Anda di halaman 1dari 8

AKSIOLOGI

PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberikan potensi akal untuk digunakan
berfikir serta proses belajar berangkat dari sebuah pengalaman yang dimilikinya.
Melalui akal serta pengalaman tersebut akhirnya manusia bisa menghasilkan ilmu
pengetahuan. Akal inilah yang bisa membedakan antara manusia dengan makhluk
lainnya dan mengantarkan manusia untuk mengetahui sesuatu. Rasa ingin tahu
yang muncul dari manusia inilah yang menjadi asal mula pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang ada saat ini berkaitan erat dengan
proses berpikir manusia yang juga berkembang. Sebuah revolusi berpikir dibentuk
tidak hanya dari rasa keingintahuan semata, tetapi juga memahami proses dan
pemaknaannya. Salah satu ilmu yang berkorelasi dengan proses pembentukan
pola atau konsep berpikir adalah ilmu Filsafat. Filsafat juga disebut sebagai induk
dari ilmu pengetahuan, karena pada dasarnya ilmu-ilmu pengetahuan yang sudah
ada saat ini adalah hasil dari ilmu berpikir yang menciptakan gagasan-gagasan
untuk dikaji lebih dalam.
Filsafat bukan sekedar rangkaian proses berpikir, tetapi yang terpenting
adalah berpikir secara mendalam melalui penggambaran ciri-ciri berpikir (radikal),
universal, konseptualitas, konsistensi, sistematik, kebebasan dan tanggungjawab.
Dalam tahap ini, filsafat dapat dijelaskan sebagai proses penerapan pemikiran dan
metode tertentu sesuai objeknya. Dalam hal ini, konsep filsafat dapat didefinisikan
sebagai sebuah proses, upaya, dan metode untuk bergerak maju dengan
menggunakan pemikiran kritis dan radikal untuk menemukan kebenaran.
Meskipun filsafat sendiri sangat dekat dengan kehidupan manusia, namun
filsafat biasanya dianggap sebagai ilmu yang abstrak. Beberapa kalangan
berpendapat bahwa filsafat merupakan mata pelajaran yang kurang popular karena
dianggap sebagai ilmu yang sulit dan membutuhkan pemikiran. Citra filsafat di
masyarakat sebagai sesuatu yang rumit, tidak masuk akal, dan sulit dipahami.
Karena berfilosofi identik dengan suatu masalah yang besar dan penting. Padahal
berfilosofi itu sendiri adalah sesuatu yang fundamental mengenai realitas,
keberadaan, pengetahuan, nilai, alasan, dan pikiran. Persoalan yang pernah
dipikirkan setiap orang. Misalnya, tentang apa makna hidup, kenapa hal ini tidak
boleh dan itu boleh, dan lain-lain. Filsafat bukannya menawarkan jalan keluar yang
pasti, tetapi akan mempersoalkan jawaban yang ada sebagai aktivitas olah otak.
Penerapan ilmu Filsafat tak lekang oleh waktu, begitu juga untuk mempelajarinya.
Dengan mempelajari Filsafat, pola pikir yang terbentuk akan lebih kritis, sistematis,
dan logis.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam belajar filsafat ilmu seperti
ontology, epistomologi, dan akseologi. Ketiga pendekatan ini saling terkait satu
sama lain, dan juga menjelaskan keseluruhan suatu ilmu itu bisa didapatkan.
Walaupun demikian, untuk pembahan kelompok kami akan difokuskan pada
pendekatan Aksiologi.
Kata Aksiologi bukanlah kata asli dari Bahasa Indonesia, melainkan berasal
dari Bahasa Yunani yaitu ‘axion’ yang berarti nilai dan ‘logos’ yang berarti teori.
Sehingga jika didefinisikan secara istilah, aksiologi merupakan cabang ilmu filsafat
yang mempelajari tentang hakikat nilai dan teori. Nilai yang dimaksud adalah ide
atau konsep tentang apa yang difikirkan manusia atau dianggap penting oleh
manusia. Aksiologi menjadi penting dalam filsafat karena aksiologi merupakan
peran utama yang memberi arah pada manusia untuk melakukan suatu tindakan
yang lebih baik. Aksiologi berperan sebagai pembimbing dalam diri manusia untuk
berekspresi untuk melahirkan suatu keindahan dalam dirinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka pada pembahasan akan diarahkan untuk
menjawab pertanyaan tentang : a) apa itu Aksiologi, b) aspek Aksiologi, c) Kaitan
Aksiologi dengan filsafat ilmu, d) Contoh aksiologi dalam kehidupan sehari-hari

