kasus-kasus tersebut, masih banyak
lagi kasus lainnya yang menunjukkan penyimpangan karakter anak yang baik.

Kurangnya penegakkan hukum yang baik menjadi salah satu factor mengapa kasus
tersebut marak terjadi. Karena itu, perlunya ada penegakkan hokum yang efektif demi
mengurangi angka kasus tersebut. Contohnya seperti penerapan Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menjelaskan fungsi Pendidikan
nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapula Permendikbud
No. 20 tahun 2018 pasal 2 disebutkan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan
dengan nilai-nilai pancasila dalam pendidikan karakter. Dengan penguatan pendidikan
karakter ini diharapkan dapat menanamkan karakter mulia bagi peserta didik melalui
pendidikan lingkungan sekolah mengingat saat ini semakin lunturnya nilai-nilai karakter
siswa.

Peran pendidikan karakter yang baik sangatlah baik dalam pertumbuhan pola pikir dan
perilaku anak. Dengan terlaksanannya pendidikan karakter yang baik, diharapkan perilaku
dan karakter anak Indonesia juga akan semakin membaik. Perlunya juga ada peran lebih dari
pemerintah mengenai peraturan yang ada, serta peran guru dan keluarga dalam memberikan
pendidikan karakter yang baik bagi anak. Seandainya pendidikan karakter ini terlaksana
dengan baik, maka tidak akan ada lagi kasus kasus dan menyimpangnya perilaku dan karakter
anak Indonesia.

2.        Saran
Pendidikan Karakter bisa dimasukkan dalam kurikulum pendidikan agar siswa dapat
memahami dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan Karakter tak
hanya menjadi tugas guru pelajaran agama ataupun Pkn, tetapi juga seluruh guru. Bukan
hanya di lingkup sekolah, pendidikan karakter harus dipikul pula oleh masyarakat secara
luas. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat pun memanggul tugas memberikan
pendidikan karakter terhadap anak pada fase paling awal.
DAFTAR PUSTAKA

https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/8-upaya-penerapan-pendidikan-karakter-
bagi-peserta-didik-di-sekolah/

KEMENDIKBUD.  2017. Penguatan Pendidikan Karakter Jadi Pintu Masuk Pembenahan


Pendidikan Nasional. Diakses
melalui https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/07/penguatan-pendidikan-
karakter-jadi-pintu-masuk-pembenahan-pendidikan-nasional

https://www.funteacherprivate.com/blog/ketahuilah-manfaat-pentingnya-penguatan-
pendidikan-karakter-untuk-si-anak
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/
http://hasanuddinismail.wordpress.com/2011/09/27/krisis-moral-bangsa-upaya-mengatasinya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Karakter
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
Noor, Rohinah M.2012. Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif. Yogyakarta:
Pedagogja
Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003

Permendikbud No. 20 tahun 2018 pasal 2

Purnomo, Dony. 2018. Murid Menantang Guru, Bukti Gagalnya Pendidikan Karakter.

https://www.kompasiana.com/donypurnomo/5c610caebde575270b7c8535/murid-menantang-
guru-bukti-gagalnya-pendidikan-karakter (Diakses pada 17 September 2019)

Undang-Undang Bab II Pasal 3 No. 20 Tahun 2003

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003


LAMPIRAN

1. Hasil Angket

1. Kelas Pengisi Angket

a. KELAS 10 : 4 Suara
b. KELAS 11 : 21 Suara
c. KELAS 12 : 3 Suara

2. Menurut anda apakah perlu pendidikan karakter diberikan pada kalangan pelajar? 28
jawaban

a. perlu : 14 Suara
b. tidak perlu : 0 Suara
c. sangat perlu : 14 Suara

3. Apakah anda terbiasa berfikir sebelum bertindak?

a. iya : 28 Suara
b. tidak : 0 Suara

4. Apakah anda pada saat mengerjakan ujian masih menyontek?

a. iya 3 Suara
b. kadang-kadang 19 Suara
c. sering 3 Suara
d. tidak 3 Suara

5. Menurut anda, jika anda memiliki teman yang berbeda keyakinan, ketika ia hendak
beribadah maka sikap yang harus anda lakukan?

a. melarang nya 0 Suara


b. menghormati 28 Suara
c. mengganggu 0 Suara
6. Jika teman anda melakukan kesalahan atau berbicara yang tidak enak dengan anda,
apa yang anda lakukan?

a. memaafkan : 10 Suara
b. memalas dendam : 1 Suara
c. tidak peduli : 6 Suara
d. menegur atau menasehatinya : 11 Suara

