DISUSUN OLEH:
Januari, 2022
ABSTRAK
Masalah yang tengah dihadapi lembaga pendidikan adalah sistem pendidikan yang
ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri ( kognitif) dan kurang
memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, dan empati). Padahal, pengembangan
karakter lebih berkaitan dengan optimalisai fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan
dengan pendidikan karakter pun seperti (budi pekerti dan agama) ternyata pada perakteknya
lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan).
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui sejauh mana Penerapan Pendidikan
Karakter di SMAN 1 BANGIL. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini
adalah
Jenis penelitian ini adalah deskripstif kualitatif lapangan, yang mengambil lokasi di
SMAN 1 BANGIL.Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara,
observasi,dan dokumentasi. Adapun teknik analisa data yg digunakan Reduksi data, Dispiay
data seta Verifikasi atau penalikan kesimpulan, untuk Uji keabsahan mengguakan
Trianggulasi sumber.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat yang dilimpahkan-Nya
sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Karakter dalam Pembelajaran PKN Materi Pahlawanku
Siswa SMAN 1 BANGIL Tahun 2022”. Penulis membuat proposal skripsi ini untuk memenuhi salah
satu tugas terstruktur mata kuliah metodologi penelitian pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini tidak mungkin akan terwujud apabila
tidak ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1.
Semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya dan membalas semua amal
kebaikan beliau. Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena
terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun penulis menerima dengan senang hati.
Akhir kata, semoga proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dijalani bagi siapapun
itu, tidak mengenal darimana seseorang berasal, status sosial dan ekonomi, usia, etnis, dan
juga ras tertentu. Tidak hanya berhak atas pendidikan, namun juga seseorang bahkan
memiliki kewajiban penuh untuk menempuh semua jenjang pendidikan.
Pendidikan sendiri dianggap sebagai suatu media yang paling ampuh dalam
mengembangkan potensi siswa baik berupa keterampilan maupun mengenai wawasan. Oleh
karena itu, pendidikan karakter secara terus-menerus dapat dibangun dan dikembangkan agar
proses pelaksanaannya dapat menghasilkan siswa dan siswi yang berkarakter seperti yang
diharapkan. Demikian juga dengan Indonesia, bangsa Indonesia tidak ingin menjadi bangsa
yang bodoh dan keterbelakangan dalam menghadapi zaman yang terus berkembang di era
teknologi modern.
Permasalahan yang terjadi akhir-akhir ini di Negara kita sebenarnya tidak lepas dari
persoalan “Karakter”. Pendidikan karakter yang
seharusnya didapatkan sejak masa kanak- kanak, malah membuat anak tersebut menyimpang
dari apa yang diharapkan. Hal ini seiring dengan kecenderungan bahwa seorang remaja yang
sedang mencari identitas diri, selalu mencari hal- hal baru,
ditambah lagi dengan pengaruh kebudayaan asing yang
sangat kuat mempengaruhi generasi muda, hal ini dapat membuat mereka terjerumus lebih
dalam kepada hal- hal negatif. Pada tahap ini, orang tua dan pendidik berperan penting dalam
memberi pendidikan dan pengawasan kepada anak tersebut. Maka perbaikan sumber daya
manusia jua perlu ditingkatkan agar mampu menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas,
mandiri, berakhlak mulia, dan terampil.
Realitas ini pada akhirnya menggugah kami melalui karya tulis ilmiah ini untuk
kembali menghidupkan nilai-nilai pendidikan karakter yang dirasa saat ini mulai tergerus
oleh laju arus globalisasi dan modernisasi yang tak terbendung lagi. Disebut-sebut dunia
pendidikan adalah sebagai benteng terakhir yang mampu menahan derasnya terjangan
dekadensi moral yang melanda bangsa ini. Tidak dapat dipungkiri lagi, dunia pendidikan saat
ini hanya mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan anak. Adapun
pembentukan karakter dan nilai-nilai budaya bangsa di dalam diri siswa semakin
terpinggirkan.