PEMBAHASAN
A. Pengertian Aksiologi
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa secara etimologi kata
aksionologi berasal dari Bahasa Yunani yakni ‘axion’ yang berarti nilai dan ‘logos’
yang berarti teori. Selain itu, nilai atau valere dalam Bahasa Latin yang berarti
berguna, mampu akan, berdaya, berlaku atau kuat yang bermakna kualitas
sesuatu hal yang menjadikannya dapat disukai, diinginkan, bermanfaat atau
menjadi objek kepentingan. Namun juga bisa bermakna sebagai apa yang
dihargai, dinilai tinggi, atau dihargai sebagai suatu kebaikan.
Sejumlah ahli juga mendefinisikan Aksiologi sebagai berikut :
1. KBBI
Bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, aksiologi
didefinisikan sebagai kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia,
kajian tentang nilai-nilai khususnya etika.
Sehingga secara mendasar, aksiologi merupakan sebuah penjelasan tentang
kegunaan ilmu pengetahuan bagi manusia. Sekaligus bisa menjelaskan
mengenai nilai-nilai dalam kehidupan, khususnya adalah mengenai etika. 
2. Sumantri
Sumantri melalui salah satu bukunya menjelaskan aksiologi sebagai teori nilai
yang berkaitan dengan kegunaan dan pengetahuan yang diperoleh.
Sehingga Sumantri disini berpendapat bahwa aksiologi sejatinya adalah sebuah
teori nilai yakni sebuah ilmu yang membahas mengenai nilai. Nilai-nilai yang
dibahas kemudian berkaitan dengan pengetahuan yang didapatkan dan
digunakan oleh manusia.
3. Kattsoff
Kattsoff menjelaskan bahwa aksiologi adalah  ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakikat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang
kefilsafatan.
Sehingga membahas mengenai definisi nilai-nilai dalam kehidupan
menggunakan dasar ilmu filsafat. Dasar ini kemudian membantu memahami
nilai secara mendalam dan dikaitkan dengan unsur yang lebih murni dan
mendasar.
4. Bramel
Menurut Bramel, Aksiologi dibagi menjadi :
- Moral conduct merupakan tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin
khusus, yaitu etika
- Esthetic expression yakni suatu ekspresi keindahan. Bidang ini
menimbulkan atau melahirkan suatu keindahan
- Sosio-political life ialah sebuah kehidupan sosial politik, yang akan
melahirkan atau memunculkan filsafat sosio-politik
5. Wibisono
Wibisono, menjelaskan bahwa aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur
kebenaran, etika serta moral sebagai dasar normatif penelitian dan juga
penggalian, dan juga penerapan ilmu.
6. Jujun S. Suriasumantri
Menurut S. Suriasumantri, aksiologi adalah teori nilai yang berhubungan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Sehingga segala nilai yang
berhubungan dengan manfaat pengetahuan akan dikaji atau dibahas di dalam
cabang ilmu filsafat satu ini.
Melalui beberapa pendapat tersebut maka bisa disimpulkan bahwa aksiologi
merupakan cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai kehidupan
yang mengarah pada manfaat atau kegunaan dari pengetahuan bagi hidup
manusia. Secara umum, aksiologi bisa diartikan sebagai cabang ilmu filsafat yang
mempelajari tentang tujuan ilmu pengetahuan dan bagaimana manusia
menggunakan ilmu tersebut. Ilmu pengetahuan di dalam aksiologi kemudian
mencakup semua nilai-nilai dalam kehidupan. Aksiologi kemudian juga disebut
dengan istilah hakikat nilai

