Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI SYARIAH

AKAD WADIAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9
ADINDA SOLEHA (B1031201116)
ANTHOLYN THIAN JAYA (B1031201112)
DODI APRILIUS NINDAU (B1031201125)
SUHENDRA (B1031201133)

FAKUTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI AKUNTANSI REG A
KELAS C
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyaknya fenomena yang ada di sekitar kita yang mana satu diantaranya akan kami
bahas dalam makalah ini, yakni penitipan barang (wadi’ah). Seiring dengan bermunculannya
lembaga-lembaga penitipan barang dapat membantu ketika seorang ingin menitipkan barangnya
dalam waktu yang cukup lama, mereka tidak khawatir dengan keadaan keadaan barang yang
ditinggalkannya itu, sebab dalam lembaga tersebut telah menjamin akan keaslian barangnya.
Namun dengan sedikit mengeluarkan biaya tentunya.
Dalam masyarakat sendiri penitipan barang bukanlah hal yang asing. Hampir semua orang
melakukan penitipan, baik berupa uang maupun barang. Akan tetapi dewasa ini sering terjadi
penipuan yang dilakukan dalam kegiatan titip menitip barang ini. Dan hal ini dapat dilakukan
oleh pihak yang dititipkan maupun yang menitipkan.
Dalam ekonomi Syariah sendiri untuk mengatasi masalah ini terdapat sebuah akad yang
mengatur mengenai titip menitip barang ini. Yang mana akad ini akan mengatur mengenai
prinsip titip menitip dan hal yang tidak dapat dilakukan dalam kegiatan titip menitip barang ini
berdasarkan AL-Qur’an. Akad ini adalah aka Wadiah.
Selain itu wadi’ah juga merupakan salah satu produk yang umumnya ada pada bank-bank
syariah, maka oleh karenanya perlu dicermati bagaimana mekanisme wadi’ah di lembaga-
lembaga keuangan yang ada sekarang.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa permasalah yang akan di bahas
pada bab pembahasan di belakang diantaranya yaitu:
a. Apa definisi wadi’ah dan dasar hukumnya?
b. Apakah syarat dan rukun wadi’ah?
c. Berapakah macam-macam wadi’ah?
d. Apakah Hukum Menerima Benda titipan (wadi’ah)?
e. Apakah wadiah yad-amanah dapat berubah menjadi wadiah yad- damannah?
f. Bagaimana aplikasi wadi’ah dalam perbankan syariah ?
C. Tujuan
Rumusan masalah diatas memberikan penulis pemikiran bahwa tujuan dari penulisan makalah
ini yaitu:
a. Agar mengetahu definisi wadi’ah dan dasar hukumnya
b. Agar mengetahui syarat dan rukun wadi’ah
c. Agar mengetahui macam-macam wadi’ah
d. Agar mengetahui hukum menerima benda titipan (wadi’ah)
e. Agar mengetahui perubahan wadi’ah yad-amanah menjadi wadiah yad-dhamanah
f. Agar mengetahuai aplikasi wadiah dalam perbankan syariah
Bab II
PEMBAHASAH

A. Definisi

1. Pengertian Wad’iah

Secara harfiah Al-wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepihak
yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si
penitip menghendakinya.
Dalam perbankan Syariah, yang dimaksud dengan wadiah adalah titipan murni dari
nasabah kepada pihak bank. Jadi seorang nasabah yang membuka tabungan dengan akad wadiah,
maka nasabah tersebut menitipkan atau menyimpan uangnya ke bank dan uang tersebut dapat
diambil sewaktu-waktu oleh nasabah.
Di dalam akad wadiah terdapat 2 istilah, yakni Muwadi dan Mustauda.
 Muwadi adalah pemilik / penitip / nasabah
 Mustauda adalah pihak yang dititip / menyimpan / bank

2. Landasan Hukum

1. Al- Qur’an

Q. S. An Nissa’ : 58

Artinya :

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.”