7. Apakah anda merasa datang tepat waktu saat berangkat sekolah?

a. iya : 23 Suara
b. sering : 3 Suara
c. terlambat : 2 Suara

8. Bagaimana pendapat anda tentang diterapkan nya pendidikan karakter ini?

a. mendukung 25 Suara
b. biasa saja 2 Suara
c. tidak peduli 1 Suara

9. Saya lebih suka belajar sendiri dari pada kelompok

a. Sangat setuju 6 Suara


b. Setuju 13 Suara
c. Tidak Setuju 9 Suara
d. Sangat Tidak Setuju 0 Suara

10. Saya merasa putus asa ketika menghadapi pelajaran yang menurut saya sulit

a. Sangat setuju 3 Suara


b. Setuju 11 Suara
c. Tidak Setuju 13 Suara
d. Sangat Tidak Setuju 1 Suara
11. Saya meminta bantuan kepada teman ketika saya mengalami kesulitan

a. Sangat setuju 14 Suara

b. Setuju 14 Suara

c. Tidak setuju 0 Suara

d. Sangat tidak setuju 0 Suara

12. Saya selalu mengembalikan barang yang bukan hak saya

a. Sangat setuju 18 Suara


b. Setuju 10 Suara
c. Tidak setuju 0 Suara
d. Sangat tidak setuju 0 Suara

13. Saya selalu berkata jujur dan mengatakan sesuatu sesuai dengan fakta

a. Sangat setuju 10 Suara


b. Setuju 15 Suara
c. Tidak setuju 3 Suara
d. Sangat tidak setuju 0 Suara

14. Saya bangga dengan hasil yang saya peroleh sendiri

a. Sangat setuju 16 Suara


b. Setuju 9 Suara
c. Tidak setuju 3 Suara
d. Sangat tidak setuju 0 Suara

15. Berani menyampaikan pendapat adalah modal utama untuk menumbuhkan rasa
percaya diri

a. Sangat setuju 17 Suara

b. Setuju 11 Suara
c. Tidak setuju 0 Suara
16. selalu memperhatikan ketika orang lain sedang berbicara

a. Sangat setuju 13 Suara


b. Setuju 15 Suara
c. Tidak setuju 0 Suara
d. Sangat tidak setuju 0 Suara

17. Ilmu saya akan bertambah jika saya saling berbagi ilmu

a. Sangat setuju 19 Suara


b. Setuju 9 Suara
c. Tidak setuju 0 Suara
d. Sangat tidak setuju 0 Suara

18. Saya selalu membantu orang tua setiap ada waktu luang

a. Sangat setuju 11 Suara


b. Setuju 15 Suara
c. Tidak setuju 2 Suara
d. Sangat tidak setuju 0 Suara

19. Di rumah saya selalu mengulang latihan yang telah diberikan

a. Sangat setuju 4 Suara


b. Setuju 14 Suara
c. Tidak setuju 10 Suara
d. Sangat tidak setuju 0 Suara

20. Saya selalu menerima saran dan kritik dengan hati yang lapang

a. Sangat setuju 13 Suara


b. Setuju 15 Suara
c. Tidak setuju 0 Suara
d. Sangat tidak setuju 0 Suara
21. Saya selalu bertegur sapa dengan semua guru dan teman saat bertemu

a. Sangat setuju 12 Suara


b. Setuju 15 Suara
c. Tidak setuju 1 Suara
d. Sangat tidak setuju 0 Suara

22. Saya membuat cara tersendiri untuk memahami materi

a. Sangat setuju 11 Suara


b. Setuju 16 Suara
c. Tidak setuju 1 Suara
d. Sangat tidak setuju 0 Suara

23. Saya selalu mengambil keputusan dengan memperhatikan pendapat dari teamn-teman
dan fakta yang ada

a. Sangat setuju 13 Suara


b. Setuju 15 Suara
c. Tidak setuju 0 Suara
d. Sangat tidak setuju 0 Suara

24. Saya mengerjakan tugas kelompok dengan sebaik-baiknya

a. Sangat setuju 11 Suara


b. Setuju 16 Suara
c. Tidak setuju 1 Suara
d. Sangat tidak setuju 0 Suara

25. Saya berani mengakui kesalahan yang telah saya perbuat dan akan memperbaikinya
a. Sangat setuju 17 Suara
b. Setuju 11 Suara
c. Tidak setuju 0 Suara
2. Hasil Wawancara

A. Wawancara dengan guru

Q : Menurut bapak/ibu/pelajar apakah pendidikan karakter itu penting diterapkan


disekolah ini ? Dan beri alasan mengapa penting !
A : Menurut bu Arum sangat penting diterapkan. Kalau bisa pendidikan karakter ini
dimulai dari masih sd ya agar bisa menjadi bekal.
Karena kalau seseorang tidak punya karakter percuma, meskipun
akademisnya bagus tetapi karakternya jelek sama saja nol. Maka dari itu pendidikan
sangatlah penting untuk semua orang.