Pendidikan karakter sesungguhnya memiliki intensitas yang sangat besar dalam
membangun anak bangsa. Dan semestinya Pendidikan Karakter termasuk dalam materi yang
harus dipelajari dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu, dunia pendidikan dalam hal ini sangat diharapkan menjadi pengendali
untuk mengedukasi bangsa kita sehingga manusia Indonesia lebih berkarakter dan
bermartabat serta mulia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter tidak hanya
dibebankan pada guru saja, tetapi juga pada semua pihak yang berkepentingan dan
bersangkutan.
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter di SMA NEGERI 1 BANGIL.
B. Apa saja upaya yang dapat menunjang pendidikan karakter di SMA NEGERI 1
BANGIL.
C. Bagaimana mengatasi siswa yang dinilai kurang dalam pendidikan karakter di SMA
NEGERI 1 BANGIL.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pendidikan karakter
pelajar di SMAN 1 Bangil dan juga sekolah sekitarnya melalui beberapa wawancara dan
penyebaran angket. Yang nantinya diharapkan kita bisa menemukan sumber masalah dan
juga menyimpulkan tentang apa saja faktor yang turut mempengaruhi kualitas pendidikan
karakter pelajar saat ini, serta dapat menemukan solusi yang paling efektif dan memiliki
presentasi keberhasilan yang tinggi.
Dalam konteks Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan
moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari
itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga peserta didik
menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan
(domain afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku).
Jadi pendidikan karakter erat kaitannya dengan kebiasaan yang terus menerus
dipraktekan atau dilakukan.Penekanan aspek-aspek tersebut di atas, diperlukan agar peserta
didik mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan, tanpa
harus didoktrin apalagi diperintah secara paksa.Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Pasal 13 Ayat 1 disebutkan bahwa “jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal. Masingmasing jalur
pendidikan tersebut diharapkan bisa saling melengkapi, dan memperkaya satu sama lain”.
Kesimpulannya bahwa apa yang terekam dalam memori anak didik di sekolah, ternyata
memiliki pengaruh sangat besar bagi kepribadian mereka ketika dewasa kelak. Oleh karena
itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan
dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui
peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
1. Nilai Karakter Religius, nilai ini mencerminkan ketakwaan terhadap Tuhan yang
Maha Esa. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan selalu giat dan ikhlas dalam
beribadah.
2. Nilai Karakter Nasionalis, nilai ini merupakan cara berpikir, bersikap dan
memberikan perbuatan yang baik terhadap bangsa, seperti dengan menempatkan
kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi dan kelompoknya.
3. Nilai Karakter Integritas, nilai yang menunjukkan perilaku seorang individu yang
dapat dipercaya dalam hal apapun. Hal ini dapat ditunjukkan dengan selalu
berperilaku jujur dalam setiap hal yang kita lakukan.
4. Nilai Karakter Mandiri, nilai yang ditunjukkan dari sikap dan perilaku yang tidak
bergantung pada orang lain, seperti contohnya dengan melakukkan pekerjaannya
sendiri tanpa harus selalu mendapat bantuan dari orang lain.
5. Nilai Karakter Gotong Royong, nilai ini mencerminkan tindakan kerja sama dan bahu
membahu dalam menyelesaikan persoalan bersama, seperti dengan mengikuti kerja
bakti dan aktif dalam organisasi.
Salah satu contoh kasus yang ada ialah kasus seorang murid di salah satu SMP swasta
di Kabupaten Gresik yang menantang gurunya saat ia diingatkan oleh gurunya untuk tidak
boleh merokok. Pada kasus tersebut, seorang siswa memegang kerah gurunya sambil
merokok dan melempar kata-kata yang tidak sopan. Walaupun kasus tersebut berakhir
dengan damai Karen sang guru telah memaafkan siswa tersebut, kasus ini merupakan
tamparan keras bagi dunia pendidikan Indonesia yang saat ini sedang digemborkan dan
diaplikasikannya pendidikan karakter bagi anak Indonesia. Bahkan dalam Permendikbud No.
20 tahun 2018 pasal 2 disebutkan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan
dengan nilai-nilai pancasila dalam pendidikan karakter. Dengan penguatan pendidikan
karakter ini diharapkan dapat menanamkan karakter mulia bagi peserta didik melalui
pendidikan lingkungan sekolah mengingat saat ini semakin lunturnya nilai-nilai karakter
siswa. Kasus tantangan siswa kepada guru adalah contoh nyata merosotnya moral siswa di
lingkungan sekolah.
