AKAD WADIAH
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
ADINDA SOLEHA (B1031201116)
ANTHOLYN THIAN JAYA (B1031201112)
DODI APRILIUS NINDAU (B1031201125)
SUHENDRA (B1031201133)
A. Definisi
1. Pengertian Wad’iah
Secara harfiah Al-wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepihak
yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si
penitip menghendakinya.
Dalam perbankan Syariah, yang dimaksud dengan wadiah adalah titipan murni dari
nasabah kepada pihak bank. Jadi seorang nasabah yang membuka tabungan dengan akad wadiah,
maka nasabah tersebut menitipkan atau menyimpan uangnya ke bank dan uang tersebut dapat
diambil sewaktu-waktu oleh nasabah.
Di dalam akad wadiah terdapat 2 istilah, yakni Muwadi dan Mustauda.
Muwadi adalah pemilik / penitip / nasabah
Mustauda adalah pihak yang dititip / menyimpan / bank
2. Landasan Hukum
1. Al- Qur’an
Q. S. An Nissa’ : 58
Artinya :
Rukun akad wadi’ah menurut para ulama mazhad hanafi adalah ijab dan qabul, yaitu
penitip berkata kepada orang lain. Menurut jumhur ulama, rukun akad wadi’ah ada
emapat yaitu dua orang yang melakukan akad orang yang titip dan orang yang dititipi,
sesuatu yang dititipkan dansighah (ijab qabul).Qabul dari orang yang dititipi bisa
berupa lafal misalnya, saya menerimanya. Bisa juga suatu tindakan yang menujukan
hal itu, seprti ada orang meletakan harta di tempat orang lain, lalu orang itu diam saja,
maka diamnya orang kedua tersebut menempati posisi qabul, sebagaimana dalam jual
beli muathah.
2. Syarat Akad Wad’iah
Dalam hal ini persyaratan itu mengikat
kepada Muwaddi’, wadii’,dan wadi’ah. Muwaddi’ dan wadii’ mempunyai persyaratan
yang sama yaitu harus balig, berakal dan dewasa. Sementara wadi’ah disyaratkan
harus berupa suatu harta yang berada dalam kekuasaan/tangannya secara nyata.
Syarat benda yang dititipkan
- Benda yang dititipkan disyaratkan harus benda yang bisa disimpan. Apabila
benda tersebut tidak bisa disimpan, seperti burung di udara atau benda yang
jatuh ke dalam air, maka wadi’ah tidak sah apabila hilang, sehingga tidak
wajib mengganti.
- Syafi’iyah dan Hanabilah mensyaratkan benda yang dititipkan harus benda
yang mempunyai nilai atau qimah dan dipandang sebagai maal, maupun najis.
Seperti anjing yang bisa dimanfaatkan untuk berburu atau menjaga keamanan.
Apabila benda tersebut tidak memiliki nilai, seperti anjing yang tidak ada
manfaatnya, maka wadi’ah tidak sah.
- Syarat Shigat, Sighat adalah ijab dan qabul. Syarat shigat adalah ijab harus
dinyatakan dengan ucapan atau perbuatan. Ucapan adakalanya tegas
(sharih) dan adakalanya dengan sindiran (kinayah). Malikiyah menyatakan
bahwa lafal dengan kinayah harus dengan disertai niat. Contoh : lafal
yang sharih: “Saya titipkan barang ini kepada anda”. Sedangkan lafal sindiran
“berikan kepadaku mobil ini”. Pemilik mobil menjawab:” saya berikan mobil
ini kepada anda”. Kata “berikan” mengandung arti hibah dan wadiah (titipan).
Titipan murni, yakni pihak yang dititipi tidak boleh memanfaatkan dana atau
barang yang dititipi tidak boleh memanfaatkan dana atau barang yang dititipkan
berhak meminta biaya penitipan. Sewaktu titipan dikembalikan harus dalam keadaan
utuh, baik nilai maupun fisik barang. Jika selama dalam penitipan terjadi kerusakan
maka pihak yang menerima titipan dibebani tanggungjawab.