B. Aspek Aksiologi
1. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata ethos yang memiliki arti
sifat, watak, kebiasaan. Istilah lain untuk menyebutkan unsur etika adalah istilah
moral yang berasal dari Bahasa Latin mores jamak dari mos yang berarti adat,
kebiasaan. 
Etika sendiri adalah cabang ilmu filsafat aksiologi yang membahas masalah-
masalah moral, perilaku, norma, dan adat istiadat yang berlaku pada komunitas
tertentu. Etika merupakan dari filsafat yang mempersoalkan penilaian manusia dari
sudut baik dan buruk. Perbuatan manusia senantiasa mendapat penilaian baik dan
buruk.
Dalam etika, nilai kebaikan dan tingkah laku manusiamenjadi sentral
persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh tanggungjawab, baik
tanggungjawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan
sebagai Sang Pencipta.
Beberapa ahli membagi etika kedalam tiga bagian, yaitu etika deskriptif,
etika normative, dan metaetika. 
- Etika deskriptif ialah sebuah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti
luas. Seperti misalnya : adat kebiasaan, anggapan mengenai baik atau buruk,
Tindakan yang diperbolehkan atau juga tidak. Etika deskriptif ini mempelajari
moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau juga sub-kultur
tertentu.
- Etika normatif yakni mendasarkan penilaiannya atas norma. Ia dapat
mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau juga masyarakat itu
dengan secara lebih kritis. Ia juga dapat mempersoalkan apakah norm aitu
benar atau tidak.
- Metaetika, merupakan studi terhadap didisiplin etika yang menyelidiki makna
istilah-istilah normative yang diungkapkan lewat pernyataan etis yang
membenarkan atau menyalahkan suatu tindakan
2. Estetika
Istilah estetika berasal dari bahasa Yunani, aesthesis yang berarti
pencerapan inderawi, pemahaman intelektual atau pengamatan spiritual. Estetika
memberikan perhatian pada sifat keindahan, seni, rasa, selera, kreasi serta
apresiasi mengenai suatu keindahan.
Secara ilmiah, estetika didefinisikan sebagai ilmu mengenai nilai-nilai yang
dihasilkan dari emosi-sensorik yang biasa dikenal dengan sebutan sentimentalis
atau cita rasa(selera). Estetika membahas tentang refleksi kritis yang dirasakan
oleh indera dan memberi penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak indah.
Estetika juga disebut dengan istilah filsafat keindahan.
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang
nilai keindahan. Keindahan mengandung arti dahwa di dalam diri segala sesuatu
terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan
hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu obyek yang indah
bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga
mempunyai kepribadian.
Estetika diabagi dalam dua bagian, yakni:
- Estetika deskriptif yang menguraikan serta melukiskan fenomena-fenomena
pengalaman keindahan.
- Estetika normative, mempersoalkan juga menyelidiki hakikat, dasar, dan juga
ukuran pengalaman keindahan