2. Fatwa MUI ini berdasarkan fatwa DSN 02/DSN-MUI/IV/2000: Tabungan

 Tabungan ada dua jenis :


- Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu tabungan yang
berdasarkan perhitungan bunga.
- Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip
mudharabah dan wadi’ah.
 Ketentuan umum tabungan berdasarkan mudharabah :
- Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik
dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
- Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
- Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.
- Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
- Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
- Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
 Ketentuan umum tabungan wadi’ah :
- Bersifat simpanan, yaitu muwadi menyimpan uangnya kepada mustauda.
- Simpanan bisa diambil kapan saja atau berdasarkan kesepakatan.
- Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang
bersifat sukarela dari pihak bank.

B. Rukun Akad Wadi’ah dan Syarat-Syaratnya

1. Rukun Akad Wadi’ah

Rukun akad wadi’ah menurut para ulama mazhad hanafi adalah ijab dan qabul, yaitu
penitip berkata kepada orang lain. Menurut jumhur ulama, rukun akad wadi’ah ada
emapat yaitu dua orang yang melakukan akad orang yang titip dan orang yang dititipi,
sesuatu yang dititipkan dansighah (ijab qabul).Qabul dari orang yang dititipi bisa
berupa lafal misalnya, saya menerimanya. Bisa juga suatu tindakan yang menujukan
hal itu, seprti ada orang meletakan harta di tempat orang lain, lalu orang itu diam saja,
maka diamnya orang kedua tersebut menempati posisi qabul, sebagaimana dalam jual
beli muathah.
2. Syarat Akad Wad’iah
Dalam hal ini persyaratan itu mengikat
kepada Muwaddi’, wadii’,dan wadi’ah. Muwaddi’ dan wadii’ mempunyai persyaratan
yang sama yaitu harus balig, berakal dan dewasa. Sementara wadi’ah disyaratkan
harus berupa suatu harta yang berada dalam kekuasaan/tangannya secara nyata.
 Syarat benda yang dititipkan
- Benda yang dititipkan disyaratkan harus benda yang bisa disimpan. Apabila
benda tersebut tidak bisa disimpan, seperti burung di udara atau benda yang
jatuh ke dalam air, maka wadi’ah tidak sah apabila hilang, sehingga tidak
wajib mengganti.
- Syafi’iyah dan Hanabilah mensyaratkan benda yang dititipkan harus benda
yang mempunyai nilai atau qimah dan dipandang sebagai maal, maupun najis.
Seperti anjing yang bisa dimanfaatkan untuk berburu atau menjaga keamanan.
Apabila benda tersebut tidak memiliki nilai, seperti anjing yang tidak ada
manfaatnya, maka wadi’ah tidak sah.
- Syarat Shigat, Sighat adalah ijab dan qabul. Syarat shigat adalah ijab harus
dinyatakan dengan ucapan atau perbuatan. Ucapan adakalanya tegas
(sharih) dan adakalanya dengan sindiran (kinayah). Malikiyah menyatakan
bahwa lafal dengan kinayah  harus dengan disertai niat. Contoh : lafal
yang sharih: “Saya titipkan barang ini kepada anda”. Sedangkan lafal sindiran
“berikan kepadaku mobil ini”. Pemilik mobil menjawab:” saya berikan mobil
ini kepada anda”. Kata “berikan” mengandung arti hibah dan wadiah (titipan).

 Syarat orang yang menitipkan


- Berakal
- Baligh. Wadiah tidak sah apabila dilakukan dengan anak yang belum baligh,
tetapi menurut Hanafiah, baligh tidak menjadi syarat wad’iah sehinnga
hukumnya sah apabila dilakukan dengan anak mummayiz dengan persetujuan
dari walinya.

 Syarat orang yang menitipkan


- Berakal
- Baligh, Syarat ini dikemukakan oleh Jumhur ulama. Akan tetapi, Hanafiah
tidak menjadikan baligh sebagai syarat untuk orang yang dititipi, melainkan
cukup ia sudah mumayyiz.
- Malikiyah, mensyaratkan orang yang dititipi harus orang yang diduga kuat,
mampu menjaga barang yang dititipkan kepadanya.