1. Religius
Sifat religius haruslah dimiliki setiap masyarakat Indonesia. Bahkan peraturan tersebut
jelas tercantum dalam pancasila di sila pertama. Sifat religius dapat dilakukan dengan
menjadi individu yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Contoh sehari hari yang dapat masyarakay terapkan adalah dengan melaksanakan
ibadah agamanya masing masing dengan taat, tidak mengganggu pelaksanaan ibadah agama
lain, serta saling menghargai dan tidak memandang rendah agama lain.
2. Jujur
Kejujuran merupakan perilaku yang sangat penting. Dengan menjadi pribadi yang jujur,
akan membuat diri kita sebagai seseorang yang selalu dapat dipercaya dalam hal apapun.
Perilaku jujur dalam kehidupan sehari hari dapat diterapkan dimana saja. Seperti tidak
menyontek tugas atau dalam tes, serta selalu terbuka kepada kedua orang tua.
3. Toleransi
Kita hidup di negara “Bhineka Tunggal Ika”, sehingga sangatlah penting adanya sifat
toleransi kepada sesama masyarakat Indonnesia agar masyarakat bisa saling menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah tidak memaksakan pendapat sendiri di atas
kepentingan golongan, membiarkan pemeluk agama lain beribadah dengan tenang dan aman.
4. Disiplin
Nilai nilai kedisiplinan juga harus diterapkan kepada seluruh masyarakat. Dengan
adanya sifat disiplin masyarakat dapat menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan
Contoh sehari-hari yang bisa kita lakukan adalah dengan menaati peraturan cara
berpakaian yang sopan di tempat tertentu yang formal seperti kantor, universitas, serta selalu
datang tepat waktu saat bekerja, kuliah ataupun sekolah,
5. Kerja Keras
Sangat penting bagi masyarakat Indonesia memiliki semangat dan kerja keras yang
tinggi dalam hal apapun yang mereka lakukan. Sifat kerja keras dapat ditunjukan dengan
selalu serius dan sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan serta menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Pada era globalisasi seperti ini, pemikiran kreatif sangatlah dibutuhkan. Dalam dunia
pekerjaan, kita tidak hanya akan bersaing dengan teman sendiri, kita bisa saja bersaing
dengan seluruh masyarakat indonesia bahkan sampai ke mancanegara. Karena itu kita harus
bisa berfikir outside of the box sehingga kita mampu menghasilkan karya yang inovatif dan
berguna bagi banyak orang.
7. Mandiri
Manusia memang tidaak bisa hidup sendiri, tetapi kita sebagai individu juga harus lah
mampu melakukan apa apa sendiri sehingga kita tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah mampu melaksanakan tugas sendiri bila
masih dapat dilakukan sendiri, tidak selalu mengandalkan orang lain dalam
menyelesaikannya.
8. Demokratis
Dengan timbulnya rasa ingin tahu yang dalam, kita akan tumbuh sebagai individu yang
selalu ingin mengetahui lebih mendalam tentang segala sesuatu yang telah dan dapat kita
pelajari. Contoh yang bisa kita lakukan adalah dengan terus menerus belajar dan rajin
menimba ilmu apapun dan dari siapapun, selama ilmu tersebut merupakan ilmu yang baik.
Kita tinggal di Indonesia, tentunya wajib bagi kita untuk senantiasa bangga dan
mencintai tanah air kita. Sikap cinta tanah air bisa kita tunjukan dengan bersikap, dan
berperilaku yang menunjukkan rasa kesetiaan, kepedulian penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, seperti dengan
mengamalkan nilai nilai pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari hari, serta selalu
menaati peraturan yang ada.
Prestasti merupakan hal yang patut dibanggakan. Sikap menghargai prestasi haruslah
ditunjukkan baik itu untuk prestasi pribadi maupun orang lain. Sikap yang bisa ditunjukkan
adalah dengan mendorong diri sendiri dan orang lain untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Contoh sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan memberi pujian keppada orang
lain atas kemenangan atau prestasi yang telah ia raih.