C. Kaitan Aksiologi dengan Filsafat ilmu


Dari definisi-defini tentang aksiologi terlihat dengan jelas bahwa
permasalahn utama adalah mengenai nilai. Nilai itu bersifat obyektif, tapi kadang-
kadang bersifat subyektif. Dikatakan obyektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada
subyek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada
obyeknya, bukan pada subyek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak
tergantung pada kebenaran atau pendapat individu melainkan pada obyektifitas
fakta. Sebailknya, nilai menjadi subyektif, apabila subyek berperan memberi
penilaian dimana kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan
demikian nilai subyektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki
akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak
suka, senang atau tidak senang.
Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan
bahwa ilmu harus bersifat obyektif. Salah satu faktor yang membedakan antara
pernyataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada obyektifitasnya.
Seorang ilmuwan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan
kesadaran yang bersifat ideologis, agama, dan budaya. Seorang ilmuwan haruslah
bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-
eksperimen. Ketika seorang ilmuwan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja
ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai obyektif hanya
menjadi tujuan utamanya, dan tidak mau terikat pada nilai subyektif.
Masalah moral tak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk
menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih lagi
untuk mempertahankan kebenaran diperlukan keberanian moral. Ilmuwan harus
mampu menilai antara yang baik dan buruk, yang pada hakikatnya mengharuskan
seorang ilmuwan mempunyai landasan moral yang kuat. Tanpa landasan moral
maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual.
Nilai-nilai yang dibahas di dalam aksiologi kemudian juga berfungsi membantu
setiap manusia atau individu untuk memberi penilaian dengan cermat. Bisa
membedakan mana hal baik dan mana hal buruk, mana yang perlu dilakukan dan
mana yang seharusnya dihindari.  

D. Contoh Aksiologi dalam Kehidupan Sehari-hari


Supaya lebih mudah memahami mengenai apa itu aksiologi maka penting
sekali untuk mengetahui beberapa contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut
contoh-contohnya: 
1. Penggunaan Ilmu Membuat Kursi 
Seseorang memiliki ilmu dan keterampilan untuk membuat kursi, saat kursi
selesai dibuat maka pengrajin ini bisa tahu kegunaan kursi ini untuk apa saja.
Misalnya bisa digunakan untuk duduk, digunakan untuk memberi kenyamanan saat
bekerja, menaruh barang seperti lipatan baju, dan lain sebagainya. 
2. Norma Hukum
Dalam sebuah negara tentunya akan berlaku norma hukum, sifatnya tertulis
dan dilengkapi dengan undang-undang yang terdiri dari banyak pasal sebagai
landasannya. Lewat norma hukum inilah masyarakat bisa tahu tindakan apa saja
yang salah dan melanggar hukum dan tidak, sekaligus tahu nilai-nilai keadilan. 
3. Sopan dan Tidak Sopan 
Aksiologi juga bicara mengenai etika atau moral yang mengarah pada sopan
santun. Seseorang yang memiliki etika yang baik tentunya akan menghormati
siapa saja dan berlaku sopan kepada siapa saja. Misalnya saat melewati orang
tua, maka mereka akan tersenyum, menyapa, dan sedikit membungkukan badan
sebagai bentuk rasa hormat. 

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Aksiologi adalah suatu teori tentang nilai yang berkaitan dengan bagaimana
suatu ilmu digunakan.
2. Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat dimana
dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia,
tetapi juga bisa menjadi bencana. Seorang ilmuwan mempunyai tanggungjawab
agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat.
Nilai-nilai yang dibahas di dalam aksiologi kemudian juga berfungsi membantu
setiap manusia atau individu untuk memberi penilaian dengan cermat. Bisa
membedakan mana hal baik dan mana hal buruk, mana yang perlu dilakukan
dan mana yang seharusnya dihindari.
3. Aksiologi menjadi pembahasan penting untuk diketahui dan dikuasai, agar bisa
mengetahui hakikat dari ilmu dan kegunaannya. Lewat pemahaman ini maka
setiap ilmu yang dimiliki kemudian akan lebih mudah untuk dimanfaatkan dalam
keseharian.
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JFI/article/viewFile/35975/19428
https://www.kompasiana.com/nabilaaulia8299/5da2eb48097f363ba91c3df5/filsafat-
aksiologi
https://www.kompasiana.com/nabilaaulia8299/5da2eb48097f363ba91c3df5/filsafat-
aksiologi
https://www.wahyuku.com/2016/11/aksiologi-ilmu-dan-moral-tanggungjawab.html

Anda mungkin juga menyukai