D. Skema
1. Seorang nasabah menitipkan uang kepada bank. Suatu saat uang tersebut hilang dan
pihak bank tidak bertanggung jawab atas kehilangan uang tersebut. Hal ini disebabkan
karena dari awal perjanjian penitipan didasarkan pada jenis akad Wadiah ……(Wadiah
Yad Al-Amanah)
5. Apabila pihak yang dititipi dapat memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan dan
mendapatkan keuntungan dari barang titipan tersebut dengan syarat untuk
mengembalikan titipan tersebut secara utuh saat kala si pemilik menghendaki di sebut
sebagai akad Wadiah jenis….(Wadiah Yad Adh-Dhamanah)
1. Pada tanggal 01 Agustus 2008 Diterima setoran tunai pembukaan giro wadiah atas nama
Qohar sebesar Rp. 20.000.000,-- Atas transaksi tersebut bank syariah melakukan jurnal
sebagai berikut:
Dr. Kas 20.000.000
Cr. Giro Wadiah (rek giro Qohar) 20.000.000
Dari jurnal diatas akan mengakibatkan perubahan Buku Besar dan posisi Neraca sebagai
berikut:
Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo
rekening individu atas nama Qahar, yang dapat digambarkan dalam perkiraan sebagai
berikut:
2. Pada tanggal 05 Agustus 2008 Qohar melakukan penarikan giro wadiahnya melalui ATM
sebesar Rp. 2.000.000,-. Atas transaksi tersebut Bank Syariah melakukan jurnal sebagai
berikut:
Dr. Giro wadiah (Rek giro Qohar) 2.000.000
Cr. Kas ATM 2.000.000
Atas transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan Buku Besar dan posisi Neraca
sebagai berikut:
Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo
rekening individu atas nama Qahar, yang dapat digambarkan dalam perkiraan sebagai
berikut:
3. Pada tanggal 07 Agustus 2008 Qohar menyerahkan Aplikasi transfer untuk dilakukan
pemindahan buku dari rekening gironya sebesar Rp.5.000.000,untuk dibuatkan Deposito
Mudharabah dengan nisbah 65:35.
Pada tanggal 07 Agustus 2008 Yusuf melakukan penyetoran tunai sebesar Rp.1.000.000,
sebagai setoran pertama giro wadiah Atas transaksi tersebut oleh bank syariah dilakukan
jurnal sebagai berikut:
Dari transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan pada Buku Besar dan Posisi
Neraca sebagai berikut:
Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo
rekening individu atas nama Qahar dan atas nama Yusuf, yang dapat digambarkan dalam
perkiraan sebagai berikut:
4. Pada tanggal 09 Agustus 2008, Qohar melakukan transfer ke rekening atas nama Adinda
di BCA cabang Irian Jaya sebesar Rp. 10.000.000,--
Dari transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan pada Buku Besar dan Posisi
Neraca sebagai berikut:
Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo
rekening individu atas nama Qahar dan atas nama Yusuf, yang dapat digambarkan dalam
perkiraan sebagai beriku :
5. Pada tanggal 15 Agustus 2008 Qohar melakukan penarikan tunai dari giro wadiahnya
sebesar Rp.5.000.000,- Atas transaksi tersebut bank syariah tidak dapat melaksanakan,
karena saldo Qohar tidak cukup untuk dilaksanakan, penarikan sebesar Rp. 5.000.000,--
sedangkan saldonya hanya Rp. 3.000.000,-
Dari materi yang telah kami bahas mengenai Wadiah, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Wadiah adalah titipan nasabah kepada pihak bank. Wadiah juga memiliki landasan hukum yaitu,
Al-Qur'an (Q.S An Nissa : 58) dan Fatwa MUI berdasarkan fatwa DSN 02/DSN-MUI/IV/2002 :
Tabungan. Wadi'ah juga memiliki rukun akad dan syarat-syaratnya. Rukun akad menurut para
ulama mazhad Hanafi adalah ijab dan Qabul sedangkan Menurut Jumhur ulama mengemukakan
bahwa rukun wadi’ah ada tiga yaitu orang yang berakad, barang titipan, dan Sighah,ijab dan
qabul.
Syarat-syarat Wadi'ah yaitu, syarat-syarat benda yang dititipkan, benda yang dititipkan
disyaratkan harus benda yang bisa disimpan, syafi’iyah dan Hanabilah mensyaratkan benda yang
dititipkan harus benda yang mempunyai nilai atau qimah dan dipandang sebagai maal, maupun
najis, dan syarat shigat (Sighat adalah ijab dan qabul). Selain itu, Wadiah juga terdapat 2 jenis
yaitu Wadi'ah Yad Amanah (penerima titipan tidak boleh memanfaatkan dan mengambil
keuntungan dari barang yang dititipkan) dan Wadi'ah Yad Dhamanah (penerima titipan
diperbolehkan memanfaatkan dan memperoleh keuntungan dari barang titipan tersebut.
Sekian materi ini kami sampaikan. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata-kata dan
pengetikan karena kami masih dalam tahap pembelajaran.
LAMPIRAN
Gambar :
Sumber referensi :
https://nasehatsae.wordpress.com/2017/12/18/wadiah-pengertian-landasan-rukun-syarat-
macam-macam-aplikasi-di-bank/
https://www.slideshare.net/mobile/lutfiahanna/akuntansi-syariah-penghimpun-dana-
wadiah-dan-mudharabah
https://ardra.biz/topik/contoh-soal-perhitungan-keuntungan-bonus-rekening-giro-wadiah/
http://akuntansis.blogspot.com/2018/08/akuntansi-penghimpunan-dana-wadiah.html
http://akuntansis.blogspot.com/2018/08/akuntansi-penghimpunan-dana-wadiah.html