13. Bersahabat/Komunikatif
Setiap manusia tidaklah bisa hidup sendiri. Kita pasti akan membutuhkan orang lain
dalam segala urusan kita, sehingga sangat penting bagi masyarakat untuk selalu bersahabat
dalam pertemanan serta komunikatif kepada siapapun. Contoh yang bisaa kita lakukan adalah
dengan senantiasa bersikap ramah dan sopan kepada orang tua, teman dan tetangga.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah menyebarkan virus kebaikan kepada orang
lain dan tidak membuat ujaran kebencian, dll.
15. Gemar Membaca
Buku adalah jendela ilmu. Banyak ilmu yang bisa kita dapatkan dengan membaca. Pada
era teknologi ini, membaca bisa kita lakukan kapan saja dan dimana saja, sehingga sangat
merugi bagi masyarakat yang malas membaca. Karena dengan timbulnya sifat suka membaca
akan menciptakan masyarakat dengan pemikiran pintar dan selalu terbuka akan ilmu
pengetahuan. Sifat gemar membaca harus pula didukung dengan mampu mengetahui
informasi mana yang baik untuk dibaca.
Kita adalah masyarakat sosial. Kita tidak hidup sendiri. Karena itu sikap pedulu sosial
sangatlah penting bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut bisa ditunjukkan dalam tindakan
yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Bertanggung jawab dalah segala perbuatan dan pekerjaan yang kita lakukan merupakan
hal yang penting ditanamkan di masyarakat. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan
senantiasa melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh yang bisa kita terapkan adalah dengan selalu amanah dalan hal yang kita
lakukan dengan sebaik baiknya, berani bertanggung jawab dalah kesalahan yang kita perbuat,
serta tidak lari dari kewajiban yang kita miliki.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, seepeti teroi Bog dan
Taylor yah menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat
diamati dimana pendekatannya diarahkan pada latar atau individu tersebut secara kolektif
atau utuh sepenuhnya. Dari definisinya tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian kualitatif
merupakan penelitian untuk mendapatkan gambaran fakta-fakta di lapangan yang akurat.
Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa pernyataan tertulis maupun lisan
dari orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek
dan merasakan apa yang mereka alami.
Penelitian ini dilakukan dalam waktu tiga hari, Mulai tanggal 26 Januari sampai
dengan 28 Januari 2022. Waktu penelitian terhitung sejak penulis mulai menyusun bab III
hingga selesai. Penulis mulai melakukan penelitian ketika istirahat dan juga selepas sekolah.
Maksudnya adalah ketika jam istirahat tersebut tidak diisi dengan mengerjakan hal-hal
penting seperti belajar untuk ulangan selanjutnya, mengerjakan pr, bahkan belajar untuk
materi pelajaran selanjutnya. Hal tersebut dilakukan agar masing-masing anggota tidak ada
yang dirugikan waktu produktif mereka. Dan juga selepas sekolah agar bisa mendapatkan
waktu yang lebih luang untuk memberi objek penelitian kebebasan waktu untuk menjawab
dengan selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya.
Tempat yang dipilih penulis untuk dijadikan tempat penelitian adalah area SMA
Negeri 1 Bangil terutama kelas 11 pada semua jurusan yaitu kelas 11 mipa 1 sampai 7, 11 Ibb
1 dan 2, dan 11 Ips 1 sampai 3. Dan juga melakukan penelitian di luar lingkup sekolah,
seperti rumah dan lingkungan sekitar. Tempat-tempat tersebut dipilih dengan banyak
pertimbangan seperti warga yang menempati kelas-kelas tersebut adalah angkatan peneliti,
jadi peneliti lebih mudah untuk menyampaikan maksud dan tujuan penelitian. Oleh sebab itu,
peneliti memilih tempat-tempat tersebut.
3.2.3 Objek Penelitian
Penelitian yang dilakukan kali ini sangat berhubungan erta dengan kegiatan siswa
sehari-hari. Tidak hanya di sekolah tapi juga di lingkungan masyarakat juga. Dikarenakan
faktor tersebut maka kami meilih untuk meneliti siswa sekolah SMA Negeri 1 Bangil dan
juga staff yang ada. Bahkan kami juga akan meneliti beberapa wali mirid juga. Sebelum
peneliti memutuskan untuk itu, ada banyak pertimbangan yang mendasari seperti, karena
mereka adalah angkatan peneliti, jadi lebih mudah untuk peneliti berinteraksi dengan
menyampaikan tujuan serta siswa siswi dan personal lain yang terpilih menjadi objek
penelitian lebih leluasa mengungkapkan pendapatnya tanpa ada rasa canggung. Terlebih lagi
karena peneliti mempunyai satu rasa batin yang terikat secara otomatis.