C. Macam- Macam Wadi’ah

1. Wadi’ah Yad Amanah

Titipan murni, yakni pihak yang dititipi tidak boleh memanfaatkan dana atau
barang yang dititipi tidak boleh memanfaatkan dana atau barang yang dititipkan
berhak meminta biaya penitipan. Sewaktu titipan dikembalikan harus dalam keadaan
utuh, baik nilai maupun fisik barang. Jika selama dalam penitipan terjadi kerusakan
maka pihak yang menerima titipan dibebani tanggungjawab.

2. Wadi’ah Yad Dhamanah

Titipan yang penerima titipan diperbolehkan memanfaatkan dan berhak


mendapat keuntungan dari barang titipan tersebut. Dari keuntungan yang diperoleh
dari pemanfaatan barang titipan ini dapat diberikan sebagian kepada pihak yang
menitipkan dengan syarat tidak diperjanjikan sebelumnya.

D. Skema

1. Akad Wad’iah Yad Amanah

2. Akad Wadi’ah Yad Dhamanah


E. Contoh Soal Sederhana Akad Wad’iah

1. Seorang nasabah menitipkan uang kepada bank. Suatu saat uang tersebut hilang dan
pihak bank tidak bertanggung jawab atas kehilangan uang tersebut. Hal ini disebabkan
karena dari awal perjanjian penitipan didasarkan pada jenis akad Wadiah ……(Wadiah
Yad Al-Amanah)

2. Berdasarkan landasan hukum apakah akad Wadiah ini?


 AL-Qur’an : Q.S An Nissa : 58
 Fatwa MUI berdasarkan fatwa DSN 02/ DSN-MUI/IV/2000: Tabungan

3. Apa saja ketentuan umum tabungan yang berdasarkan akad wadiah?


 Bersifat simpanan
 Simpanan dapat diambil kapan saja atau berdasarkan kesepakatan
 Tidak terdapat imbalan yang diisyaratkan. Kecuali dalam bentuk pemberian
sukarela dari pihak bank
4. Benda apakah yang dapat di titipkan berdasarkan akad Wadiah? (Benda yang memiliki
nilai atau qimah dan dipandang sebagai maal, maupun najis)

5. Apabila pihak yang dititipi dapat memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan dan
mendapatkan keuntungan dari barang titipan tersebut dengan syarat untuk
mengembalikan titipan tersebut secara utuh saat kala si pemilik menghendaki di sebut
sebagai akad Wadiah jenis….(Wadiah Yad Adh-Dhamanah)

F. Contoh Soal Akuntansi Sederhana Akad Wadi’ah

1. Pada tanggal 01 Agustus 2008 Diterima setoran tunai pembukaan giro wadiah atas nama
Qohar sebesar Rp. 20.000.000,-- Atas transaksi tersebut bank syariah melakukan jurnal
sebagai berikut:
Dr. Kas 20.000.000
Cr. Giro Wadiah (rek giro Qohar) 20.000.000

Dari jurnal diatas akan mengakibatkan perubahan Buku Besar dan posisi Neraca sebagai
berikut:
Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo
rekening individu atas nama Qahar, yang dapat digambarkan dalam perkiraan sebagai
berikut:

2. Pada tanggal 05 Agustus 2008 Qohar melakukan penarikan giro wadiahnya melalui ATM
sebesar Rp. 2.000.000,-. Atas transaksi tersebut Bank Syariah melakukan jurnal sebagai
berikut:
Dr. Giro wadiah (Rek giro Qohar) 2.000.000
Cr. Kas ATM 2.000.000

Atas transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan Buku Besar dan posisi Neraca
sebagai berikut:

Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo
rekening individu atas nama Qahar, yang dapat digambarkan dalam perkiraan sebagai
berikut:
3. Pada tanggal 07 Agustus 2008 Qohar menyerahkan Aplikasi transfer untuk dilakukan
pemindahan buku dari rekening gironya sebesar Rp.5.000.000,untuk dibuatkan Deposito
Mudharabah dengan nisbah 65:35.
Pada tanggal 07 Agustus 2008 Yusuf melakukan penyetoran tunai sebesar Rp.1.000.000,
sebagai setoran pertama giro wadiah Atas transaksi tersebut oleh bank syariah dilakukan
jurnal sebagai berikut:

Dr. Giro Wadiah (Rek giro Qohar) 5.000.000


Cr. Deposito Mudharabah (a/n Qohar) 5.000.000
Dr. Kas 1.000.000
Cr. Giro Wadiah (Rek giro Yusuf) 1.000.000

Dari transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan pada Buku Besar dan Posisi
Neraca sebagai berikut:

Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo
rekening individu atas nama Qahar dan atas nama Yusuf, yang dapat digambarkan dalam
perkiraan sebagai berikut:
4. Pada tanggal 09 Agustus 2008, Qohar melakukan transfer ke rekening atas nama Adinda
di BCA cabang Irian Jaya sebesar Rp. 10.000.000,--

Pada tanggal 09 Agustus 2008, Yusuf melakukan penyetoran tunai sebesar


Rp.5.000.000,untuk rekeningnya Atas transaksi tersebut oleh bank syariah dilakukan
jurnal sebagai berikut:

Dr. Giro Wadiah (rek giro Qohar) 10.000.000


Cr. Bank Indonesia 10.000.000
Dr. Kas 5.000.000
Cr. Giro Wadiah (rek giro Qohar) 5.000.000

Dari transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan pada Buku Besar dan Posisi
Neraca sebagai berikut:
Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo
rekening individu atas nama Qahar dan atas nama Yusuf, yang dapat digambarkan dalam
perkiraan sebagai beriku :

5. Pada tanggal 15 Agustus 2008 Qohar melakukan penarikan tunai dari giro wadiahnya
sebesar Rp.5.000.000,- Atas transaksi tersebut bank syariah tidak dapat melaksanakan,
karena saldo Qohar tidak cukup untuk dilaksanakan, penarikan sebesar Rp. 5.000.000,--
sedangkan saldonya hanya Rp. 3.000.000,-

Posisi rekening Giro Qohar dapat dilihat sebagai berikut:


BAB III
PENUTUP

Dari materi yang telah kami bahas mengenai Wadiah, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Wadiah adalah titipan nasabah kepada pihak bank. Wadiah juga memiliki landasan hukum yaitu,
Al-Qur'an (Q.S An Nissa : 58) dan Fatwa MUI berdasarkan fatwa DSN 02/DSN-MUI/IV/2002 :
Tabungan. Wadi'ah juga memiliki rukun akad dan syarat-syaratnya. Rukun akad menurut para
ulama mazhad Hanafi adalah ijab dan Qabul sedangkan Menurut Jumhur ulama mengemukakan
bahwa rukun wadi’ah ada tiga yaitu orang yang berakad, barang titipan, dan Sighah,ijab dan
qabul.
Syarat-syarat Wadi'ah yaitu, syarat-syarat benda yang dititipkan, benda yang dititipkan
disyaratkan harus benda yang bisa disimpan, syafi’iyah dan Hanabilah mensyaratkan benda yang
dititipkan harus benda yang mempunyai nilai atau qimah dan dipandang sebagai maal, maupun
najis, dan syarat shigat (Sighat adalah ijab dan qabul). Selain itu, Wadiah juga terdapat 2 jenis
yaitu Wadi'ah Yad Amanah (penerima titipan tidak boleh memanfaatkan dan mengambil
keuntungan dari barang yang dititipkan) dan Wadi'ah Yad Dhamanah (penerima titipan
diperbolehkan memanfaatkan dan memperoleh keuntungan dari barang titipan tersebut.
Sekian materi ini kami sampaikan. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata-kata dan
pengetikan karena kami masih dalam tahap pembelajaran.

LAMPIRAN
Gambar :
Sumber referensi :
https://nasehatsae.wordpress.com/2017/12/18/wadiah-pengertian-landasan-rukun-syarat-
macam-macam-aplikasi-di-bank/
https://www.slideshare.net/mobile/lutfiahanna/akuntansi-syariah-penghimpun-dana-
wadiah-dan-mudharabah
https://ardra.biz/topik/contoh-soal-perhitungan-keuntungan-bonus-rekening-giro-wadiah/
http://akuntansis.blogspot.com/2018/08/akuntansi-penghimpunan-dana-wadiah.html
http://akuntansis.blogspot.com/2018/08/akuntansi-penghimpunan-dana-wadiah.html

Anda mungkin juga menyukai