Q : Apa usaha kedepannya untuk menjadikan sekolah yang bermutu dengan


pendidikan karakter ini?
A : Sekolah bermutu : Sdm mulai dari guru, guru harus menerapkan dan
mengajarkan tentang pengucapan, maaf, tolong, terimakasih karena kelihatannya
memang kecil atau remeh. Namun kalau tidak dibiasakan jadinya susah untuk
mengucapkan kalimat tersebut.

Q : Mengapa bapak/ibu memilih karakter ..... Ini ?


A : Karena itu akan menjadi bekal untuk kita agar kita dapat menghargai orang lain
jika kita menghargai orang lain otomatis orang lain juga bakal menghargai kita.

Q : Kapan karakter .... Ini diterapkan ?


A : Pendidikan karakter ini harus terus dilakukan atau diterapkan sampai kita
meninggal atau akhir hayat. 

Q : Jika pendapat karakter bapak/ibu tidak diterima , bagaimana bapak menanggapi


perbedaan pendapat dengan orang lain?
A : Sementara dalam mengajarkan pendapat pasti ada yang pro dan kontra. Jadi kita
berpikir saja karena mungkin seseorang yang baru itu punya pendapat sendiri
tentang pendidikan karakter ini.

Q : Bagaimana kalau ada guru atau siswa yang tidak menaati kedua karakter
tersebut?
A : Jika Anda tidak taat dengan peraturan : ditegur (karena kan harus dimulai  dari
hal-hal kecil jika tidak maka akan susah

B. Wawancara dengan teman

Q : Menurut bapak/ibu/pelajar apakah pendidikan karakter itu penting diterapkan


disekolah ini ? Dan beri alasan mengapa penting !
A : Menurut teman saya , penting, karena memberikan pendidikan karakter untuk
anak akan membantu menanamkan hal-hal baik yang dapat mempengaruhi bagaimana
ia akan bertindak secara sosial
Q : Apa usaha kedepannya untuk menjadikan sekolah yang bermutu dengan
pendidikan karakter ini?
A : Sekolah bermutu dengan menerapkan sikap disiplin, yaitu memiliki catatan
kehadiran serta membiasakan diri untuk hadir tepat waktu.
Jujur, yaitu transparansi dalam laporan keuangan dan penilaian di sekolah secara
berkala contoh menyediakan kantin kejujuran
Bersahabat serta Komunikatif, yaitu menciptakan suasana sekolah yang memudahkan
terjadinya interaksi sesama masyarakat sekolah dengan bahasa yang santun dan saling
menghormati.

Q : Jika anda memilih berbagai karakter, karakter apa yang anda terapkan untuk
teman – teman disekolah ini
A : Religius

Q : Mengapa anda memilih karakter ini ?


A: Karena nilai agama itu sangat Penting di zaman seperti ini kurangnya nilai
religious akan berdampak besar besar pada masa depannya kelak.

Q: Bagaimana prosedur melaksanakan nya dalam penerapan karakter religius


tersebut?
A: Untuk disekolah bisa saja diadakan sholat dhuha berjamaah ketika pagi atau
hendaknya ketika pulang skolah terdapat sholat dzuhur bersama agar ketika pulang
terasa nyaman

Q: Kapan karakter religius ini diterapkan?


A: Tergantung sesuai situasi Dan kondisi

Q: Jika pendapat karakter anda tidak diterima , bagaimana tindakan anda menanggapi
perbedaan tersebut dengan orang lain?
A: Ya tetap menerima dengan lapang dada setidaknya saya telah mengeluarkan
argumen yang saya rasa perlu Dan saya tidak merasa keberatan jika orang Lain
memiliki pendapat yang berbeda dengan saya karena pikiran manusia satu dengan
manusia lainnya juga berbeda
Q: Bagaimana kalau ada Guru atau siswa yang tidak menaati kedua karakter
tersebut?
A: Saya tidak tahu, karena itu sesuai masing-masing individu ada yang tidak setuju
dan ada yang setuju

Q: Apa sebenarnya harapan akhir dari penerapan karakter ini?


A: Harapan saya ya smoga segera terealisasikan pendidikan Karakter ini
3. Dokumentasi

WAWANCARA DENGAN PIHAK WAWANCARA DENGAN PIHAK GURU


GURU KONSELING KONSELING

WAWANCARA DENGAN PIIHAK SISWA PROSES PENGISIAN ANGKET OLEH


SISWA

Anda mungkin juga menyukai