1. Draf angket
Draf angket merupakan sekumpulan pertanyaan yang disusun oleh peneliti dan
dijadikan sebagai bahan penelitian. Dalam draf angket ini terdapat satu, yaitu bagian
kuisione. Kuisioner merupakan teknikpengumpulan dan dimana didalamnya terdaoat
serangkaian pertanyaan yang dijawab oleh responden sesuai isi hatinya.
3. Alat Dokumentasi
Dokumentasi dalam suatu penelitian dirasa sangat perlu untuk dilakukan. Peneliti
memutuskan menggunakan perekam suara sebagai alat dokumentasi melihat metode yang
digunakan adalah wawancara. Perekam suaa berfungsi untuk merekam jawaban dari nara
dumber delama wawancra berlangsung.
3.4.1 Angket
Angket adalah teknik pengumoulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan yang
diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban
atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Daftar pertanyaan yang ada di
dalam angket berupa pertanyaan pilihan berganda(multiple choice question) dan pertanyaan
terbuka (open question) untuk mengrmukakan saran sqn kritikan
3.4.2 Wawancara
Agar data-data penelitian dapat terkumpul dengan lengkap, sesuai jenis penelitian ini
yakni penelitian kuantitatif, maka penulis menggunakan teknik observasi dan angket.
1.Observasi
Teknik observasi dalam penelitian ini dilakukan pada tahap awal sebelum
melakukan angket. Melalui obsevasi, penulis dapat menemukan objek penelitian
yang akan dimintai pendapat untuk mengisi angket yang telah penulis buat.
Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian langsung turun ke
lapangan. Sebagaimana dikemukakan Nazir (1988, hlm 212) bahwa “Pengumpulan
data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain
untuk keperluan tersebut”.
Oleh karena itu, melalui kegiatan observasi yang dijelaskan pada kutipan di atas,
penulis dapat menemukan gambaran umum keadaan di lapangan, selanjutnya data-
data yang tidak diduga bisa saja diketahui, setelah melakukan observasi langsung.
2.Angket
Angket tertutup (angket terstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk
sedemikian rupa. responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai
dengan karakteristik dirinya.
Pendidikan karakter sebenarnya bukan hal baru dalam dunia pendidikan di Indonesia
sebab sudah ada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
yang telah lama diajarkan di sekolah-sekolah dasar hanya saja kedua mata pelajaran tersebut
belum mampu mengintensitaskan pembentukan karakter positif peserta didik karena masih
kurang substansi waktunya dalam pembelajaran di sekolah sehingga dibutuhkan program
pendidikan untuk membina karakter peserta didik yang lebih kompleks dan dapat
diintegritaskan ke dalam pembelajaran di sekolah. Pendidikan karakter merupakan suatu
program pengembangan dunia pendidikan di Indonesia yang harus direalisasikan sehingga
peran serta kita semua sangat dibutuhkan untuk mendukung program tersebut.
4.2 Upaya yang dapat menunjang pendidikan karakter di smanba
Hasil penelitian wawancara dengan Bu Arum adalah pertama harus dimulai dari SDM
guru, guru harus menerapkan dan mengajarkan tentang pengucapan maaf, tolong,
terimakasih. Karena keliatan nya memang kecil atau remeh . Namun kalau tidak dibiasakan
jadinya susah untuk mengucapkan kalimat tersebut. Dan beberapa teman saya berpendapat
dengan menerapkan sikap disiplin, yaitu memiliki catatan kehadiran serta membiasakan diri
untuk hadir tepat waktu. Dan juga diterapkan karakter jujur , yaitu transparansi dalam laporan
keuangan dan penilaian disekolah secara berkala contoh menyediakan kantin kejujuran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang dapat menunjang pendidikan karakter di
SMA N 1 BANGIL antara lain jujur, kreatif, disiplin, mandiri, dan religius, sikap dan juga
perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang sesuai dengan agama yang
dianut masing-masing peserta didik, dan dapat melakukan toleransi antar umat beragama di
SMA N 1 BANGIL. contoh pendidikan karakter religius yang dapat dilakukan di sekolah
yang sangat sederhana yaitu dengan mengadakan sholat Zuhur sebelum pulang sekolah atau
juga dapat melakukan sholat Dhuha berjamaa ketika pagi hari.
Guru tidak sekedar mendidik dan memberikan materi akademik saja di sekolah,
namun lebih dari itu. Guru diharapkan juga dapat menanamkan nilai-nilai positif pada siswa,
karena guru merupakan role model bagi para siswanya.
Untuk mendukung hal ini, para guru seyogyanya mengokohkan karakter dirinya
dalam membangun karakter para siswanya. Ada beberapa hal sederhana dapat dilakukan para
guru dalam membangun karakter siswa.
Dengan mengingat diri sendiri sebagai contoh, maka guru akan lebih berhati-hati
dalam bersikap, sehingga lebih bijak dari setiap tindakan yang akan diambil. Dari
memberikan contoh, diharapkan murid bisa mengikuti sisi positif yang dimiliki guru.
2. Menjadi apresiator
Sebagai guru hendaknya tidak hanya sekedar mementingkan nilai akademis, tetapi
juga mengapresiasi usaha siswanya. Sebagai pengajar, menilai siswa dari segi akademis
memang penting, namun juga perlu diingat bahwa menghargai kebaikan yang dilakukan
siswa juga sangat perlu.
Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan mengapresiasi usaha siswa tanpa
selalu membandingkan dengan nilai yang didapatkan. Misalnya dengan memberikan pujian
bagi siswa datang awal, rajin mengerjakan tugas, atau bersikap baik selama di sekolah.
Dengan membiasakan hal kecil seperti itu, siswapun akan dapat mengapresiasi diri
atas usaha yang telah dilakukannya. Sehingga, akan terbangun karakter yang terus mau
belajar dan memperbaiki diri untuk lebih baik.
3. Mengajarkan nilai moral pada setiap pelajaran
Kalau sekadar materi pelajaran, mungkin semua bisa saja tahu karena tertulis dalam
buku pelajaran. Tetapi bagaimana dengan nilai moral? Untuk itu ada baiknya dalam setiap
pelajaran, guru juga menanamkan nilai moral yang bisa dijadikan bahan pelajaran hidup.
Nah, dengan begitu, nantinya ketika siswa menghadapi suatu masalah dalam
hidupnya, dia bisa berpikir optimis bahwa setiap masalah ada jalan keluarnya selama
berusaha.
Untuk memberikan contoh yang baik, guru sebaiknya mau mengakui kesalahan yang
dibuat sekecil apapun itu. Sehingga hal itu akan teringat dalam diri siswa untuk bersikap yang
sama ketika melakukan kesalahan meski tidak disengaja.
Mungkin terkadang ada rasa gengsi, tetapi tetap harus dilakukan, karena itu bisa
menjadi pelajaran yang baik pada siswa. Bahwa sebagai manusia kita harus berani jujur sama
diri sendiri dan mau mengakui kesalahan yang telah diperbuat.
Dari situlah para siswa bisa belajar bagaimana cara untuk memperbaiki kesalahan dan
berani bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuatnya.
Tidak jarang guru menemui siswa yang bersikap tidak sopan hanya karena mereka
tidak tahu bagaimana cara bersikap yang baik dan benar. Atau malah selama ini mereka
mencontoh sikap negatif orang di sekitarnya. Sehingga mereka menganggap itu sebagai hal
yang lumrah.
Ada baiknya, ketika ada siswa bersikap kurang baik atau kurang sopan, guru berperan
untuk mengoreksi sikap tersebut. Jangan memarahi, tetapi cukup mengingatkan saja bahwa
sikapnya itu kurang baik dan berikan alternatif tindakan lain yang lebih positif. Gunakan
pendekatan yang halus namun mengena.
Cara sederhananya, bisa dengan membuat tugas kelompok dan memastikan setiap
anggota mempunyai kesempatan sebagai ketua kelompok. Jadi, tidak hanya siswa itu-itu saja
yang jadi ketua kelompok, tetapi semua bisa belajar jadi pemimpin.
Setelah melakukan aktivitas ini, guru bisa mengevaluasi hal positif yang bisa jadi
pembelajaran siswa untuk memimpin lebih baik lagi. Berilah masukan yang memotivasi, jadi
bagi siswa yang merasa kurang percaya diri bisa semangat untuk terus belajar lebih baik lagi.
Dengan berbagi pengalaman, siswa jadi terinspirasi dan dapat belajar dari pengalaman
guru. Sehingga mereka tidak menjadi generasi yang minder, namun generasi yang tetap
melakukan kebaikan meskipun itu dinilai kecil. Karena yang terpenting adalah karakter
keberanian itulah yang perlu ditanamkan guru kepada siswa.
Itulah hal-hal sederhana yang bisa dilakukan guru dalam membangun karakter pada
siswa. Dengan cara sederhana ini, diharapkan bisa mendidik siswa tidak hanya pada
kemampuan akademis saja tetapi juga pribadi yang positif, yang berkarakter Indonesia. (*)
1. Memperkokoh keimanan atau akidah kepada Allah SWT dengan jalan memberikan
pengetahuan agama, baik yang dilakukan di rumah, kampus dan masyarakat, sehingga
selalu terikat dan mau menyesuaikan diri dengan ketentuan Allah SWT.
2. Menanamkan perasaan dekat kepada Allah SWT, sehingga di mana pun kita berada, ke
manapun kita pergi dan bagaimanapun situasi dan kondisinya kita akan selalu merasa
diawasi oleh Allah SWT. Dengan hal demikian,
maka akan membuat diri kita tidak berani menyimpang dari jalan-Nya.
3. Mewujudkan lingkungan yang religius, baik melalui bahan bacaan, tontonan maupun
lingkungan pergaulan, sehingga pengaruh dari lingkungan tersebut akan membuat manusia
terbentuk menjadi orang yang memiliki kepribadian yang religius.
4. Menumbuhkan tanggung jawab pengembangan amanah dakwah dengan terus berusaha
untuk menjadi yang terbaik dalam bersikap dan berperilaku dalam berbagai sisi kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa.
Dalam mengatasi kerusakan karakter pada diri manusia diperlukan perhatian yang
sangat serius dari pendidik-pendidik di dalam keluarga, di sekolah, maupun di ruang
lingkup masyarakat. Jika peran-peran berjalan dengan baik, maka akan terbentuk karakter-
karakter yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam penerapan pendidikan karakter di sekolah
antara lain :
Kurangnya penegakkan hukum yang baik menjadi salah satu factor mengapa kasus
tersebut marak terjadi. Karena itu, perlunya ada penegakkan hokum yang efektif demi
mengurangi angka kasus tersebut. Contohnya seperti penerapan Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menjelaskan fungsi Pendidikan
nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapula Permendikbud
No. 20 tahun 2018 pasal 2 disebutkan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan
dengan nilai-nilai pancasila dalam pendidikan karakter. Dengan penguatan pendidikan
karakter ini diharapkan dapat menanamkan karakter mulia bagi peserta didik melalui
pendidikan lingkungan sekolah mengingat saat ini semakin lunturnya nilai-nilai karakter
siswa.
Peran pendidikan karakter yang baik sangatlah baik dalam pertumbuhan pola pikir dan
perilaku anak. Dengan terlaksanannya pendidikan karakter yang baik, diharapkan perilaku
dan karakter anak Indonesia juga akan semakin membaik. Perlunya juga ada peran lebih dari
pemerintah mengenai peraturan yang ada, serta peran guru dan keluarga dalam memberikan
pendidikan karakter yang baik bagi anak. Seandainya pendidikan karakter ini terlaksana
dengan baik, maka tidak akan ada lagi kasus kasus dan menyimpangnya perilaku dan karakter
anak Indonesia.
2. Saran
Pendidikan Karakter bisa dimasukkan dalam kurikulum pendidikan agar siswa dapat
memahami dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan Karakter tak
hanya menjadi tugas guru pelajaran agama ataupun Pkn, tetapi juga seluruh guru. Bukan
hanya di lingkup sekolah, pendidikan karakter harus dipikul pula oleh masyarakat secara
luas. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat pun memanggul tugas memberikan
pendidikan karakter terhadap anak pada fase paling awal.
DAFTAR PUSTAKA
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/8-upaya-penerapan-pendidikan-karakter-
bagi-peserta-didik-di-sekolah/
https://www.funteacherprivate.com/blog/ketahuilah-manfaat-pentingnya-penguatan-
pendidikan-karakter-untuk-si-anak
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/
http://hasanuddinismail.wordpress.com/2011/09/27/krisis-moral-bangsa-upaya-mengatasinya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Karakter
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
Noor, Rohinah M.2012. Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif. Yogyakarta:
Pedagogja
Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003
Purnomo, Dony. 2018. Murid Menantang Guru, Bukti Gagalnya Pendidikan Karakter.
https://www.kompasiana.com/donypurnomo/5c610caebde575270b7c8535/murid-menantang-
guru-bukti-gagalnya-pendidikan-karakter (Diakses pada 17 September 2019)
1. Hasil Angket
a. KELAS 10 : 4 Suara
b. KELAS 11 : 21 Suara
c. KELAS 12 : 3 Suara
2. Menurut anda apakah perlu pendidikan karakter diberikan pada kalangan pelajar? 28
jawaban
a. perlu : 14 Suara
b. tidak perlu : 0 Suara
c. sangat perlu : 14 Suara
a. iya : 28 Suara
b. tidak : 0 Suara
a. iya 3 Suara
b. kadang-kadang 19 Suara
c. sering 3 Suara
d. tidak 3 Suara
5. Menurut anda, jika anda memiliki teman yang berbeda keyakinan, ketika ia hendak
beribadah maka sikap yang harus anda lakukan?
a. memaafkan : 10 Suara
b. memalas dendam : 1 Suara
c. tidak peduli : 6 Suara
d. menegur atau menasehatinya : 11 Suara
a. iya : 23 Suara
b. sering : 3 Suara
c. terlambat : 2 Suara
a. mendukung 25 Suara
b. biasa saja 2 Suara
c. tidak peduli 1 Suara
10. Saya merasa putus asa ketika menghadapi pelajaran yang menurut saya sulit
b. Setuju 14 Suara
13. Saya selalu berkata jujur dan mengatakan sesuatu sesuai dengan fakta
15. Berani menyampaikan pendapat adalah modal utama untuk menumbuhkan rasa
percaya diri
b. Setuju 11 Suara
c. Tidak setuju 0 Suara
16. selalu memperhatikan ketika orang lain sedang berbicara
17. Ilmu saya akan bertambah jika saya saling berbagi ilmu
18. Saya selalu membantu orang tua setiap ada waktu luang
20. Saya selalu menerima saran dan kritik dengan hati yang lapang
23. Saya selalu mengambil keputusan dengan memperhatikan pendapat dari teamn-teman
dan fakta yang ada
25. Saya berani mengakui kesalahan yang telah saya perbuat dan akan memperbaikinya
a. Sangat setuju 17 Suara
b. Setuju 11 Suara
c. Tidak setuju 0 Suara
2. Hasil Wawancara
Q : Bagaimana kalau ada guru atau siswa yang tidak menaati kedua karakter
tersebut?
A : Jika Anda tidak taat dengan peraturan : ditegur (karena kan harus dimulai dari
hal-hal kecil jika tidak maka akan susah
Q : Jika anda memilih berbagai karakter, karakter apa yang anda terapkan untuk
teman – teman disekolah ini
A : Religius
Q: Jika pendapat karakter anda tidak diterima , bagaimana tindakan anda menanggapi
perbedaan tersebut dengan orang lain?
A: Ya tetap menerima dengan lapang dada setidaknya saya telah mengeluarkan
argumen yang saya rasa perlu Dan saya tidak merasa keberatan jika orang Lain
memiliki pendapat yang berbeda dengan saya karena pikiran manusia satu dengan
manusia lainnya juga berbeda
Q: Bagaimana kalau ada Guru atau siswa yang tidak menaati kedua karakter
tersebut?
A: Saya tidak tahu, karena itu sesuai masing-masing individu ada yang tidak setuju
dan ada yang setuju